SKRIPSI
OLEH:
NIM : 2021112040
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt Yang Mahakuasa, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya telah dilimpahkan kepada penulis, akhirnya skripsi yang berjudul Struktur Dan
Fungsi Mantra Daerah Banjar Kalimantan Selatan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan ( S. Pd. ) pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Penulis dengan tulus menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Masagus Idrus
dan Ibunda Rosina yang telah memberikan dorongan, nasihat dan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan pendidikan. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bukman Lian , M.M., M.Si selaku Rektor Universitas PGRI Palembang
beserta staf dan karyawan /karyawati.
2. Ibu Dr. Dessy Wardiah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Pendidikan bahasa Indonesia
Universitas PGRI Palembang.
3. Ibu Hetilaniar, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI
Palembang.
4. Ibu Hj. Masnunah, M.Pd selaku pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan
memberikan masukan selama kuliah khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI
Palembang6. Seluruh jajaran karyawan Universitas PGRI Palembang.
7. Sahabat-sahabat terbaikku dan teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan
selalu bersama dalam suka maupun duka.
2
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudaraku yang telah
menunggu dengan kesabaran dan senantiasa berdoa agar penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulis berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas
semua amal kebaikan mereka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan
perkembangan ilmu pendidikan khususnya dibidang Pendidikan Bahasa Indonesia.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................21
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................................5
1.2 Fokus dan Subfokus.....................................................................................................................9
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................................9
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................................12
2.1 Pengertian Mantra.....................................................................................................................12
2.2 Jenis-jenis Mantra......................................................................................................................13
2.3 Mantra Pengobatan...................................................................................................................15
2.4 Teori Struktur.............................................................................................................................15
2.5 Teori Fungsi...............................................................................................................................16
2.6 Kerangka Berpikir.......................................................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................................18
3.1 Rancangan Penelitian................................................................................................................18
3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................................................18
3.3 Observasi...................................................................................................................................19
3.4 Wawancara................................................................................................................................19
3.5 Dokumentasi atau perekaman...................................................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................21
4.1 Mantra Pengobatan...................................................................................................................21
4.2 Fungsi Mantra Pengobatan........................................................................................................30
BAB V KESIMPULAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut (Amir, 2013: 2) pembicaraan tentang sastra lisan ini bukan sesuatu yang
baru. Hal ini sudah lama ada, walaupun dengan istilah berbeda. Pembicaraan-pembicaraan itu
membuktikan bahwa sastra lisan itu ada, ada wujudnya (exist), ada ‘pengwujudnya’ (bearer,
senimannya), dan ada masyarakatnya, yaitu masyarakat pemilik, penikmatnya, dan
khalayaknya (audiences).
Disamping itu ada juga yang mendefinisikan bahwa budaya adalah seluruh sistem,
gagasan, dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
merupakan cirri khas suatu masyarakat. Disisi lain budaya dapat dipahami sebagai hasil
kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kehidupan, karya, waktu, alam dan manusia itu
sendiri. Nilai-nilai budaya dipahami sebagai hasil aktivitas manusia yang digambarkan
melalui ungkapan atau tindakan yang menjadi prinsip pedoman dalam bertingkah laku
melaksanakan perbuatan yang berhubungan dengan unsur-unsur budaya (kehidupan, karya,
waktu, alam dan manusia). Sebagaimana daerah lain di Nusantara ini, Daerah Banjar juga
mempunyai adat dan budaya salah satunya mantra.
5
Menurut Rizal (2010:1) mantra merupakan puisi yang tertua dalam sastra. Dengan
demikian, dalam mantra tercermin kepercayaan masyarakat untuk mendapatkan kekuatan dan
kesembuhan dari hal gaib dan sakti.
Mantra tergolong ke dalam sastra Melayu klasik, hal tersebut terlihat pada ciri-
cirinya. Mantra bersifat anonim, dengan ini mantra tidak diketahui siapa pengarangnya
karena mantra dipercayai oleh masyarakat dan disebarkan secara turun-temurun. Itulah yang
menjadikan kedudukan mantra sangat penting pada masyarakat dahulunya, karena
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam mengucapkan mantra seseorang dukun tidak boleh berbuat kesalahan. Dukun
harus betul-betul manjaga apa yang diucapkannya, melihat waktu baik dan waktu buruk serta
harus menjaga pantangan-pantangan atau larangan-larangan yang harus dipatuhinya. Dukun
memiliki kewenangan penuh dalam membacakan mantra tertentu
Dalam khazanah kesusastraan mantra memiliki beberapa jenis seperti mantra pagar
diri, mantra pengobatan, mantra pengasih dan sebagainya. Salah satu mantra yang hampir
dikenal seluruh wilayah Banjar adalah mantra pengobatan. Mantra ini sudah dikenal oleh
masyarakat sejak zaman dahulunya.
Mantra itu tidak lain dari suatu gubahan bahasa yang diresapi oleh kepercayaan
kepada dunia yang gaib dan sakti. Gubahan bahasa dalam mantra itu mempunyai seni kata
yang khas pula. Kata-katanya dipilih secermat-cermatnya, kalimatnya tersusun dengan rapi,
begitu pula dengan iramanya. Isinya dipertimbangkan sedalam-dalamnya. Ketelitian dan
kecermatan memilih kata-kata, menyusun larik, dan menetapkan iramanya itu sangat
diperlukan, terutama untuk menimbulkan tenaga gaib. Mantra merupakan pengobatan
tradisional sebuah budaya karena adanya keyakinan dalam diri masyarakat di Indonesia,
bahwa pengobatan tradisional dapat menyembuhkan apa yang tidak bisa disembuhkan oleh
pengobatan yang bersifat medis. Tidak sedikit diantara masyarakat yang mengutamakan
pengobatan tradisional yang telah menjadi pengobatan tradisi sejak nenek moyang,
pengobatan tradisional pada umumnya terdapat berbagai obat-obatan tradisi serta diiringi
dengan jampi atau doa-doa khusus untuk menyembuhkan penyakit, terutama penyakit yang
diduga di sebabkan oleh kekuatan gaib. Proses pengobatan tersebut mempergunakan mantra,
ramuan obat yang terdiri dari aneka daun-daunan, dan berbagai perlengkapan lainnya.
6
Pengobatan cultural atau biasa disebut pengobatan tradisional ini bersifat turun-temurun dari
nenek moyang sampai kepada anak cucu yang secara turun-temurun yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya dan setiap daerah atau suku mempunyai ke khasan
tradisi sendiri-sendiri.
7
keduanya. Dengan kata lain, keduanya sama-sama memiliki peranan penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Baik agama maupun budaya keduanya memiliki peranan masing-
masing dalam membentuk tatanan hidup dan pola piker masyarakat. Munculnya gesekan
antara agama dan budaya kemudian menimbulkan pergeseran sedikit demi sedikit makna
yang ada dalam pengobatan tradisional. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas penulis
mengambil judul STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA DAERAH BANJAR
KALIMANTAN SELATAN. Alasan penulis mengambil Daerah Banjar dalam penelitian ini
karena berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa pengobatan tradisional
dengan mengunakan mantra-mantra masih banyak digunakan di lingkungan masyarakat
Daerah Banjar Kalimantan selatan.
1. Menentukan struktur pada mantra yang terdiri dari unsure judul, unsure pembuka, unsure
sugesti, unsur tujuan, unsur penutup.
2. Menemukan fungsi dari mantra pengobatan daerah Banjar Kalimantan Selatan.
3. Memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran dari hasil penelitian.
1. Apa saja jenis-jenis mantra sastra lisan daerah Banjar Kalimantan Selatan?
2. Apa saja fungsi dari mantra pengobatan tersebut?
3. Bagaimana struktur penyampaian mantra dalam sastra lisan daerah Banjar Kalimantan
selatan?
8
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian seharusnya memiliki tujuan. Tujuan
tersebut yaitu :
1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis mantra dalam satra lisan daerah Banjar Kalimantan
Selatan.
2. Untuk memahami setiap makna diksi mantra sastra lisan daerah Banjar Kalimantan
Selatan.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara penyampaian mantra yang Sempurna.
a. Manfaat Teoritis
2. Sebagai sarana ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami struktur fisik dan
batin mantra yang terdapat dalam pengobatan tradisional daerah Banjar Kalimantan
Selatan.
3. Memperkaya pengetahuan dalam mempelajari seluk beluk mantra sebagai bagian dari
puisi lama.
b. Manfaat Praktis
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Richard dalam Suyasa (2004:2) bahwa mantra sebagai ekspresi manusia yang
diyakini mampu mengubah suatu kondisi karena dapat memunculkan kekuatan gaib, estetik,
dan penuh mistis, historis, mantra disamping memiliki konsep acuan yang lain juga
pijakannya bersumber pada agama. Di dalam buku “Teori Dasar Sastra” mengatakan bahwa,
mantra yang dalam perkembangannya membentuk acuan dan dari acuan itu muncul bentuk-
bentuk sastra yang bersifat psikologis, mistis, simbolis, dan impresif.
Menurut Mansur (2010) jampiatau mantra disebut sebaga ikalimat-kalimat yang diyakini
bisa menghasilkan meta energI jika diucapkan oleh orang yang menguasainya. Mantra di
anggap sebagai hal yang tabu dan tidak masuk akal. Padahal dalam mantra banyak hal yang
bisa digali. Sebagai bidang sastra, kebahasaan dan kebudayaan. Mantra tidak hanya dapat
mengungkap kepercayaan dan religi, tapi eksistensisnya merupakan struktur verbal sastra
lama yang dapat mengungkap beberapa hal seperti; ciri-ciri estetik mantra, yang meliputi
bentuk komposisi verbal, gaya, pilihan kata, serta pemanfaatan potensi bunyi bahasa untuk
mencapai efek tertentu. Mantra merupakan salah satu produk budaya yang hampir selalu
muncul pada setiap budaya masyarakat dimanapun di dunia, terutama pada budaya
masyarakat perdesaan. Keberadaan mantra juga pernah mewarnai kehidupan masyarakat di
Nusantara, dan hingga kini keberadaan mantra dengan beragam karakteristik khasnya masih
bisa kita temukan pada sebagian masyarakat Indonesia, tidak terkecuali di daerah Banjar
Kalimantan Selatan. Mantra biasanya didapatkan oleh seseorang secara turun temurun baik
melalui orang tuanya, hidayah melalui mimpi, dan berguru kepada orang-orang yang
dianggap bisa, terkadang ada juga yang memperoleh mantra melalui tapa ditempat-tempat
tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib seperti gua-gua, gunung dan makam. Untuk
mendapatkan kekuatan dari mantra tersebut, cara yang dilakukan oleh seorang dukun adalah
jejarik dalam istilah sasak yang berarti menjadi kan ilmu itu sempurna dengan cara-cara
10
tertentu, misalnya dengan mandi di aliran sungai, menyelam di dalam air sambil membaca
mantra yang telah dihafal.
Menurut Hartinah (Richard dalam Suyasa (2004:2)) bahwa mantra sebagai ekspresi
manusia yang diyakini mampu mengubah suatu kondisi karena dapat memunculkan kekuatan
gaib, estetik, dan penuh mistis, historis, mantra disamping memiliki konsep acuan yang lain
juga pijakannya bersumber pada agama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mantra merupakan susunan kata yang
berunsur puisi (rima dan irama) yang disusun sedemikian indah dan diyakini dapat
menghasilkan energi gaib jika diucapkan oleh orang yang menguasai ilmu mantra. Biasanya
diucapkan oleh dukun, paranormal yang dianggap telah mengetahui tata cara dan syarat untuk
menggunakan mantra tersebut,
Jenis mantra pengobatan ini, khusus digunakan sebagai alat atau media pengobatan
dengan cara dibacakan mantranya. Mantra pengobatan adalah jenis mantra yang digunakan
untuk mengobati penyakit yang diderita oleh seseorang seperti: sakit kepala, sakit perut,
patah tulang, terluka karena senjata tajam, keseleo dan lain-lain yang diyakini masyarakat
dapat menyembuhkan. Jenis mantra ini hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit.
Mantra pengasihan merupakan jenis mantra yang digunakan seseorang untuk menarik
rasa cinta, rasa suka dan kasih sayang orang lain kepadanya, misalnya supaya dicintai
dambaan hati, orang tua, guru dan orang lain seperti atasan dalam pekerjaan.
11
Mantra sihir adalah mantra yang diyakini oleh masyrakat-masyarakat melalui bacaan
bacaan yang mengandung kekuatan atau meminta pertolongan kepada mahluk halus, dalam
hal ini adalah jin atau iblis. Selain itu juga mantra sihir memiliki persyaratan atau perjanjian-
perjanjian yang dianggap keluar dari peraturan agama.
Mantra ini adalah mantra yang dipakai untuk diletakkan (dilekatkan), dibawa kemana
saja, dengan cara menulis mantranya pada sepotong benda (kertas, kullit, kain). Mantra jimat
biasa ditulis dengan bahasa Arab rajah (tulisan huruf-huruf Arab). Mantra in diyakini
berfungsi sebagai pelindung diri dan pembawa keberuntungan.
Mantra pengobatan masyarakat Banjar ada bermacam- macam mulai dari tawar sampai
doa-doa. Mantra pengobatan masyarakat Banjar memiliki proses dan media yang berbeda
antara satu dan yang lainnya. Misalnya dilihat dari segi proses pengobatan yang dilakukan
seorang dukun dalam mengobati orang yang sakit adalah dengan cara menumbuk beberapa
jenis dedaunan yang ditumbuk menjadi satu dan media atau lain sebagainya
Mantra pengobatan adalah mantra yang dimiliki seorang dukun yang digunakan oleh
orang-orang terdahulu untuk pengobatan penyakit. Menurut penjelasan dari dukun yang
dipilih sebagai informan, kata Mantra pengobatan memiliki arti tanaman yang jika mantra ini
dibacakan dengan tumbuhan dapat menyembuhkan sakit.
12
2.4 Teori Struktur
Menurut Waluyo, dalam (Anggoro 2011:6) Mantra mempunyai struktur. Struktur adalah
bagaimana sesuatu itu disusun.Bagaimana sebuah bangunan menjadi bangunan yang kokoh.
Mantra juga demikian, mantra disusun atas unsur-unsur dan komposisi saling terikat antara
satu sama lain. Oleh karena itu pemahaman atas unsur dan komposisi mantra sangatlah
penting untuk melihat mantra secara lengkap dan rinci.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian, tentang Struktur dan Fungsi Mantra Pengobatan di Banjar Kalimantan
Selatan.Hasil penelitian ini yang hendak dicapai adalah agar mengetahui struktur dan fungsi
dalam mantra pengobatan. Peneliti lebih memfokuskan untuk meneliti mantra pengobatan
dengan tujuan untuk mendokumentasikan sastra lisan yang ada di Banjar. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi dan implementasi kepada masyarakat agar dapat
memahami dan menghargai sastra lisan.
13
Mantra
Pengobatan
Tradisional
Struktur Dan
Kesimpulan
Fungsi
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Moleong (2007: 6) yang memaknai penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bertujuan
untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Lebih pas dan cocok
digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitian perilaku, sikap, motivasi,
persepsi dan tindakan subjek. Dengan kata lain, jenis penelitian tersebut, tidak bisa
menggunakan metode kuantitatif.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:63) di dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara,
dan dokumentasi/rekam.
3.3 Observasi
Observasi bertujuan bertujuan agar lebih memahami konteks data dalam keseluruhan
situasi social, selain akan diperoleh pengalaman langsung, peneliti juga dapat melihat hal-hal
15
yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain. Cara peneliti melakukan pengamatan atau
observasi ke lokasi penelitian yaitu dengan berinteraksi langsung dengan penutur mantra
(informan) yang ada di daerah Banjar.
3.4 Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka yakni,
peneliti memberikan pertanyaan dan kebebasan kepada responden untuk menjawab
pertanyaan tetapi tidak menyimpang dari masalah yang diteliti. Jadi dengan wawancara,
maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan
melalui observasi.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bimillahirrohmanirrohim
Rukmanggaluruk, rikmanggalirik
Asalnyadiarimantuk ka kamih
Asalnyadibanyumantuk ka banyu
Artinya:
Bismillahirrohmanirrohim
17
Tabel 1
Bismillahirrohmanirrohim
Turun bisa
18
Artinya:
Bismillahirohmanirrohim
Turunkan bisa
Tabel 2.
19
Unsur Tujuan Turun bisa Turunkan bisa
Unsur Penutup Berkat La ilahaIlallah, Berkat tiada tuhan selain
Muhammadarrasulullah Allah, Muhammad utusan
Allah
Bismillahirrohmanirrohim
Tawarku sipucuk-pucuk
Artinya:
Bismillahirrohamnirrohim
Obatku sipucuk-pucuk
Tabel 3
20
Struktur Mantra Pengobatan Penyakit Gaib
Bismillahirohmanirrohim
Barkat LaillahaIlallah
Muhammadurrasulullah
Artinya
Bismillahirrohmanirrohim
21
Terbang burung malang mansawan
Tabel 4
22
e. Struktur Mantra Pengobatan Kalimpanan
Giling-giling tantadu
Tantadu kahujanan
Artinya
Giling-giling tantadu
Tantadu kahujanan
Hilingkan kelilipan
Tabel 5
23
4.2 Fungsi Mantra Pengobatan
Mantra pengobatan adalah mantra yang dapat difungsikan untuk melaksanakan suatu
kegiatan dalam pengobatan penyakit tertentu.Ada beberapa contoh fungsi mantra pengobatan,
yaitu sebagai berikut.
Pada dasarnya, mantra ini bisa berfungsi untuk menyembuhkan segala penyakit,
seperti cacar, pulung pulasit, gondok, sariawan, dan lain-lain Bait pertama mantra Banjar
ini diawali dengan kalimat Bissmillahirrohmanirrohiim sebagai bentuk permohonan kepada
tuhan. Hal ini selaras dengan mantra lain di masyarakat Banjar yang mengawali dan
mengakhirinya doa dalam agama Islam (Sugiarto, 2015). Bait selanjutnya merupakan kalimat
berupa metafora untuk mengembalikan penyakit-penyakit ketempat asalnya. Pada bagian
akhir, mantra ini ditutup dengan kalimat Barakat La ilahaillallahMuhammadarasulullah
sebagai penutup doa manusia sebelum mengakhiri suatu tindakan. Bait ini mengambil
referensi dari agama Islam karena masyarakat suku Banjar mayoritasnya merupakan muslim.
Bagi masyarakat Banjar,dunia terdiri dari kekuatan alam atas dan bawah. Pada ranah
konotatif mantra ini tidak hanya menunjukkan alat penyembuh sakit saja, tetapi juga
mengandung nilai bagaimana pandangan hidup masyarakat Banjar. Kalimat
Bissmillahirrohmanirrohiim digunakan karena dalam ajaran Islam Allah memberkahi
segala sesuatu tindakan yang diawali dengan Bissmillahirrohmanirrohim. Adapun bait
selanjutnya, Rukmanggaluruk Rik manggalirik bermakna mengeluarkan semua hal buruk
tanpa ada satupun yang tersisa. Bait Asalnya di Ari mantuk ka kamih, Asalnya di angin
mantuk ka angin, Asalnya di banyu mantuk ka banyu dimaknai sebagai pengembalian semua
penyakit yang ada di tubuh pasien keasalnya seperti halnya penyakit yang datang dari angin
dan dikembalikan ke angin juga. Pada bait terakhir, kalimat Barakat La
ilahaillallahMuhammadarasulullah merupakan kalimat penutup yang bermakna bahwa
semuanya karena kekuatan dari Allah dan berkat Nabi Muhammad penyakit tersebut
sembuh. Dengan demikian, penyakit yang berasal dari sesuatu setelah dibacakan mantra
tersebut akan kembali ke asalnya dengan bantuan Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw.
Kalimat dianalogikan seperti anak panah yang akan menghilang bila mengenai
sasarannya sebagaimana menghilangkan penyakit bisa. Mantra ini juga diawali dengan
kalimat pujaan terhadap Allah dan berkat nabi Muhammad dengan harapan penyakit bisa
24
tersebut hilang. Mantra ini sering digunakan untuk mengobati orang yang digigit ular,
disengat kalajengking, disengat lebah, ataupun hewan berbisa lainnya yang bisa
mengakibatkan seseorang sakit. Kalimat 'Ini aku memakai panah Allah Panahku panah
Baginda Rasulullah Panahku panah umat Panahku naik mantra turun bisa Mantra Nabi
Patumah Mantra Nabi Putih yang punya’ meminta keberkahan kepada Allah dan meminta
kesembuhan dari penyakit yang disebabkan oleh bisa binatang seperti bisa ular, bisa
kalajengking, bisa lebah, dan bisa hewan lainya.
Narasumber membacakan mantra ini dalam air botol, pasien akan meminumnya
dan sisanya diminum oleh tabib untuk disemburkan kebekas gigitan hewan berbisa tersebut.
Semburan diibaratkan sebuah anak panah yang dilepaskan kearah gigitan hewan
berbisa tersebut.
Mantra ini telah hidup dan berkembang dalam masyarakat Banjar sebagai bagian dari
kepercayaan dan berfungsi mengobati penyakit yang datang secara gaib. Kalimat ‘Ku
andak dihulu Palawan Hilangkan hantu pacucuk’ bermakna kata dihulu Palawan merupakan
salah satu cara menghilangkan penyakit atau roh halus yang disebut dengan hantu pucucukk
dengan membuangnya ke arah hulu.Arah ini dikenal masyarakat sebagai ujung sungai tempat
membuang penyakit atau pun roh halus.
Sedangkan hantu pucuk di sini merupakan mitos yang beredar di kalangan masyarakat
Banjar sebagai hantu yang sering mengganggu anak-anak kecil. Kalimat ‘Hilangnya kada
ketahuan’ bermakna bahwa penyakit tersebut hilang dengan sendirinya tanpa diketahui oleh
orang lain bahkan yang menderita penyakit tersebut sekalipun. Mantra ini tidak hanya
sebagai obat penawar tetapi juga menunjukkan tradisi dan kepercayaan masyarakat Banjar
pada pucuk-pucuk daun untuk menyembuhkan penyakit seperti demam.
Sebagian masyarakat Banjar meyakini bahwa penyebab sakit sawan ialah urin dan
tambuni yang berasal dari dalam diri perempuan sebelum seorang anak tersebut lahir ke
dunia. Mantra ini memperlihatkan pandangan masyarakat Banjar ketika anak baru lahir ke
dunia. Mantra ini diawali dengan meminta keberkahan kepada Allah baru kemudian meminta
25
kesembuhan dari penyakit yang disebabkan oleh sawan (penyakit tersebut), diakhiri
dengan meminta keberkahan kepada Allah dan Nabi Muhammad Saw
26
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Penelitian mengenai mantra pengobatan Banjar ini di masa mendatang perlu dilakukan
secara lebih mendalam. Hingga saat ini mantra Banjar masih hidup dan telah menyesuaikan
diri dengan budaya islam. Dengan kata lain, mantra Banjar masih digunaakn dalam
kehidupan masyarakat Banjar sehari-hari, walaupun peranan mantra Banjar itu sendiri mulai
berkurang.
27