Anda di halaman 1dari 119

BIOGRAFI K.H.

MUHAMMAD ROSYAD DAN PERANANNYA


SEBAGAI ULAMA DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA
KABUPATEN BANJAR TAHUN 1939-2000

MUHAMMAD PUTRA WAHYU PERDANA


NIM. 1710111110012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
BIOGRAFI K.H. MUHAMMAD ROSYAD DAN PERANANNYA
SEBAGAI ULAMA DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA
KABUPATEN BANJAR TAHUN 1939-2000

MUHAMMAD PUTRA WAHYU PERDANA


NIM. 1710111110012

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
i
ii
ABSTRAK

Muhammad Putra Wahyu Perdana, 2021, Biografi K.H Muhammad Rosyad


Dan Peranannya Sebagai Ulama di Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar Tahun 1939-2000. Skripsi Program Studi Pendidikan
Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas
Lambung Mangkurat. Pembimbing I Mansyur, S.Pd, M.Hum dan
Pembimbing II Wisnu Subroto, S.S, M.A.

Latar belakang penelitian adalah besarnya pengaruh ulama dalam


kehidupan masyarakat Martapura. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan
biografi K.H. Muhammad Rosyad dan menjelaskan peranannya sebagi ulama di
Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar Tahun 1939-2000.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, pertama heuristik atau
pengumpulan data yang dilakukan melalui metode wawancara. Tahap kedua
dilakukan kritik data. Tahap ketiga interpretasi, dan tahap terakhir historiografi
yaitu menulis hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa K.H Muhammad Rosyad lahir dari
pernikahan pasangan K.H. Ahmad Zaini dan Hj. Noorjanah pada tanggal 15 April
1939, dan wafat pada hari Kamis 8 Juni 2000 diusia 63 tahun. Peranan K.H
Muhammad Rosyad dalam dakwah yaitu beliau membuka pengajian rutin setiap
hari Rabu malam. Beliau juga menjadi tenaga pengajar di Pondok Pesantren
Darussalam Martapura, Datu Kalampayan Bangil dan Sekolah Tinggi Ilmu
Syariah. Beliau merupakan satu diantara ulama yang mana perkataan dan tindakan
selaras dalam membina umat, hal ini dibuktikan beliau mendirikan sebuah
lembaga keuangan bernama Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura yang
sampai sekarang masih tetap eksis dengan tujuan membantu perekonomian umat,
khususnya masyarakat Martapura.
Kesimpulan penelitian, sebagai ulama K.H. Muhammad Rosyad berperan
besar dalam penyebaran dakwah islam di kota Martapura.

Kata Kunci: Muhammad Rosyad, Peranan, Ulama, Martapura.

iii
RIWAYAT HIDUP

Muhammad Putra Wahyu Perdana lahir di Kota


Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 06
September 1999. Penulis lahir dari pasangan Wahyudinoor
dan Hj. Warniah dan merupakan anak tunggal. Pada tahun
2006 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) Keraton 1
Martapura dan lulus pada tahun 2012. Kemudian
melanjutkan sekolah tingkat pertama pada tahun yang sama di SMP Negeri 1
Martapura dan lulus tiga tahun kemudian pada tahun 2015. Selanjutnya masuk
pada sekolah menengah akhir di SMA Negeri 1 Martapura dan lulus pada tahun
2017. Selama duduk di bangku SMA, penulis banyak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, satu diantaranya menjadi Ketua Umum Pramuka SMA Negeri 1
Martapura. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Program
Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat melalui jalur masuk undangan atau SNMPTN. Adapun
penghargaan yang pernah diraih oleh penulis yaitu, 1) Juara 1 Lomba Menulis
Artikel Di Universitas Borneo Tarakan Pada Tahun 2020, 2) Juara 2 Nasional
Lomba Menulis Essai Di Millenial Talk Institute Tahun 2020, 3) Juara Favorit
Pulau Kalimantan Lomba Menulis Essai Di Universitas Padjajaran Tahun 2020,
dan 4) Juara Harapan 1 Lomba Menulis Essai Di Erlan Nopri & Partners tahun
2020.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis


dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul "K.H Muhammad Rosyad Dan
Peranannya Sebagai Ulama di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar
Tahun 1939-2000”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau
hingga akhir zaman
Penulisan skripsi ini untuk melengkapi persyaratan guna mendapatkan
gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis
mendapatkan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin, Bapak Dr. Chairil Faif Pansani, M.Si yang telah
memberikan izin penelitian.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) FKIP Universitas
Lambung Mangkurat, Bapak Dr. Syaharuddin, M.A. yang telah memberikan
banyak bantuan berupa ilmu dalam perkuliahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung
Mangkurat, Bapak Drs. Rusdi Effendi, M. Pd yang memberikan masukan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Mansyur, S.Pd, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan saran, arahan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Wisnu Subroto, S.S, M.A, selaku Dosen Pebimbing II yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen PSP Sejarah yang telah memberikan arahan, binaan, dan
bimbingan selama proses perkuliahan.

v
7. Ibunda Hj. Warniah dan Ayahanda Wahyudinoor yang telah memberikan
segalanya, takkan ternilai dengan materi.
8. Kepada Al-Mukarram K.H. Muhammad Naufal, K.H. Farid Miski, K.H.
Muhammad As’ad, K.H. Muhammad Busiri, K.H. Sofwannur dan Ibu Hj.
Sholatiah selaku anak, santri, dan istri K.H. Muhammad Rosyad yang telah
banyak memberikan informasi mengenai riwayat hidup beliau.
9. Para warga Desa Tunggul Irang Seberang dan Bapak Muhammad Fauzi yang
merupakan santri dan pernah menerima ilmu dari K.H. Muhammad Rosyad,
yang juga banyak memberikan informasi tentang beliau.
10. Untuk dua sahabat terbaikku yaitu Sairi Alpiansari dan Ahmad Ilham,
kuucapkan terima kasih telah mendukung dalam pembuatan skripsi ini.
11. Semua pihak dan instansi yang terkait dimana penulis tidak bisa menyebutkan
satu per satu. Terimakasih atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Aamiin.

Banjarmasin, 23 Februari 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i
PERNYATAAN ........................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 7
C. Rumusan Masalah ............................................................. 8
D. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
E. Manfaat Penelitian............................................................. 8
F. Metode Penelitian.............................................................. 9
G. Tinjauan Pustaka & Penelitian Terdahulu ........................ 17
H. Sistematika Penulisan ....................................................... 26
BAB II KONDISI KEAGAMAAN, SOSIAL BUDAYA DAN
EKONOMI DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA ….. 28
A. Kondisi Keagamaan .......................................................... 29
B. Kondisi Sosial Budaya ...................................................... 34
C. Kondisi Ekonomi .............................................................. 36
BAB III BIOGRAFI K.H. MUHAMMAD ROSYAD
TAHUN 1939-2000 .................................................................... 38
A. Kelahiran Dan Masa Kecil ................................................. 38
B. Latar Belakang Keluarga ................................................... 39
C Latar Belakang Pendidikan ................................................ 40
D. Masa Dewasa ..................................................................... 43
E. Aktivitas Dan Pekerjaan Sehari-hari.................................. 44
F. Kepribadian ........................................................................ 45
G. Tutup Usia .......................................................................... 48
BAB IV PERANAN K.H. MUHAMMAD ROSYAD SEBAGAI
ULAMA DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA
TAHUN 1939-2000 .................................................................... 51
A. Kegiatan Pengajian ............................................................. 51
B. Menjadi Tenaga Pengajar ................................................... 56
C. Menggagas Pendirian BMT Al-Karomah Martapura……. 59
D. Keteladanan K.H. Muhammad Rosyad Sebagai Ulama … 64
BAB V SIMPULAN ............................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 81

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Peta Kabupaten Banjar ..................................................... 29
3.1 Berita Pasca Wafatnya K.H. Muhammad Rosyad ........... 49
4.1 Musala Al-Kautsar Pengajian Pertama Guru Rosyad ...... 52

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Daftar Informan/ Narasumber ................................................ 82
2 Pedoman Wawancara ............................................................. 84
3 Foto K.H. Muhammad Rosyad .............................................. 85
4 Foto K.H. Muhammad Rosyad Bersama Para Ulama ........... 87
5 Foto K.H. Muhammad Rosyad Beserta Keluarga ................. 89
6 Foto K.H. Muhammad Rosyad pada Saat Menikahkan Putra
Beliau ..................................................................................... 90
7 Foto Mesjid Agung Al-Karomah Martapura Tempat K.H.
Muhammad Rosyad Melaksanakan Pengajian dan Menjadi
Khatib .................................................................................... 91
8 Foto Pondok Pesantren Darussalam, Datu Kalampayan
Bangil dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Tempat Beliau
Mengajar ................................................................................ 92
9 Foto Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura ........... 94
10 Foto Kitab Tafsir Jalalain & Kitab Hadist Riyadhus Salihin 95
11 Surat Nikah K.H. Muhammad Rosyad dengan Istri (Hj.
Hamidah) ............................................................................... 96
12 Foto Catatan Harian K.H. Muhammad Rosyad .................... 96
13 Foto Makam K.H. Muhammad Rosyad ................................ 97
14 Foto Bersama Informan/Narasumber ................................... 99
15 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ................................. 104
16 Surat Izin Penelitian .............................................................. 106

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang dihuni oleh mayoritas suku

Banjar. Suku Banjar adalah suku ke-10 terbesar di Indonesia.1 Suku Banjar di

Kalimantan Selatan memiliki jumlah penduduk muslim mencapai lebih dari 97

persen.2 Hal itu dibuktikan dengan banyaknya ulama yang tersebar hampir

diseluruh daerah di Kalimantan Selatan, maka dari itu masyarakat Banjar dikenal

sebagai masyarakat yang kuat memegang agama Islam karena faktor keberadaan

Ulama yang ada ditengah-tengah masyarakat.

Perihal masuknya agama Islam ke kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan

berasal dari Demak. Berawal Pangeran Samudera dan Pamannya Pangeran

Tumenggung berkonflik memperebutkan posisi raja di kerajaan Banjar. 3 Pada

mulanya titah raja Banjar diwasiatkan kepada Pangeran Samudera akan tetapi

Pangeran Tumenggung merebut kekuasaan kerajaan Banjar pada saat itu.4 Hal

itu menyebabkan Pangeran Samudera melarikan diri menuju muara sungai Kuin,

disana beliau bertemu dengan Patih Masih yang mengangkat beliau menjadi raja.

1
Leo Suryadinata, ddk, Indonesia’s Population: Ethnicity and Region in a
Changing Political Landscape (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2003),
hlm. 31. 10 Suku Terbesar di Indonesia yaitu Jawa, Sunda, Melayu, Madura, Batak,
Minangkabau, Betawi, Bugis, Banten, dan Banjar.
2
Aris Ananta, dkk, Demography of Indonesia S Ethnicity (Singapore: Institute
Southeast Asian Studies, 2015), hlm. 263, 267 & 270.
3
Amir Hasan Bondan, Suluh Sedjarah Kalimantan (Banjarmasin: Fadjar, 1953),
hlm. 14-15.
4
Ibid.

1
2

Patih Masih memberi nasihat untuk meminta bantuan kepada Sultan Demak.

Sultan Demak mau menerima bantuan Pangeran Samudera dengan syarat

beliau dan pengikutnya mau memeluk Islam. 5 Sultan Demak mengirimkan

bantuan seribu orang Jawa ke Banjar beserta dengan seorang Penghulu Chatib

Dayan untuk mengislamkan orang Banjar.6 Berkat bantuan Sultan Demak

Pangeran Samudera memenangkan pertempuran atas pangeran Tumenggung.

Maka jadilah Pangeran Samudera menjadi Raja pertama yang beragama Islam.

Raden Samudra diberi gelar menjadi Sultan Suryansyah (Penambahan Batu

Habang). Hal tersebut menyebabkan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada

saat itu. Ini dapat dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Banjar yang

memeluk agama Islam.7

Para ulama yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan

Selatan antara lain adalah Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang berasal

dari Martapura, beserta keturunannya yang mengikuti jejak Syeikh Muhammad

Arsyad Al-Banjari sebagai penyebar agama Islam.8 Tidak hanya dari keturunan

Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari saja, banyak para ulama yang berperan

dalam menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat satu

diantaranya adalah melalui kegiatan pendidikan, yaitu keberadaan Pondok

Pesantren Darussalam Martapura sebagai tempat belajar ilmu agama sekaligus

5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid, hlm.16.
8
M. Suriansyah Ideham, dkk (ed.), Sejarah Banjar (Banjarmasin: Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2003), hlm. 133.
3

sebagai pencetak ulama- ulama yang nantinya dapat terjun langsung ke

masyarakat guna menjaga kokohnya agama Islam.9

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dilahirkan dari pasangan Abdullah

dan Siti Aminah di desa Lok Gabang, sebuah desa dalam wilayah kerajaan

Banjar, 12 km dari Martapura pada tahun 1710 M, atau 15 Safar 1122 H. 10 Pada

masa pemerintahan Sultan Hamidullah (1700-1734) yang bergelar Sultan

Kuning. Sejak kecil, beliau memiliki budi pekerti yang baik dan menunjukkan

tanda-tanda kecerdasan, kemudia beliau diasuh oleh Sultan sebagai anak

angkat. Oleh sultan, Muhammad Arsyad dikirim ke Mekkah untuk

memperdalam pengetahuan agama, dan belajar di sana selama 35 tahun

lamanya.11

Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari wafat pada 6 Syawal 1227 H dalam

usia 105 tahun bertepatan dengan 13 Oktober 1812. Dimakamkan dan berkubah

di desa Kalampayan, hingga terkenal dengan Makam Datu Kalampayan. 12

Kedudukan dan peran ulama di masyarakat Banjar telah mengalami

perkembangan yang cukup dinamis dari masa kemasa. Hal ini terutama

disebabkan oleh perubahan sosial, politik dan budaya yang terjadi sepanjang

sejarah masyarakat Banjar. Perubahan- perubahan tersebut bahkan tidak hanya

menyangkut kedudukan dan peran sosial ulama, melainkan juga menyangkut

persepsi masyarakat tentang berbagai kriteria yang harus dimiliki seseorang

yang dianggap sebagai ulama.

9
Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid, hlm.139.
4

Di sisi lain, karena kelembagaan ulama memiliki akar yang sangat

panjang dalam sejarah Islam, maka kita akan menemukan adanya

kesinambungan atau benang merah antara sosok dan peran ulama di masa

lampau, dan yang kita temukan di masa kini. Secara sederhana, dinamika

keberadaan ulama Banjar dapat dilihat dari penggunaan sebutan yang

dinisbahkan kepadanya.13 Banyak sekali sebutan lain dari kata “Ulama” sesuai

dengan budaya setempat. Misalnya, orang Jawa menyebut ulama dengan

‘kiyai’. Adapun dalam budaya Banjar, kita temukan sebutan-sebutan seperti

‘tuan/abah guru’, ‘syekh’, ‘datu’, ‘qadhi’, ‘mufti’, ‘mu’allim’ dan ‘ustadz’.

Sebutan ‘tuan guru’ tampaknya merupakan istilah paling awal.14

Kata ‘tuan’ dalam Bahasa Melayu merupakan panggilan kehormatan

untuk seorang pria, sedangkan kata ‘guru’ berasal dari Bahasa Sanskerta, yang

digunakan untuk menyebut seorang pengajar dan pembimbing spiritual. Namun

karena kebanyakan ulama Banjar sejak abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-

20 adalah orang-orang yang berhaji sekaligus menuntut ilmu di Haramain

(Mekkah dan Madinah), maka panggilan ‘haji’ itu pada mulanya hampir identik

dengan ulama.15 Adapun sebutan ‘guru’ dan ‘tuan guru’ masih umum

digunakan oleh masyarakat Banjar hingga sekarang, khususnya di kalangan

Muslim tradisional yang ada dibeberapa daerah Kalimantan Selatan, terutama

di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar.

13
Tim MUI Kalsel Dan Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin, Ulama Banjar Dari
Masa Ke Masa Edisi Revisi (Banjarmasin: Antasari Press, 2018), hlm. x.
14
Ibid.
15
Ibid.
5

Istilah tuan guru dalam budaya Banjar merujuk pada orang-orang yang

memiliki kapasitas keilmuan agama yang luas dan mumpuni. Sebutannya

tersebut setara dengan istilah kyai di Pulau Jawa. Yang membedakannya adalah

tuan guru di Banjar tidak harus mempunyai pesantren, namun mereka memiliki

jamaah pengajian atau majelis taklim. Di Banjar, penyebutan tuan guru hanya

ditujukan untuk seorang laki-laki yang memiliki kecakapan dan keluasan ilmu,

terutama ilmu agama, yang itu diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Walaupun

banyak juga perempuan Banjar yang memiliki keilmuan yang tinggi, tidak ada

satupun yang menyandang gelar tuan guru.

Penggunaan sebutan ‘guru’ ini biasanya diiringi dengan nama pendek

seperti ‘Guru Zuhdi’ untuk Tuan Guru Haji Zuhdiannor, atau nama tempat di

mana sang ulama menetap dan mengajar, seperti ‘Guru Sekumpul’ yang

merujuk kepada Tuan Guru Haji Zaini bin Abdul Ghani yang menetap dan

mengajar di Sekumpul, Martapura. Ulama memiliki kedudukan yang sangat

penting dan menjadi bagian vital ditengah masyarakat muslim khususnya. Peran

ulama ini mencakup aspek sosial kehidupan masyarakat disamping dari fokus

utamanya tentang keagamaan. Ulama pun mengisi beberapa posisi penting

didalam beberapa departemen dan komisi khusus dipemerintahan yang

menangani masalah hukum, pendidikan dan urusan keagamaan.

Kadang-kadang ulama Banjar disebut dengan kedudukannya sebagai

pemangku hukum agama di masyarakat. Sebutan itu adalah ‘mufti’ dan ‘qadhi’.

Mufti dalam terminologi hukum Islam adalah orang yang memberi fatwa, yang

kepadanya seorang hakim dapat (tetapi tidak harus) berkonsultasi, sedangkan


6

‘qadhi’ adalah adalah hakim, yakni orang yang berwenang memutuskan perkara

di pengadilan berdasarkan hukum Islam.16 Dari sekian banyak ulama yang ada

di Tanah Banjar, yang menarik bagi penulis untuk diangkat dalam skripsi ini

adalah salah satu ulama yang ada di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten

Banjar yaitu K.H. Muhammad Rosyad atau bisa dikenal dengan Guru Rosyad.

Beliau adalah salah satu ulama yang dihormati di tanah Banjar khususnya

di kota Martapura. Beliau ahli dalam ilmu tafsir dan hadist. Beliau mempunyai

keluasan ilmu agama dan kesalehan baik bagi masyarakat Banjar maupun luar

Banjar, terutama bagi masyarakat Kecamatan Martapura Kota. K.H.

Muhammad Rosyad dikenal oleh masyarakat sebagai ulama yang paling suka

merakyat, sederhana dan peduli terhadap kaum miskin. Mengapa terjadi hal

demikian, karena tokoh ulama lebih dipatuhi dan dipercaya oleh masyarakat

disebabkan tokoh ulama selalu mengajarkan ilmu agama Islam dan mengajak

masyarakat pada kebenaran dengan menjauhkan diri dari kemungkaran. Satu

diantara wujud nyata dari semua itu berupa menggagas pendirian BMT Al-

Karomah Martapura.

Tokoh ulama dipercaya oleh masyarakat Martapura sebagai sosok

manusia yang selalu mendekatkan diri pada sang pencipta, dengan ini

masyarakat lebih percaya bahwa tokoh ulama akan jauh dari perbuatan tercela

dan menyesatkan. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut “Biografi K.H. Muhammad Rosyad Dan Peranannya

16
Ibid, hlm. x-xi.
7

Sebagai Ulama Di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar Tahun 1939-

2000”.

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Batasan Temporal

Batasan temporal dalam penelitian ini yaitu rentang waktu dari tahun 1939

sampai dengan tahun 2000. Alasan pemilihan tahun 1939 karena merupakan

tahun kelahiran K.H. Muhammad Rosyad dan tahun 2000 adalah tahun beliau

wafat.

2. Batasan Spasial

Batasan spasial untuk penelitian ini adalah di Kecamatan Martapura Kota

Kabupaten Banjar karena ditempat ini beliau lahir, berkiprah sebagai ulama,

berdakwah hingga wafat.

3. Batasan Subjek

Batasan subjek adalah mengenai aktor atau pelaku yang diteliti. Aktornya

adalah K.H. Muhammad Rosyad atau Guru Rosyad.

4. Batasan Objek

Batasan objek mengenai apa yang dibahas dalam penelitian ini. Batasan yang

pertama adalah mendeskripsikan biografi K.H. Muhammad Rosyad dan

batasan yang kedua adalah mendeskripsikan peranan K.H. Muhammad

Rosyad sebagai ulama di Kecamatan Martapura Kota.


8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan judul yang telah

diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi K.H. Muhammad Rosyad?

2. Bagaimana peranan K.H. Muhammad Rosyad sebagai ulama dalam

masyarakat di Kecamatan Martapura Kota pada tahun 1939-2000?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan biografi K.H. Muhammad Rosyad.

2. Mendeskripsikan peranan K.H. Muhammad Rosyad sebagai ulama di

kecamatan Martapura Kota.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat secara teoritik dan praktis

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritik:

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan teori dan

konsep biografi tokoh ulama dan nilai-nilai pendidikan karakter seorang K.H.

Muhammad Rosyad. Selanjutnya hasil penelitian secara teoritis dapat

dikembangkan sebagai sumber budaya sejarah lokal.


9

2. Manfaat Praktis:

a. Bermanfaat untuk masyarakat sebagai bahan referensi untuk melihat dan

mengetahui salah satu tokoh ulama dari kecamatan Martapura Kota

Kabupaten Banjar.

b. Sebagai bahan bacaan pengetahuan yang menginspirasi bagi masyarakat,

khususnya masyarakat di Kecamatan Martapura kota Kabupaten Banjar.

c. Bermanfaat bagi masyarakat sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari

dalam beragama, berbangsa, dan bernegara.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang berhubungan dengan

prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan.17 Metode

sejarah yang digunakan yaitu untuk menjawab pertanyaan tentang Riwayat

hidup dan peranan K.H. Muhammad Rosyad sebagai ulama di kecamatan

Martapura Kota Kabupaten Banjar pada tahun 1939-2000. Adapun berbagai

tahapan yang harus dilakukan dalam proses menguji dan menganalisa antara

lain, sebagai berikut:

1. Heuristik

Pada tahap heuristik ini, penulis mengumpulkan sumber-sumber yang

berkaitan langsung ataupun tidak langsung mengenai K.H Muhammad

Rosyad. Untuk memperoleh sumber tersebut, penulis melakukan metode

wawancara kepada narasumber-narasumber yang mengetahui tentang beliau

17
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 2.
10

dan juga penulis melakukan studi kepustakaan sebagai tambahan data untuk

memperkuat hasil wawancara tersebut. Sumber-sumber yang dicari terbagi

menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer yang dipakai ialah orang-orang atau narasumber yang

mengetahui tentang Riwayat hidup K.H. Muhammad Rosyad. Dalam

penelitian ini, penulis mewawancarai beberapa sumber terutama anak,

keluarga, kerabat, santri, dan warga sekitar. Sebelum melakukan wawancara,

penulis melakukan persiapan dengan membuat pedoman wawancara supaya

pelaksanaan wawancara dapat berjalan efektif dan efisien serta terarah dalam

menggali sumber yang mengandung catatan dari masalah pokok yang diteliti.

Langkah pertama yang diambil adalah menghimpun bahan-bahan atau

pencarian sumber data, dalam hal ini terdapat dua jenis data, yaitu:

a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer yang dipakai ialah orang-orang atau narasumber

yang mengetahui tentang Riwayat hidup K.H. Muhammad Rosyad.

Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai beberapa narasumber

terutama istri, anak, keluarga, kerabat, santri, dan warga sekitar. Selain

wawancara, penulis juga menggunakan sumber benda berupa foto-foto

beliau semasa hidunya dan dokumen-dokumen pribadi.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui bahan-bahan yang ada

hubungannya dengan penelitian ini, berupa studi kepustakaan sumber-


11

sumber yang mendukung seperti buku sejarah, tulisan, gambar atau

karya-karya mengenai Kecamatan Martapura, buku tentang biografi

tokoh ulama, dokumen-dokumen dari instansi terkait antara lain dari

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, Departemen Agama

Kabupaten Banjar, Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banjar, PC

Nahdlatul Ulama Kabupaten Banjar, PW Nahdlatul Ulama Kalimantan

Selatan, Buku Profil Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura,

DVD MP3 Ceramah K.H. Muhammad Rosyad dan Manaqib beliau.

b. Sumber Data

1) Sumber Lisan

Sumber lisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik wawancara, dengan bertanya langsung kepada narasumber

untuk mendapatkan informasi yang akurat menyangkut kajian

permasalahan. Sumber-sumber lisan tersebut merupakan sumber

primer, penulis melakukan wawancara langsung dengan pelaku

sejarah atau saksi mata. Sumber wawancara yang dipakai ialah

orang-orang atau narasumber yang mengetahui tentang

kehidupan K.H. Muhammad Rosyad, seperti istri, anak, keluarga,

kerabat, santri, dan warga sekitar. Adapun informan yang

dijadikan narasumber sebagai berikut;

1) Hj. Sholatiah yang merupakan istri ke-2 dari K.H

Muhammad Rosyad.
12

2) H. Farid Miski yang merupakan anak ke-2 dari K.H

Muhammad Rosyad.

3) H. Muhammad Naufal yang merupakan anak ke-4 dari

K.H Muhammad Rosyad.

4) H. Muhammad Busiri yang merupakan anak ke-5 dari

K.H Muhammad Rosyad.

5) H. Muhammad As’ad yang merupakan anak ke-6 dari K.H

Muhammad Rosyad.

6) H. Muhammad Fauzi yang merupakan santri dari K.H

Muhammad Rosyad sekaligus warga asli Desa Tunggul

Irang Seberang.

7) Nuryadi yang merupakan ketua Pengurus Cabang

Nahdlatul Ulama Kabupaten Banjar.

8) H. Izzuddin yang merupakan Wakil Ketua Umum Majelis

Ulama Indonesia Kabupaten Banjar.

9) H.M. Sarbani Haira yang merupakan Ketua Tanfiziyah

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan.

10) H.M. Quzwini yang merupakan sekretaris Koperasi

Syariah BMT AL-Karomah Martapura.

11) H. Sofwannur yang merupakan santri dari K.H.

Muhammad Rosyad.

Wawancara dengan mengunakan informan kunci dapat

memberi keterangan lebih lanjut tentang informan-informan lain


13

yang juga mengalami terjadinya peristiwa. Dimaksudkan untuk

memperoleh informasi yang lebih mendalam, maupun yang tidak

diketahui oleh orang lain sehingga diperoleh perspektif yang tepat

mengenai kejadian-kejadian ataupun peristiwa yang menyangkut

kajian penelitian. Adapun teknik wawancara yang digunakan

adalah bersifat free interview (wawanacara bebas). Kelebihan

dari teknik wawancara ini ini adalah adanya kemungkinan

jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara menjadi luas dan

tidak terfokus pada suatu penjelasan atau pertanyaan.

Cara penelitian yang dilakukan ini dapat secara fleksibel

untuk dikomunikasikan dengan informan sehingga data yang

diinginkan dapat diperoleh secara maksimal. Suasana wawancara

yang dilakukan dengan beberapa narasumber dalam penelitian ini

berlangsung dengan suasana santai, penuh kekeluargaan sehingga

saat berlangsungnya wawancara dapat diperoleh informasi-

informasi yang memadai dan akurat.

Adapun kendala yang dialami penulis selama proses

wawancara yaitu narasumber tidak banyak memberikan

informasi detail seperti tanggal dan tahun mengenai K.H.

Muhammad Rosyad, hanya bagian yang di ketahui saja tidak

secara keseluruhan memberikan informasi, narasumber tidak

lama bersama dengan subjek penelitian, dan minimnya sumber


14

yang menunjang penelitian yang diberikan oleh narasumber

tersebut.

2) Sumber Tertulis

Sumber tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sumber sekunder, seperti buku Metodologi Sejarah karya Helius

Sjamsudin dan Kabupaten Banjar Dalam Angka yang

dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun informasi

yang didapat berupa data statistik dan peta, selain itu digunakan

juga sumber tertulis sekunder yang berasal dari laporan

penelitian, skripsi, dan karya lepas yang tidak terpublikasikan.

Sumber data ini diantaranya didapat dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Banjar, Perpustakaan Daerah Banjarmasin,

Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM,

dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Banjar. Data dikumpulkan

sebagai bukti eksistensi seperti kitab dan karya tulis yang

berkaitan dengan K.H Muhammad Rosyad serta foto-foto beliau

yang mana dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis

beberapa sub pokok bahasan.

3) Sumber Benda

Untuk lebih memperjelas data yang diperoleh serta

menghasilkan sebuah hasil penelitian yang lengkap, penulis juga

memakai sumber benda yang berhubungan dengan penelitian

tersebut sebagai pelengkap sumber lisan dan tertulis. Beberapa


15

sumber benda tersebut nantinya akan di potret dengan kamera

sebagai dokumentasi penelitian dan akan dimasukkan dalam

bagian lampiran saat penulisan karya ilmiah hasil penelitian

(Historiografi). Proses dokumentasi sumber-sumber benda

tersebut dilakukan bersamaan pada saat proses wawancara

dengan informan.

2. Kritik

Pada tahapan kiritk ini penulis melakukan penyaringan atau

pemilahan data yang diperoleh dengan menggunakan kritik intern (untuk

mendapatkan kebenaran isi data) dan kritik ekstern (untuk mengetahui tingkat

keaslian sumber-sumber data). Dengan kata lain pada tahapan ini merupakan

sebuah proses untuk melakukan pengujian data sekaligus sebagai tahap

koreksi apabila ada kekeliruan data yang mungkin terjadi dalam tahapan

pengumpulan data.

Kritik internal penulis melakukannya pada subtansi atau isi sumber.

Kritik dilakukan terhadap sumber data yang tertulis dan sumber data lisan

atau hasil wawancara dengan informan. Kritik eksternal merupakan kritik

terhadap fisik, misalnya terhadap sumber ataupun informan yang ada lebih

mengacu pada kebenaran fakta sejarah. Kritik ini dilakukan untuk mengetahui

keaslian arsip maupun dokumen yang diperoleh di lapangan.

Pada saat proses pengumpulan data baik itu dari hasil sumber lisan

(wawancara) ataupun sumber tertulis, sering ditemukan informasi-informasi

atau pendapat yang berbeda-beda dari berbagai sumber. Pada tahap inilah
16

penulis melakukan pengujian tingkat keaslian data dan data mana yang benar-

benar bisa digunakan dalam penelitian. Tahap pengujian data (kritik) ini

penulis didukung informasi-informasi lain sebagai pembanding, baik itu dari

para informan maupun berbagai hasil dari sumber tertulis yang juga berkaitan

dengan informasi yang ingin dikritik., sehingga diperoleh data yang benar-

benar berkualitas dan siap untuk diproses ke tahap Interpretasi.

3. Interpretasi

Tahap ketiga yaitu tahap Interpretasi. Setelah melewati dua tahap

sebelumnya yaitu heuristik untuk melihat sumber dan kemudian kritik untuk

mendapatkan fakta-fakta disusun serta disesuaikan dengan urutan kausal

maka tahap interpretasi dapat dilakukan. Melalui tahap interpretasi, penulis

melakukan penfasiran data secara sistematis yang telah dikritik kemudian

didapatkan suatu kesimpulan mengenai fakta-fakta yang diperoleh. Dalam

interpretasi juga dilihat hasil wawancara keseluruhan apakah sudah

sesuai/sah/relevan dengan kenyataan. Segala bentuk penafsiran fakta

kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yang telah mengerti

mengenai masalah-masalah yang diteliti.

4. Historiografi

Historiografi merupakan langkah terakhir yang dilakukan penulis.

Setelah semua tahapan dilaksanakan maka kegiatan penulisan hasil penelitian

pun dilakukan. Penulisan dilakukan berdasarkan data-data yang telah

diperoleh. Dari hasil pengumpulan data-data tersebut akhirnya penulis

menghasilkan skripsi berjudul “Biografi K.H. Muhammad Rosyad Dan


17

Peranannya Sebagai Ulama Di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten

Banjar Tahun 1939-2000”.

G. Tinjaun Pustaka & Penelitian Terdahulu

1. Biografi, Ulama, dan Peranan

a. Biografi

Safari Daud dalam tulisannya menyebutkan biografi merupakan

riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut

masih hidup atau sudah meninggal, sedangkan riwayat hidup yang

ditulis sendiri disebut otobiografi.18 Pada daur hidup seseorang,

kelahiran sampai kematian, ada banyak kejadian yang dialami oleh

individu. Biografi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang

berarti hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi

merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. 19

Biografi adalah cerita yang benar-benar terjadi pada seseorang

yang benar-benar hidup, jadi tiap penulisan tentang kehidupan

seseorang adalah biografi.20 Secara sederhana dapat dikatakan sebagai

sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk

beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu

buku.

18
Daud, Safari, Antara Biografi dan Historiografi (Studi 36 Buku Biografi di
Indonesia). Jurnal Analisis Vol. 13, No.1 (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), hlm.
245.
19
Ibid.
20
Sutrisno Kutoyo, Suatu Pendapat Tentang Penulisan Pahlawan (Jakarta:
Depdikbud, 1983), hlm. 23.
18

Menurut Kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul

Metodologi Sejarah menyebutkan bahwa setiap biografi harusnya

mengandung 4 unsur, yaitu (1) kepribadian tokohnya, (2) kekuatan

sosial, (3) lukisan sejarah zamannya, dan (4) keberuntungan dan

kesempatan.21 Pada dasarnya bahwa kita hidup menurut urutan peristiwa

tertentu, ada yang lebih penting dan ada pula yang kurang penting.

Jumlah keseluruhannya menjadi riwayat hidup yang berarti mencatat

peristiwa-peristiwa ini dalam tatanan kronologis atau dalam tatanan

yang diurut menurut penting atau tidaknya sehingga menjadi suatu

biografi.22

Penulisan biografi biasanya tidak lepas dari metode dimana

persoalan tujuan atau apa yang hendak ditulis. Bentuk dan isi biografi

tergantung bagaimana cara menguraikannya dan bagaimana sudut

pandang penulis didalam mendekati subjeknya. Penulisan biografi

terutama pada abad ke-21 M dimulai dengan awal mula kelahiran dari

subjek yang ditulisnya dan diakhiri dengan kewafatannya. Didalam hal

ulama dan fuqaha, biasanya diuraikan riwayat pendidikannya, guru-

gurunya, tempat-tempat yang pernah dikunjunginya atau hadist-hadist

yang pernah diriwayatkannya. 23

21
Kuntowijiyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 204.
22
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka, 1992), hlm. 76.
23
Taufik Abdullah, Abdurahman Sorjomiharjo., Ilmu Sejarah dan Historiografi
“Arah Presfektif’’, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hlm. 60.
19

Pada dasarnya, biografi mempunyai dua inti yang pertama

adalah watak atau pribadi dan yang kedua adalah tindakan-tindakan atau

pengalaman. Suatu hal yang dianggap vital dalam menulis biografi

adalah titik pandang dari penulisnya. Penulis harus dapat

mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh yang ditulisnya, ia harus

dapat menyenangi tokohnya, merasa bersimpati padanya.24 Ada tiga

syarat pokok dalam penulisan biografi, yaitu:

1. Biografi harus mampu menghidupkan kembali seorang tokoh

dengan menceritakan pribadinya, kehidupannya,

percakapannya, kesenangannya, dan perasaannya.

2. Biografi harus mampu menghidupkan tindakan-tindakan dan

pengalaman orang yang dibiografikan.

3. Penulis biografi harus mampu menempatkan tokohnya dalam

kerangka sejarah.25 Tujuan pokok penulisan Biografi adalah

lingkungan hidupnya, masa kanak-kanak, pendidikannya,

aktivitasnya, tantangan-tantangannya, keberhasilan dan

kegagalan-kegagalannya tahun-tahun terakhir yang kemudian

ditulis dalam bentuk penulisan karya ilmiah.26

24
R.Z Leirissa, Biografi, Prasarana Dalam Lokakarya, Pemikiran Biografi dan
Kesejahteraan (Jakarta: Depdikbud, 1983), hlm. 76.
25
Ibid, hlm. 53.
26
Abdurrachman Sorjomiharjdo, Menulis Riwayat Hidup Prasarana Dan loka
karya, Pemikiran Biografi Dan Kesejahteraan (Jakarta: Depdikbud, 1983), hlm. 68.
20

b. Ulama

Kata ulama secara etimologi yaitu bentuk plural dari kata Alim

yang artinya orang yang berpengetahuan atau ahli ilmu.27 Ulama

merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang yang

ahli Agama Islam, bisa juga memiliki atau menjadi pemimpin pondok

pesantren serta mengajar kitab-kitab klasik (Kitab Kuning) kepada para

santrinya.28 Menurut Quraisy Shihab, kata ulama disebut dalam Al-

Quran sebanyak dua kali.29

Pertama dalam kontek ajaran Al-Quran untuk memperhatikan

turunnya hujan dari langit, beraneka ragam buah-buahan, gunung,

binatang, dan manusia.30 Lebih lanjut dari Quraish Shihab menguraikan

bahwa berdasarkan kedua ayat di atas maka dapat diambil sebuah

kesimpulan bahwa yang disebut ulama adalah orang yang memiliki

pengetahuan tentang ayat-ayat Allah SWT, baik yang bersifat Kauniyah

maupun Quraniyah.31

Menurut Drs. M. Abdul Mujieb merumuskan definisi ulama

dengan frasa yang singkat namun luas maksudnya, yaitu ulama ialah

orang yang berilmu, dan mengamalkan ilmunya serta mampu

27
A.W Munnawir, Kamus Al-Munnawir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), hlm. 966.
28
Muslim, Puang Kali Taherong: Biografi Dan Karamahnya, (Makassar: Balai
Litbang Agama, 2017), hlm. 300.
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Ibid.
21

mempergunakan ilmunya secara tepat sesuai yang dikehendaki Allah

SWT.32

Berdasarkan pengertian ulama yang disebutkan di atas, baik

secara etimologi dan termininologi, maka secara sederhana dapat

diartikan ulama pada prinsipnya adalah mereka yang betul-betul berilmu

pengetahuan, bahkan menguasainya terutama ilmu agama, mempunyai

wawasan yang luas tentang Islam dan seluk-beluknya, konsekuen dan

komitmen dengan ilmu dan wawasannya itu, serta mengamalkannya

secara profesional.

Akan tetapi, yang perlu ditekankan adalah bukan berarti seorang

yang berilmu agama Islam dapat disebut ulama. Untuk menjadi ulama

selain harus mempunyai kedalaman ilmu, ulama harus mempunyai

ahklakul karimah atau akhlak yang terpuji karena aktivitasnya sebagai

pewaris nabi yang terhubung dengan lembaga-lembaga masjid,

pesantren dan pemimpin umat baik dalam kegiatan spiritual,

keagamaan, sosial, kebudayaan, ekonomi, dan pertahanan. Ulama

adalah orang yang ahli dan memiliki pengetahuan mendalam soal agama

Islam, ia ahli dalam hukum tauhid, fiqih, dan tasawuf.

Ulama dapat diartikan sarjana hukum Islam yang secara

tradisional berfungsi sebagai mubaligh, dan tempat bertanya umat

32
M. Abdul Muijeb, Ciri - Ciri Ulama Dunia Akhirat (Surabaya: CV Mahkota,
1989), hlm. 3.
22

Islam33. Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang

Ulama. Seperti yang disebutkan oleh Drs. Muhammad Abdul Mujieb

AS dalam bukunya Ciri-ciri Ulama Dunia dan Akhirat.34

Ada delapan syarat sekaligus karakteristik ulama, yaitu: Tidak

menggunakan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan/mencari

keuntungan dunia, konsekuen terhadap perkataannya, mengutamakan

ilmu akhirat, sederhana dan zuhud, menjauhkan diri dari penguasa

zalim., tidak tergesa-gesa memberikan fatwa, meningkatkan ilmu batin

dan memperhatikan gerak-gerik hati serta memperkuat keyakinannya.35

Dari pengertiannya saja sudah tergambar bahwa ulama

mempunyai peran yang tidak sedikit di tengah-tengah umat maupun

masyarakat, terutama di lingkungan di mana ulama itu berdomisili.

Ulama memang menjadi tempat bertanya, meminta fatwa, minimal

meminta nasehat keagamaan.36 Ulama dituntut agar selalu tampil

sebagai referensi masyarakat atau acuan umat, bahkan sebagai figur

sentral yang layak dijadikan cerminan dan panutan.

Tidak heran jika ulama dianggap sebagai seseorang yang ahli

dalam ilmu agama Islam dan ia mempunyai integritas kepribadian yang

tinggi dan mulia serta memiliki akhlak terpuji (akhlakul karimah), dan

33
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi (Yogyakarta: PT. Gramedia, 1983),
hlm. 7.
34
M. Abdul Muijeb, op. cit, hlm. 17.
35
Ibid.
36
Meminta fatwa yang dimaksud adalah meminta solusi atau jalan keluar terbaik
dari suatu permasalahan. Dalam masyarakat Banjar, biasanya masyarakat berkunjung ke
rumah Ulama untuk meminta solusi dan jalan keluar terbaik terkait permasalahan yang
dihadapinya. Biasanya permasalahan yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
23

ia sangat berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Ulamalah yang

memiliki ilmu pengetahuan mendalam, baik ilmu pengetahuan yang

datang dari Allah SWT maupu ilmu pengetahuan yang bersumber dari

manusia sebagai suatu kebulatan ilmu pengetahuan yang berdiri di atas

azas sikap iman.

c. Peranan

Kata "Peranan" sudah tidak asing lagi dalam masyarakat dan

sering sekali digunakan untuk menyebutkan kontribusi individu dan

kelompok dalam lingkungannya. Kata “peranan” berasal dari kata dasar

“peran” yang memiliki arti pemain sandiwara atau bisa diartikan sebagai

seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di dalam lingkungan masyarakat. Soerjono Soekanto

mendefinisikan37, peran yaitu aspek dinamis kedudukan (status), apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai, maka ia

menjalankan suatu peranan.

Riyadi juga berpendapat bahwa peran diartikan sebagai orientasi

dan konsep dari bagian yang dilakukann oleh suatu pihak dalam posisi

sosial. Peran juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara

struktural (norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab dan lainnya).38

Dalam hal ini, penulis menaruh perhatian pada peranan seorang tokoh,

37
Soejono Soekanto, Teori Peranan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 243.
38
Riyadi, Bratakusumah dan Deddy Supriady. Perencanaan Pembangunan
Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004) hlm. 138.
24

yaitu ulama yang dianggap memiliki peran cukup besar dalam

kehidupan masyarakat.

2. Penelitian Yang Relevan

a. Bertha Nirmahda, 2009, “Kyai Haji Ali Noordin Gazali (1936-

2005)”, Banjarmasin: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat.

“Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendiskripsikan bagaimana

riwayat hidup dari Kyai Haji Ali Noordin Gazali serta peranan

beliau sebagai ulama dalam dakwah dan pendidikan. Metode yang

digunakan yaitu metode sejarah. Hasil Penelitian Kyai Haji Ali

Noordin Gazali adalah figur seorang ulama yang dianggap

mempunyai kredibilitas, keahlian dan pengalaman yang banyak

seningga mendapatkan kepercayaan masyarakat Kabupaten Tapin

dan sekitarnya sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu agama

maupun berkonsultasi tentang masalah agama. Kyai Haji Ali

Noordin Gazali sejak kecil telah giat belajar ilmu agama Islam

dalam perkembangan hidupnya melalui ceramah agama di majelis

Ratib Al-Haddad, Majelis Darussalam dan Pesantren Ummu

Salamah serta kegiatan berupa bimbingan agama Islam lainnya telah

berhasil memicu masyarakat Kabupaten Tapin untuk giat beribadah

dan memperdalam ilmu agama Islam sekaligus menyediakan sarana

prasarananya berupa majelis dan pesantren yang didirikan atas

gagasan dan usahanya”.


25

b. Eka Kurniawati, 2015 “Muhammad Aciliansyah Ulama Di Desa

Sungai Danau Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu (1941-

2008)”, Banjarmasin: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat.

“Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeksripsikan Riwayat

hidup dan peranan seorang ulama yang bernama Muhammad

Aciliansyah dalam dunia dakwah dan Pendidikan. Metode yang

digunakan adalah metode Sejarah. Hasil penelitian menunjukkan

Muhammad Aciliansyah adalah orang pertama yang membuka desa

dan seorang ulama yang berperan penting mengajarkan agama Islam

di Sungai Danau. Muhammad Aciliansyah lahir di Desa Jambu

Burung tanggal 9 September 1941, dan meninggal tanggal 13

Agustus 2008 di Desa Sungai Danau. Muhammad Aciliansyah anak

kedua dari pasangan H. Safarudin dan Siti Aminah. Peran

Muhammad Aciliansyah mengembangkan agama Islam dapat

dilihat dari kegiatan dakwah yang dilakukan dari tahun 1983-2008

yaitu: Pertama, membangun pengajian majelis taklim Hidayatul

Mukarramah tahun 1984. Kedua, motivator pembangunan masjid

besar Raudatul Jannah tahun 1988. Ketiga, mendirikan pondok

pesantren Hidayatul Mukarramah tahun 1989 untuk anak-anak

yatim asuhan beliau maupun anak yatim. Keempat, menjadi ketua

komite di MTs Negeri Satu Satui dan SDN Lima, selama menjabat
26

menjadi ketua komite Muhammad Aciliansyah banyak memberikan

kontribusi untuk perkembangan sekolah berupa saran, motivasi dan

uang.

c. Nor Hilaliyah, 2013 “K.H. Muhammad Amin Sebagai Pendakwah

Di Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu (1908-1996)”,

Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

“Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan Riwayat hidup

dan peranan K.H. Muhammad Amin sebagai Pendakwah di

Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Metode yang

digunakan yaitu metode Sejarah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa K.H Muhammad Amin merupakan seorang ulama sekaligus

Pendakwah yang ulung, karena ilmunya yang beliau ajarkan kepada

masyarakat di Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu

tahun 1952-1996. Selain Pendakwah K.H Muhammad Amin juga

seorang Penalkin, Penghulu, menjadi Khatib, dan juga memandikan

Jenazah. Dari peranannya sebagai ulama tersebut membawa

masyarakat di Kecamatan Kusan Hilir kabupaten Tanah Bumbu

lebih mengenal dan memahami makna Islam yang sebenarnya”.

Dari sekian banyak penelitian terdahulu yang relevan, adapun

yang membedakan dengan penelitian penulis adalah tokohnya, tempat

serta pengaruh tokoh tersebut terhadap masyarakat.


27

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi dari skripsi ini, maka dibuat

sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan

dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Dalam

bab pertama ini dipaparkan tentang hal yang berkaitan dalam

penulisan skripsi ini.

BAB II : Dalam bab kedua ini, berisi gambaran umum kondisi

keagamaan, sosial budaya, dan ekonomi di Kecamatan

Martapura Kota Kabupaten Banjar.

BAB III : Memaparkan biografi K.H. Muhammad Rosyad, dari

kelahiran, masa kecil, latar belakang keluarga, latar belakang

pendidikan, masa dewasa, sikap dan kepribadian hingga

beliau tutup usia.

BAB IV : Berisi pemaparan peranan K.H. Muhammad Rosyad sebagai

ulama di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar dan

tanggapan masyarakat terhadap sosok K.H Muhammad

Rosyad.

BAB V : Berisi simpulan dari penulisan skripsi ini.


BAB II

KONDISI KEAGAMAAN, SOSIAL BUDAYA, DAN EKONOMI

DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA

Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

Kalimantan Selatan. Secara astronomis Kabupaten Banjar terletak diantara 114° 30'

20" dan 115° 33' 37" Bujur Timur serta 2° 49' 55" dan 3° 43' 38 Lintang Selatan.

Wilayah ini mempunyai luas sekitar 4.688 km 2 dan memiliki berpenduduk sekitar

366.260 jiwa yang terdiri dari 182.075 laki-laki dan 184.075 perempuan.1

Secara administrasi batas-batas Kabupaten Banjar terbagi menjadi 4, yaitu

sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai

Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten

Tanah Bumbu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut dan Kota

Banjarbaru, serta sebelah Barat berbatasan dengan Kota Banjarmasin dan

Kabupaten Barito Kuala.2

Secara geologis, Kabupaten Banjar wilayahnya beraneka ragam, tidak

sepenuhnya berupa dataran. Ada juga Perbukitan dan pegunungan di sebelah utara

dan timur. Di sebelah barat dan selatan terdapat dataran rendah berupa tanah biasa

dan tanah rawa. Sebagian daerah Kabupaten Banjar ditutupi oleh batu-batuan

sedimen dan terdiri dari dataran tinggi, selain itu juga wilayah Kabupaten Banjar

1
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 1984. hlm. 36.
2
Ibid.

28
29

merupakan daerah dataran rendah yang dilewati sungai besar yaitu sungai

Martapura, sungai Riam Kanan, dan sungai Riam Kiwa serta beberapa sungai-

sungai kecil. Ibukota sekaligus pusat pemerintahan kabupaten ini terletak di

Kecamatan Martapura yang merupakan sebuah wilayah dengan luas sekitar 42,03

Km2 dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 73.963 jiwa 3. Kecamatan ini

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Banjar Tahun 1984

Sumber Foto: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar 1984.

A. Kondisi Keagamaan

Kecamatan Martapura Kota dapat dikategorikan sebagai kota tua,

dimana dulu pernah menjadi ibu kota Kerajaan Islam Banjar yang berdiri pada

abad ke-15 hingga berakhir pada abad ke 19. Bagi masyarakat Banjar,

Martapura memiliki hisotris religiusitas yang kuat. Hal ini dibuktikan pernah

3
Ibid.
30

lahir di kota ini ulama-ulama besar yang menjadikan kota ini sebagai pusat

penyebaran agama Islam ke semua penjuru tanah Banjar bahkan ke pelosok

Pulau Kalimantan.

Ulama besar yang dikenal seperti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

dengan didukung oleh Sultan Banjar mendirikan suatu instansi pendidikan

berupa Pondok Pesantren di desa Dalam Pagar Martapura. Pondok Pesantren

tersebut berhasil melahirkan banyak ulama dan da’i yang kemudia atas perintah

beliau untuk menyebarkan agama Islam diseluruh penjuru Kalimantan.

Pasca wafatnya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tahun 1812 dan

dibubarkannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860 oleh Belanda, Martapura

masih tetap bertahan sebagai pusat studi ilmu-ilmu Agama Islam di Kalimantan.

Pesantren Dalam Pagar dan majelis-majelis taklim di masjid, musala/langar dan

rumah-rumah para ulama Martapura menjadi sumber mata air bagi mereka yang

haus akan ilmu, amalan, dan barokah.

Kepatuhan dan penghormatan masyarakat kepada tuan guru/alim ulama

sangat besar sekali. Peran tuan guru tidak hanya sebagai penasihat di bidang

keagamaan, tapi juga terhadap berbagai bidang urusan dunia, seperti: minta

nasehat tempat mana yang bagus saat mau mendulang, minta doa agar lancar

dalam berdagang (berusaha), minta air tawar yang sudah dibacakan ayat-ayat

Al-Quran supaya sembuh dari penyakit dan lain sebagainya.

Martapura punya beberapa gelaran kota yang unik dibandingkan

dengan kota-kota yang lain, yaitu dijuluki sebagai kota santri, kota intan, dan
31

kota serambi Mekkah. Ada tiga alasa yang menjadikan kota Martapura dijuluki

gelaran tersebut, khususnya kota santri dan serambi Mekkah, yaitu:

a. Sebagai awal pusat penyebaran agama Islam di Kalimantan,

b. Sebagai pusat pendidikan agama Islam yang ditandai dengan banyak

berdirinya pondok pesantren dan pusat pengajian,

c. Tempat lahirnya ulama besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Al-

Banjari (Datu Kalampayan).

d. Banyak terdapat lembaga-lembaga dakwah

Melihat banyaknya berdiri Pondok Pesantren di Martapura pada saat

itu, mengakibatkan minat masyarakat untuk menimba ilmu agama semakin

besar. Berdasarkan data dari Pondok Pesantren Al-Falah yaitu dari tahun 1998

smpai tahun 2001 mengalami lonjakan peminat hingga 30%. Diantara Pondok

Pesantren yang terkenal adalah Pondok Pesantren Darussalam, Pondok

Pesantren Sullamul ‘Ulum, dan Pondok Pesantren Hidayatullah Taman Hudaya.

Sisi lain dari kota Martapura adalah munculnya “keraton” sebagai

simbol kesultanan Banjar.4 Jika melihat contoh kasus mengenai “keraton” yang

ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mana pada suatu sisi terkenal

dengan tradisi feodalnya yang kuat, namun juga sanggup menampilkan citra

positif sebagai kota pelajar, gudangnya kaum intelektual dengan dibuktikan

banyaknya perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS)

4
Wacana ini sudah lama muncul sekitar tahun 2006. Lihat, Banjarmasin Post edisi
sabtu 8 April 2006 dengan judul “Keraton Banjar Bakal Berdiri Lagi”.
32

terkenal. Untuk kasus Martapura, harapan kota santri sebagai simbol religiusitas

akan tetap lestari walau digempur derasnya arus globalisasi.5

Martapura memiliki ciri khas dan karakteristik yang unik, yaitu

kentalnya nuansa keagamaan dan maraknya syiar dakwah keislaman yang

diindikasikan dengan banyaknya ulama/tuan guru yang tersebar diseluruh

Martapura. Dengan karakteristik tersebut kota ini menjadi ikon sebagai pusat

pendidikan Islam di wilayah Kalimantan. Alumni (santri-santri) dari Lembaga

pendidikan di kota ini, menyebar ke berbagai kawasan di Kalimantan Selatan,

Tengah dan Timur, bahkan sampai ke pulau Jawa. Para santri inilah yang

menggiatkan dakwah Islamiyah dalam membina umat.

Di antara pusat pendidikan yang sangat terkenal dan tertua dari segi

pendidikan Islam adalah Pondok Pesantren Darussalam. Lembaga ini telah

banyak berkiprah dalam melahirkan tokoh ulama/tuan guru, karenanya sebutan

Serambi Mekah dan kota santri untuk Kota Martapura sesuai dengan kondisi

realistis di lapangan. Sebagai kota berjuluk Serambi Mekkah dan Kota Santri,

peran ulama sangat menentukan dalam sendi-sendi kehidupan sosial

kemasyarakatan.

Ulama merupakan tokoh pembimbing dan inspirator bagi umatnya.

Setidaknya ada terdapat tiga peraturan daerah yang menggambarkan hubungan

harmonis antara pemerintah dan ulama dalam menciptakan masyarakat yang

5
Norpikriadi, Sejarah, Etnisitas, dan Kebudayaan Banjar (Yogyakarta: Ombak,
2015), hlm. 48.
33

agamis, yaitu Perda Jumat Khusyuk, Perda Ramadhan dan Perda Khatam Al-

Quran.

Eksistensi ulama setidaknya diperkuat dengan banyaknya tempat

peribadatan, majelis taklim, pengajian, madrasah, pesantren dan ribuan santri

atau jamaah. Ini menjadi nilai tambah bagi perkembangan suatu daerah seperti

Kabupaten Banjar yang terus membangun. Apresiasi dan posisi ulama

menduduki peringkat teratas jika dibandingkan dengan daerah lainnya karena

fungsinya yang sangat signifikan dalam membina umat.

Deretan nama ulama besar menghias lembaran sejarah sesuai situasi

dan waktu, sebutlah nama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang

makamnya terletak di Kalampayan, Astambul. Makam tersebut diziarahi ribuan

orang setiap harinya. Disamping itu, ada juga nama K.H. Muhammad Syarwani

Abdan (Guru Bangil), K.H. Muhammad Samman Mulia (Guru Padang), K.H.

Abdurrahman Siddiq (Indragiri), K.H. Kasyful Anwar, K.H. Muhammad

Salman Jalil, K.H. Anang Sya’rani Arif, Tuan Guru K.H. Zainal Ilmi, KH

Muhammad Husin Qodri, K.H. Badruddin, dan K.H. Muhammad Rosyad.6

Bahkan di era kekinian, nama Martapura semakin masyhur hingga

menembus batas regional dengan sosok (almarhum) K.H. Muhammad Zaini

Abdul Ghani. Ulama yang populer disapa dengan sebutan “Guru

Sekumpul/Guru Ijai” itu bisa dartikan sebagai “magnet” Bumi Serambi Mekkah

Martapura. Semasa hidup almarhum, pengajian yang diadakan di Komplek Ar-

6
Taufik El-Rahman, Tanah Banjar: Intelektualisme Tak Pernah Mati
(Banjarmasin: Penakita Publisher, 2012), hlm. 79.
34

Raudhah, Sekumpul, selalu dihadiri banyak jamaah dari berbagai daerah. Beliau

merupakan sosok yang banyak dikunjungi pejabat dan tokoh masyarakat

lainnya.

Sejak pengajian diselenggarakan di Sekumpul telah banyak tamu yang

hadir, mulai dari tokoh ulama, masyarakat awam, artis, pejabat negara, pejabat

lokal, petinggi militer hingga para menteri dan presiden beserta wakilnya.

Alhasil, Martapura menjadi masyhur sebagai pusat pergerakan pemikiran Islam

yang disegani dan merupakan basis pendidikan Islam terkemuka di Kalimantan.

Dengan berlatar pendidikan Islam yang termasyhur itu, Martapura pun dijuluki

sebagai Serambi Mekkah dan kota santri.

B. Kondisi Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat pada umumnya mencakup

berbagai aspek kehidupan. Agama merupakan salah satu aspek yang yang

melekat dan mendominasi kehidupan sosial masyarakat. Hal tersebut terjadi di

masyarakat Banjar, setiap sendi kehidupan masyarakatnya tidak lepas dengan

unsur keagamaan.

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Kalimantan Selatan (1985),

sebagaimana dikutip Nadhiroh, mengemukakan bahwa suku Banjar merupakan

suku yang menanamkan muatan-muatan Islam dalam setiap perilaku mereka

bahkan dalam hal-hal yang bersifat sosial budaya. 7 Ajaran Islam dijalankan

7
Nadhiroh, Religious and Gender Issues in the Tradition of Basurung and the
Polygamy of Banjar Tuan Guru in South Kalimantan, hlm. 267.
35

dengan patuh oleh urang Banjar, oleh sebab itu di Kalimantan Selatan

khususnya di Martapura banyak sekali ditemui masjid dan langgar/surau.

Kegiatan keagamaan seperti pengajian dan kuliah agama juga banyak

dilaksanakan, terlebih jika pada bulan Ramadhan hingga Idul Fitri.

Istilah “Islam Banjar’ dalam masyarakat Banjar merujuk pada agama

Islam yang dianut masyarakat Banjar tidak berhenti pada institusi kepercayaan

saja, melainkan sudah melebur pula pada tata kehidupan sehari-hari, dalam adat

istiadat yang dianut dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Bukti nyata terintegrasinya Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Banjar, dapat dilihat dari siklus hidup masyarakatnya yang

disesuaikan dengan penanggalan Hijriah. Penyebutan bulan Arab untuk

penanda waktu seperti Muharram, Safar, Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir,

Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawwal, Dzul

Qa’dah, dan Dzulhijjah.8

Penanaman nilai-nilai agama, seperti dakwah dan pengajian ataupun

majelis taklim di masjid tidak pernah sepi. Begitu pula kegiatan belajar mengaji

yang dilakukan oleh anak-anak di masjid dengan satu guru maupun dengan

memanggil guru mengaji ke rumah merupakan salah satu kegiatan yang tidak

ditinggalkan. Pelaksanaan rukun Islam seperti zakat dan keinginan untuk

melaksanakan ibadah haji maupun melaksanakan umrah juga tumbuh dengan

sangat subur di Kalimantan Selatan, terutama di Martapura.

8
Hadi, “Studi Etika Tentang Ajaran-Ajaran Moral Masyarakat Banjar” (Tashwir,
Jurnal Penelitian Agama Dan Sosial Budaya 3, no. 6, 2015), hlm. 216.
36

Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar pada tahun 1984

tercatat ada 121 jemaah haji. Para peminat untuk naik haji dan umrah selalu

meningkat tiap tahunnya. Bahkan yang sudah pernah haji dan umrah sekali

masih merasa kurang, sehingga berangkat berkali-kali. Selain terkenal dengan

sebutan kota Serambi Mekkah, Martapura juga terkenal dengan julukan kotan

intan karena sebagai pusat transaksi penjualan dan tempat penggosokan intan

utama di Kalimantan. Maratapura juga menyediakan banyak cendermata batu

mulia, sehingga banyak wisatawan baik dari luar daerah bahkan sampai luar

negeri yang berkunjung ke Martapura.

C. Kondisi Ekonomi

Martapura juga merupakan pusat pengolahan berlian sekaligus tempat

transaksi berlian di Kalimantan. Martapura disebut-sebut sebagai salah satu

daerah produsen batu mulia berkualitas terbaik di dunia. Kegiatan usaha

kerajinan penggosokan Intan dan batu permata di Martapura merupakan suatu

kegiatan usaha yang unik dan banyak ditekuni oleh masyarakat secara turun-

temurun dari generasi ke generasi. Jika ditinjau dari aspek sosial, budaya dan

ekonomi, kerajinan penggosokan Intan dan batu permata dapat menghidupi

banyak orang, baik sebagai usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan

Selain itu, mampu menjadi daya tarik bagi dunia pariwisata jika dapat

dikelola dengan baik sehingga diharapkan dapat membangun desa atau

kelurahan yang penduduknya banyak menekuni kerajinan penggosokan Intan

dan batu permata sebagai Sentra Kerajinan Penggosokan Intan dan Batu
37

Permata untuk tujuan kunjungan wisata yang dipadukan dengan upaya

pemasaran hasil produk kerajinan penggosokan Intan dan batu permata,

sekaligus menggerakan roda perekonomian masyarakat di Kawasan tersebut.

Apalagi Kota Martapura sudah sangat terkenal dengan pusat

perindustrian dan perdagangan intan dan batu permata dengan adanya Pasar

Cahaya Bumi Selamat.9 Eksistensi Martapura terkenal hingga ke luar negeri

sebagai salah satu kota produsen intan di Indonesia karena di wilayah Martapura

dan sekitarnya terdapat banyak penambangan intan. Disamping itu, kualitas

intan dan berlian di Martapura memiliki nilai yang sangat tinggi.

Di pasar Cahaya Bumi Selamat (CBS) ini dipasarkan segala jenis batu

intan permata dan dapat dibeli sebagai buah tangan khas Martapura. Toko-toko

permata yang ada di Martapura tidaklah seperti mall yang mewah, tapi hanya

merupakan pasar biasa dangan toko-toko kecil. Banyak toko (kios) yang

menawarkan batu permata dengan berbagai ukuran, bentuk, kualitas dan harga

yang bervariasi.

Maka dapat disimpulkan kebesaran Kota Martapura tidak hanya dikenal

karena intan yang dihasilkannya (Intan Trisakti atau Intan Putri Malu misalnya),

tetapi juga para ulama besarnya. Maka dari itu, intan yang lebih kemilau dan

memancarkan cahaya yang lebih indah dari kota ini sebenarnya adalah ilmu dan

kiprah ulamanya dalam menyebarkan ajaran Agama Islam.

9
Bank Indonesia wilayah Kalimantan, Kerajinan Penggosokan Intan dan Batu
Permata Martapura (Banjaramasin: BI, 2013), hlm. 78.
BAB III

BIOGRAFI K.H. MUHAMMAD ROSYAD

A. Kelahiran Dan Masa Kecil

K.H. Muhammad Rosyad atau yang akrab disapa dengan Guru Rosyad

lahir Di Desa Tunggul Irang Seberang Kecamatan Martapura Kota Kabupaten

Banjar pada tanggal 03 Rabiul Awal 1358 H atau bertepatan dengan 15 April

1939. Beliau adalah adik kandung dari K.H. Badaruddin (Guru Ibad), atau

merupakan anak bungsu dari pasangan K.H. Ahmad Zaini dan Hj. Norjannah.

Ayah beliau K.H. Ahmad Zaini adalah seorang ulama yang terkenal sekaligus

Mufti di Pemerintahan Kabupaten Banjar pada saat itu.1

Hal ini bisa dilihat dari kedisiplinan dan kecermatan K.H. Ahmad Zaini

semasa hidupnya ketika beliau banyak diberi amanah oleh masyarakat maupun

oleh pemerintah sekalipun. Sebagai pemimpin agama dimasyarakat, sudah

pasti harus siap untuk melayani berbagai keluhan masyarakat dalam beragama.

Hal ini dibuktikan terpilihnya K.H. Ahmad Zaini sebagai mufti pada saat itu.

Jabatan mufti bukan saja sangat bergengsi tetapi lebih dari itu, jabatan mufti

menjadi legitimasi atas keluasan ilmu orang yang bersangkutan.2

Masa-masa kecil K.H. Muhammad Rosyad hampir tidak begitu banyak

berbeda dengan saudara-saudara beliau seperti K.H. Husin Qadri dan K.H.

Badaruddin. Dalam hal ini kehidupan dan pergaualan sehari-hari beliau yang

1
Wawancara dengan K.H. Muhammad Naufal, anak dari K.H. Muhammad Rosyad
di Desa Tunggul Irang Seberang pada tanggal 12 Februari 2021.
2
Ibid.

38
39

penuh diliputi dengan suasana agamis. Sebab, seperti disinggung di atas beliau

adalah anak dari ulama berpengaruh di kota Martapura, selain beliau hidup di

tengah keluarga yang senantiasa taat dan patuh dalam menjalankan ajaran

agama, juga dipengaruhi oleh berlangsungnya aktivitas keagamaan seperti

pengajian agama atau penyelenggaraan majelis taklim3.

B. Latar Belakang Keluarga

Keluarga lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan

menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada

dalam hubungan interaksi yang intim. Segala yang sesuatu yang diperbuat anak

mempengaruhi keluarganya dan sebaliknya.4

Lingkungan keluarga merupakan satuan unit terkecil dalam kehidupan

kelompok masyarakat. Keluarga juga merupakan suatu lingkungan yang

memiliki hubungan dan keterikatan paling erat bagi orang-orang yang lahir dan

dibesarkan dalam lingkungan tersebut. Keluarga atau rumah tangga terdiri dari

bapak, ibu, dan saudara yang tinggal secara bersama dalam satu rumah.

Anak yang lahir tidak mempunyai daya apa-apa tanpa ada bantuan dari

seorang ibu, ayah, dan keluarga lainnya. Lingkungan keluarga juga dapat

dikatakan bahwa dimana seseorang itu dilahirkan, diasuh dan dibesarkan

merupakan tempat pertama terbentuknya pribadi seseorang. Setiap pribadi dan

3
Ibid.
4
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak (Jakarta: CV Rajawali, 2010),
hlm. 19.
40

tingkah laku seseorang akan tampak dengan jelas dalam kehidupan sehari-

hari.5

K.H Muhammad Rosyad berasal dari latar belakang lingkungan

keluarga yang sangat taat pada ajaran Agama Islam dan sangat memperhatikan

pentingnya pendidikan agama. Mulai dari kakek beliau K.H. Abdurrahman

yang merupakan satu diantara ulama masyhur di Martapura. K.H.

Abdurrahman (Guru Adu) adalah anak dari keturunan ulama juga, yaitu KH.

Zainuddin bin K.H. Abdus Shamad bin K.H. Abdullah al-Banjari. Bisa

dikatakan bahwa guru pertama K.H. Muhammad Rosyad yang pertama ialah

ayah beliau sendiri, yaitu K.H. Ahmad Zaini.

K.H. Muhammad Rosyad memiliki 3 saudara kandung terdiri dari K.H.

Badaruddin, Hj. Raudhatul Saadiyah, dan Alm. Nurhana, sedangkan saudara

yang tidak seibu yaitu dengan K.H. Husin Qadri. Sejak kecil beliau telah

mendapat pendidikan agama dan disiplin yang tinggi dari kedua orang tuannya,

sehingga beliau terbiasa dan selalu haus akan ilmu agama untuk

memperdalamnya lagi. 6

C. Latar Belakang Pendidikan

1. Pengajian

Pengajian adalah salah satu institusi yang telah lama hadir sebagai

pendidikan non formal. Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia,

5
Karel J. Weger, dkk. Pengantar Sosiologi: Buku panduan Mahasiswa (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 105.
6
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
41

pengajian memberikan peran yang sangat besar dalam penyebaran agama

Islam. Pengajian berfungsi untuk menyampaikan berbagai pengetahuan

yang biasanya khusus pengetahuan seputar agama. Dalam pengajian orang

yang memberikan materi disebut Tuan Guru, Kyai, ataupun Ustad.

Pengajian tidak bisa lepas dari yang namanya pesantren, karena

kebanyakan di Indonesia dimana ada pesantren disitu ada pengajian atau

sebaliknya. Pengajian sendiri diibaratkan sebagai ekstra kurikuler atau

tambahan pelajaran bagi pesantren. Orang yang mengikuti pengajian

mayoritas para santri tapi ada juga masyarakat umum. Pengajian merupakan

salah satu dari pendidikan agama Islam yang sudah lama dikenal oleh

masyarakat. Pengajian sendiri dijadikan para ulama sebagai media dakwah

dalam menyebarkan agama Islam dan bisa juga sebagai pengerat tali

silaturahmi sesama umat muslim.

Pengajian dalam istilah Banjar dikenal dengan mengaji duduk.

Dimana masyarakat belajar tentang ajaran agama Islam, mulai dari mengaji,

yaitu pengenalan dan pemahaman tentang tanda baca Al-Qur’an dan hukum

bacaan Al-Qur’an. Masyarakat Banjar juga belajar tata cara sholat serta

prakteknya, dari sholat sendiri sampai shalat berjamaah. Sebagaimana dua

saudara beliau terdahulu, yakni K.H. Husin Qadri dan K.H. Badaruddin,

maka K.H. Muhammad Rosyad pun di umur 5 sampai 6 tahun belajar

mengaji dengan orang tua sendiri, yakni K.H. Ahmad Zaini7. Secara

7
Wawancara dengan K.H. Muhammad Busiri, anak dari K.H. Muhammad Rosyad
di Desa Tunggul Irang Seberang pada 15 Februari 2021.
42

informal sebetulnya beliau sudah tidak asing lagi dengan lingkungan

keluarga yang diwarnai suasana keagamaan yang kental, oleh sebab itu,

tidak heran apabila sejak kecil beliau cepat berkembang dalam memahami

segala pelajaran keagamaan yang diberikan.8

2. Melanjutkan Sekolah ke Pendidikan Formal

K.H Muhammad Rosyad mengenyam pendidikan formal pertama di

Madrasah Iqdamul Ulum Tunggul Irang selama 3 tahun. Setelah selesai

pada tahun 1949, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyah dan

Aliyahnya di Pondok Pesantren Darussalam Martapura selama kurang lebih

8 tahun, tepatnya selesai pada tahun 1958. Baik semasa menjalani hidup

sebagai seorang santri maupun setelah menamatkan di pondok pesantren,

beliau tetap rajin dan istiqomah menimba ilmu agama.

Hal ini dapat dipahami mengingat lingkungan keluarga beliau

memang sudah lama membentuk kebiasaan seperti itu, sehingga suasana

menggali atau menuntut ilmu sangat dijiwai beliau dan menjadi bagian yang

tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Saking hausnya akan ilmu

agama, beliau melanjutkan pendidikan ke luar pulau Kalimantan, tepatnya

di Pondok Pesantren Datu Kalampayan yang terletak di kota Bangil

Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. K.H. Muhammad Rosyad

menetap di Bangil kurang lebih selama 2 tahun dan di Gresik selama 3 tahun

hingga beliau menikah disana dan sempat mengajar di Pondok Pesantren

Datu Kalampayan tersebut.

8
Ibid.
43

3. Berguru Khusus Kepada Ulama

Selain menimba ilmu melalui jalur pendidikan formal, K.H

Muhammad Rosyad juga memiliki guru khusus yang membuat beliau

semakin mendalami ilmu agama khususnya ilmu Fiqh, Hadis dan Tassawuf,

yaitu dengan berguru kepada kaka beliau sendiri, K.H. Badaruddin, K.H.

Anang Sya’rani Arif, K.H. Semman Mulya dan K.H. Muhammad Syarwani

Abdan atau bisa dikenal dengan Tuan Guru Bangil, yang mana Tuan Guru

Bangil menguasai secara mendalam 14 disiplin ilmu keislaman, terutama

Fiqih, Hadist, ‘Ulum al-Hadits, Tafsir, ‘Ulumal-Qur`an dan Tasawuf.9 K.H

Muhammad Rosyad juga berguru kepada Al-Habib Al-Qutub Abu Bakar

Bin Muhammad Assegaf yang ada di Gresik Jawa Timur hingga

mendapatkan ijazah Sholawat Qomaril Wujud.

D. Masa Dewasa

Masa dewasa biasanya dikaitkan dengan jenjang pernikahan atau

perkawinan. Seseorang dikatakan dewasa apabila ia sudah siap untuk menikah.

Menikah juga bisa disebut dengan pelepasan masa dewasa. Dikalangan orang

Banjar, perkawinan dianggap sebagai perbuatan suci, yang harus dijalani oleh

semua orang. Seorang pemuda yang telah dewasa dibujuk agar segera menikah,

dengan mengatakan bahwa menikah itu adalah sunnah nabi dan agama,

seseorang belum sempurna apabila ia belum juga menikah.10

9
Tim MUI Kalsel & Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin, op.cit. hlm. 196.
10
Alfani Daud. Islam & Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan
Banjar (Jakarta: PT. Raja Grapindo, 1997), hlm. 73.
44

K.H. Muhammad Rosyad semasa hidupnya pernah memiliki 2 orang

istri, yaitu yang pertama bernama Hj. Hamidah binti H. Salim dan yang kedua

bernama Hj. Sholatiah binti Abu Bakar. Di umur 24 tahun tepatnya pada bulan

Mei 1963, beliau menikah dengan istri pertamanya dan dikaruniai 7 orang

anak, diantaranya Hj. Miskiah, K.H. Farid Miski, Hj. Nurhabsiah, K.H.

Muhammad Naufal, K.H. Muhammad Busiri, K.H. Muhammad As’ad, dan Hj.

Kurratul Ain, sedangkan dengan istri kedua, beliau resmi menikah diumur ke

41 tahun tepatnya pada bulan Maret 1981 dan tidak memiliki anak atau

keturunan.11

E. Aktivitas Dan Pekerjaan Sehari-Hari

Setelah menikah dengan istri pertama, K.H Muhammad Rosyad

diperintahkan oleh guru beliau yaitu K.H. Syarwani Abdan (Guru Bangil)

untuk mengajar di Pondok Pesantren Datu Kalampayan Bangil selama 5 tahun,

dari tahun 1960-1965.12 Disamping belajar dan mengajar di Pondok Pesantren

Datu Kelampayan Bangil, K.H. Muhammad Rosyad juga aktif berdagang.

Beliau berdagang intan Eropa bersama teman beliau yang ada di Solo, bernama

H. Muhdor.

Apabila kembali pulang ke Martapura, beliau membawa Intan Eropa

yang masih mentah, untuk digosok dan diolah di Martapura. Sesudah jadi

11
Wawancara dengan Hj. Sholatiah Istri ke-2 dari K.H. Muhammad Rosyad, di
Desa Pesayangan Utara pada tanggal 13 Februari 2021.
12
Wawancara dengan K.H Muhammad As’ad, anak dari K.H. Muhammad Rosyad,
di Desa Tunggul Irang Seberang pada tanggal 15 Februari 2021.
45

sebuah perhiasan, beliau membawa kembali Intan Eropa tersebut ke pulau

Jawa, khususnya ke daerah Solo dan Gresik untuk dijual. Tidak bisa dipungkiri,

sebagai daerah penghasil intan yang telah berlangsung sejak lama, sejak

sebelum zaman Hindia Belanda pasar Martapura ramai oleh pengrajin dan

penggosokan intan serta toko-toko permata13.

Tidak heran, kota Martapura dijuluki dengan nama “Kota Intan” karena

banyak masyarakatnya yang menjadi pedagang intan di dalam dan luar daerah

dan usaha mereka berjalan lancar. Hal ini juga dialami oleh K.H. Muhammad

Rosyad, berkat semangat dan kegigihan beliau dalam berdagang intan, beliau

mampu berangkat ke tanah suci Mekkah dalam rangka menunaikan ibadah haji

bersama istri beliau yaitu Hj. Hamidah.14

F. Kepribadian

K. H. Muhammad Rosyad adalah satu ulama yang peduli terhadap

Pendidikan, khususnya di Kecamatan Martapura. Beliau selalu semangat dan

rajin ketika mengajar. Beliau tidak pernah absen pada saat mengajar di Pondok

Pesantren Datu Kalampayan Bangil ataupun di Pondok Pesantren Darussalam

Martapura. Dalam kondisi apapun, bahkan waktu beliau sakit. Pernah tahun

1999 pada saat beliau pulang berobat selama seminggu dari Jakarta karena sakit

13
Alfani Daud, op.cit. hlm. 446.
14
Wawancara dengan K.H Farid Miski, anak dari K.H Muhammad Rosyad, di Jalan
Pintu Air pada tanggal 13 Februari 2021.
46

jantung hingga perut beliau mengalami pembengkakkan, keesokan harinya

beliau tetap istiqomah untuk mengajar santri-santrinya.15

Dikalangan santri-santri, K.H. Muhammad Rosyad merupakan sosok

guru yang tegas dan disiplin. Apabila ada santri-santri beliau yang keliru pada

saat membaca kitab, langsung beliau tegur dan beliau ajarkan bagaimana cara

membacanya yang benarnya. Begitu juga pada saat masuk kelas, beliau tidak

pernah terlambat. Beliau selalu tepat waktu dalam mengajar bahkan ada santri

yang terlambat langsung beliau tegur agar tidak mengulangi lagi. Tidak hanya

dari lisan, beliau juga memberikan teladan melalui tindakan agar dapat

dicontoh oleh masyarakat.16

Beliau dikenal oleh masyarakat sebagai sosok ulama yang paling suka

merakyat, beliau suka bergaul dengan siapa saja, tidak suka pilih-pilih teman.

Beliau tidak membedakan kasta dalam bergaul dimasyarakat, apakah orang itu

pejabat, pedagang bahkan pengemis sekalipun tetap beliau hormati. Tutur kata

beliau lemah-lembut dan hampir tidak pernah berkata dengan kasar, maupun

yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Beliau selalu datang apabila ada

masyarakat yang mengundang beliau untuk berhadir dalam sebuah acara

seperti hajatan, Maulid Nabi dan Isra Mi’raj.17

Bahkan setelah pulang berobat, beliau diundang masyarakat untuk

datang ke acara Maulid Nabi dan disana beliau seperti biasa, memimpin acara

15
Wawancara dengan Bapak Izzudin, kerabat K.H Muhammad Rosyad, di Institut
Agama Islam Darussalam Martapura pada tanggal 15 Februari 2021.
16
Ibid.
17
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
47

dan tidak ada pantangan makanan. Kebanyakan orang memiliki pantangan

makanan atau makanan yang tidak boleh dimakan agar penyakit yang diderita

tidak kambuh. Hal ini tidak berlaku bagi K.H. Muhammad Rosyad, beliau

memiliki prinsip “Mun sudah waktunya mati, mati ay sudah” beliau makan apa

saja yang tuan rumah suguhkan, tidak ada permintaan khusus dari beliau untuk

disediakan makanan tertentu.18

Akhlak dan budi pekerti beliau sangat mulia dan terpuji, sehingga

menjadi inspirasi, sumber kekaguman dan teladan masyarakat. Walaupun

beliau berpenampilan sederhana, malah kadang-kadang agak bersahaja dalam

pergaulan sehari-hari, karena kepribadian beliau seperti itu lah yang membuat

beliau sangat dihormati masyarakat. K.H. Muhammad Rosyad selalu

mendahulukan kepentingan umat dibanding kepentingan pribadi. Banyak

masyarakat yang sering datang ke rumah beliau. Beliau tidak jarang dimintai

pendapat atau restu khusus, baik oleh masyarakat, pemuka dan tokoh

masyarakat maupun kalangan pejabat pemerintah sehubungan dengan isu-isu

krusial yang berkembang di masyarakat.19

Pada saat suasana yang bisa dikatakan “kritis” lantaran ada gejolak atau

konflik tertentu, beliau tidak jarang pula dimintai saran, petunjuk maupun

fatwa khusus mengenai hal tersebut. Bisa dikatakan segala pendapat, petuah,

restu dan fatwa yang beliau keluarkan besar sekali pengaruhnya ditengah-

tengah masyarakat Martapura baik itu dari kalangan pejabat hingga kalangan

18
Ibid.
19
Ibid.
48

menengah ke bawah. Tidak jarang, apa yang keluar dari mulut beliau, bisa

menjadi solusi atau semacam alternatif jawaban untuk menyelesaikan suatu

masalah.20 Dalam hal ini baik kaitannya dengan agama atau yang ada

hubungannya dalam bermasyarakat.

Di kehidupan berumah tangga, beliau merupakan sosok kepala rumah

tangga yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak-anak dan

istirnya. Beliau selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup secara

sederhana, membiasakan hidup disiplin serta harus selalu istiqomah untuk

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.21

G. Tutup Usia

Kematian adalah salah satu peristiwa yang pasti terjadi dalam realitas

sosial. Tidak ada yang kekal dan abadi di dunia ini. Semua makhluk yang

memiliki ruh atau jiwa pasti akan menjumpai yang namanya kematian. Begitu

juga yang dialami oleh K.H. Muhammad Rosyad dengan siklus kehidupan

yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, dari muda menjadi tua, sehat

menjadi sakit, dan hidup menjadi mati. Setelah banyak memberikan kontribusi

dalam bidang agama, pendidikan, dan ekonomi, pada tahun 1999 beliau mulai

sakit-sakitan.

Banyak sekali penyakit yang beliau derita, mulai dari jantung hingga

perut beliau bengkak dan diabetes. Walaupun dalam keadaan sakit, beliau tetap

20
Ibid.
21
Ibid.
49

beraktivias layaknya orang sehat, seperti masih tetap mengajar di Pondok

Pesantren Darussalam, selalu menghadiri undangan masyarakat yang

mengadakan acara keagamaan, seperti Maulid Nabi dan Isra Mi’raj.

K.H. Muhammad Rosyad menghembuskan nafas terakhir diumur 63

tahun pada tanggal 5 Rabiul Awal 1442 H atau bertepatan pada hari Kamis 8

Juni 2000, sesudah salat Ashar sekitar pukul 17.00 WITA di kediaman beliau

sendiri yang terletak di Desa Tunggul Irang Seberang Kecamatan Martapura

Kota Kabupaten Banjar.22

Gambar 3.1 Berita Pasca Wafatnya K.H. Muhammad Rosyad

Sumber: Radar Banjar Tahun 2000

K.H. Muhammad Rosyad dimakamkan dan berkubah berdekatan

dengan makam K.H. Abdurahman (kakek beliau), K.H Ahmad Zaini (ayah

beliau), K.H. Husin Qodri dan K.H. Badaruddin (kakak beliau). Yang mana

22
Ibid.
50

kubah tersebut dikenal dengan nama Kubah Lima Wali Tunggul Irang 23. Berita

wafatnya K.H Muhammad Rosyad menyebar secara luas diseluruh kota

Martapura.

Para penduduk dan santri-santri merasakan duka yang mendalam

karena kehilangan sosok ulama yang sederhana, tawadhu, dan dicintai. Banyak

dari masyarakat bahkan ulama yang tidak kuasa menahan tangis saat prosesi

pemakaman beliau. Suasana duka masih terasa pasca dua hari pemakaman

beliau hingga berita wafatnya beliau masuk dalam surat kabar terbitan Radar

Banjar tahun 2000.

23
Ibid.
BAB IV

PERANAN K.H. MUHAMMAD ROSYAD SEBAGAI ULAMA

DI KECAMATAN MARTAPURA KOTA KABUPATEN BANJAR

TAHUN 1939-2000

A. Kegiatan Pengajian

K.H. Muhammad Rosyad memulai aktivitas dakwah untuk pertama kalinya

pada tahun 1957 di usia 18 tahun. Langkah pertama yang dilakukan oleh beliau

dalam dakwah Islam adalah dengan membuka kegiatan pengajian yang dimulai

disekitar lingkungan tempat tinggalnya yaitu di Mushola Al-Kautsar yang terletak

di Desa Murung Pelabuhan, berdekatan dengan Desa Tunggul Irang Seberang.

Pengajian pertama beliau tersebut dihadiri para ulama dan para habaib, satu

diantaranya Al-Habib Zein bin Muhammad Al-Habsyi dari desa Kampung Melayu

Martapura.1

Pengajian merupakan suatu kegiatan dakwah yang dilakukan oleh tokoh

pemuka agama seperti ulama. Biasanya pengajian dilaksanakan ditempat ibadah

seperti masjid dan musala/langgar serta juga dapat dilakukan dirumah-rumah

masyarakat.2 Tujuan dari adanya kegiatan pengajian adalah untuk meningkatkan

keimanan, keilmuan dan pengalaman nilai-nilai ajaran Islam yamg bersumber dari

1
K.H Muhammad Busiri, op.cit.
2
Eka Selviana Dewi, “Haji Abdul Hamid (Guru Hamid) Ulama Di Kecamatan Gambut
Kabupaten Banjar Tahun 1966-2010, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 2013, hlm 63

51
52

Al-Qur’an dan Hadist serta ijtihad para ulama untuk menjawab berbagai

permasalahan yang timbul dalam kehidupan dimasyarakat.

Gambar 4.1. Musala Al-Kautsar Tempat Pengajian Pertama Guru Rosyad

Sumber Foto: Koleksi Pribadi

Sampai sekarang kegiatan pengajian secara tradisional masih banyak

dilaksanan dalam lingkungan masyarakat di kecamatan Martapura Kota baik itu di

mesjid, langgar/musala dan di rumah salah satu penduduk yang melaksanakan

hajatan. Kegiatan seperti ini tidak mengenal jenjang atau kelas dan umur, semua

lapisan masyarat dapat hadir untuk belajar langsung dengan para ulama yang

memberikan pengajian.

Pada saat pengajiannya, K.H. Muhammad Rosyad menyampaikan materi

dengan santai, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti para jamaahnya,

biasanya menggunakan bahasa Banjar ditambah dengan sedikit komedi agar para
53

jemaah tidak tegang dan mudah menyerap materi yang beliau sampaikan. Beliau

juga selalu memberikan amalan-amalan yang bagus dan cocok untuk diamalkan

pada setiap bulannya. Misalkan keutamaan dan amalan yang bagus pada bulan

Rajab yaitu dianjurkan membaca Sayyidul Istighfar sebanyak tiga kali setiap pagi

dan sore.3

K.H Muhammad Rosyad mengajarkan materi yang berhubungan dengan

akidah, syariah, dan akhlak. Dalam menyampaikan ilmu akidah, beliau berharap

agar masyarakat selalu bertaqwa dan mempertebal keimanan kepada Allah SWT.

Apabila seluruh masyarakat memiliki akidah yakni meyakini adanya Allah SWT

maka dengan mudah menjalankan semua perintah dan larangan-Nya. Selanjutnya,

beliau juga mengajarkan materi Syariah.4

Syariah kelanjutan dari masalah akidah, setelah seseorang memiliki

keyakinan akan adanya Allah SWT, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan

adalah melaksanakan aturan-aturan yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.

Syariah merupakan penjelasan mengenai akidah dan ibadah yang diarahkan untuk

menata kehidupan dan mengatur hubungan manusia. Masalah Syariah bukan hanya

terbatas pada ibadah kepada Allah tetapi juga membahas mengenai masalah-

masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia.5

3
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
4
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
5
Ibid.
54

Yang terakhir, beliau mengajarkan mengenai akhlak untuk selalu bersyukur

atas semua karunia tuhan, berbuat baik dan saling membantu antar sesama umat

manusia, berbakti kepada orang tua, dan selalu sopan santun baik kepada yang lebih

muda ataupun yang lebih tua. Apabila semua sudah dilakukan Insya Allah hidup

akan merasa tenang dan damai. Adapun kitab yang beliau jadikan referensi dalam

menyampaikan materi pengajian tersebut antara lain kitab tafsir al-Jalalain,

sedangkan masalah hadist menggunakan kitab Riyadhus Shalihin.6

1. Kitab tafsir al-Jalalain

Kitab tafsir al-Jalalain adalah kitab yang menitikberatkan tafsir Al-Qur’an dari

segi kaidah bahasa, sehingga cocok bagi mereka yang ingin mempelajari Al-

Qur’an dari sisi bahasa. Kitab tafsir ini ditulis oleh dua orang, yaitu Imam

Jalaludin al-Mahally dan Imam Jalaludin as-Suyuthi. Kitab ini terkenal dan

banyak dipakai di kalangan pondok pesantren di Indonesia. Model paparan

yang ringkas dalam kitab ini sehingga dikenal dengan metode ijmali (global).

Metode ijmali memiliki ciri yang sangat ringkas dalam meanfsirkan ayat yang

dilakukan secara berurutan (‘ala tartib al-mushaf) dari satu ayat ke ayat yang

lain dan dari satu surat ke surat yang lain.7 Kitab ini diajarkan pada saat

pembukaan pengajian rutin setiap hari Rabu malam di Mesjid Jami Martapura

6
K.H Farid Miski, op.cit.
7
Abu al-Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudu’I (Mesir: Maktabah al-
Jumhuriyyah, 1997), hlm. 25.
55

oleh K.H. Muhammad Rosyad pada 13 Dzulqaidah 1339 H atau Rabu 4

Oktober 1979.8

2. Kitab Hadist Riyadhus Shalihin

Kitab ini berisi kumpulan hadist Nabi Muhammad SAW yang disusun oleh

Imam An-Nawawi. Riyadhus Shalihih memiliki arti taman orang-orang sholeh.

Seorang ulama Hijaz yang bernama Syaikh Muhammad bin Al-Ian as-Shiddiqi

as-Syafi’I al-Asy’ri al-Makki telah mensyarahkan kitab Riyadhus Shalihin ini

ke dalam sebuah kitab sebanyak 4 jilid yang berjudul Dalilul Falihin Li Thariqi

Riadhus Shalihin. Kitab Riyadhus Shalihin ini juga sangat terkenal di kalangan

ulama ahlusssunah wal jama’ah, khususnya bagi para ulama dan santri di

Indonesia. Isi pada kitab ini membahas mengenai masalah hati, kebersihan jiwa,

muamalat mu’asyarah, moral, adab serta syariat.9

Ketiga materi itulah yang sering diajarkan oleh K.H Muhammad Rosyad

kepada para jemaahnya. Materi-materi tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling

berkaitan satu sama lain. Beliau juga menceritakan sejarah ulama-ulama Banjar

lainnya dengan tujuan untuk memperkenalkan sekaligus menambah rasa cinta

kepada ulama lainnya.

8
Wawancara dengan K.H Muhammad As’ad anak dari K.H Muhammad Rosyad, di
Desa Tunggul Irang Seberang pada 15 Februari 2021
9
Hani Nuraeni, “Kualitas Terjemahan Kitab Riadhus Shalihin II Karya Salim
Bahreisy”, Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2015, hlm. 30-32.
56

Kegiatan pengajian yang rutin dilakukan oleh beliau adalah pengajian

mingguan dan pengajian tahunan. Kegiatan pengajian Mingguan dilaksanakan

setiap hari Rabu malam pukul 19.00 sesudah salat Maghrib sampai menjelang

waktu salat Isya. Pengajian tahunan yang rutin dilaksanakan oleh beliau biasanya

untuk memperingati hari-hari besar Islam. Seperti peringatan Maulid Nabi

Muhammad SAW, Isra Mi’raj dan peringatan 10 Muharram.

Masyarakat yang menghadiri kegiatan pengajian beliau tidak hanya berasal

dari Desa Tunggul Irang saja namun juga berasal dari berbagai desa yang ada di

Martapura. K.H. Muhammad Rosyad tidak menghasilkan karya tulis seperti kitab

selama karir dakwahnya, namun beliau selalu mengajarkan kitab-kitab yang pernah

ditulis oleh para ulama terdahulu.10

B. Menjadi Tenaga Pengajar

K.H Muhammad Rosyad merupakan satu diantara ulama yang peduli

terhadap pendidikan umat, khususnya masyarakat Martapura. Kecintannya

terhadap ilmu dihabiskan untuk belajar dan mengajar. Bahkan ketika sakit-sakitan

beliau tetap semangat mengajar santri-santri beliau. Bagi beliau pendidikan Agama

harus selalu diajarkan dan ditegakkan. Berikut kontribusi beliau dalam dunia

pendidikan.

10
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
57

1. Guru Di Pondok Pesantren Darussalam Martapura Dan Datu

Kalampayan Bangil

K.H. Muhammad Rosyad mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar

di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Sejak usia 25 tahun tepatnya

pada tahun 1964 beliau sudah mulai mengajar di Pondok Pesantren Datu

Kalampayan Bangil selama 2 tahun. Pada tahun 1967 beliau kembali ke

Martapura dan mengajar di Pondok Pesantren Darussalam. Materi yang beliau

ajarkan adalah tafsir dan hadist, karena keahlian beliau dikedua bidang ilmu

tersebut.

Pada saat beliau menjadi guru, beliau mendidik para santrinya

menggunakan kurikulum yang mengacu pada kitab kuning, sementara

pesantren menggunakan sistem klasikal, sedangkan dalam pengajaran beliau

menggunakan metode tarbiyatul aulad, yakni didikan seorang ayah kepada

anaknya.11 Beliau membimbing para santri dengan penuh kasih sayang dan

disiplin tinggi, yang tidak membedakan status sosial, harta atau pun derajat

keduniawiannya, asalkan para santri mempunyai kemauan dan kesungguhan

dalam belajar, beliau terima dengan tangan terbuka tanpa mempertimbangkan

dari mana dan anak siapa atau pun berapa imbalan materi yang bakal

diterimanya. Beliau selalu memberikan nasihat dan menganjurkan kepada para

11
Ibid.
58

santrinya untuk senantiasa belajar mengembangkan keilmuannya yang tidak

terbatas di lingkungan pesantren itu saja.

2. Dosen Di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

Pada tahun 1987-1988, K.H. Muhammad Rosyad mengajar di Sekolah

Tinggi Ilmu Syariah (STIS) fakultas Fiqhiyah Ma’had Aly. Beliau mengajar

ilmu tafsir. Pada saat menjadi dosen, beliau protes kepada pimpinan sekolah

tinggi tersebut karena dinilai kurikulum yang diajarkan pada saat itu terlalu

sedikit dan kurang mendalam. Menurut beliau, apabila seseorang ingin

menjadi ulama intelektual harus dijejal dengan ilmu-ilmu agama yang luas dan

dalam.12

Metode mengajar yang beliau gunakan pada saat itu adalah dengan

fokus pada satu materi hingga materi tersebut dapat kita kuasai secara

mendalam. Sebagai contoh, apabila masuk materi mengenai tafsir Al-Thabari,

beliau menekankan untuk fokus mempelajari tafsir tersebut sampai tuntas agar

para santrinya menjadi ulama yang cerdas dan mampu menjawab pernyataan

umat.

K.H. Muhammad Rosyad sebelum memerintahkan sesuatu kepada

orang lain terlebih dahulu beliau yang melaksanakannya (memberikan

teladan). Beliau sangat berharap agar para santri sebagai generasi penerusnya

dalam memperjuangkan dan menegakkan agama harus mampu tampil lebih

12
Bapak Izzudin, op.cit.
59

baik darinya. Beliau menyadari bahwa tantangan perjuangan yang bakal

dihadapi dikemudian hari lebih berat dan lebih besar daripada sekarang. Salah

satu tujuan beliau dalam pendidikan yang beliau laksanakan adalah mencetak

kader ulama (pemimpin) dan mubaligh Ahlussunah wal Jama’ah yang mampu

menjawab tantangan zaman.13

C. Menggagas Pendirian BMT Al-Karomah Martapura

BMT merupakan singkatan dari baitul mal wa tanwil atau baitul mal wat

baitul tanwil. Secara etimologi baitul mal berarti rumah dana dan baitul tanwil

berarti rumah usaha. Baitul mal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus

menyalurkan dana sosial, sedangkan baitul tanwil yang bertugas melakukan

kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi guna meningkatkan

kualitas eknomi pengusaha mikro antara lain mendorong kegiatan menabung dan

menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.14

Menurut Abdul Aziz dan Mariya Ulfah, BMT adalah Lembaga keungan

mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis

usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta

membela kepentingan kaum fakir miskin.15

13
Ibid.
14
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tanwil (BMT) (Yogyakarta: UII
Press, 2004), hlm. 126
15
Abdul Aziz dan Mariya Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 115.
60

Perkembangan BMT di Indonesia berawal dari berdirinya Bank Muamalat

Indonesia (BMI) pada tahun 1992, yang mana pada praktiknya BMI berlandaskan

nilai-nilai Syariah. Setelah berdirinya BMI timbul peluang untuk mendirikan bank-

bank yang berprinsip Syariah lainnya. Seiring berjalannya waktu, operasionalisasi

BMI dinilai kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah. Maka

dibentuklah bank dan keungan mikro lainnya, yaitu Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang bertujuan untuk

mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah.16

Lahirnya BMT memiliki arti bahwa perkembangan ekonomi Islam tidak

hanya berhenti pada tingkatan ekonomi makro saja, tetapi juga telah menyentuh

sektor yang paling bawah yaitu ekonomi mikro. Kelahiran BMT sangat menunjang

sistem perekonomian pada masyarakat yang berada di daerah sekitarnya, karena di

samping sebagai lembaga keuangan Islam, BMT juga memberikan pengetahuan-

pengetahuan agama pada masyarakat yang tergolong mempunyai pemahaman

agama yang masih rendah, sehingga fungsi BMT sebagai lembaga ekonomi dan

sosial keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya.17

Selain fokus pada dunia pendidikan, K.H. Muhammad Rosyad menaruh

perhatian besar terhadap ekonomi umat khususnya di daerah Martapura. Berawal

dari keresahan beliau terhadap umat Islam yang memiliki taraf ekonomi rendah

16
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keungan Syariah: Deskripsi Dan Ilustrasi
(Yogyakarta: Ekosoria, 2012), hlm. 108.
17
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta: PT ISES
Consulting Indonesia, 2008), hal. 23.
61

namun ingin memiliki usaha dan menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi

yang bersifat non Islam. Beliau tidak ingin timbul presepsi ditengah masyarakat

bahwa umat Islam di Martapura itu banyak yang miskin. 18

Dari situlah muncul gagasan dari beliau untuk mendirikan sebuah Lembaga

keuangan Syariah sebagai sarana untuk mensejahterkan kaum fakir miskin. Pada

tahun 1997 diadakan pertemuan bersama pengurus Pusat Inkubasi Bisnis Usaha

Kecil (PINBUK) Kalimantan Selatan dikediaman beliau Desa Tunggul Irang

Seberang. Pada pertemuan tersebut dihadiri beberapa tokoh agama dan

cendekiawan, antara lain K.H. Muhammad Rosyad, K.H. Khalilurrahman, Drs.

H.M. Djuhdi, Dr. H.M. Quzwini, M.Ag, Dr. H.A. Fauzan Saleh, M.Ag, Drs. Agus

Matondang, MM, dan Dr. H. Muhammad Husin, M.Ag. 19

Dalam pertemuan itu dibahas mengenai rancangan dari BMT Al-Karomah

agar pada pelaksanaannya bisa tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan prinsip

syariah Islam. Selanjutnya diadakan agenda rapat lanjutan yang bertempat di

kediaman Dr. H.M Quzwini, M.Ag yang beralamat di Komplek Pangeran Antasari

Blok C nomor 2 Kecamatan Martapura Kota. Pada pertemuan kedua itu membahas

perihal badan hukum dari BMT tersebut hingga tanggal peresmian

pembentukkannya.

18
Bapak Izzudin, op.cit.
19
Wawancara H.M. Quzwini, Kerabat K.H Muhammad Rosyad di Komplek Pusat
Pertokoan Sekumpul Martapura, 22 Februari 2021.
62

BMT Al-Karomah Martapura secara Resmi didirikan pada tanggal 2

November 1998. Keberadaan BMT saat itu berada di bawah Yayasan AL-Karomah

dengan Salinan akta Notaris Aristyo SH, Nomor 11 tanggal 3 November 1999. 20

Pada awal berdiri, BMT Al-Karomah memiliki modal awal sebesar Rp. 23.000.000

yang dihimpun dari seluruh pengurus. 21 Kehadiran BMT ini mendapat respon yang

positif dari masyarakat Kabupaten Banjar, sebab BMT dapat dijadikan sebagai

alternatif membangun modal usaha berbasis Syariah, akan tetapi dalam aspek

normatifnya terbentur dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1995 tentang

pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam harus berbadan koperasi.22

Maka dari itu seluruh pengurus berupaya untuk mendapatkan badan hukum

dan akhirnya terbit surat keputusan Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil

Menengah RI Nomor 11/BH/KDK.16.1/XI/2000 tanggal 20 November 2000.23

Keberadaan badan hukum organisasi ini diperkuat dengan lahirnya Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2012 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang menegaskan bahwa Koperasi Syariah al-

Karomah Martapura berdasarkan akta notaris Abdul Khair Razikin, SH, M.Kn

Nomor 02 tanggal 22 September 2016 Koperasi Syariah Al-Karomah Martapura

berubah menjadi Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura.24

20Ibid.
21Ibid.
22Ibid.
23Ibid.
24
Ibid.
63

Alasan pengambilan kata Al-Karomah dalan penamaan koperasi tersebut

karena memiliki arti anugerah dari Allah, dengan harapan segala jenis usaha yang

ditransaksikan selalu mendapat kehormatan atau kemuliaan dari Allah SWT.

Artinya secara keseluruhan koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura yaitu

badan usaha koperasi yang bergerak pada pembiayaan simpan pinjam (mudharab,

murabahab, musyrakah, al qard hasan, raihan dan lain-lain), serta sektor jasa jasa

lainnya yang tidak mengikat.

Koperasi Syariah ini menganut 2 (dua) fungsi, yaitu sebagai Baitul Tamwil

yakni melakukan kegiatan pengembangan usaha dalam bentuk produktif dan

investasi, serta Baitul Maal berfungsi sebagai penerima dana sosial seperti zakat,

infak, sedekah, hibah, wakaf, dan lain-lain.25 Koperasi Syariah ini beralamat di

Jalan Ahmad Yani Km. 39 Komplek Pusat Pertokoan Sekumpul Nomor 11

Martapura.

Organisasi ini berpegang pada prinsip Syari’ah dan peraturan pemerintah

serta memperhatikan karakter dan kultur masyarakat Kabupaten Banjar yang

religious. Keberadaan Koperasi Syariah ini terus mendapat respon positif dari

masyarakat dan pemerintah daerah dalam mendukung visi misi daerah serta

perekonomian di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar. Sampai sekarahg,

Koperasi Syariah BMT Al-Karomah masih tetap eksis dan sangat membantu

masyarakat Martapura dalam bidnag ekonomi.

25
Ibid.
64

D. Keteladanan K.H Muhammad Rosyad Sebagai Ulama

1. Teladan Bagi Umat

Di kalangan masyarakat Muslim, ulama merupakan sosok pemimpin

informal yang memiliki posisi tersendiri. Secara sosiologis, kehadirannya

dapat dipandang sebagai salah satu agen perubahan (agent of change), sebab

masyarakat dalam banyak hal hampir selalu mendasarkan kegiatannya pada

petunjuk ulama. Ulama dikategorikan sebagai pemimpin lokal yang cukup

berpengaruh di dalam masyarakat setempat. Lebih dari itu, kekuatan pengaruh

serta kedudukannya yang tinggi dalam tatanan masyarakat juga karena ulama

dipandang memiliki kelebihan dalam hal ilmu agama serta mencerminkan

tingkat kesalehan yang tinggi bila dibandingkan dengan anggota masyarakat

pada umumnya.

Bahkan secara teologis, masyarakat Muslim meyakini bahwa ulama

merupakan pewaris nabi (waratsat al-anbiya) yang berfungsi sebagai

pembimbing masyarakat. Dalam pandangan Geertz, posisi sosial ulama seperti

itu, dilihat dari kedudukannya sebagai kelompok elit kaum santri yang

mengutamakan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan.26 Ulama

mengajarkan ilmu-ilmu yang membuat kehidupan baik pribadi, keluarga, dan

masyarakat menjadi lebih baik, karena ilmu-ilmu yang diajarkannya membuat

masyarakat menjadi lebih tau yang mana yang baik untuk dilakukan dan yang

26
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyai dalam Masyarakat Jawa (terjemahan bahasa
Indonesia, oleh Aswab Mahasin) (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981), hlm.173.
65

mana tidak baik dan harus ditinggalkan. Itulah yang membuat ulama adalah

sosok teladan di kalangan masyarakat.

Sebagai seorang ulama K.H. Muhammad Rosyad telah banyak

memberikan kontribusi yang berguna bagi keluarga dan masyarakat

kedepannya. Beliau memberikan bekal ilmu agama Islam yang berguna bagi

kehidupan dunia dan juga sebagai bekal di akhirat. Banyak kepribadian dan

tingkah laku dari beliau yang bisa dijadikan panutan bagi generasi penerus

beliau yang patut untuk diteladani27.

Selain berdakwah juga ada beberapa perbuatan dan kegiatan beliau yang

dapat memberikan manfaat serta patut untuk ditiru, diantaranya adalah beliau

ulama yang merakyat dan senang membantu orang lain, seperti manalkinkan

orang yang sudah meninggal, dan juga beliau menjadi khatib serta

memandikan jenazah. Keberadaan K.H. Muhammad Rosyad ditengah-tengah

masyarakat Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar yang berdakwah

tanpa pamrih, yang berjuang senantiasa selalu ikut serta dalam kegiatan agama

Islam, serta peduli terhadap pendidikan dan fakir miskin menjadikan beliau

sosok teladan bagi masyarakat Kecamatan Martapura Kota.

Beliau selalu berusaha memberikan contoh yang baik dalam kehidupan

berkeluarga dan bermasyarkat. Beliau tidak pernah lelah dalam berdakwah

walaupun usianya sudah tua bahkan pada saat beliau sakit-sakitan. Tujuan dari

27
K.H Muhammad Naufal. op. cit.
66

K.H. Muhammad Rosyad hanya satu yaitu membawa keluarga dan masyarakat

ke arah yang lebih baik dengan selalu berpegang kepada agama Islam. Baik

dalam urusan dunia maupun persiapan bekal di akhirat nanti.28 Bagi ulama,

pengorbanan dari jiwa yang ikhlas itulah rahasia keabadian mereka.

Bukan agar disebut pahlawan mereka berkorban, juga bukan ditulis

dalam buku sejarah dengan tinta emas, mereka berkorban tidak lain demi

kemaslahatan kaum muslimin dan kejayaan Islam, karena mereka sadar betul

akan posisi mereka sebagai suri tauladan bagi umat. Seandainya dulu mereka

bersikap lemah tentulah umat ini sudah jauh lebih tidak berdaya. 29

2. Teladan Dalam Keluarga

K.H. Muhammad Rosyad merupakan sosok pemimpin rumah tangga

yang bertanggung jawab. Beliau mendidik anak-anaknya agar menjadi pribadi

yang sholeh dan sholehah. Beliau selalu meluangkan waktu untuk memantau

aktivitas anak-anaknya. Ini beliau lakukan agar anak-anaknya dapat hidup

terarah dan jauh dari keburukan. Beliau merupakan sosok suami yang

bertanggung jawab dan penyayang kepada Istri dan anak-anak beliau.

Beliau hampir tidak pernah marah kepada anak-anaknya, beliau tegas

tapi tidak keras, beliau tidak pernah memaksakan kehendaknya dan mau

28
K.H Muhammad Naufal. op.cit.
29
Syaikh Syarif Abdul Azis, Cobaan Para Ulama, 29 Kisah Ulama Besar Dalam
Menghadapi Ujian Dakwah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 2012), hlm 1.
67

berdiskusi dengan anak-anaknya. Selain mendidik anak-anaknya dengan ilmu

agama, K.H. Muhammad Rosyad juga memikirkan pendidikan anak-anaknya,

mereka di sekolahkan di pendidikan formal Islam hingga anak beliau yang

bernama K.H Muhammad Naufal meraih gelar Sarjana Agama pada tahun

2000.30

Sebagai seorang ulama, sebelum membimbing masyarakat luas beliau

membimbing keluarganya terlebih dahulu, karena keluarga merupakan

cerminan dari kehidupan seseorang. Apabila beliau bisa membawa keluarga

ke jalan yang benar, maka akan mudah juga membawa umat ke jalan yang

benar. Jika tidak bisa menjadi teladan bagi keluarganya, maka masyarakat pun

akan berpikir untuk dibimbing oleh beliau.

Di bidang birokrasi, beliau pernah menduduki posisi-posisi penting di

beberapa instansi. Beliau pernah menjabat sebagai bendahara kemudian naik

menjadi ketua Nazir Mesjid Agung Al-Karomah pada tahun 1993-2000, ketua

Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Banjar tahun 1995, ketua Rais Syuriyah

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan pada tahun 199731

serta terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Banjar ditahun yang sama. 32

30
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
31
Wawancara dengan Bapak Sarbani, kerabat K.H Muhammad Rosyad, di Kantor
Pengurus Wilayah NU pada 20 Februari 2021
32
Ibid.
68

3. Teladan Dalam Masyarakat

Bagi masyarakat, K.H. Muhammad Rosyad adalah sosok ulama yang

dikenal tegas dan merakyat. Yang membuat beliau dikenal tegas adalah karena

ilmu yang dimilikinya serta keribadinnya yang rendah hati, santun, dan tak

kenal lelah membimbing masyarakat dengan ilmu ajaran Islam hingga akhir

hayat beliau.

Beliau suka bergaul dan merangkul semua masyarakat tanpa

memandang status sosial agar terlibat aktif, tidak hanya pada aktivitas

keagamaan saja, namun beliau juga sealu aktif dalam aktivitas sosial,

khususnya jika ada warga masyarakat yang sedang mengalami musibah,

seperti jika ada orang yang mengadakan hajatan yang mengundang beliau pasti

beliau sempatkan datang, menakilkan orang yang meninggal dunia, dan lain

sebagainya.33

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa keteladanan K.H.

Muhammad Rosyad tidak hanya memberikan tausiah dan ceramah saja dalam

kegiatan dakwah, tetapi juga dari sifat dan kepribadian yang sangat dekat

dengan masyarakat. Beliau dalam membimbing masyarakat belajar dari

keteladanan Rasulullah SAW yang mendidik umatnya tidak hanya terpusat

pada ilmu saja tetapi juga pada akhlak atau adab dari pribadi umat manusia.

Menurut beliau ilmu tanpa adab tidak akan bermanfaat, dan ilmu yang tidak

33
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
69

disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi keburukan atas

pemiliknya pada hari kiamat.34

Keteladanannya tidak hanya dilihat dari cara beliau berdakwah saja,

tetapi hal lain yang tidak terlupakan adalah keteladanannya yang tak kenal

lelah dalam menuntut ilmu. Itulah yang juga diharapkan K.H. Muhammad

Rosyad kepada masyarakat, agar jangan merasa puas dengan ilmu yang

dimiliki, tetapi belajar dan terus belajar karena ilmu itu sangat besar

manfaatnya.

4. Teladan Sebagai Ulama

Keteladan seorang ulama dalam menuntut ilmu hingga disebut orang

yang berilmu, kemudian ia mengamalkan dan mengajarkannya. Sebagai ulama

itulah yang diimplementasikan K.H. Muhammad Rosyad, beliau memberikan

manfaat berupa mengajarkan ilmu agama dan akhlak kepada masyarakat.

Berikut adalah sifat-sifat keteladanan yang dimiliki dan diterapkan oleh beliau

dalam kehidupan sehari-hari.

a. Tawadhu

K.H. Muhammad Rosyad dikenal sebagai ulama yang tawadhu, tutur

kata beliau sangat sopan dan tidak pernah merasa berbeda diantara

masyarakat lainnya karena ilmu yang dimilikinya. Secara terminologi

Tawadhu berarti rendah hati, lawan dari sombong atau takabur.35 Hal ini

34
Ibid.
35
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklaq (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 123.
70

selalu beliau terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau tidak pernah

merasa tinggi hati dan sombong dengan ilmu yang dimilikinya.

Beliau selalu mengajarkan, sebuah ilmu pengetahuan alangkah

baiknya diajarkan dengan orang disekitar kita dengan lemah lembut dan

jangan sombong dengan ilmu yang dimiliki, karena bahwasanya

kesombongan termasuk sifat yang mengakibatkan munculnya kebencian

manusia kepadanya dan mereka akan menghindar dari padanya. Sedangkan

sifat tawadhuk, lemah lembut, dan sikap santun merupakan sifat yang akan

menghantarkan seseorang kepada kecintaan manusia kepadanya dan

mereka akan mau mengambil manfaat dari ilmunya. Maka dari itu, untuk

meneruskan perjuangan beliau dalam mengajarkan ajaran agama Islam,

banyak anak-anak beliau yang mengikuti jejak beliau, baik itu menjadi

penceramah dan tenaga pengajar/guru di Pondok Pesantren Darussalam

Martapura.

b. Senantiasa Bersyukur

Bersyukur adalah kewajiban bagi setiap umat Islam, karena

bersyukur merupakan bukti keimanan seseorang manusia kepada

penciptanya yaitu Allah SWT. Walaupun manusia tidak hanya diberikan

nikmat oleh Allah SWT, melainkan juga diberikan cobaan berupa musibah

yang menimpa setiap manusia.

K.H. Muhammad Rosyad juga selalu mengajarkan kepada

masyarakat agar selalu mengucap syukur Alhamdulillahi Rabbil’alamin


71

(segala puji bagi Allah). Bersyukur atas nikmat berupa apa saja yang

diberikan sesuai keinginan, dan bersabar atas setiap musibah yang

menimpa, yang tidak sesuai dengan keinginan.36 Bersyukur yang dimaksud

beliau bukan menerima begitu saja keadaan yang sedang dihadapi, akan

tetapi selalu berusaha untuk selalu mendapatkan yang terbaik.

Contohnya, untuk menjadi orang yang sukses, seorang manusia tidak

hanya berdiam diri saja untuk menggapai cita-citanya, ia perlu belajar dan

berusaha dengan rajin agar keinginannya tersebut bisa tercapai. Jika

keinginannya tercapai ia harus ingat untuk bersyukur dan selalu rendah hati,

namun jika keinginannya tidak tercapai ia harus bersabar dan tidak

berburuk sangka kepada Allah SWT.

c. Mencintai Para Ulama

Mencintai para ulama dan habaib memang sudah dianjurkan dalam

agama Islam. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang memerintahkan untuk

senantiasa mencintai ulama. Hal inilah yang dilakukan oleh K.H.

Muhammad Rosyad. Beliau merupakan ulama yang sangat mencintai guru-

guru beliau baik itu ulama bahkan habib sekalipun. Beliau pernah berkata

agar umat Islam untuk senantiasa dekat dan mencintai ulama.37

Barang siapa yang memuliakan orang alim atau ulama maka sama

saja dengan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Beliau juga

36
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
37
Ibid.
72

menganjurkan untuk berguru kepada para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah

lainnya guna memperluas ilmu agama yang telah dimiliki. Jika seseorang

belajar tanpa guru dan mencoba memahami sendiri maka yang akan keluar

adalah hanya sebuah ilusi. Ilusi inilah yang diharapkan oleh setan untuk

menjerumuskan orang yang belajar tanpa adanya guru.38

Menurut beliau apabila seseorang yang belajar ilmu agama dengan

tidak melalui silsilah yang jelas (sanad) dan sampai ke Rasulullah SAW

maka sesungguhnya apa yang dipikirkan, ditafsrikan dan dipahami adalah

salah. Jika seseorang tersebut belajar melalui silsilah (sanad) yang jelas,

maka keberkahan ilmu tersebut akan selalu menyertainya. Maka dari itu

beliau berpesan untuk selalu mencintai dan bertanya kepada para ulama

sebagai pewaris keilmuan para Nabi.39

d. Jujur, Tegas, dan Amanah

Seorang muslim haruslah memeliki sifat jujur dan amanah ketika ia

menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada manusia. Ia juga harus

menjauhi pembelaan terhadap permasalahan apa saja yang bertentangan

dengan kebenaran dihadapannya, maka ia harus segera kembali kepada

kebenaran tanpa mencelanya agar ia tidak menjadi orang yang berkhianat.

Itulah yang selalu K.H. Muhammad Rosyad terapkan dalam

kehidupan. Ilmu yang beliau dapatkan dari kesabarannya dalam menuntut

38
Ibid.
39
Ibid.
73

ilmu merupakan amanah dan tanggung jawab yang harus di emban dan

ditunaikan dengan penuh kejujuran. Jangan sampai menyampaikan hal

yang tidak benar kepada masyarakat. Begitu pula masyarakat diminta agar

jangan menyampaikan kepada orang lain apa yang tidak pernah beliau

sampaikan.

Beliau sangat tegas dalam menegakkan ajaran Agama Islam. Apabila

ada sesuatu hal yang bertolak belakang dengan prinsip dan ajaran Agama

Islam, maka beliau menjauhi hal tersebut.40 Hal ini dapat dilihat pada saat

beliau masih menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Banjar, beliau

tidak tergiur dengan kewenangan apalagi uang, beliau malah terjun

langsung ke masyarakat untuk melihat kondisi masyarakat secara langsung.

Beliau menganggap jabatan yang beliau emban adalah amanah dari

masyarakat dan harus dilaksanakan dengan baik serta berpihak kepada

masyarakat.41

Setelah habis masa jabatan beliau diminta untuk maju lagi sebagai

anggota DPRD Kabupaten Banjar periode kedua, namun beliau menolak

dengan tegas. Bukan tanpa alasan, beliau menolak karena beliau melihat

dan merasakan menjadi pejabat publik penuh dengan godaan yang tidak

baik, yang tidak sesuai dengan prinsip hidup beliau. Maka dari itu beliau

40
Wawancara dengan K.H. Sofwannur, santri dari K.H. Muhammad Rosyad di
Komplek Abdi Persada Jalan Banua Anyar Banjarmasin.
41
Bapak Izzudin, op.cit.
74

menolak dan lebih memilih untuk fokus mengajar di Pondok Pesantren

Darussalam hingga akhir hayat beliau.42

e. Menyerbarkan dan Mengajarkan Ilmu Yang Dimiliki

K.H Muhammad Rosyad menyebarkan ilmu agama Islam dan

mengajarkannya kepada masyarakat Martapura setelah selesai menuntut

ilmu ke berbagai tempat. Wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk

menyebarkan ilmu diantara manusia tidak menyembunyikannya dan tidak

pula kikir dengan ilmu yang dimiliki.43

Itulah salah satu keteladanan K.H Muhammad Rosyad, yang

menjadikan beliau sosok yang dihormati. Beliau juga berharap kepada

masyarakat agar setelah mendapat bimbingan dakwah darinya, bisa

meneruskan menjadi penyebar dan pengajar ilmu bagi masyarakat yang

lebih luas lagi, paling tidak kepada keluarga sendiri terlebih dahulu. 44

Sama halnya dengan para ulama lainnya, K.H. Muhammad Rosyad

juga memiliki kemuliaan/kelebihan atau yang bisa dikenal dengan

Karomah yang diberikan oleh Allah SWT kepada beliau. Satu diantara

Karomah beliau adalah beliau memiliki otak yang luar biasa cerdas dengan

hafalan atau ingatan yang sangat kuat. Beliau cukup sekali membaca sebuah

kitab, maka beliau akan selalu ingat dan hafal isi dari kitab tersebut.45

42
Ibid.
43
K.H Muhammad Naufal, op.cit.
44
Ibid.
45
K.H. Sofwannur, op.cit.
75

Hal tersebut tidak mudah dan instan beliau dapatkan, perlu usaha dan

amalan atau amaliyah yang harus istiqomah diamalkan. Satu diantara usaha

yang harus dilakukan adalah selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah SWT beserta Rasul-Nya. Disamping memiliki kelebihan,

beliau juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan beliau adala beliau

sosok ulama yang tidak bisa berdiplomasi, ketika pengajian bahasa yang

beliau gunakan terlalu polos.46

46
Izzudin, op.cit.
BAB V
SIMPULAN

Kesimpulan pertama, K.H. Muhammad Rosyad lahir di Desa Tunggul Irang

Seberang Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar pada tanggal 15 April

1939 yang lahir dari pasangan K.H. Ahmad Zaini dan Hj. Norjannah. Beliau wafat

diumur 63 tahun pada tanggal 5 Rabiul Awal 1442 H atau bertepatan pada hari

Kamis 8 Juni 2000, sesudah salat Ashar sekitar pukul 17.00 WITA. Beliau

dilahirkan dari keluarga yang dihormati, Ayah beliau merupakan ulama yang cukup

berpengaruh, terkenal dan sekaligus mufti pada saat itu. Beliau dididik dan

dibesarkan dari kondisi keluarga dan lingkungan masyarakat yang agamis.

Berbekal ilmu dan pengalamam agama Islam yang didapat dari orang

tuanya serta guru beliau di daerah tempat tinggal dan diluar daerah, K.H.

Muhammad Rosyad tumbuh menjadi sosok ulama yang dihormati, tegas dan

disiplin terutama menyangkut masalah keagamaan. Selain sebagai ulama, beliau

tidak kenal lelah berjuang untuk masyarakat dalam berbagai bidang seperti

pendidikan, sosial, ekonomi dan pemerintahan, sehingga membuat beliau dikenal

dan disegani masyarakat di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar.

Keseimpulan kedua, beliau memiliki kepribadian yang sederhana, suka

bergaul dengan siapa saja, dan suka menolong. Peran beliau sebagai ulama dapat

dilihat dari kegiatan yang beliau lakukan yaitu: membuka pengajian pertama pada

usia 18 tahun di Desa Murung Pelabuhan tepatnya di Musala/Langgar Al-Kautsar.

Mengadakan pengajian mingguan setiap hari Rabu malam di Mesjid Jami

76
77

Martapura setelah salat Maghrib. Pengajian tahunan dilaksanakan saat peringatan hari

besar Islam, contoh pada saat Isra Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kemudian mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Pondok Pesantren

Darussalam Martapura, Pondok Pesantren Datu Kalampayan Bangil, dan Sekolah

Tinggi Ilmu Syariah. Ketiga, mendirikan lembaga keuangan Syariah bersifat informal

yang bernama Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura. Latar belakang

berdirinya koperasi Syariah tersebut, karena keresahan beliau terhadap kondisi

ekonomi umat Islam di Martapura yang banyak tidak menerapkan sistem ekonomi

Syariah. Beliau ingin, dengan adanya koperasi Syariah ini dapat membantu ekonomi

masyarakat Martapura khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah dan

menjauhkan dari praktik ekonomi non Islam. Keempat, menjadi ketua Nazir Mesjid

Agung Al-Karomah Martapura menggantikan K.H. Abdus Syukur.

Peran beliau sebagai ulama tidak hanya melalui pendidikan dan ekonomi, beliau

pernah menduduki posisi-posisi penting di pemerintahan, seperti menjadi anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupten Banjar dari Fraksi Partai

Golkar, Ketua Badan Amil Zakat Kabupaten Banjar dan pernah menjadi Ketua Rais

Syuriyah PW NU Kalimatan Selatan. Kontribusi K.H Muhammad Rosyad sangat

besar dalam pembentukan mental spiritual umat melalui keilmuan dan kiprahnya

selama hidup. Melalui aktivitas dakwah beliau yang luar biasa patut di apresiasi dan

dikenang sepanjang masa.


78

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Tertulis
Abdullah, Taufik & Abdurahman Sorjomiharjo. 1985. Ilmu Sejarah dan
Historiografi “Arah dan Presfektif’’. Jakarta: PT. Gramedia.
Abu al-Hay al-Farmawi. 1997. al-Bidayah fi Tafsir al-Maudu’i. Mesir:
Maktabah al-Jumhuriyyah.
Aziz, Abdul dan Mariya Ulfah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam
Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Azis, Syaikh Syarif Abdul. 2012. Cobaan Para Ulama, 29 Kisah Ulama Besar
Dalam Menghadapi Ujian Dakwah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Jakarta.
Ananta, Aris dkk. 2003. Demography of Indonesia S Ethnicity. Singapore:
Institute Southeast Asian Studies.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar. 1984. Kabupaten Banjar Dalam Angka
1984. Kantor Statistik Kabupaten Banjar.
Daud, Alfani. 1997. Islam & Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa
Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT. Raja Grapindo.
Daud, Safari. 2013. Antara Biografi dan Historiografi (Studi 36 Buku Biografi
di Indonesia). Jurnal Analisis Vol. 13, No.1. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Dewi, Eka Selviana. 2013. “Haji Abdul Hamid (Guru Hamid) Ulama Di
Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Tahun 1966-2010, Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin.
El-Rahman, Taufik. 2012. Tanah Banjar: Intelektualisme Tak Pernah Mati.
Banjarmasin: Penakita Publisher.
Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyai dalam Masyarakat Jawa (terj).
Jakarta: Pustaka Jaya.
Hamid, Harizah. 1991. Majelis Ta’lim. Jakarta: Bulan Bintang.
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Hasyim, Umar. 1983. Mencari Ulama Pewaris Nabi. Yogyakarta: PT.
Gramedia.
Ideham, M. Suriansyah, dkk (ed.). 2003. Sejarah Banjar. Banjarmasin: Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhklaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karel J. Weger, dkk.1993. Pengantar Sosiologi: Buku panduan Mahasiswa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kartono, Kartini. 2010. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV
Rajawali.
79

Kiai Amir Hasan Bondan. 1953. Suluh Sedjarah Kalimantan. Banjarmasin:


Fadjar.
Kuntowijiyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kutoyo, Sutrisno. 1983. Suatu Pendapat Tentang Penulisan Pahlawan Jakarta:
Depdikbud.
Muijeb, M. Abdul, 1989. Ciri - Ciri Ulama Dunia Akhirat. Surabaya: CV
Mahkota.
Munnawir, A.W. 1997. Kamus Al-Munnawir Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya: Pustaka Progressif.
Muslim, 2017. Puang Kali Taherong: Biografi Dan Karamahnya. Jurnal Al-
Qalam Vol.23, No.2. Makassar: Balai Litbang Agama.
Norpikriadi. 2015. Sejarah, Etnisitas, dan Kebudayaan Banjar. Yogyakarta:
Ombak.
Nuraeni, Hani. 2015. “Kualitas Terjemahan Kitab Riadhus Shalihin II Karya
Salim Bahreisy”, Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tanwil (BMT).
Yogyakarta: UII Press.
Riyadi, B., & Supriady, D. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi
Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakrata: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Saleh, M. Idwar. 1986. Sekilas Mengenal Daerah Banjar dan Kebudayaan
Sungainya Sampai Dengan Akhir Abad 19. Banjarbaru: Museum
Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Sorjomiharjdo, Abdurrachman. 1983. Menulis Riwayat Hidup Prasarana Dan
loka karya, Pemikiran Biografi Dan Kesejahteraan. Jakarta:
Depdikbud.
Sudarsono, Heri. 2012. Bank dan Lembaga Keungan Syariah: Deskripsi Dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekosoria
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: PT
ISES Consulting Indonesia.
Suryadinata, dkk. 2003. Indonesia’s Population: Ethnicity and Region in a
Changing Political Landscape. Singapore: Institute of Southeast
Asian Studies
Soekanto, Soejono. 2002. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim MUI Kalsel & Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin. 2018. Ulama Banjar
Dari Masa Ke Masa Edisi Revisi. Banjarmasin: Antasari Press.

B. Sumber Lisan
H. Farid Miski. 55 tahun. Guru di MTs Iqdamul Ulum. Wawancara pada tanggal
13 Februari 2021. Alamat Jalan Pintu Air Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar.
80

H. Izzudin. 60 tahun. Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banjar.


Wawancara pada tanggal 13 Februari 2021. Alamat Jalan Perwira
Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar.
H. Muhammad As’ad. 47 tahun. Guru di Pondok Pesantren Darussalam
Martapura. Wawancara pada tanggal 13 Februari 2021. Alamat Jalan
Kubah Desa Tunggul Irang Seberang Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar.
H. Muhammad Busiri. 48 tahun. Guru di Pondok Pesantren Darussalam
Martapura. Wawancara pada tanggal 13 Februari 2021. Alamat Jalan
Kubah Desa Tunggul Irang Seberang Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar.
H. Muhammad Fauzi. 39 tahun. Guru di MTs Iqdamul Ulum. Wawancara pada
tanggal 13 Februari 2021. Alamat Jalan Kubah Desa Tunggul Irang
Seberang Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar.
H. Muhammad Naufal. 51 tahun. Guru di Pondok Pesantren Darussalam
Martapura. Wawancara pada tanggal 12 Februari 2021. Alamat Jalan
Guru Husien Qadri, Desa Tunggul Irang Seberang Kecamatan
Martapura Kota Kabupaten Banjar.
Nuryadi. 45 tahun. Ketua PC NU Kabupaten Banjar. Wawancara pada tanggal
15 Februari 2021. Alamat Jalan Ahmad Yani KM. 40 Martapura.
Hj. Sholatiah. 58 tahun. Ibu Rumah Tangga. Wawancara pada tanggal 13
Februari 2021. Alamat Desa Pesayangan Utara Kecamatan Martapura
Kota Kabupaten Banjar.
H.M. Sarbani Haira. 60 tahun. Ketua Tanfiziyah PW NU Kalimantan Selatan.
Wawancara pada tanggal 20 Februari 2021. Alamat Jalan Ahmad Yani
KM. 12,5 Kabupaten Banjar.
H. Sofwannur. 54 tahun. Wiraswasta. Wawancara pada tanggal 26 Maret 2021.
Alamat Jalan Banua Anyar Komplek Abdi Persada Banjarmasin.
81

Lampiran
82

Lampiran 1. Daftar Informan/Narasumber

1. Nama : H. Muhammad Naufal


Umur : 51 tahun
Alamat : Jl. Kubah Desa Tunggul Irang Seberang Martapura
Pekerjaan : Guru di Pondok Pesantren Darussalam

2. Nama : Hj. Sholatiah


Umur : 58 Tahun
Alamat : Desa Pesayangan Utara Martapura
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Nama : H. Farid Miski


Umur : 55 Tahun
Alamat : Jalan Pintu Air Kelurahan Indrasari Martapura
Pekerjaan : Swasta

4. Nama : H. Muhammad As’ad


Umur : 47 Tahun
Alamat : Desa Tunggul Irang Seberang Martapura
Pekerjaan : Guru di Pondok Pesantren Darussalam

5. Nama : H. Muhammad Busiri


Umur : 48 Tahun
Alamat : Desa Tunggul Irang Seberang Martapura
Pekerjaan : Guru di Pondok Pesantren Darussalam

6. Nama : H. Muhammad Fauzi


Umur : 39 Tahun
Alamat : Desa Tunggul Irang Seberang Martapura
Pekerjaan : Wiraswasta

7. Nama : Drs. H. Izzudin, M.Ag.


Umur : 60 Tahun
Alamat : Jl. Kenangan Kelurahan Indrasari Martapura
Pekerjaan : Dosen di Institut Agama Islam Darussalam

8. Nama : Nuryadi, S.Ag


Umur : 45 Tahun
Alamat : Martapura
Pekerjaan : Ketua PC Nahdlatul Ulama Kabupaten Banjar

9. Nama : Drs. H.M. Sarbani Haira, M.Si.


Umur : 60 Tahun
Alamat : Banjarmasin
83

Pekerjaan : Ketua Tanfiziyah PW NU Kalimantan Selatan

10. Nama : Dr. H.M. Quzwini, M.Ag.


Umur : 62 Tahun
Alamat : Komp. Pangeran Antasari Blok C Martapura
Pekerjaan : Sekretaris Koperasi Syariah BMT Al-Karomah

11. Nama : H. Sofwannur


Umur : 54 Tahun
Alamat : Jl. Banua Anyar Komplek Abdi Persada Banjarmasin
Pekerjaan : Wiraswasta
84

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

A. Pertanyaan untuk keluarga K.H Muhammad Rosyad


1. Bagaimana masa kecil K.H Muhammad Rosyad?
2. Bagaimana latar belakang keluarga K.H Muhammad Rosyad?
3. Bagaimana latar Pendidikan dan berguru kepada siapa saja K.H Muhammad
Rosyad?
4. Bagaimana masa dewasa K.H Muhammad Rosyad?
5. Siapa istri dari K.H Muhammad Rosyad?
6. Bagaimana kehidupan K.H Muhammad Rosyad setelah menikah?
7. Bagaimana karir K.H Muhammad Rosyad sebagai ulama?
8. Seperti apa metode yang dijalankan K.H Muhammad Rosyad dalam
mengajarkan agama Islam?
9. Apakah K.H Muhammad Rosyad sempat menulis kitab seperti kebanyakan
ulama-ulama lain?
10. Apakah beliau pernah mengadakan pengajian?
11. Apa-apa saja materi yang diajarkan K.H Muhammad Rosyad dalam setiap
majelis yang pernah beliau adakan?
12. Kitab apa saja yang beliau jadikan referensi untuk menyampaikan materi
pengajian?
13. Apakah beliau memiliki atau pernah menggagas pendirian Pondok
Pesantren?
14. Bagaimana kontribusi K.H Muhammad Rosyad sebagai ulama dalam
masyarakat?
15. Bagaimana aktivitas dan pekerjaan sehari-hari K.H Muhammad Rosyad?
16. Bagaimana keteladanan K.H Muhammad Rosyad dalam keluarga?
17. Apakah beliau pernah menjabat posisi penting di Pemerintahan?
18. Bagaimana kondisi beliau menjelang wafat?
19. Kapan K.H Muhammad Rosyad wafat?
20. Dimana makam K.H Muhammad Rosyad?

B. Pertanyaan untuk kerabat dan masyarakat Kota Martapura yang


mengenal K.H Muhammad Rosyad
1. Bagaimana keteladanan K.H Muhammad Rosyad di masyarakat?
2. Bagaimana keteladanan K.H Muhammad Rosyad sebagai seorang ulama?
3. Seberapa dekat saudara narasumber dengan K.H Muhammad Rosyad?
4. Seperti apa sosok K.H Muhammad Rosyad bagi Narasumber?
85

Lampiran 3. Foto K.H. Muhammad Rosyad

Sumber: Koleksi Pribadi


86

Foto K.H. Muhammad Rosyad Ketika Muda

Sumber: Internet
87

Lampiran 4. Foto K.H Muhammad Rosyad Bersama Para Ulama

Sumber: Instagram @mtp_serambimekkah


88

Sumber: Instagram @mtp_serambimekkah


89

Lampiran 5. Foto K.H Muhammad Rosyad beserta keluarga

Sumber: Koleksi Pribadi


90

Lampiran 6. Foto K.H Muhammad Rosyad bersama putra beliau


(K.H. Muhammad As’ad)

Sumber: Koleksi Pribadi


91

Lampiran 7. Foto Mesjid Agung Al-Karomah Martapura

Sumber: Koleksi Pribadi


92

Lampiran 8. Foto Pondok Pesantren Darussalam, Datu Kalampayan Bangil


dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

Sumber: Koleksi Pribadi


93

Sumber: Internet
94

Lampiran 9. Foto Koperasi Syariah BMT Al-Karomah Martapura

Sumber: Koleksi Pribadi


95

Lampiran 10. Foto Kitab Tafsir Jalalain & Kitab Hadist Riyadhus Salihin

Sumber: Koleksi Pribadi


96

Lampiran 11. Foto Surat Nikah K.H. Muhammad Rosyad dengan Istri
(Hj.Hamidah)

Sumber: Koleksi Pribadi

Lampiran 12. Foto Catatan Harian K.H. Muhammad Rosyad


97

Sumber: Koleksi Pribadi

Lampiran 13. Foto Makam K.H. Muhammad Rosyad


98

Sumber: Koleksi Pribadi


99

Lampiran 14. Foto Bersama Informan/Narasumber


Wawancara dengan K.H. Muhammad Naufal, S.Ag.

Wawancara dengan K.H. Farid Miski

Sumber: Koleksi Pribadi


100

Wawancara dengan K.H. Muhammad As’ad

Wawancara dengan K.H. Muhammad Busiri

Sumber: Koleksi Pribadi


101

Wawancara dengan Muhammad Fauzi

Wawancara dengan Nuryadi, S.Ag.

Sumber: Koleksi Pribadi


102

Wawancara dengan Drs. H. Izzudin, M.Ag.

Wawancara dengan Dr. H.M Quzwini, M.Ag.

Sumber: Koleksi Pribadi


103

Wawancara dengan K.H. Sofwannur

Sumber: Koleksi Pribadi


104

Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi


105
106

Lampiran 16. Surat Izin Penelitian


107

Anda mungkin juga menyukai