SKRIPSI
Oleh:
Sofie Hartila
E1C016083
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAMN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S-
1), pada Program Studi Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia, pada Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Mataram. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., Rektor Universitas
Mataram.
2. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahhab Jufri, M.Sc., Dekan Fakultas Keguruan dan
3. Bapak Amrullah, S. Pd., MA., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Bahasa dan Sastra Indonesia, Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Mataram.
ii
6. Bapak Drs Marii, M.Hum., Dosen pembimbing kedua juga dengan tulus
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia yang telah
8. Bapak Lukman H.M dan ibu Rahmawati terkasih yang selalu mendoakan dan
nafas dan dukungan kalian selama ini, tiada kasih yang mampu membalasnya.
syafaatnya hingga kelak di yaumil akhir untuk dua insan yang sangat kucintai.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini, yang tidak
Skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi
maupun penulisannya. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................
2.1 Penelitian Relevan
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Puisi Baru
2.2.2 Pengertian Nilai, Karakter, dan Nilai Karakter
2.2.2.1 Nilai
2.2.2.2 Karakter
2.2.2.3 Nilai Karakter
2.2.3 Lawas Pamuji
2.2.3.1 Sejarah Lawas pamuji.................................................22
2.2 .3.2 Proses Penciptaan Lawas Pamuji...............................25
2.2.3.3 Perkembangan Lawas Pamuji (Dulu dan Kini)..........26
2.2.3.4 Lawas Pamuji Sebagai Puisi Rakyat...........................29
2.2.4 Hubungan Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam
Lawas Pamuji Masyarakat Sumbawa Besar dengan Pembelajaran
Sastradi SMP
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
3.2.2 Sumber Data
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Metode Analisis Data
iv
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................38
4.2.4 Disiplin....................................................................................50
5.1 Simpulan.......................................................................................................58
5.2 Saran..............................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
untuk dilestarikan sebagai bahasa pertama (bahasa ibu). Salah satu bahasa daerah
dimana warga yang merasa dirinya Tau Samawa (orang Sumbawa) (Zulkarnain
dalam Mawarni, 2019). Di era glabalisasi ini semakin menurunnya rasa kecintaan
masyarakat terhadap bahasa daerah termasuk bahasa Sumbawa. Oleh karena itu,
bahasa Sumbawa perlu untuk diperhatikan agar tidak punah terutama diterapkan
Etnis Sumbawa mempunyai karya satra lisan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan.
Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan
karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah
1
satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan
dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk
kegiatan. Sastra lisan dapat menjadi salah satu contoh dalam mencerdaskan
kehidupaan bangsa dan dapat menjadikan peserta didik sebagai pemuda yang
berkarakter.
budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki maanusia. Lickona (dalam Mawarni
komitmen (niat) untuk melakukan kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-
tema yang menarik untuk dibicarakan dalam karya sastra karena pendidikan
oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu dalam
berbicara, atau menyampaikan materi dengan baik, toleransi, dan berbagai hal
2
Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan diberbagai tingkat dan
jenjang pendidikan, diharapkan dapat merubah peserta didik dan generasi muda
menjadi lebih baik. Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan
kepribadian dan akhlak mulia sehingga akan lahir generasi bangsa yang bernafas
nilai-nilai lulur bangsa serta agama. Membuat peserta didik berkarakter adalah
bukan mutlak tanggung jawab sekolah. Keluarga, sekolah, dan masyarakat serta
aktivitas kehidupan, seperti saat menuai padi, karapan kerbau, upacara adat
keagamaan seperti perkawinan dan sunatan, serta dalam berbagai bentuk hiburan.
untuk keperluan upacara adat atau hiburan. Balawas kemudian menjadi seni
menyampaikan lawas yang dikenal dalam bentuk sakeco, badede ngumang dan
basual.
3
Ketika masyarakat Samawa (Sumbawa) mulai mengenal tulisan, lawas
mulai ditulis walaupun kebanyakan lawas yang ditulis adalah lawas tutir (cerita),
silsilah dan sejarah pahlawan sakti yang ditulis dengan sastra jontal (huruf
Sumbawa) yang mirip dengan aksara suku Bugis (Lontara). Lawas yang ditulis
disimpan dalam tabung bambu yang dikenal dengan nama bumung. Karena
disimpan dalam tabung bambu banyak lontar yang tidak terpelihara dengan baik
sehingga lontar-lontar tersebut tidak lagi dapat dibaca untuk diketahui isinya.
namun lawas ketika zaman tulisan oleh para seniman lawas juga menciptakan
Maha Esa dan keagungan/keluhuran agama islam, lawas ini kemudian dikenal
dengan lawas pamuji. Di zamana Sultan Sumbawa seorang ulama terkenal yang
juga seniman lawas menciptakan lawas agama, beliau adalah Haji Muhammad
Dea Kandhi (alm) buku pamuji yang ditulis dalam huruf Arab berbahasa
Sumbawa sampai kini masih tersimpan pada keturunan beliau dan orang-orang
tertentu.
budaya tidak bisa dilepaskan dari perpaduan budaya Sumbawa dengan masyarakat
lain, misalnya perpaduan unsur-unsur lokal dengan perangkat simbol yang berasal
dari luar. Unsur-unsur Islam yang banyak terwujud melalui simbol-simbol budaya
Sumbawa. Isi dari apa yang ingin disampaikaan masih tetap “Islam” sedangkan
4
kulitnya sudah diganti dengan kulit Sumbawa. Ajaran-ajaran atau pesan-pesan
yang disampaikan melalui lawas adalah pesan-pesan Islam, namun media yang
digunakan bukan lagi bahasa atau simbol-simbol yang berasal adari dunia Arab.
Ini terlihat terutama pada balawas pamuji sebagai representasi ide-ide Islam
dan berdampingan satu sama lainnya, seperti raga dan jiwa tidak dapat dipsahkan.
Hubungan atara kebudayaan sangat erat. Hal itu tercermin pada fungsi yang
menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Sastra lisan dapat
menjadi salah satu contoh dalam mencerdaskan kehidupaan bangsa dan dapat
menjadikan peserta didik sebagai pemuda yang berkarakter. Lawas pamuji banyak
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta
tanggung jawab (Asmani, 2011: 36-41). Melalui lawas pamuji, guru dapat
5
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didik sesuai dengan
kurikulim 2013, pada KD 4.9 “menyimpulkan isi puisi rakyat setempat (pantun,
syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang disajikan dalam bentuk tulis”. Jika
6
2) Mendeskripsikan kaitan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
praktis, sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.
Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
karya sastra yang berkaitan dengan pendidikan karakter dalam lawas pamuji
masyarakat Sumbawa.
2. Manfaat Praktis
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu dengan menjadikan lawas sebagai
7
BAB II
LANDASAN TEORI
dengan pembelajaran di SMP. Metode yang digunaan dalam penelitian ini adalah
nilai karakter dalam sajak Bulan Ruwuh karya Subagio Sasrtowardoyo yaitu,
sikap toleransi, jiwa religius, dan sikap tanggungjawab. Ketiga nilai karakter
nilai pendidikan karakter. Hanya saja objeknya berbeda. Jika Nispiani (2011)
meneliti tentang “Nilai Pendidikan Karakter Sajak “Bulan Ruwah” Karya Subagio
tentang nilai pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar
8
Penelitian dengan judul “ Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta
Pembelajaran Sastra di SMA” oleh Sakti (2013). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan dan menganalisis nilai pendidikan karater apa saja yang
terkandung dalam novel Bumi Cinta, yang dapat diterapkan dalam materi
pembelajaran sastra pada siswa SMA melalui novel Bumi Cinta. Data dianalisis
Shirazy berupa: (1) nilai pendidikan karakter yang mencakup nilai jujur, religius,
toleeransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
novel Bumi Cinta dapat digunaan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA
yang menarik bagi peserta didik, merupakan bacaan yang memiliki kisah romansa
berbalut dakwah serta dapat digunakan sebagai bacaan wajib dalam pembelajaran
sastra.
nilai pendidikan karakter. Hanya saja objeknya berbeda. Jika Sakti (2013)
9
karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan kaitannya dengan
Sumbawa Barat: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Serta kaitannya dengan
fungsi, dan makna lawas pada upacara Nyorong adat Sumbawa di Kecamaatan
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Hasil penelitian ini
puisi khas Sumbawa memiliki bentuk yang terdiri atas tiga baris dalam satu bait,
tiap baris terdiri atas delapan suku kata, memiliki rima awal, tengah, dan akhir,
juga terdapat beberapa gaya bahasa tersendiri. Berdasarkan dari segi fungsinya,
lawaas nyorong memiliki empat fungsi penting yakni fungsi kolektif masyarakat,
kekerabatan. Adapun makna dari lawas nyorong sendiri berkenaan dengan isi,
perihal maksud atau tujuan yang hendak disampaikan yang tercermin di dalam
lawas, baik maknanya yang mengungkapkan bahwa kita sebagai manusia harus
hidup rukun, juga makna kepekaan perasaan batin sesorang yang tergambar dalam
SMA yaitu pada materi “mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
10
Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tradisi lisan
lawas yang masih dilestarikan hingga kini. Hanya saja teori yang dikaji berbeda.
Jika Subriani (2014) meneliti tentang “Penggunaan Lawas pada Upacara Nyorong
penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam lawas pamuji
masyarakat Sumbawa Besar dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMP.
ungkapan tradisional masyarakat Lombok Utara ada dalam berbagai bentuk, yaitu
pribahasa, pepatah, pantun, ibarat dan juga kata arif. Nilai karakter yang
jujur, peduli sosial, redah diri, religius, toleransi, disiplin, rasa ingin tahu.
nilai karakter dan tradisi lisan yang masih dilestarikan hingga kini. Hanya saja
objek yang dikaji berbeda. Jika Indranila (2014) meneliti tentang “Nilai Karakter
11
pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan
yang terdapat dalam lawas (puisi tradisional) masyarakat Sumbawa yaitu; saling
menolong, saling percaya, tanggung jawab, dan kasih sayang. Nilai-nilai karakter
maupun nonformal.
nilai karakter dan tradisi lisan lawas yang masih dilestarikan hingga kini. Hanya
saja objek yang dikaji berbeda. Jika Mawarni (2019) meneliti tentang “ Nilai
karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan kaitannya dengan
Puisi baru adalah puisi bebas yang tidak terikat pada aturan bait dan rima.
Jumlah bait dan rima serta suku kata disesuaikan dengan keinginan penyair.
12
pelambangan serta gaya bahasa tertentu untuk menyampaikan maksud dalam
puisi.
5. Cenderung menggunakan pola sajak pantun dan syair, walaupun ada juga
7. Setiap gatra biasanya terdiri atas dua kata, tetapi bisa juga lebih (4-5 suku
kata)
Bentuk puisi baru berbeda dengan puisi lama. Bentuk puisi baru yang
1. Distikon
Distikon merupakan sajak dua seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atas
dua larik.
2. Terzina
Terzina merupakan sajak tiga seuntai. Artinya, setiap bait sajak terdiri atas
13
3. Quatrain
Quatrain meruakan sajak empat seuntai. Artinya, tiap bait terdiri atas
empat larik.
4. Quint
Quint merupakan sajak lima seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atas
lima larik.
5. Seksted (sektet)
Sektet merupakan sajak enam seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atass
enam larik.
6. Septima
Septima merupakan sajak tujuh seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atas
tujuh larik.
7. Stanza
Stanza merupakan sajak delapan seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri
8. Soneta
pertengahan pertama abad XIII. Kata soneta berasal dari bahasa Itali soneta
derivasi ata sono yang berarti suara. Oleh karena itu, soneta dapat diartikan
puisi bersuara. Soneta sebenarnya puisi untuk mencurahkan isi hati kepada
kekasih.
14
Soneta memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Terdiri atas dua quatrain (empat seuntai) dan dua terzina (tiga seuntai) atau
2.2.2.1 Nilai
Nilai hakikat sesuatu yang baik dan pantas dilakukan oleh manusia
aspek teoritis dan praktis. Secara teoritis, nilai berkaitan dengan pemanaan
terhadap sesuatu secara hakiki. Sementara itu, secara praktis, nilai berkaitan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau
15
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai suatu kualitas yang independen
akan memiliki ketetapan yaitu tidak berubah pada objek yang dikenai nilai. Nilai
nyata. Nilai juga dapat dianggap sebagai perpaduan keabstrakan dalam diri
dalam Fitri, 2014:90) nilai berkaitan erat dengan kepercayaan kepercayaan, sikap,
atau perasaan yang dibanggakan individu, dipegang teguh, dan dipilih karena
melakukan tindakan kepada orang lain, dan berbagai aktivitas lain yang semuanya
adalah suatu hal yang dianggap berguna dan bermanfaat bagi manusia dan bersifat
abstrak, yang bisa membedakan satu dengan lainnya, baik cara berpikir, cara
bersikap, maupun cara mereka bertindak. apabila nilai baik, pasti menggambarkan
kepribadian yang baik, sedangkan nilai buruk akan memunculkan sifat jelek yang
2.2.2.2 Karakter
16
menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan.
Karakter itu akan membentuk motivasi yang dibentuk dengan metode dan proses
yang bermartabat. Karakter yang baik mencancakup nilai etika, serta liputan aspek
buat, melakukan hal-hal yang terbaik terhadap dirinya sesama, lingkungan, bangsa
oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong
ciri khas, baik watak, ahlak ataau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
sehari-hari.
nilai agama, moral, norma sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan
17
menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dengan sesaama manusia, lingkungan
dan kebangsaan.
dimaksud.
Nilai ini bersifat religius. Dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan
larangan-Nya.
sebagainya.
18
2. Nilai Karakter Hubungannya dengan Diri Sendiri
a. Jujur
upaya menjadikan diri sendiri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya.
Hal ini diwujudkan dalam hal perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik
f. Bertanggung Jawab
g. Toleransi
(Asmani, 2011:37).
h. Disiplin
i. Kerja Keras
19
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
j. Percaya Diri
k. Berjiwa Wirausaha
permodalan operasinya.
menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari sesuatu yang telah
dimiliki.
m. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
n. Ingin Tahu
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
o. Cinta Ilmu
20
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta tugas atau kewajiban diri
e. Santun
Santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang
f. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban diri sendiri dang orang lain. Demokratis, yaitu cara berpikir,
21
bersikap, dan berbuat yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
lingkungan. Nilai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu
sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
5. Nilai Kebangsaan
a. Nasionalis
b. Menghargai Keberagaman
hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.
22
Berdasarkan pengertian nilai dan karakter di atas dapat ditarik kesimpilan
bahwa nilai karakter adalah sikap dan perilaku yang didasarkan pada
Karakter adalah kepribadian, akhlak atau watak yang terpateri pada diri
Indonesia di SMP.
Kata lawas dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti , lama, tua
pantun atau puisi lisan tradisional yang diwariskan atau diturunkan dalam bentuk
(2011:5), “lawas merupakan salah satu seni lisan yang ada dan berkembang di
dalam masyarakat Samawa berupa puisi tradisional”. Jadi lawas adalah karya
sastra yang berupa lantunan syair atau puisi lisan tradisional dari daerah Sumbawa
seseorang atau sekelompok orang yang mewrupakan ekspresi isi hati dan syair
nilai rasa.
23
Lawas pamuji atau lawas agama adalah lawas yang isinya tentang ajaran
agama (Islam), tentang pujian-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
ketentraman hati dalam masyarakat. Nilai spiritual yang tertanam kuat pada
Hingga saat ini sejarah tentang keberadaan lawas pamuji belum ada yang
lawas yang dikenal luas dalam masyarakat Sumbawa tidak diketahui secara pasti
kapan kemunculannya sebagai sastra lisan yang hidup secara turun – temurun dari
masyarakat Sumbawa pada saat itu sudah mengenal Bahasa (sebelum masuknya
islam ke Sumbawa).
Hal yang senada dikemukakan juga oleh Amin (dalam Marhandra :2021)
24
yang pulang berguru serta memperdalam ajaran ilmu agama islam dari Aceh,
agama islam dari kota Lawe atau padang lawas (yang sekarang menjadi kota
padang lawas), sumatera utara. Kemudian pada pujangga itu membuat syair yang
selanjutnya disebut lawas. Sajak Sumbawa yang disebut lawas ini kemudian
dari aktivitas dakwah yang berlangsung pada masa itu. Menurut Marhandra dalam
bukunya, terdapat dua naskah yang ditemui, yaitu naskah karya Muhammad Amin
Dea kadi yang bertuliskan arab melayu dan naskah yang dikeluarkan oleh seksi
Penerangan Agama Islam Departeman Agama yang sudah disalur kedalam aksara
nasional. Pada halaman depan naskah yang bertuliskan Satera Arab Melayu, disitu
juga terdapat tulisan angka 1937 (dalam tulisan arab). Yang menutut sejarah
Lawas pamuji atau yang kini dikenal dengan lawas akhirat diciptakan oleh
H. Muhammad Amin Dea Kadi yang pada saat itu bergelar sebagai Kadi. jika
dilihat dari tahun penciptaan lawas pamuji, pada saat itu H. Muhammad Amin
memegang jabatan Kadi pada masa Sultan Muhammad Kaharuddin III. Lawas
pamuji tersebut ditulis dengan huruf Arab Melayu rabasa Samawa (berbahasa
Sumbawa) sampai 183 bait. Bait – bait tersebut berisikan pesan – pesan religious
yang mengajak umat manusia untuk meningkatkan iman serta ketakwaan kepada
Allah SWT.
25
Sejak abad ke-17 islam telah diakui sebagai agama di kerajaan Sumbawa.
kekeluargaan, dan berbagai aktivitas adat istiadat. Lawas pamuji yang diciptakan
oleh Haji Muhammad Amin Dea Kadi pada masanya telah mengenal aksara serta
media tulis (seperti kertas dan pena), sehingga upaya pelestarian dapat dilakukan
pamuji dibuat dalam bentuk tulisan tangan. Artinya proses pembuatan naskah
lawas pamuji dilisankan terlebih dahulu kemudian di tulis dan disampaikan secara
lisan.
Jika dilihat dari latar belakang pencipta lawas pamuji yang merupakan
islam yang di wujudkan dalam bentuk lawas. Sama halnya dengan keberadaan
puisi dari daerah jawa singir. Keberadaan singir di kalangan santri masyarakat
Jawa tidak terlepas dari fungsinya sebagai media pembelajaran di pesantren, dari
pelajaran tentang akhlak, tauhid, fikih hingga Bahasa Arab dan berbagai cabang
pribumisasi Islam pada masa lalu, pempertontonkan berbagai proses adaptasi teks
– teks Arab atau parsi menjadi teks – teks lokal, serta terkadang membuktikan
adanya proses pengalihan atau perubahan ide dari sumber aslinya. Saleh (dalam
Marhandra :2021) juga berpendapat bahwa cara representasi ini terlihat Ketika
26
unsur – unsur budaya islam yang banyak terwujud lewat simbol – simbol budaya
Arab sebagiannya diganti dengan “kulit” Sumbawa. Ajaran atau pesan yang
disampaikan melalui lawas pamuji merupakan pesan – pesan islam namun media
Berkisar pada tahun 1937 – 1959 yang mana merupakan fase awal lawas
pamuji dibuat. Yang mana pada masa itu Sumbawa merupakan kerajaan, dan
Sultan Muhammad Jalaludin III. Pada masa awal penciptaan lawas pamuji,
kondisi masyarakat Sumbawa pada saat itu masih tradisional. Pada masa akhir
dengan makna yang terkandung dalam lawas pamuji, perlu adanya saluran yang
dianggap efektif dalam menyampaikan pesan. Namun, pada masa itu belum
banyak media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari lawas pamuji.
Sumbawa merupakan wilayah yang kaya akan seni tradisi, tetapi ruang kreativitas
masyarakat dalam mengaktualisasi karya – karya seni masih terbatas dan jumlah
masih sedikit. Karena keterbatasan media dan ruang yang dapat dipergunakan
pada saat itu penyampaian lawas pamuji hanya berlaku di kalangan tertentudan
disampaikan dengan pola sederhana yakni dari mulut ke mulut. Naskah lawas
pamuji pada saat itu digandakan dan disebar kan ke masjid - masjid untuk
27
Pada tahun 1959 – 1998 (fase pertengahan) pada fase ini Sumbawa masuk
menjadi wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribu kota di singaraja. Yang saat itu
Sumbawa berubah status dari sistem kesultanan menjadi kabupaten Swapraja pada
tanggal 22 januari 1959. Kala itu masyarakat Sumbawa sudah familiar dengan
adanya teknologi, misalnya buku sebagai alat tulis, mesin ketik, serta radio. Radio
pada masa itu memang menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam
menyampaikan pesan pemerintahan. Stasiun radio yang ada pada masa itu dimiliki
Dengan gaya penyampaian yang khas bait-bait lawas di sampaikan oleh seorang
sebagai kesenian yang wajib ditampilkan pada setiap acara yang diselenggarakan.
Empang dengan masing – masing dari mereka membawakan kesenian dengan ciri
lagu Sumbawa yang saat ini di kenal dengan nama grup music Senda Maras.
Genderasi selanjutnya grup musik yang hingga kini dikenal dengan nama Seroja
yang melahirkan lagu dan dipadukan dengan alat musik daerah. Mas itu juga
lawas.
28
Pada tahun 1998-2019 generasi milenial mulai tumbuh sebagai generasi
yang modern dipadukan dengan teknologi yang semakin canggih, hingga media
informasi yang berragam menuntut anak muda untuk berpikir kreatif dan inovatif
di Sumbawa semakin pesat. Kelompok musik yang bergenre pop tradisional mulai
Memasuki tahun 2010, kita sudah mengennal media social yang Bernama
facebook masyarakat dapat ikut terlibat dalam aktivitas rabalas lawas (saling
edukasi grup tersebut juga bisa menjadi referensi bagi masyarakat yang tertarik
yang sampaikan dan diturunkan secara lisan menjadi begitu akrab dengan
masyarakat karena sudah menjadi bagin dari cara mereka (orang Sumbawa)
adalah sebuah puisi tradisinal sumbawa yang biasa digunakan sebagai media
berupa puisi tradisional yang dikenal dengan istilah lawas. Lawas yang dikenal
29
dalam masyarakat asli Sumbawa biasanya disampaikan Secara lisan sebagai alat
eskpresi batin. Lawas sebagai puisi rakyat dikatakan sebagai karya seseorang yang
dilahirkan dan dinyatakan dengan symbol atau bahasa, baik secara lisan maupun
tulisan yang menimbulkan rasa keindahan dan keharuman dalam lubuk jiwa
seseorang. Lawas sebagai puisi rakyat hingga kini masih tetap menjadi bentuk
Suyasa :2009) mengatakan bahwa lawas dikatakan sama dengan sanjak yang
yang sampaikan dan diturunkan secara lisan menjadi begitu akrab dengan
masyarakat karena sudah menjadi bagin dari cara mereka (orang Sumbawa)
adalah sebuah puisi tradisinal sumbawa yang biasa digunakan sebagai media
berupa puisi tradisional yang dikenal dengan istilah lawas. Lawas yang dikenal
dalam masyarakat asli Sumbawa biasanya disampaikan Secara lisan sebagai alat
eskpresi batin. Lawas sebagai puisi rakyat dikatakan sebagai karya seseorang yang
dilahirkan dan dinyatakan dengan symbol atau bahasa, baik secara lisan maupun
tulisan yang menimbulkan rasa keindahan dan keharuman dalam lubuk jiwa
seseorang. Lawas sebagai puisi rakyat hingga kini masih tetap menjadi bentuk
30
Suyasa :2009) mengatakan bahwa lawas dikatakan sama dengan sanjak yang
Lawas sebagai puisi rakyat yang hidup dalam masyarakat Samawa telah
penyampaiannya. Dilihat dari penyampaian lawas Samawa, secara garis besar ada
dua versi yang dikenal dengan istilah versi Ano Siyup (daerah dibagian timur atau
tempat matahari terbit) dan versi Ano Rawi (daerah dibagian barat atau tempat
matahari terbenam). Versi Ano Siyup berkembang hanya di daerah tertentu yakni
bagian timur kapubaten Sumbawa (Empang, Pelampang, Moyo Hilir, Moyo Hulu,
dan Kota Sumbawa) dalam penyampaian lawasnya, versi ini mempunyai irama
yang sedikit lebih lambat. Sedangkan versi Ano Rawi berkembang di daerah
bagian barat kabupaten Sumbawa meliputi Kecamatan Utan, Alas, dan daerah
penyampaian lawasnya versi ini mempunyai irama yang lebih cepat, karena itu
dalam penyampaian lawas sakeco mengunakan rebana ode yang suaranya lebih
Satra di SMP
dan kaitannya dengan pembelajaran di SMP ialah dengan adanya RPP pada KI
dan KD 4.9
31
1. Menghayati dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
efektif dengan lingkungan sosiaal dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalaam sudut
pandang/teori.
(pantun, syaair, dan bentuk puisi rakyat (terzina) dalam Bahasa sendiri
32
(terzina)
sebagai sebuah bantuan sosial yang dapat bertumbuh dan berkembang dikalangan
membentuk karakter setiap siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam
33
BAB III
METODE PENELITIAN
data yang didapatkan akan diolah dan dianalisis dalam bentuk tulisan. Bogdan dan
menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangg-
dan kalimat untuk menjelaskan data yang telah diperoleh. Selanjutnya, data yang
didapatkan akan diolah dan dianalisis dalam bentik tulisan. Dengan menggunakan
jenis penelitian ini, maka didapatkan gambaran dan deskripsi hasil temuan
Sumbawa Besar dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra di SMP.
3.2.1 Data
diketahui atau diakui, baik berupa fakta atau informasi. Data penelitian ini adalah
berupa teks lawas pamuji. Wujud data yang ditemukan dalam penelitian ini
34
berupa kata-kata, frase, kalimat yang terdapat dalam buku pamuji (lawas akhirat),
dalam penenelitian adalah subjek dari dari mana data diperoleh. Sumber data
penelitian ini adalah buku pamuji (lawas akhirat), diperbanyak oleh Pengurus
Kabupaten Sumbawa
Cetakan : 2006
35
3.3 Teknik Pengumpulan Data
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan
mengumpulkan data yang diperoleh dalam bentuk tulisan, maka harus dibaca.
untuk memperoleh data. Teknik ini diterapkan untuk mempelajari sasaran dan
penelitian ini.
Sugiono (dalam Wiryanota, 2016:27), analisis data merupakan proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Deskriptif kualitatif artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, dan bukan
36
angka-angka. Selanjutnya, data yang didapatkan akan diolah dan dianalisis dalam
diluar karya satra yang diteliti, dengan mengedepankan konteks karya sastra di
luar teks yang bersangkutan. Pendekatan ekstrinsik yang fokus pada memahami
isi lawas pamuji yang dikaitkan dengan nilai pendidikan karakter menurut Jamal
pamuji dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.
b. Data yang berupa nilai pendidikan karakter, akan dianalisis pula perilaku-
SMP.
37
BAB IV
Lawas pamuji adalah lawas isinya tentang ajaran agama (Islam) atau disebut
juga lawas agama tentang pujian-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
sangat erat. Hal itu tercermin pada fungsi yang digunakan dalam aktivitas
basai (resepsi pernikahan), khitanan (sunatan Rasul) itu takut menyalahi tradisi
yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya secara turun temurun dengan
melantunkan lawas pamuji. Kegiatan ini dilakukan agar tatanan alam dan
mendekatkan diri kepada Allah. Mana hakiki yang ingin disampaikan adalah
memuja Allah dengan harapan dapat menjadi tentram. Nilai spiritual yang
tertanam kuat pada masyarakat ditunjukkan melalui adat ramai mesaq (selamatan)
38
Masyarakat meyakini bisa mendapatkan keselamatan selama mengarungi
kehidupan ini melalui lawas pamuji sebagai doa dalam makna magis simpatetis.
warga desa tetapi juga memiliki mana tertentu sebagai sarana upacara ritual.
Misalnya teks pamuji dalam sebuah upacara adat ramai mesaq diyakini berperan
keturunan. Selain itu, tembang lawas pamuji dihajatkan bagi anak yang dikhitan
4.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian Nilai Pendidikan Karakter dalam Lawas
sebagai berikut.
Agama merupakan salah satu sistem tata keimanan atau tata keyakinan
atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia, dan satu sistem tata peribadatan
manusia kepada yang dianggapnya mutlak sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan yang tedapat dalam beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Iman
malaikat, para nabi dan sebagainya. Nilai keimanan yang terdapat dalam lawas
pamuji masyarakat Sumbawa Besar adalah bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT,
39
hanya Allah SWT, yang patut disembah dan jika meyakini-Nya. Hal ini dapat
No si bau tu kamaeng
Terjemahan
Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah iman yang
menjelaskan bahwa pujian hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, manusia
tidak akan dapat memiliki pujian tersebut. Karena hanya kepada Tuhan tempat
dipaparkan lawas yang kedua yang mencakup nilai iman sebagai berikut:
Terjemahan
Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah iman yang
menjelaskan bahwa meskipun pujian ada pada manusia. Namun, hanya satu
40
Tuhan yang disembah, meskipun banyak hamba yang lalai. Selanjutnya, akan
Terjemahan
Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah nilai iman yang
b. Islam
telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat. Dalam lawas pamuji
41
Terjemahan
Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah islam yang
Terjemahan
Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah islam yaitu
ketika seprang muslim tetap istiqomah mengerjakan sholat, hal itu diibaratkan
seperti sebuah kapal yang diisi muatan yang banyak. Sholatlah yang menjadi
sumber dari segala jenis ibadah yang dikerjakan umat muslim. Selanjutnya,
akan dipaparkan kutipan lawas ketiga pada aspek islam sebagai berikut:
42
Balong ingat na’ kamilin
Terjemahan
Perbanyaklah beribadah
Kutipan lawas di atas terdapat dalam rukun islam yaitu rukun iman kedua
dan ketiga yaitu menunaikan ibadah sholat lima waktu dan berpuasa pada
bulan ramadhan. Sholat dan puasa wajib hukumnya bagi setiap muslim yang
sudah baligh, berakal dan dalam keadaan sehat jiwa. Puasa Ramadhan ini
tidak gugur bagi umat muslim kecuali apabila terdapat halangan seperti sakit,
berpergian jauh, dan khususnya bagi wanita yang sedang dalam keadaan haid,
berpuasa namun, dengan catatan harus diganti puasa tersebut sejumlah hari
c. Ihsan
Terjemahan
43
Orang yang takut dengan Tuhan
yang menjelaskan tentang orang yang takut kepada Allah SWT, di dunia
legam. Selanjutnya, akan dipapaarkan lawas kedua yang pada aspek ihsan
sebagai berikut:
Terjemahan
44
Terjemahan
ihsan yang menjelaskan tentang hamba yang sangat berharap untuk diampuni
semua dosa yang telah diperbuat, sehingga menjauhkan diri dari segala
d. Ilmu
Terjemahan
45
Sabenar ola ma’ripat
Terjemahan
diberikan Allah SWT, tidak ada habis-habisnya dan tidak ada kurang-
kurangnya. Selanjutnya, akan dipapaarkan lawas ketiga yang pada aspek ilmu
sebagai berikut:
Terjemahan
46
dibaca dalam Al-Quran, maka dia akan mendapatkan kebaikan di dunia
maupun diakhirat.
SMP
Karya sastra dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikam yang
sangat efektif, karena karya sastra dapat membentuk manusia menjadi lebih
manusiawi, berbudaya dan dapat memberikan pengaruh yang besar mengenai cara
Sebagai karya seni, karya sastra tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai
bersifat estensi saja melainkan juga berbicara tentang nilai-nilai kehidupan, nilai
etika, nilai moral, nilai agama, nilai kemasyarakatan serta nilai-nilai luhur lainnya.
pembentukan sikap dan kepribadian yang baik dan menuju pandangan yang lebih
luas. Melalui karya sastra dapat ditanamkan kesadaran tentang pemahaman dan
akhirnya dapat membentuk watak anak didik dan perilaku manusia yang
manusiawi.
melepaskan tujuan dari tujuan umum Pendidikan, maka materi atau bahan ajar
perlu ditinjau terlebih dahulu dari beberapa aspek Pendidikan. Mengingat bahwa
47
tidak semua tujuan Pendidikan dapat dipenuhi oleh pembelajaran sastra, yang
berarti juga suatu karya sastra tidak akan memuat semua aspek pendidikan
melainkan hanya sebagian saja. Melalui lawas pamuji, guru dapat menanamkan
nilai-nilai Pendidikan karakter pada peserta didik sesuai dengan kurikulum 2013,
pada KD 4.9 “menyimpulkan isi puisi rakyat setempat (pantun, syair, dan bentuk
Kompetensi Inti:
efektif dengan lingkungan sosiaal dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalaam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar
48
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
(pantun, syaair, dan bentuk puisi rakyat rakyat (terzina) dalam Bahasa
(terzina)
rakyat (terzina)
pembelajaran sastra di SMP diwujudkan juga dalam bentuk RPP. Di dalam RPP
nilai tanggung jawab, nilai disiplin, nilai percaya diri, nilai kejujuran), media
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai-
Nilai Pendidikan karakter yang terdapat dalam lawas pamuji yaitu nilai
karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yaitu aspek iman, islam, ihsan dan
ilmu.
Sumbawa dengan pembelajaran Bahasa dan satra di SMP dapat dilihat dari materi
kurikulum 2013 pada KD 4.9 yang selanjutnya akan dijabarkan dalam bentuk
RPP, Bahan Ajar, LKPD, dan Instrumen Evaluasi Belajar. Hasil penelitian ini
5.2 saran
Berdasarkan analisis dari beberapa pemaparan dan kesimpulan di atas,
58
DAFTAR PUSTAKA
BNSP.2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta
Furqohon, Arif. 2019. Nilai-nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Banf Ungu Karya
Sigit Purnomo. Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.
Hamim, Muchsin. 2011. Lawas Samawa Dulu dan Kini. Lombok : Pustaka
Lombok.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta : Yuma
Pustaka.
Jauhari, Heri. 2018. Folklor Bahan Kajian Ilmu Budaya, Sastra dan Sejarah.
Bandung: Yrama Widya.
59
Marhandra, Roy. 2021. Lawas Pamuji, Mutiara Dakwah dan Komunikasi dalam
Tradisi lisan Sumbawa. Lombok Barat: Rehal.
Nispiani, Baiq Irma. 2011. Nilai Pendidikan karakter dalam Novel Solandra
Karya Mira W. dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP.
Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.
Sakti, Reny Nawang. 2013. Nilai Pendidikan karakter Novel Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El Shirasy dan Hubungannya dengan Pembelajaran
Sastra di SMA. Skipsi. Yogyakarta. Universitas Negri Yogyakarta.
Sinartama, Hasandi. 2017. Kajian Nilai Pendidikan Cerita Rakyat Suku Sasak
“Dewa Mas Meraja Kusuma” dan Hubungannya dengan
Pembelajaran Sastra di SLTA. Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.
60
Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Satra Lisan . yogyakarta: Lamalera.
Utami, Annis Titi. 2014. Pelaksanaan Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter
di SD Negeri 1 Kutowinangsari Kebumen. Skripsi. Yogyakarta.
Wiryanota, Satra. 2016. Nilai Prndidikan dalam Cerita Rakyat Balang Kesimbar
dan Hubungannya dengan Pembelajaran di SMP. Skripsi. Mataram.
Universitas Mataram.
61