SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
iii
RIWAYAT HIDUP
iv
KATA PENGANTAR
v
7. Ibunda Hj. Warniah dan Ayahanda Wahyudinoor yang telah memberikan
segalanya, takkan ternilai dengan materi.
8. Kepada Al-Mukarram K.H. Muhammad Naufal, K.H. Farid Miski, K.H.
Muhammad As’ad, K.H. Muhammad Busiri, K.H. Sofwannur dan Ibu Hj.
Sholatiah selaku anak, santri, dan istri K.H. Muhammad Rosyad yang telah
banyak memberikan informasi mengenai riwayat hidup beliau.
9. Para warga Desa Tunggul Irang Seberang dan Bapak Muhammad Fauzi yang
merupakan santri dan pernah menerima ilmu dari K.H. Muhammad Rosyad,
yang juga banyak memberikan informasi tentang beliau.
10. Untuk dua sahabat terbaikku yaitu Sairi Alpiansari dan Ahmad Ilham,
kuucapkan terima kasih telah mendukung dalam pembuatan skripsi ini.
11. Semua pihak dan instansi yang terkait dimana penulis tidak bisa menyebutkan
satu per satu. Terimakasih atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Aamiin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i
PERNYATAAN ........................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 7
C. Rumusan Masalah ............................................................. 8
D. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
E. Manfaat Penelitian............................................................. 8
F. Metode Penelitian.............................................................. 9
G. Tinjauan Pustaka & Penelitian Terdahulu ........................ 17
H. Sistematika Penulisan ....................................................... 26
BAB II KONDISI KEAGAMAAN, SOSIAL BUDAYA DAN
EKONOMI DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA ….. 28
A. Kondisi Keagamaan .......................................................... 29
B. Kondisi Sosial Budaya ...................................................... 34
C. Kondisi Ekonomi .............................................................. 36
BAB III BIOGRAFI K.H. MUHAMMAD ROSYAD
TAHUN 1939-2000 .................................................................... 38
A. Kelahiran Dan Masa Kecil ................................................. 38
B. Latar Belakang Keluarga ................................................... 39
C Latar Belakang Pendidikan ................................................ 40
D. Masa Dewasa ..................................................................... 43
E. Aktivitas Dan Pekerjaan Sehari-hari.................................. 44
F. Kepribadian ........................................................................ 45
G. Tutup Usia .......................................................................... 48
BAB IV PERANAN K.H. MUHAMMAD ROSYAD SEBAGAI
ULAMA DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA
TAHUN 1939-2000 .................................................................... 51
A. Kegiatan Pengajian ............................................................. 51
B. Menjadi Tenaga Pengajar ................................................... 56
C. Menggagas Pendirian BMT Al-Karomah Martapura……. 59
D. Keteladanan K.H. Muhammad Rosyad Sebagai Ulama … 64
BAB V SIMPULAN ............................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 81
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Peta Kabupaten Banjar ..................................................... 29
3.1 Berita Pasca Wafatnya K.H. Muhammad Rosyad ........... 49
4.1 Musala Al-Kautsar Pengajian Pertama Guru Rosyad ...... 52
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Informan/ Narasumber ................................................ 82
2 Pedoman Wawancara ............................................................. 84
3 Foto K.H. Muhammad Rosyad .............................................. 85
4 Foto K.H. Muhammad Rosyad Bersama Para Ulama ........... 87
5 Foto K.H. Muhammad Rosyad Beserta Keluarga ................. 89
6 Foto K.H. Muhammad Rosyad pada Saat Menikahkan Putra
Beliau ..................................................................................... 90
7 Foto Mesjid Agung Al-Karomah Martapura Tempat K.H.
Muhammad Rosyad Melaksanakan Pengajian dan Menjadi
Khatib .................................................................................... 91
8 Foto Pondok Pesantren Darussalam, Datu Kalampayan
Bangil dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Tempat Beliau
Mengajar ................................................................................ 92
9 Foto Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura ........... 94
10 Foto Kitab Tafsir Jalalain & Kitab Hadist Riyadhus Salihin 95
11 Surat Nikah K.H. Muhammad Rosyad dengan Istri (Hj.
Hamidah) ............................................................................... 96
12 Foto Catatan Harian K.H. Muhammad Rosyad .................... 96
13 Foto Makam K.H. Muhammad Rosyad ................................ 97
14 Foto Bersama Informan/Narasumber ................................... 99
15 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ................................. 104
16 Surat Izin Penelitian .............................................................. 106
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banjar. Suku Banjar adalah suku ke-10 terbesar di Indonesia.1 Suku Banjar di
persen.2 Hal itu dibuktikan dengan banyaknya ulama yang tersebar hampir
diseluruh daerah di Kalimantan Selatan, maka dari itu masyarakat Banjar dikenal
sebagai masyarakat yang kuat memegang agama Islam karena faktor keberadaan
mulanya titah raja Banjar diwasiatkan kepada Pangeran Samudera akan tetapi
Pangeran Tumenggung merebut kekuasaan kerajaan Banjar pada saat itu.4 Hal
itu menyebabkan Pangeran Samudera melarikan diri menuju muara sungai Kuin,
disana beliau bertemu dengan Patih Masih yang mengangkat beliau menjadi raja.
1
Leo Suryadinata, ddk, Indonesia’s Population: Ethnicity and Region in a
Changing Political Landscape (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2003),
hlm. 31. 10 Suku Terbesar di Indonesia yaitu Jawa, Sunda, Melayu, Madura, Batak,
Minangkabau, Betawi, Bugis, Banten, dan Banjar.
2
Aris Ananta, dkk, Demography of Indonesia S Ethnicity (Singapore: Institute
Southeast Asian Studies, 2015), hlm. 263, 267 & 270.
3
Amir Hasan Bondan, Suluh Sedjarah Kalimantan (Banjarmasin: Fadjar, 1953),
hlm. 14-15.
4
Ibid.
1
2
Patih Masih memberi nasihat untuk meminta bantuan kepada Sultan Demak.
bantuan seribu orang Jawa ke Banjar beserta dengan seorang Penghulu Chatib
Maka jadilah Pangeran Samudera menjadi Raja pertama yang beragama Islam.
Habang). Hal tersebut menyebabkan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada
saat itu. Ini dapat dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Banjar yang
Selatan antara lain adalah Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang berasal
Arsyad Al-Banjari sebagai penyebar agama Islam.8 Tidak hanya dari keturunan
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari saja, banyak para ulama yang berperan
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid, hlm.16.
8
M. Suriansyah Ideham, dkk (ed.), Sejarah Banjar (Banjarmasin: Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2003), hlm. 133.
3
dan Siti Aminah di desa Lok Gabang, sebuah desa dalam wilayah kerajaan
Banjar, 12 km dari Martapura pada tahun 1710 M, atau 15 Safar 1122 H. 10 Pada
Kuning. Sejak kecil, beliau memiliki budi pekerti yang baik dan menunjukkan
lamanya.11
usia 105 tahun bertepatan dengan 13 Oktober 1812. Dimakamkan dan berkubah
perkembangan yang cukup dinamis dari masa kemasa. Hal ini terutama
disebabkan oleh perubahan sosial, politik dan budaya yang terjadi sepanjang
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid, hlm.139.
4
kesinambungan atau benang merah antara sosok dan peran ulama di masa
lampau, dan yang kita temukan di masa kini. Secara sederhana, dinamika
dinisbahkan kepadanya.13 Banyak sekali sebutan lain dari kata “Ulama” sesuai
untuk seorang pria, sedangkan kata ‘guru’ berasal dari Bahasa Sanskerta, yang
karena kebanyakan ulama Banjar sejak abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-
(Mekkah dan Madinah), maka panggilan ‘haji’ itu pada mulanya hampir identik
dengan ulama.15 Adapun sebutan ‘guru’ dan ‘tuan guru’ masih umum
13
Tim MUI Kalsel Dan Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin, Ulama Banjar Dari
Masa Ke Masa Edisi Revisi (Banjarmasin: Antasari Press, 2018), hlm. x.
14
Ibid.
15
Ibid.
5
Istilah tuan guru dalam budaya Banjar merujuk pada orang-orang yang
tersebut setara dengan istilah kyai di Pulau Jawa. Yang membedakannya adalah
tuan guru di Banjar tidak harus mempunyai pesantren, namun mereka memiliki
jamaah pengajian atau majelis taklim. Di Banjar, penyebutan tuan guru hanya
ditujukan untuk seorang laki-laki yang memiliki kecakapan dan keluasan ilmu,
terutama ilmu agama, yang itu diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Walaupun
banyak juga perempuan Banjar yang memiliki keilmuan yang tinggi, tidak ada
seperti ‘Guru Zuhdi’ untuk Tuan Guru Haji Zuhdiannor, atau nama tempat di
mana sang ulama menetap dan mengajar, seperti ‘Guru Sekumpul’ yang
merujuk kepada Tuan Guru Haji Zaini bin Abdul Ghani yang menetap dan
penting dan menjadi bagian vital ditengah masyarakat muslim khususnya. Peran
ulama ini mencakup aspek sosial kehidupan masyarakat disamping dari fokus
pemangku hukum agama di masyarakat. Sebutan itu adalah ‘mufti’ dan ‘qadhi’.
Mufti dalam terminologi hukum Islam adalah orang yang memberi fatwa, yang
‘qadhi’ adalah adalah hakim, yakni orang yang berwenang memutuskan perkara
di pengadilan berdasarkan hukum Islam.16 Dari sekian banyak ulama yang ada
di Tanah Banjar, yang menarik bagi penulis untuk diangkat dalam skripsi ini
adalah salah satu ulama yang ada di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten
Banjar yaitu K.H. Muhammad Rosyad atau bisa dikenal dengan Guru Rosyad.
Beliau adalah salah satu ulama yang dihormati di tanah Banjar khususnya
di kota Martapura. Beliau ahli dalam ilmu tafsir dan hadist. Beliau mempunyai
keluasan ilmu agama dan kesalehan baik bagi masyarakat Banjar maupun luar
Muhammad Rosyad dikenal oleh masyarakat sebagai ulama yang paling suka
merakyat, sederhana dan peduli terhadap kaum miskin. Mengapa terjadi hal
demikian, karena tokoh ulama lebih dipatuhi dan dipercaya oleh masyarakat
disebabkan tokoh ulama selalu mengajarkan ilmu agama Islam dan mengajak
diantara wujud nyata dari semua itu berupa menggagas pendirian BMT Al-
Karomah Martapura.
manusia yang selalu mendekatkan diri pada sang pencipta, dengan ini
masyarakat lebih percaya bahwa tokoh ulama akan jauh dari perbuatan tercela
16
Ibid, hlm. x-xi.
7
2000”.
1. Batasan Temporal
Batasan temporal dalam penelitian ini yaitu rentang waktu dari tahun 1939
sampai dengan tahun 2000. Alasan pemilihan tahun 1939 karena merupakan
tahun kelahiran K.H. Muhammad Rosyad dan tahun 2000 adalah tahun beliau
wafat.
2. Batasan Spasial
Kabupaten Banjar karena ditempat ini beliau lahir, berkiprah sebagai ulama,
3. Batasan Subjek
Batasan subjek adalah mengenai aktor atau pelaku yang diteliti. Aktornya
4. Batasan Objek
Batasan objek mengenai apa yang dibahas dalam penelitian ini. Batasan yang
C. Rumusan Masalah
diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat secara teoritik dan praktis
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritik:
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan teori dan
konsep biografi tokoh ulama dan nilai-nilai pendidikan karakter seorang K.H.
2. Manfaat Praktis:
Kabupaten Banjar.
F. Metode Penelitian
tahapan yang harus dilakukan dalam proses menguji dan menganalisa antara
1. Heuristik
17
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 2.
10
dan juga penulis melakukan studi kepustakaan sebagai tambahan data untuk
pelaksanaan wawancara dapat berjalan efektif dan efisien serta terarah dalam
menggali sumber yang mengandung catatan dari masalah pokok yang diteliti.
pencarian sumber data, dalam hal ini terdapat dua jenis data, yaitu:
a. Jenis Data
1) Data Primer
terutama istri, anak, keluarga, kerabat, santri, dan warga sekitar. Selain
2) Data Sekunder
b. Sumber Data
1) Sumber Lisan
Muhammad Rosyad.
12
Muhammad Rosyad.
Muhammad Rosyad.
Irang Seberang.
Muhammad Rosyad.
tersebut.
2) Sumber Tertulis
yang didapat berupa data statistik dan peta, selain itu digunakan
3) Sumber Benda
dengan informan.
2. Kritik
mendapatkan kebenaran isi data) dan kritik ekstern (untuk mengetahui tingkat
keaslian sumber-sumber data). Dengan kata lain pada tahapan ini merupakan
koreksi apabila ada kekeliruan data yang mungkin terjadi dalam tahapan
pengumpulan data.
Kritik dilakukan terhadap sumber data yang tertulis dan sumber data lisan
terhadap fisik, misalnya terhadap sumber ataupun informan yang ada lebih
mengacu pada kebenaran fakta sejarah. Kritik ini dilakukan untuk mengetahui
Pada saat proses pengumpulan data baik itu dari hasil sumber lisan
atau pendapat yang berbeda-beda dari berbagai sumber. Pada tahap inilah
16
penulis melakukan pengujian tingkat keaslian data dan data mana yang benar-
benar bisa digunakan dalam penelitian. Tahap pengujian data (kritik) ini
para informan maupun berbagai hasil dari sumber tertulis yang juga berkaitan
dengan informasi yang ingin dikritik., sehingga diperoleh data yang benar-
3. Interpretasi
sebelumnya yaitu heuristik untuk melihat sumber dan kemudian kritik untuk
4. Historiografi
a. Biografi
riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut
individu. Biografi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang
berarti hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi
beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu
buku.
18
Daud, Safari, Antara Biografi dan Historiografi (Studi 36 Buku Biografi di
Indonesia). Jurnal Analisis Vol. 13, No.1 (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), hlm.
245.
19
Ibid.
20
Sutrisno Kutoyo, Suatu Pendapat Tentang Penulisan Pahlawan (Jakarta:
Depdikbud, 1983), hlm. 23.
18
tertentu, ada yang lebih penting dan ada pula yang kurang penting.
biografi.22
persoalan tujuan atau apa yang hendak ditulis. Bentuk dan isi biografi
terutama pada abad ke-21 M dimulai dengan awal mula kelahiran dari
21
Kuntowijiyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 204.
22
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka, 1992), hlm. 76.
23
Taufik Abdullah, Abdurahman Sorjomiharjo., Ilmu Sejarah dan Historiografi
“Arah Presfektif’’, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hlm. 60.
19
adalah watak atau pribadi dan yang kedua adalah tindakan-tindakan atau
24
R.Z Leirissa, Biografi, Prasarana Dalam Lokakarya, Pemikiran Biografi dan
Kesejahteraan (Jakarta: Depdikbud, 1983), hlm. 76.
25
Ibid, hlm. 53.
26
Abdurrachman Sorjomiharjdo, Menulis Riwayat Hidup Prasarana Dan loka
karya, Pemikiran Biografi Dan Kesejahteraan (Jakarta: Depdikbud, 1983), hlm. 68.
20
b. Ulama
Kata ulama secara etimologi yaitu bentuk plural dari kata Alim
ahli Agama Islam, bisa juga memiliki atau menjadi pemimpin pondok
maupun Quraniyah.31
dengan frasa yang singkat namun luas maksudnya, yaitu ulama ialah
27
A.W Munnawir, Kamus Al-Munnawir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), hlm. 966.
28
Muslim, Puang Kali Taherong: Biografi Dan Karamahnya, (Makassar: Balai
Litbang Agama, 2017), hlm. 300.
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Ibid.
21
SWT.32
secara profesional.
yang berilmu agama Islam dapat disebut ulama. Untuk menjadi ulama
adalah orang yang ahli dan memiliki pengetahuan mendalam soal agama
32
M. Abdul Muijeb, Ciri - Ciri Ulama Dunia Akhirat (Surabaya: CV Mahkota,
1989), hlm. 3.
22
tinggi dan mulia serta memiliki akhlak terpuji (akhlakul karimah), dan
33
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi (Yogyakarta: PT. Gramedia, 1983),
hlm. 7.
34
M. Abdul Muijeb, op. cit, hlm. 17.
35
Ibid.
36
Meminta fatwa yang dimaksud adalah meminta solusi atau jalan keluar terbaik
dari suatu permasalahan. Dalam masyarakat Banjar, biasanya masyarakat berkunjung ke
rumah Ulama untuk meminta solusi dan jalan keluar terbaik terkait permasalahan yang
dihadapinya. Biasanya permasalahan yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
23
datang dari Allah SWT maupu ilmu pengetahuan yang bersumber dari
c. Peranan
“peran” yang memiliki arti pemain sandiwara atau bisa diartikan sebagai
dan konsep dari bagian yang dilakukann oleh suatu pihak dalam posisi
Dalam hal ini, penulis menaruh perhatian pada peranan seorang tokoh,
37
Soejono Soekanto, Teori Peranan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 243.
38
Riyadi, Bratakusumah dan Deddy Supriady. Perencanaan Pembangunan
Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004) hlm. 138.
24
kehidupan masyarakat.
riwayat hidup dari Kyai Haji Ali Noordin Gazali serta peranan
Noordin Gazali sejak kecil telah giat belajar ilmu agama Islam
komite di MTs Negeri Satu Satui dan SDN Lima, selama menjabat
26
uang.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi dari skripsi ini, maka dibuat
Rosyad.
Kalimantan Selatan. Secara astronomis Kabupaten Banjar terletak diantara 114° 30'
20" dan 115° 33' 37" Bujur Timur serta 2° 49' 55" dan 3° 43' 38 Lintang Selatan.
Wilayah ini mempunyai luas sekitar 4.688 km 2 dan memiliki berpenduduk sekitar
366.260 jiwa yang terdiri dari 182.075 laki-laki dan 184.075 perempuan.1
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai
Tanah Bumbu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut dan Kota
sepenuhnya berupa dataran. Ada juga Perbukitan dan pegunungan di sebelah utara
dan timur. Di sebelah barat dan selatan terdapat dataran rendah berupa tanah biasa
dan tanah rawa. Sebagian daerah Kabupaten Banjar ditutupi oleh batu-batuan
sedimen dan terdiri dari dataran tinggi, selain itu juga wilayah Kabupaten Banjar
1
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 1984. hlm. 36.
2
Ibid.
28
29
merupakan daerah dataran rendah yang dilewati sungai besar yaitu sungai
Martapura, sungai Riam Kanan, dan sungai Riam Kiwa serta beberapa sungai-
Kecamatan Martapura yang merupakan sebuah wilayah dengan luas sekitar 42,03
Km2 dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 73.963 jiwa 3. Kecamatan ini
A. Kondisi Keagamaan
dimana dulu pernah menjadi ibu kota Kerajaan Islam Banjar yang berdiri pada
abad ke-15 hingga berakhir pada abad ke 19. Bagi masyarakat Banjar,
Martapura memiliki hisotris religiusitas yang kuat. Hal ini dibuktikan pernah
3
Ibid.
30
lahir di kota ini ulama-ulama besar yang menjadikan kota ini sebagai pusat
Pulau Kalimantan.
tersebut berhasil melahirkan banyak ulama dan da’i yang kemudia atas perintah
masih tetap bertahan sebagai pusat studi ilmu-ilmu Agama Islam di Kalimantan.
rumah-rumah para ulama Martapura menjadi sumber mata air bagi mereka yang
sangat besar sekali. Peran tuan guru tidak hanya sebagai penasihat di bidang
keagamaan, tapi juga terhadap berbagai bidang urusan dunia, seperti: minta
nasehat tempat mana yang bagus saat mau mendulang, minta doa agar lancar
dalam berdagang (berusaha), minta air tawar yang sudah dibacakan ayat-ayat
dengan kota-kota yang lain, yaitu dijuluki sebagai kota santri, kota intan, dan
31
kota serambi Mekkah. Ada tiga alasa yang menjadikan kota Martapura dijuluki
besar. Berdasarkan data dari Pondok Pesantren Al-Falah yaitu dari tahun 1998
smpai tahun 2001 mengalami lonjakan peminat hingga 30%. Diantara Pondok
simbol kesultanan Banjar.4 Jika melihat contoh kasus mengenai “keraton” yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mana pada suatu sisi terkenal
dengan tradisi feodalnya yang kuat, namun juga sanggup menampilkan citra
banyaknya perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS)
4
Wacana ini sudah lama muncul sekitar tahun 2006. Lihat, Banjarmasin Post edisi
sabtu 8 April 2006 dengan judul “Keraton Banjar Bakal Berdiri Lagi”.
32
terkenal. Untuk kasus Martapura, harapan kota santri sebagai simbol religiusitas
Martapura. Dengan karakteristik tersebut kota ini menjadi ikon sebagai pusat
Tengah dan Timur, bahkan sampai ke pulau Jawa. Para santri inilah yang
Di antara pusat pendidikan yang sangat terkenal dan tertua dari segi
Serambi Mekah dan kota santri untuk Kota Martapura sesuai dengan kondisi
realistis di lapangan. Sebagai kota berjuluk Serambi Mekkah dan Kota Santri,
kemasyarakatan.
5
Norpikriadi, Sejarah, Etnisitas, dan Kebudayaan Banjar (Yogyakarta: Ombak,
2015), hlm. 48.
33
agamis, yaitu Perda Jumat Khusyuk, Perda Ramadhan dan Perda Khatam Al-
Quran.
atau jamaah. Ini menjadi nilai tambah bagi perkembangan suatu daerah seperti
orang setiap harinya. Disamping itu, ada juga nama K.H. Muhammad Syarwani
Abdan (Guru Bangil), K.H. Muhammad Samman Mulia (Guru Padang), K.H.
Salman Jalil, K.H. Anang Sya’rani Arif, Tuan Guru K.H. Zainal Ilmi, KH
Sekumpul/Guru Ijai” itu bisa dartikan sebagai “magnet” Bumi Serambi Mekkah
6
Taufik El-Rahman, Tanah Banjar: Intelektualisme Tak Pernah Mati
(Banjarmasin: Penakita Publisher, 2012), hlm. 79.
34
Raudhah, Sekumpul, selalu dihadiri banyak jamaah dari berbagai daerah. Beliau
lainnya.
hadir, mulai dari tokoh ulama, masyarakat awam, artis, pejabat negara, pejabat
lokal, petinggi militer hingga para menteri dan presiden beserta wakilnya.
Dengan berlatar pendidikan Islam yang termasyhur itu, Martapura pun dijuluki
berbagai aspek kehidupan. Agama merupakan salah satu aspek yang yang
unsur keagamaan.
bahkan dalam hal-hal yang bersifat sosial budaya. 7 Ajaran Islam dijalankan
7
Nadhiroh, Religious and Gender Issues in the Tradition of Basurung and the
Polygamy of Banjar Tuan Guru in South Kalimantan, hlm. 267.
35
dengan patuh oleh urang Banjar, oleh sebab itu di Kalimantan Selatan
Islam yang dianut masyarakat Banjar tidak berhenti pada institusi kepercayaan
saja, melainkan sudah melebur pula pada tata kehidupan sehari-hari, dalam adat
majelis taklim di masjid tidak pernah sepi. Begitu pula kegiatan belajar mengaji
yang dilakukan oleh anak-anak di masjid dengan satu guru maupun dengan
memanggil guru mengaji ke rumah merupakan salah satu kegiatan yang tidak
8
Hadi, “Studi Etika Tentang Ajaran-Ajaran Moral Masyarakat Banjar” (Tashwir,
Jurnal Penelitian Agama Dan Sosial Budaya 3, no. 6, 2015), hlm. 216.
36
Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar pada tahun 1984
tercatat ada 121 jemaah haji. Para peminat untuk naik haji dan umrah selalu
meningkat tiap tahunnya. Bahkan yang sudah pernah haji dan umrah sekali
sebutan kota Serambi Mekkah, Martapura juga terkenal dengan julukan kotan
intan karena sebagai pusat transaksi penjualan dan tempat penggosokan intan
mulia, sehingga banyak wisatawan baik dari luar daerah bahkan sampai luar
C. Kondisi Ekonomi
kegiatan usaha yang unik dan banyak ditekuni oleh masyarakat secara turun-
temurun dari generasi ke generasi. Jika ditinjau dari aspek sosial, budaya dan
banyak orang, baik sebagai usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan
Selain itu, mampu menjadi daya tarik bagi dunia pariwisata jika dapat
dan batu permata sebagai Sentra Kerajinan Penggosokan Intan dan Batu
37
perindustrian dan perdagangan intan dan batu permata dengan adanya Pasar
sebagai salah satu kota produsen intan di Indonesia karena di wilayah Martapura
Di pasar Cahaya Bumi Selamat (CBS) ini dipasarkan segala jenis batu
intan permata dan dapat dibeli sebagai buah tangan khas Martapura. Toko-toko
permata yang ada di Martapura tidaklah seperti mall yang mewah, tapi hanya
merupakan pasar biasa dangan toko-toko kecil. Banyak toko (kios) yang
menawarkan batu permata dengan berbagai ukuran, bentuk, kualitas dan harga
yang bervariasi.
karena intan yang dihasilkannya (Intan Trisakti atau Intan Putri Malu misalnya),
tetapi juga para ulama besarnya. Maka dari itu, intan yang lebih kemilau dan
memancarkan cahaya yang lebih indah dari kota ini sebenarnya adalah ilmu dan
9
Bank Indonesia wilayah Kalimantan, Kerajinan Penggosokan Intan dan Batu
Permata Martapura (Banjaramasin: BI, 2013), hlm. 78.
BAB III
K.H. Muhammad Rosyad atau yang akrab disapa dengan Guru Rosyad
Banjar pada tanggal 03 Rabiul Awal 1358 H atau bertepatan dengan 15 April
1939. Beliau adalah adik kandung dari K.H. Badaruddin (Guru Ibad), atau
merupakan anak bungsu dari pasangan K.H. Ahmad Zaini dan Hj. Norjannah.
Ayah beliau K.H. Ahmad Zaini adalah seorang ulama yang terkenal sekaligus
Hal ini bisa dilihat dari kedisiplinan dan kecermatan K.H. Ahmad Zaini
semasa hidupnya ketika beliau banyak diberi amanah oleh masyarakat maupun
pasti harus siap untuk melayani berbagai keluhan masyarakat dalam beragama.
Hal ini dibuktikan terpilihnya K.H. Ahmad Zaini sebagai mufti pada saat itu.
Jabatan mufti bukan saja sangat bergengsi tetapi lebih dari itu, jabatan mufti
berbeda dengan saudara-saudara beliau seperti K.H. Husin Qadri dan K.H.
Badaruddin. Dalam hal ini kehidupan dan pergaualan sehari-hari beliau yang
1
Wawancara dengan K.H. Muhammad Naufal, anak dari K.H. Muhammad Rosyad
di Desa Tunggul Irang Seberang pada tanggal 12 Februari 2021.
2
Ibid.
38
39
penuh diliputi dengan suasana agamis. Sebab, seperti disinggung di atas beliau
adalah anak dari ulama berpengaruh di kota Martapura, selain beliau hidup di
tengah keluarga yang senantiasa taat dan patuh dalam menjalankan ajaran
menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada
dalam hubungan interaksi yang intim. Segala yang sesuatu yang diperbuat anak
memiliki hubungan dan keterikatan paling erat bagi orang-orang yang lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan tersebut. Keluarga atau rumah tangga terdiri dari
bapak, ibu, dan saudara yang tinggal secara bersama dalam satu rumah.
Anak yang lahir tidak mempunyai daya apa-apa tanpa ada bantuan dari
seorang ibu, ayah, dan keluarga lainnya. Lingkungan keluarga juga dapat
3
Ibid.
4
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak (Jakarta: CV Rajawali, 2010),
hlm. 19.
40
tingkah laku seseorang akan tampak dengan jelas dalam kehidupan sehari-
hari.5
keluarga yang sangat taat pada ajaran Agama Islam dan sangat memperhatikan
Abdurrahman (Guru Adu) adalah anak dari keturunan ulama juga, yaitu KH.
Zainuddin bin K.H. Abdus Shamad bin K.H. Abdullah al-Banjari. Bisa
dikatakan bahwa guru pertama K.H. Muhammad Rosyad yang pertama ialah
yang tidak seibu yaitu dengan K.H. Husin Qadri. Sejak kecil beliau telah
mendapat pendidikan agama dan disiplin yang tinggi dari kedua orang tuannya,
sehingga beliau terbiasa dan selalu haus akan ilmu agama untuk
memperdalamnya lagi. 6
1. Pengajian
Pengajian adalah salah satu institusi yang telah lama hadir sebagai
5
Karel J. Weger, dkk. Pengantar Sosiologi: Buku panduan Mahasiswa (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 105.
6
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
41
mayoritas para santri tapi ada juga masyarakat umum. Pengajian merupakan
salah satu dari pendidikan agama Islam yang sudah lama dikenal oleh
dalam menyebarkan agama Islam dan bisa juga sebagai pengerat tali
Dimana masyarakat belajar tentang ajaran agama Islam, mulai dari mengaji,
yaitu pengenalan dan pemahaman tentang tanda baca Al-Qur’an dan hukum
bacaan Al-Qur’an. Masyarakat Banjar juga belajar tata cara sholat serta
saudara beliau terdahulu, yakni K.H. Husin Qadri dan K.H. Badaruddin,
mengaji dengan orang tua sendiri, yakni K.H. Ahmad Zaini7. Secara
7
Wawancara dengan K.H. Muhammad Busiri, anak dari K.H. Muhammad Rosyad
di Desa Tunggul Irang Seberang pada 15 Februari 2021.
42
keluarga yang diwarnai suasana keagamaan yang kental, oleh sebab itu,
tidak heran apabila sejak kecil beliau cepat berkembang dalam memahami
8 tahun, tepatnya selesai pada tahun 1958. Baik semasa menjalani hidup
menggali atau menuntut ilmu sangat dijiwai beliau dan menjadi bagian yang
menetap di Bangil kurang lebih selama 2 tahun dan di Gresik selama 3 tahun
8
Ibid.
43
semakin mendalami ilmu agama khususnya ilmu Fiqh, Hadis dan Tassawuf,
yaitu dengan berguru kepada kaka beliau sendiri, K.H. Badaruddin, K.H.
Anang Sya’rani Arif, K.H. Semman Mulya dan K.H. Muhammad Syarwani
Abdan atau bisa dikenal dengan Tuan Guru Bangil, yang mana Tuan Guru
D. Masa Dewasa
Menikah juga bisa disebut dengan pelepasan masa dewasa. Dikalangan orang
Banjar, perkawinan dianggap sebagai perbuatan suci, yang harus dijalani oleh
semua orang. Seorang pemuda yang telah dewasa dibujuk agar segera menikah,
dengan mengatakan bahwa menikah itu adalah sunnah nabi dan agama,
9
Tim MUI Kalsel & Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin, op.cit. hlm. 196.
10
Alfani Daud. Islam & Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan
Banjar (Jakarta: PT. Raja Grapindo, 1997), hlm. 73.
44
istri, yaitu yang pertama bernama Hj. Hamidah binti H. Salim dan yang kedua
bernama Hj. Sholatiah binti Abu Bakar. Di umur 24 tahun tepatnya pada bulan
Mei 1963, beliau menikah dengan istri pertamanya dan dikaruniai 7 orang
anak, diantaranya Hj. Miskiah, K.H. Farid Miski, Hj. Nurhabsiah, K.H.
Muhammad Naufal, K.H. Muhammad Busiri, K.H. Muhammad As’ad, dan Hj.
Kurratul Ain, sedangkan dengan istri kedua, beliau resmi menikah diumur ke
41 tahun tepatnya pada bulan Maret 1981 dan tidak memiliki anak atau
keturunan.11
diperintahkan oleh guru beliau yaitu K.H. Syarwani Abdan (Guru Bangil)
Beliau berdagang intan Eropa bersama teman beliau yang ada di Solo, bernama
H. Muhdor.
yang masih mentah, untuk digosok dan diolah di Martapura. Sesudah jadi
11
Wawancara dengan Hj. Sholatiah Istri ke-2 dari K.H. Muhammad Rosyad, di
Desa Pesayangan Utara pada tanggal 13 Februari 2021.
12
Wawancara dengan K.H Muhammad As’ad, anak dari K.H. Muhammad Rosyad,
di Desa Tunggul Irang Seberang pada tanggal 15 Februari 2021.
45
Jawa, khususnya ke daerah Solo dan Gresik untuk dijual. Tidak bisa dipungkiri,
sebagai daerah penghasil intan yang telah berlangsung sejak lama, sejak
sebelum zaman Hindia Belanda pasar Martapura ramai oleh pengrajin dan
Tidak heran, kota Martapura dijuluki dengan nama “Kota Intan” karena
banyak masyarakatnya yang menjadi pedagang intan di dalam dan luar daerah
dan usaha mereka berjalan lancar. Hal ini juga dialami oleh K.H. Muhammad
Rosyad, berkat semangat dan kegigihan beliau dalam berdagang intan, beliau
mampu berangkat ke tanah suci Mekkah dalam rangka menunaikan ibadah haji
F. Kepribadian
rajin ketika mengajar. Beliau tidak pernah absen pada saat mengajar di Pondok
Martapura. Dalam kondisi apapun, bahkan waktu beliau sakit. Pernah tahun
1999 pada saat beliau pulang berobat selama seminggu dari Jakarta karena sakit
13
Alfani Daud, op.cit. hlm. 446.
14
Wawancara dengan K.H Farid Miski, anak dari K.H Muhammad Rosyad, di Jalan
Pintu Air pada tanggal 13 Februari 2021.
46
guru yang tegas dan disiplin. Apabila ada santri-santri beliau yang keliru pada
saat membaca kitab, langsung beliau tegur dan beliau ajarkan bagaimana cara
membacanya yang benarnya. Begitu juga pada saat masuk kelas, beliau tidak
pernah terlambat. Beliau selalu tepat waktu dalam mengajar bahkan ada santri
yang terlambat langsung beliau tegur agar tidak mengulangi lagi. Tidak hanya
dari lisan, beliau juga memberikan teladan melalui tindakan agar dapat
Beliau dikenal oleh masyarakat sebagai sosok ulama yang paling suka
merakyat, beliau suka bergaul dengan siapa saja, tidak suka pilih-pilih teman.
Beliau tidak membedakan kasta dalam bergaul dimasyarakat, apakah orang itu
pejabat, pedagang bahkan pengemis sekalipun tetap beliau hormati. Tutur kata
beliau lemah-lembut dan hampir tidak pernah berkata dengan kasar, maupun
yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Beliau selalu datang apabila ada
datang ke acara Maulid Nabi dan disana beliau seperti biasa, memimpin acara
15
Wawancara dengan Bapak Izzudin, kerabat K.H Muhammad Rosyad, di Institut
Agama Islam Darussalam Martapura pada tanggal 15 Februari 2021.
16
Ibid.
17
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
47
makanan atau makanan yang tidak boleh dimakan agar penyakit yang diderita
tidak kambuh. Hal ini tidak berlaku bagi K.H. Muhammad Rosyad, beliau
memiliki prinsip “Mun sudah waktunya mati, mati ay sudah” beliau makan apa
saja yang tuan rumah suguhkan, tidak ada permintaan khusus dari beliau untuk
Akhlak dan budi pekerti beliau sangat mulia dan terpuji, sehingga
pergaulan sehari-hari, karena kepribadian beliau seperti itu lah yang membuat
masyarakat yang sering datang ke rumah beliau. Beliau tidak jarang dimintai
pendapat atau restu khusus, baik oleh masyarakat, pemuka dan tokoh
Pada saat suasana yang bisa dikatakan “kritis” lantaran ada gejolak atau
konflik tertentu, beliau tidak jarang pula dimintai saran, petunjuk maupun
fatwa khusus mengenai hal tersebut. Bisa dikatakan segala pendapat, petuah,
restu dan fatwa yang beliau keluarkan besar sekali pengaruhnya ditengah-
tengah masyarakat Martapura baik itu dari kalangan pejabat hingga kalangan
18
Ibid.
19
Ibid.
48
menengah ke bawah. Tidak jarang, apa yang keluar dari mulut beliau, bisa
masalah.20 Dalam hal ini baik kaitannya dengan agama atau yang ada
tangga yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak-anak dan
G. Tutup Usia
Kematian adalah salah satu peristiwa yang pasti terjadi dalam realitas
sosial. Tidak ada yang kekal dan abadi di dunia ini. Semua makhluk yang
memiliki ruh atau jiwa pasti akan menjumpai yang namanya kematian. Begitu
juga yang dialami oleh K.H. Muhammad Rosyad dengan siklus kehidupan
yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, dari muda menjadi tua, sehat
menjadi sakit, dan hidup menjadi mati. Setelah banyak memberikan kontribusi
dalam bidang agama, pendidikan, dan ekonomi, pada tahun 1999 beliau mulai
sakit-sakitan.
Banyak sekali penyakit yang beliau derita, mulai dari jantung hingga
perut beliau bengkak dan diabetes. Walaupun dalam keadaan sakit, beliau tetap
20
Ibid.
21
Ibid.
49
tahun pada tanggal 5 Rabiul Awal 1442 H atau bertepatan pada hari Kamis 8
Juni 2000, sesudah salat Ashar sekitar pukul 17.00 WITA di kediaman beliau
dengan makam K.H. Abdurahman (kakek beliau), K.H Ahmad Zaini (ayah
beliau), K.H. Husin Qodri dan K.H. Badaruddin (kakak beliau). Yang mana
22
Ibid.
50
kubah tersebut dikenal dengan nama Kubah Lima Wali Tunggul Irang 23. Berita
Martapura.
karena kehilangan sosok ulama yang sederhana, tawadhu, dan dicintai. Banyak
dari masyarakat bahkan ulama yang tidak kuasa menahan tangis saat prosesi
pemakaman beliau. Suasana duka masih terasa pasca dua hari pemakaman
beliau hingga berita wafatnya beliau masuk dalam surat kabar terbitan Radar
23
Ibid.
BAB IV
TAHUN 1939-2000
A. Kegiatan Pengajian
pada tahun 1957 di usia 18 tahun. Langkah pertama yang dilakukan oleh beliau
dalam dakwah Islam adalah dengan membuka kegiatan pengajian yang dimulai
Pengajian pertama beliau tersebut dihadiri para ulama dan para habaib, satu
diantaranya Al-Habib Zein bin Muhammad Al-Habsyi dari desa Kampung Melayu
Martapura.1
keimanan, keilmuan dan pengalaman nilai-nilai ajaran Islam yamg bersumber dari
1
K.H Muhammad Busiri, op.cit.
2
Eka Selviana Dewi, “Haji Abdul Hamid (Guru Hamid) Ulama Di Kecamatan Gambut
Kabupaten Banjar Tahun 1966-2010, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2013, hlm 63
51
52
Al-Qur’an dan Hadist serta ijtihad para ulama untuk menjawab berbagai
hajatan. Kegiatan seperti ini tidak mengenal jenjang atau kelas dan umur, semua
lapisan masyarat dapat hadir untuk belajar langsung dengan para ulama yang
memberikan pengajian.
biasanya menggunakan bahasa Banjar ditambah dengan sedikit komedi agar para
53
jemaah tidak tegang dan mudah menyerap materi yang beliau sampaikan. Beliau
juga selalu memberikan amalan-amalan yang bagus dan cocok untuk diamalkan
pada setiap bulannya. Misalkan keutamaan dan amalan yang bagus pada bulan
Rajab yaitu dianjurkan membaca Sayyidul Istighfar sebanyak tiga kali setiap pagi
dan sore.3
akidah, syariah, dan akhlak. Dalam menyampaikan ilmu akidah, beliau berharap
agar masyarakat selalu bertaqwa dan mempertebal keimanan kepada Allah SWT.
Apabila seluruh masyarakat memiliki akidah yakni meyakini adanya Allah SWT
keyakinan akan adanya Allah SWT, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan
Syariah merupakan penjelasan mengenai akidah dan ibadah yang diarahkan untuk
menata kehidupan dan mengatur hubungan manusia. Masalah Syariah bukan hanya
terbatas pada ibadah kepada Allah tetapi juga membahas mengenai masalah-
3
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
4
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
5
Ibid.
54
atas semua karunia tuhan, berbuat baik dan saling membantu antar sesama umat
manusia, berbakti kepada orang tua, dan selalu sopan santun baik kepada yang lebih
muda ataupun yang lebih tua. Apabila semua sudah dilakukan Insya Allah hidup
akan merasa tenang dan damai. Adapun kitab yang beliau jadikan referensi dalam
Kitab tafsir al-Jalalain adalah kitab yang menitikberatkan tafsir Al-Qur’an dari
segi kaidah bahasa, sehingga cocok bagi mereka yang ingin mempelajari Al-
Qur’an dari sisi bahasa. Kitab tafsir ini ditulis oleh dua orang, yaitu Imam
Jalaludin al-Mahally dan Imam Jalaludin as-Suyuthi. Kitab ini terkenal dan
yang ringkas dalam kitab ini sehingga dikenal dengan metode ijmali (global).
Metode ijmali memiliki ciri yang sangat ringkas dalam meanfsirkan ayat yang
dilakukan secara berurutan (‘ala tartib al-mushaf) dari satu ayat ke ayat yang
lain dan dari satu surat ke surat yang lain.7 Kitab ini diajarkan pada saat
pembukaan pengajian rutin setiap hari Rabu malam di Mesjid Jami Martapura
6
K.H Farid Miski, op.cit.
7
Abu al-Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudu’I (Mesir: Maktabah al-
Jumhuriyyah, 1997), hlm. 25.
55
Oktober 1979.8
Kitab ini berisi kumpulan hadist Nabi Muhammad SAW yang disusun oleh
Seorang ulama Hijaz yang bernama Syaikh Muhammad bin Al-Ian as-Shiddiqi
ke dalam sebuah kitab sebanyak 4 jilid yang berjudul Dalilul Falihin Li Thariqi
Riadhus Shalihin. Kitab Riyadhus Shalihin ini juga sangat terkenal di kalangan
ulama ahlusssunah wal jama’ah, khususnya bagi para ulama dan santri di
Indonesia. Isi pada kitab ini membahas mengenai masalah hati, kebersihan jiwa,
Ketiga materi itulah yang sering diajarkan oleh K.H Muhammad Rosyad
kepada para jemaahnya. Materi-materi tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
berkaitan satu sama lain. Beliau juga menceritakan sejarah ulama-ulama Banjar
8
Wawancara dengan K.H Muhammad As’ad anak dari K.H Muhammad Rosyad, di
Desa Tunggul Irang Seberang pada 15 Februari 2021
9
Hani Nuraeni, “Kualitas Terjemahan Kitab Riadhus Shalihin II Karya Salim
Bahreisy”, Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2015, hlm. 30-32.
56
setiap hari Rabu malam pukul 19.00 sesudah salat Maghrib sampai menjelang
waktu salat Isya. Pengajian tahunan yang rutin dilaksanakan oleh beliau biasanya
dari Desa Tunggul Irang saja namun juga berasal dari berbagai desa yang ada di
Martapura. K.H. Muhammad Rosyad tidak menghasilkan karya tulis seperti kitab
selama karir dakwahnya, namun beliau selalu mengajarkan kitab-kitab yang pernah
terhadap ilmu dihabiskan untuk belajar dan mengajar. Bahkan ketika sakit-sakitan
beliau tetap semangat mengajar santri-santri beliau. Bagi beliau pendidikan Agama
harus selalu diajarkan dan ditegakkan. Berikut kontribusi beliau dalam dunia
pendidikan.
10
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
57
Kalampayan Bangil
pada tahun 1964 beliau sudah mulai mengajar di Pondok Pesantren Datu
ajarkan adalah tafsir dan hadist, karena keahlian beliau dikedua bidang ilmu
tersebut.
anaknya.11 Beliau membimbing para santri dengan penuh kasih sayang dan
disiplin tinggi, yang tidak membedakan status sosial, harta atau pun derajat
dari mana dan anak siapa atau pun berapa imbalan materi yang bakal
11
Ibid.
58
Tinggi Ilmu Syariah (STIS) fakultas Fiqhiyah Ma’had Aly. Beliau mengajar
ilmu tafsir. Pada saat menjadi dosen, beliau protes kepada pimpinan sekolah
tinggi tersebut karena dinilai kurikulum yang diajarkan pada saat itu terlalu
menjadi ulama intelektual harus dijejal dengan ilmu-ilmu agama yang luas dan
dalam.12
Metode mengajar yang beliau gunakan pada saat itu adalah dengan
fokus pada satu materi hingga materi tersebut dapat kita kuasai secara
beliau menekankan untuk fokus mempelajari tafsir tersebut sampai tuntas agar
para santrinya menjadi ulama yang cerdas dan mampu menjawab pernyataan
umat.
teladan). Beliau sangat berharap agar para santri sebagai generasi penerusnya
12
Bapak Izzudin, op.cit.
59
dihadapi dikemudian hari lebih berat dan lebih besar daripada sekarang. Salah
satu tujuan beliau dalam pendidikan yang beliau laksanakan adalah mencetak
kader ulama (pemimpin) dan mubaligh Ahlussunah wal Jama’ah yang mampu
BMT merupakan singkatan dari baitul mal wa tanwil atau baitul mal wat
baitul tanwil. Secara etimologi baitul mal berarti rumah dana dan baitul tanwil
kualitas eknomi pengusaha mikro antara lain mendorong kegiatan menabung dan
Menurut Abdul Aziz dan Mariya Ulfah, BMT adalah Lembaga keungan
mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis
usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
13
Ibid.
14
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tanwil (BMT) (Yogyakarta: UII
Press, 2004), hlm. 126
15
Abdul Aziz dan Mariya Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 115.
60
Indonesia (BMI) pada tahun 1992, yang mana pada praktiknya BMI berlandaskan
nilai-nilai Syariah. Setelah berdirinya BMI timbul peluang untuk mendirikan bank-
BMI dinilai kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah. Maka
dibentuklah bank dan keungan mikro lainnya, yaitu Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang bertujuan untuk
hanya berhenti pada tingkatan ekonomi makro saja, tetapi juga telah menyentuh
sektor yang paling bawah yaitu ekonomi mikro. Kelahiran BMT sangat menunjang
agama yang masih rendah, sehingga fungsi BMT sebagai lembaga ekonomi dan
dari keresahan beliau terhadap umat Islam yang memiliki taraf ekonomi rendah
16
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keungan Syariah: Deskripsi Dan Ilustrasi
(Yogyakarta: Ekosoria, 2012), hlm. 108.
17
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta: PT ISES
Consulting Indonesia, 2008), hal. 23.
61
namun ingin memiliki usaha dan menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi
yang bersifat non Islam. Beliau tidak ingin timbul presepsi ditengah masyarakat
Dari situlah muncul gagasan dari beliau untuk mendirikan sebuah Lembaga
keuangan Syariah sebagai sarana untuk mensejahterkan kaum fakir miskin. Pada
tahun 1997 diadakan pertemuan bersama pengurus Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
H.M. Djuhdi, Dr. H.M. Quzwini, M.Ag, Dr. H.A. Fauzan Saleh, M.Ag, Drs. Agus
agar pada pelaksanaannya bisa tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan prinsip
kediaman Dr. H.M Quzwini, M.Ag yang beralamat di Komplek Pangeran Antasari
Blok C nomor 2 Kecamatan Martapura Kota. Pada pertemuan kedua itu membahas
pembentukkannya.
18
Bapak Izzudin, op.cit.
19
Wawancara H.M. Quzwini, Kerabat K.H Muhammad Rosyad di Komplek Pusat
Pertokoan Sekumpul Martapura, 22 Februari 2021.
62
November 1998. Keberadaan BMT saat itu berada di bawah Yayasan AL-Karomah
dengan Salinan akta Notaris Aristyo SH, Nomor 11 tanggal 3 November 1999. 20
Pada awal berdiri, BMT Al-Karomah memiliki modal awal sebesar Rp. 23.000.000
yang dihimpun dari seluruh pengurus. 21 Kehadiran BMT ini mendapat respon yang
positif dari masyarakat Kabupaten Banjar, sebab BMT dapat dijadikan sebagai
alternatif membangun modal usaha berbasis Syariah, akan tetapi dalam aspek
Maka dari itu seluruh pengurus berupaya untuk mendapatkan badan hukum
dan akhirnya terbit surat keputusan Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil
Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang menegaskan bahwa Koperasi Syariah al-
Karomah Martapura berdasarkan akta notaris Abdul Khair Razikin, SH, M.Kn
20Ibid.
21Ibid.
22Ibid.
23Ibid.
24
Ibid.
63
karena memiliki arti anugerah dari Allah, dengan harapan segala jenis usaha yang
badan usaha koperasi yang bergerak pada pembiayaan simpan pinjam (mudharab,
murabahab, musyrakah, al qard hasan, raihan dan lain-lain), serta sektor jasa jasa
Koperasi Syariah ini menganut 2 (dua) fungsi, yaitu sebagai Baitul Tamwil
investasi, serta Baitul Maal berfungsi sebagai penerima dana sosial seperti zakat,
infak, sedekah, hibah, wakaf, dan lain-lain.25 Koperasi Syariah ini beralamat di
Martapura.
religious. Keberadaan Koperasi Syariah ini terus mendapat respon positif dari
masyarakat dan pemerintah daerah dalam mendukung visi misi daerah serta
Koperasi Syariah BMT Al-Karomah masih tetap eksis dan sangat membantu
25
Ibid.
64
dapat dipandang sebagai salah satu agen perubahan (agent of change), sebab
serta kedudukannya yang tinggi dalam tatanan masyarakat juga karena ulama
pada umumnya.
itu, dilihat dari kedudukannya sebagai kelompok elit kaum santri yang
masyarakat menjadi lebih tau yang mana yang baik untuk dilakukan dan yang
26
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyai dalam Masyarakat Jawa (terjemahan bahasa
Indonesia, oleh Aswab Mahasin) (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981), hlm.173.
65
mana tidak baik dan harus ditinggalkan. Itulah yang membuat ulama adalah
kedepannya. Beliau memberikan bekal ilmu agama Islam yang berguna bagi
kehidupan dunia dan juga sebagai bekal di akhirat. Banyak kepribadian dan
tingkah laku dari beliau yang bisa dijadikan panutan bagi generasi penerus
Selain berdakwah juga ada beberapa perbuatan dan kegiatan beliau yang
dapat memberikan manfaat serta patut untuk ditiru, diantaranya adalah beliau
ulama yang merakyat dan senang membantu orang lain, seperti manalkinkan
orang yang sudah meninggal, dan juga beliau menjadi khatib serta
tanpa pamrih, yang berjuang senantiasa selalu ikut serta dalam kegiatan agama
Islam, serta peduli terhadap pendidikan dan fakir miskin menjadikan beliau
walaupun usianya sudah tua bahkan pada saat beliau sakit-sakitan. Tujuan dari
27
K.H Muhammad Naufal. op. cit.
66
K.H. Muhammad Rosyad hanya satu yaitu membawa keluarga dan masyarakat
ke arah yang lebih baik dengan selalu berpegang kepada agama Islam. Baik
dalam urusan dunia maupun persiapan bekal di akhirat nanti.28 Bagi ulama,
dalam buku sejarah dengan tinta emas, mereka berkorban tidak lain demi
kemaslahatan kaum muslimin dan kejayaan Islam, karena mereka sadar betul
akan posisi mereka sebagai suri tauladan bagi umat. Seandainya dulu mereka
bersikap lemah tentulah umat ini sudah jauh lebih tidak berdaya. 29
yang sholeh dan sholehah. Beliau selalu meluangkan waktu untuk memantau
terarah dan jauh dari keburukan. Beliau merupakan sosok suami yang
tapi tidak keras, beliau tidak pernah memaksakan kehendaknya dan mau
28
K.H Muhammad Naufal. op.cit.
29
Syaikh Syarif Abdul Azis, Cobaan Para Ulama, 29 Kisah Ulama Besar Dalam
Menghadapi Ujian Dakwah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 2012), hlm 1.
67
bernama K.H Muhammad Naufal meraih gelar Sarjana Agama pada tahun
2000.30
ke jalan yang benar, maka akan mudah juga membawa umat ke jalan yang
benar. Jika tidak bisa menjadi teladan bagi keluarganya, maka masyarakat pun
menjadi ketua Nazir Mesjid Agung Al-Karomah pada tahun 1993-2000, ketua
Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Banjar tahun 1995, ketua Rais Syuriyah
serta terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Banjar ditahun yang sama. 32
30
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
31
Wawancara dengan Bapak Sarbani, kerabat K.H Muhammad Rosyad, di Kantor
Pengurus Wilayah NU pada 20 Februari 2021
32
Ibid.
68
dikenal tegas dan merakyat. Yang membuat beliau dikenal tegas adalah karena
ilmu yang dimilikinya serta keribadinnya yang rendah hati, santun, dan tak
kenal lelah membimbing masyarakat dengan ilmu ajaran Islam hingga akhir
hayat beliau.
memandang status sosial agar terlibat aktif, tidak hanya pada aktivitas
keagamaan saja, namun beliau juga sealu aktif dalam aktivitas sosial,
seperti jika ada orang yang mengadakan hajatan yang mengundang beliau pasti
beliau sempatkan datang, menakilkan orang yang meninggal dunia, dan lain
sebagainya.33
Muhammad Rosyad tidak hanya memberikan tausiah dan ceramah saja dalam
kegiatan dakwah, tetapi juga dari sifat dan kepribadian yang sangat dekat
pada ilmu saja tetapi juga pada akhlak atau adab dari pribadi umat manusia.
Menurut beliau ilmu tanpa adab tidak akan bermanfaat, dan ilmu yang tidak
33
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
69
disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi keburukan atas
tetapi hal lain yang tidak terlupakan adalah keteladanannya yang tak kenal
lelah dalam menuntut ilmu. Itulah yang juga diharapkan K.H. Muhammad
Rosyad kepada masyarakat, agar jangan merasa puas dengan ilmu yang
dimiliki, tetapi belajar dan terus belajar karena ilmu itu sangat besar
manfaatnya.
Berikut adalah sifat-sifat keteladanan yang dimiliki dan diterapkan oleh beliau
a. Tawadhu
kata beliau sangat sopan dan tidak pernah merasa berbeda diantara
Tawadhu berarti rendah hati, lawan dari sombong atau takabur.35 Hal ini
34
Ibid.
35
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklaq (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 123.
70
baiknya diajarkan dengan orang disekitar kita dengan lemah lembut dan
sifat tawadhuk, lemah lembut, dan sikap santun merupakan sifat yang akan
mereka akan mau mengambil manfaat dari ilmunya. Maka dari itu, untuk
banyak anak-anak beliau yang mengikuti jejak beliau, baik itu menjadi
Martapura.
b. Senantiasa Bersyukur
nikmat oleh Allah SWT, melainkan juga diberikan cobaan berupa musibah
(segala puji bagi Allah). Bersyukur atas nikmat berupa apa saja yang
beliau bukan menerima begitu saja keadaan yang sedang dihadapi, akan
hanya berdiam diri saja untuk menggapai cita-citanya, ia perlu belajar dan
keinginannya tercapai ia harus ingat untuk bersyukur dan selalu rendah hati,
agama Islam. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang memerintahkan untuk
guru beliau baik itu ulama bahkan habib sekalipun. Beliau pernah berkata
Barang siapa yang memuliakan orang alim atau ulama maka sama
36
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
37
Ibid.
72
lainnya guna memperluas ilmu agama yang telah dimiliki. Jika seseorang
belajar tanpa guru dan mencoba memahami sendiri maka yang akan keluar
adalah hanya sebuah ilusi. Ilusi inilah yang diharapkan oleh setan untuk
tidak melalui silsilah yang jelas (sanad) dan sampai ke Rasulullah SAW
salah. Jika seseorang tersebut belajar melalui silsilah (sanad) yang jelas,
maka keberkahan ilmu tersebut akan selalu menyertainya. Maka dari itu
beliau berpesan untuk selalu mencintai dan bertanya kepada para ulama
38
Ibid.
39
Ibid.
73
ilmu merupakan amanah dan tanggung jawab yang harus di emban dan
yang tidak benar kepada masyarakat. Begitu pula masyarakat diminta agar
jangan menyampaikan kepada orang lain apa yang tidak pernah beliau
sampaikan.
ada sesuatu hal yang bertolak belakang dengan prinsip dan ajaran Agama
Islam, maka beliau menjauhi hal tersebut.40 Hal ini dapat dilihat pada saat
masyarakat.41
Setelah habis masa jabatan beliau diminta untuk maju lagi sebagai
dengan tegas. Bukan tanpa alasan, beliau menolak karena beliau melihat
dan merasakan menjadi pejabat publik penuh dengan godaan yang tidak
baik, yang tidak sesuai dengan prinsip hidup beliau. Maka dari itu beliau
40
Wawancara dengan K.H. Sofwannur, santri dari K.H. Muhammad Rosyad di
Komplek Abdi Persada Jalan Banua Anyar Banjarmasin.
41
Bapak Izzudin, op.cit.
74
lebih luas lagi, paling tidak kepada keluarga sendiri terlebih dahulu. 44
Karomah yang diberikan oleh Allah SWT kepada beliau. Satu diantara
Karomah beliau adalah beliau memiliki otak yang luar biasa cerdas dengan
hafalan atau ingatan yang sangat kuat. Beliau cukup sekali membaca sebuah
kitab, maka beliau akan selalu ingat dan hafal isi dari kitab tersebut.45
42
Ibid.
43
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
44
Ibid.
45
K.H. Sofwannur, op.cit.
75
Hal tersebut tidak mudah dan instan beliau dapatkan, perlu usaha dan
amalan atau amaliyah yang harus istiqomah diamalkan. Satu diantara usaha
sosok ulama yang tidak bisa berdiplomasi, ketika pengajian bahasa yang
46
Izzudin, op.cit.
BAB V
SIMPULAN
1939 yang lahir dari pasangan K.H. Ahmad Zaini dan Hj. Norjannah. Beliau wafat
diumur 63 tahun pada tanggal 5 Rabiul Awal 1442 H atau bertepatan pada hari
Kamis 8 Juni 2000, sesudah salat Ashar sekitar pukul 17.00 WITA. Beliau
dilahirkan dari keluarga yang dihormati, Ayah beliau merupakan ulama yang cukup
berpengaruh, terkenal dan sekaligus mufti pada saat itu. Beliau dididik dan
Berbekal ilmu dan pengalamam agama Islam yang didapat dari orang
tuanya serta guru beliau di daerah tempat tinggal dan diluar daerah, K.H.
Muhammad Rosyad tumbuh menjadi sosok ulama yang dihormati, tegas dan
tidak kenal lelah berjuang untuk masyarakat dalam berbagai bidang seperti
bergaul dengan siapa saja, dan suka menolong. Peran beliau sebagai ulama dapat
dilihat dari kegiatan yang beliau lakukan yaitu: membuka pengajian pertama pada
76
77
Martapura setelah salat Maghrib. Pengajian tahunan dilaksanakan saat peringatan hari
besar Islam, contoh pada saat Isra Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tinggi Ilmu Syariah. Ketiga, mendirikan lembaga keuangan Syariah bersifat informal
ekonomi umat Islam di Martapura yang banyak tidak menerapkan sistem ekonomi
Syariah. Beliau ingin, dengan adanya koperasi Syariah ini dapat membantu ekonomi
menjauhkan dari praktik ekonomi non Islam. Keempat, menjadi ketua Nazir Mesjid
Peran beliau sebagai ulama tidak hanya melalui pendidikan dan ekonomi, beliau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupten Banjar dari Fraksi Partai
Golkar, Ketua Badan Amil Zakat Kabupaten Banjar dan pernah menjadi Ketua Rais
besar dalam pembentukan mental spiritual umat melalui keilmuan dan kiprahnya
selama hidup. Melalui aktivitas dakwah beliau yang luar biasa patut di apresiasi dan
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Tertulis
Abdullah, Taufik & Abdurahman Sorjomiharjo. 1985. Ilmu Sejarah dan
Historiografi “Arah dan Presfektif’’. Jakarta: PT. Gramedia.
Abu al-Hay al-Farmawi. 1997. al-Bidayah fi Tafsir al-Maudu’i. Mesir:
Maktabah al-Jumhuriyyah.
Aziz, Abdul dan Mariya Ulfah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam
Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Azis, Syaikh Syarif Abdul. 2012. Cobaan Para Ulama, 29 Kisah Ulama Besar
Dalam Menghadapi Ujian Dakwah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Jakarta.
Ananta, Aris dkk. 2003. Demography of Indonesia S Ethnicity. Singapore:
Institute Southeast Asian Studies.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar. 1984. Kabupaten Banjar Dalam Angka
1984. Kantor Statistik Kabupaten Banjar.
Daud, Alfani. 1997. Islam & Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa
Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT. Raja Grapindo.
Daud, Safari. 2013. Antara Biografi dan Historiografi (Studi 36 Buku Biografi
di Indonesia). Jurnal Analisis Vol. 13, No.1. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Dewi, Eka Selviana. 2013. “Haji Abdul Hamid (Guru Hamid) Ulama Di
Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Tahun 1966-2010, Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin.
El-Rahman, Taufik. 2012. Tanah Banjar: Intelektualisme Tak Pernah Mati.
Banjarmasin: Penakita Publisher.
Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyai dalam Masyarakat Jawa (terj).
Jakarta: Pustaka Jaya.
Hamid, Harizah. 1991. Majelis Ta’lim. Jakarta: Bulan Bintang.
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Hasyim, Umar. 1983. Mencari Ulama Pewaris Nabi. Yogyakarta: PT.
Gramedia.
Ideham, M. Suriansyah, dkk (ed.). 2003. Sejarah Banjar. Banjarmasin: Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhklaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karel J. Weger, dkk.1993. Pengantar Sosiologi: Buku panduan Mahasiswa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kartono, Kartini. 2010. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV
Rajawali.
79
B. Sumber Lisan
H. Farid Miski. 55 tahun. Guru di MTs Iqdamul Ulum. Wawancara pada tanggal
13 Februari 2021. Alamat Jalan Pintu Air Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar.
80
Lampiran
82
Sumber: Internet
87
Sumber: Internet
94
Lampiran 10. Foto Kitab Tafsir Jalalain & Kitab Hadist Riyadhus Salihin
Lampiran 11. Foto Surat Nikah K.H. Muhammad Rosyad dengan Istri
(Hj.Hamidah)