Anda di halaman 1dari 58

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM LAWAS PAMUJI

MASYARAKAT SUMBAWA BESAR DAN KAITANNYA DENGAN


PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program


Strata Satu (S1) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia

Oleh:
Sofie Hartila
E1C016083

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAMN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik, hidayah,

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Nilai Pendidikan Karakter pada Lawas Pamuji Masyarakat Sumbawa dan

Kaitannya dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMP”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S-

1), pada Program Studi Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia, pada Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Mataram. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, saya ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., Rektor Universitas

Mataram.

2. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahhab Jufri, M.Sc., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

3. Bapak Amrullah, S. Pd., MA., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

4. Bapak Drs. Mohammad Asyhar, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Mataram.

5. Bapak Drs. H. Sapiin, M.Si., Dosen Pembimbing Pertama dengan tulus

meluangkan waktu memberikan bimbingan dan kemudahan selama proses

penulisan skripsi ini.

ii
6. Bapak Drs Marii, M.Hum., Dosen pembimbing kedua juga dengan tulus

meluangkan waktu memberikan bimbingan dan kemudahan selama proses

penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia yang telah

mengajar, mendidik, membimbing serta Tenaga Administrasi yang tidak dapat

sisebutkan satu per satu.

8. Bapak Lukman H.M dan ibu Rahmawati terkasih yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat yang tiada hentinya. Terimakasih untuk setiap tarikan

nafas dan dukungan kalian selama ini, tiada kasih yang mampu membalasnya.

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga, mengampuni dan memberikan

syafaatnya hingga kelak di yaumil akhir untuk dua insan yang sangat kucintai.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan namanya satu per satu.

Skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi

maupun penulisannya. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan

serta bisaa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Mataram, 19 September 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................
2.1 Penelitian Relevan
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Puisi Baru
2.2.2 Pengertian Nilai, Karakter, dan Nilai Karakter
2.2.2.1 Nilai
2.2.2.2 Karakter
2.2.2.3 Nilai Karakter
2.2.3 Lawas Pamuji
2.2.3.1 Sejarah Lawas pamuji.................................................22
2.2 .3.2 Proses Penciptaan Lawas Pamuji...............................25
2.2.3.3 Perkembangan Lawas Pamuji (Dulu dan Kini)..........26
2.2.3.4 Lawas Pamuji Sebagai Puisi Rakyat...........................29
2.2.4 Hubungan Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam
Lawas Pamuji Masyarakat Sumbawa Besar dengan Pembelajaran
Sastradi SMP
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
3.2.2 Sumber Data
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Metode Analisis Data

iv
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................38

4.1 Deskripsi Data...................................................................................38

4.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian Nilai Pendidikan Karakter dalam


Lawas Pamuji Masyarakat Sumbawa Besar.....................................39

4.2.1 Nilai Keagamaan.....................................................................39

4.2.2 Nilai Kejujuran........................................................................44

4.2.3 Bertanggung jawab..................................................................45

4.2.4 Disiplin....................................................................................50

4.2.5 Percaya Diri.............................................................................52

4.2.6 Ingin Tahu...............................................................................53

4.3 Hubungan Nilai Pendidikan Karakter dalam Lawas Pamuji Masyarakat


Sumbawa Besar dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMP..................................................................................................54

BAB V PENUTUP ............................................................................................58

5.1 Simpulan.......................................................................................................58

5.2 Saran..............................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai kultur, sehingga

memiliki bahasa daerah dan budaya yang beranekaragam, penyatuan

keanekaragaman bahasa daerah tersebut menggunakan bahasa Indonesia. Namun

untuk mempertahankan identitas masing-masing daerah, bahasa daerah juga perlu

untuk dilestarikan sebagai bahasa pertama (bahasa ibu). Salah satu bahasa daerah

yang ada di Indonesia yaitu Bahasa Sumbawa.

Bahasa Samawa merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan

berinteraksi sehari-hari warga setempat, biasanya digunakan oleh anggota

kolektivitas mulai dari lingkungan keluarga sampai dengan batas lingkungan

dimana warga yang merasa dirinya Tau Samawa (orang Sumbawa) (Zulkarnain

dalam Mawarni, 2019). Di era glabalisasi ini semakin menurunnya rasa kecintaan

masyarakat terhadap bahasa daerah termasuk bahasa Sumbawa. Oleh karena itu,

bahasa Sumbawa perlu untuk diperhatikan agar tidak punah terutama diterapkan

dalam pembelajaran di sekolah.

Etnis Sumbawa mempunyai karya satra lisan yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi lisan.

Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan

ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai penomena badaya

merupakan cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya,

karena itu nilai budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah

1
satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan

fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya.

Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya

nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan

nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah sepantasnyalah mendapat perhatian

dari semua pihak untuk menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk

kegiatan. Sastra lisan dapat menjadi salah satu contoh dalam mencerdaskan

kehidupaan bangsa dan dapat menjadikan peserta didik sebagai pemuda yang

berkarakter.

Karakter adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku,

budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki maanusia. Lickona (dalam Mawarni

2019:68) menjelaskan bahwa karakter mulia (good character) meliputi

pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), kemudian menimbulkan

komitmen (niat) untuk melakukan kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-

benar melakukan kebaikan (moral behavior). Pendidikan karakter merupakan

tema yang menarik untuk dibicarakan dalam karya sastra karena pendidikan

merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Asmani

(2011:31), menyatakan pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan

oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu dalam

membentuk watak peserta didik dengan cara memberikan keteladanan, cara

berbicara, atau menyampaikan materi dengan baik, toleransi, dan berbagai hal

yang terkait lainnya.

2
Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan diberbagai tingkat dan

jenjang pendidikan, diharapkan dapat merubah peserta didik dan generasi muda

menjadi lebih baik. Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan

nasional yang mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasaan,

kepribadian dan akhlak mulia sehingga akan lahir generasi bangsa yang bernafas

nilai-nilai lulur bangsa serta agama. Membuat peserta didik berkarakter adalah

tugas pendidikan, yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu

manusia yang baik dan berkarakter. Seluruh butir-butir pancasila sepenuhnya

terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (HMM). Pendididkan karakter

bukan mutlak tanggung jawab sekolah. Keluarga, sekolah, dan masyarakat serta

negara perlu menyadari bahwa membangun pendidikan karakter harus menjadi

kebutuhan bersama. Melalui sastra lisan juga dapat menanamkan nilai-nilai

pendidikan karakter pada peserta didik maupun masyarakat pada umumnya.

Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakatnya dalam berbagai

aktivitas kehidupan, seperti saat menuai padi, karapan kerbau, upacara adat

keagamaan seperti perkawinan dan sunatan, serta dalam berbagai bentuk hiburan.

Secara turun-temurun lawas dalam penyampaiannya dinyanyikan baik oleh

perorangan maupun kelompok yang disebut balawas. Balawas kemudian menjadi

sebuah seni penyampaian lawas yang dipertunjukkan dihadapan orang banyak

untuk keperluan upacara adat atau hiburan. Balawas kemudian menjadi seni

menyampaikan lawas yang dikenal dalam bentuk sakeco, badede ngumang dan

basual.

3
Ketika masyarakat Samawa (Sumbawa) mulai mengenal tulisan, lawas

mulai ditulis walaupun kebanyakan lawas yang ditulis adalah lawas tutir (cerita),

silsilah dan sejarah pahlawan sakti yang ditulis dengan sastra jontal (huruf

Sumbawa) yang mirip dengan aksara suku Bugis (Lontara). Lawas yang ditulis

dengan menggunakan asksara Sumbawa dalam lembaran daun lontar kemudian

disimpan dalam tabung bambu yang dikenal dengan nama bumung. Karena

disimpan dalam tabung bambu banyak lontar yang tidak terpelihara dengan baik

sehingga lontar-lontar tersebut tidak lagi dapat dibaca untuk diketahui isinya.

Perkembangan lawas tidak hanya sampai pada merekam peristiwa saja,

namun lawas ketika zaman tulisan oleh para seniman lawas juga menciptakan

lawas-lawas keagamaan/lawas akhirat yang berisi pujian kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan keagungan/keluhuran agama islam, lawas ini kemudian dikenal

dengan lawas pamuji. Di zamana Sultan Sumbawa seorang ulama terkenal yang

juga seniman lawas menciptakan lawas agama, beliau adalah Haji Muhammad

Dea Kandhi (alm) buku pamuji yang ditulis dalam huruf Arab berbahasa

Sumbawa sampai kini masih tersimpan pada keturunan beliau dan orang-orang

tertentu.

Memahami tradisi lisan balawas pamuji (akhirat) sebagai gejala sosial

budaya tidak bisa dilepaskan dari perpaduan budaya Sumbawa dengan masyarakat

lain, misalnya perpaduan unsur-unsur lokal dengan perangkat simbol yang berasal

dari luar. Unsur-unsur Islam yang banyak terwujud melalui simbol-simbol budaya

Arab sebagian perwujudannya digantikan melalui simbol-simbol budaya

Sumbawa. Isi dari apa yang ingin disampaikaan masih tetap “Islam” sedangkan

4
kulitnya sudah diganti dengan kulit Sumbawa. Ajaran-ajaran atau pesan-pesan

yang disampaikan melalui lawas adalah pesan-pesan Islam, namun media yang

digunakan bukan lagi bahasa atau simbol-simbol yang berasal adari dunia Arab.

Ini terlihat terutama pada balawas pamuji sebagai representasi ide-ide Islam

dengan menggunakan perangkat simbol lokal.

Balawas pamuji selalu mengikuti perkembangan pendukungnya

(masyarakat). Keberadaan lawas pamuji dan masyarakatnya saling memengaruhi

dan berdampingan satu sama lainnya, seperti raga dan jiwa tidak dapat dipsahkan.

Hubungan atara kebudayaan sangat erat. Hal itu tercermin pada fungsi yang

digunakan dalam aktivitas kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

luas yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Salah satu fungsinya

adalah untuk mendapatkan keselamatan dalam kehidupan masyarakat Sumbawa.

Maka sudah sepantasnya mendapat perhatian dari semua pihak untuk

menindaklanjuti semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Sastra lisan dapat

menjadi salah satu contoh dalam mencerdaskan kehidupaan bangsa dan dapat

menjadikan peserta didik sebagai pemuda yang berkarakter. Lawas pamuji banyak

mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat menunjang pendidikan

karakter pada peserta didik.

Materi pendidikan karakter mencangkup 18 aspek yaitu: religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta

tanggung jawab (Asmani, 2011: 36-41). Melalui lawas pamuji, guru dapat

5
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didik sesuai dengan

kurikulim 2013, pada KD 4.9 “menyimpulkan isi puisi rakyat setempat (pantun,

syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang disajikan dalam bentuk tulis”. Jika

dikaitkan dengan pembelajaran, guru harus menyusun perangkat pembelajaran

untuk memaksimalkan proses belajar meliputi silabus, RPP, LKPD, materi

pembelajaran, dan alat evaluasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian dengan judul “Nilai

pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan

kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini disajikan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam lawas

pamuji masyarakat Sumbawa Besar?

2) Bagaimanakah kaitan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dengan pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di SMP?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan

penelitian ini. Tujuannya sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar.

6
2) Mendeskripsikan kaitan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dengan pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di SMP.

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoritis maupun

praktis, sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.

Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para peneliti

karya sastra yang berkaitan dengan pendidikan karakter dalam lawas pamuji

masyarakat Sumbawa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap guru mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu dengan menjadikan lawas sebagai

bahan ajar di sekolah.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan

Sudah banyak penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Nispiani (2011) meneliti tentang “Nilai

Pendidikan Karakter Sajak “Bulan Ruwah” Karya Subagio Sastrowardoyo dalam

Pembelajaran Sastra”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai

pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Solandra dan hubungannya

dengan pembelajaran di SMP. Metode yang digunaan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yaitu untuk menggambarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada

dalam novel Solandra, kemudian ditentukan kemungkinan nilai-nilai tersebut

dengan pembelajaran di SMP. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat tiga

nilai karakter dalam sajak Bulan Ruwuh karya Subagio Sasrtowardoyo yaitu,

sikap toleransi, jiwa religius, dan sikap tanggungjawab. Ketiga nilai karakter

tersebut relevan untuk diimplementasikan melalui pembelajaran sastra sebagai

upaya pembentukan karakter siswa di sekolah.

Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

nilai pendidikan karakter. Hanya saja objeknya berbeda. Jika Nispiani (2011)

meneliti tentang “Nilai Pendidikan Karakter Sajak “Bulan Ruwah” Karya Subagio

Sastrowardoyo dalam Pembelajaran Sastra”. Sedangkan penelitian ini membahas

tentang nilai pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar

dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

8
Penelitian dengan judul “ Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta

Karya Habiburrahman El Shirazy dan Relevansinya Terhadap Materi

Pembelajaran Sastra di SMA” oleh Sakti (2013). Tujuan penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan dan menganalisis nilai pendidikan karater apa saja yang

terkandung dalam novel Bumi Cinta, yang dapat diterapkan dalam materi

pembelajaran sastra pada siswa SMA melalui novel Bumi Cinta. Data dianalisis

menggunakan teknik deskripsi dengan tujuan pengkajian dan pendeskripsian

permasalahan yang teliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

pendidikan yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy berupa: (1) nilai pendidikan karakter yang mencakup nilai jujur, religius,

toleeransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, komunikatif, peduli lingkungan serta peduli sosial, (2)

novel Bumi Cinta dapat digunaan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA

karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami, memunculkan situasi baru

yang menarik bagi peserta didik, merupakan bacaan yang memiliki kisah romansa

berbalut dakwah serta dapat digunakan sebagai bacaan wajib dalam pembelajaran

sastra.

Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

nilai pendidikan karakter. Hanya saja objeknya berbeda. Jika Sakti (2013)

meneliti tentang “Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta Karya

Habiburrahman El Shirazy dan Relevansinya Terhadap Materi Pembelajaran

Sastra di SMA”. Sedangkan penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan

9
karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan kaitannya dengan

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Subriani (2014) tentang

“Penggunaan Lawas pada Upacara Nyorong di Kecamatan Jereweh Kabupaten

Sumbawa Barat: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Serta kaitannya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui bentuk,

fungsi, dan makna lawas pada upacara Nyorong adat Sumbawa di Kecamaatan

Jereweh serta mengetahui kaitannya dengan pembelajaran di SMA. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa lawas yang digunakan dalam upacara nyorong merupakan

puisi khas Sumbawa memiliki bentuk yang terdiri atas tiga baris dalam satu bait,

tiap baris terdiri atas delapan suku kata, memiliki rima awal, tengah, dan akhir,

juga terdapat beberapa gaya bahasa tersendiri. Berdasarkan dari segi fungsinya,

lawaas nyorong memiliki empat fungsi penting yakni fungsi kolektif masyarakat,

fungsi hiburan, fungsi edukasi, dan fungsi pemersatu berhubungan dengan

kekerabatan. Adapun makna dari lawas nyorong sendiri berkenaan dengan isi,

perihal maksud atau tujuan yang hendak disampaikan yang tercermin di dalam

lawas, baik maknanya yang mengungkapkan bahwa kita sebagai manusia harus

hidup rukun, juga makna kepekaan perasaan batin sesorang yang tergambar dalam

lawas-lawasnya. Kaitan dari penelitian tersebut terhadap pembelajaran sastra di

SMA yaitu pada materi “mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang

disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman”. Kelas X semester 1.

10
Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tradisi lisan

lawas yang masih dilestarikan hingga kini. Hanya saja teori yang dikaji berbeda.

Jika Subriani (2014) meneliti tentang “Penggunaan Lawas pada Upacara Nyorong

di Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat: Kajian Bentuk, Fungsi, dan

Makna Serta kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”. Sedangkan

penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam lawas pamuji

masyarakat Sumbawa Besar dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di SMP.

Penilitian yang dilakukan oleh Indranila (2014) meneliti tentang “Nilai

Karakter Ungkapan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Utara dan Kaitannya

dengan Pembelajaran di SMA”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai

karakter yang terkandung dalam ungkapan tradisional masyarakat Sasak Lombok

Utara. Berdasarkan hasil analisisnya Noviana Indranila (2014) menunjukan bahwa

ungkapan tradisional masyarakat Lombok Utara ada dalam berbagai bentuk, yaitu

pribahasa, pepatah, pantun, ibarat dan juga kata arif. Nilai karakter yang

terkandung dalam berbagai bentuk ungkapan tradisional dimaksud adalah kreatif,

cinta damai, demokratis, bersahabat/komunikatif, mandiri, menghargai prestasi,

jujur, peduli sosial, redah diri, religius, toleransi, disiplin, rasa ingin tahu.

Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

nilai karakter dan tradisi lisan yang masih dilestarikan hingga kini. Hanya saja

objek yang dikaji berbeda. Jika Indranila (2014) meneliti tentang “Nilai Karakter

Ungkapan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Utara dan Kaitannya dengan

Pembelajaran di SMA”. Sedangkan penelitian ini membahas tentang nilai

11
pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan

kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Mawarni (2019) meneliti tentang “

Nilai Pendidikan Karakter dalam Lawas (Puisi Tradisional) Masyarakat Sumbawa

Nusa Tenggara Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi

pembelajaran menjadi manusia yang berkarakter baik. Adapun nilai-nilai karakter

yang terdapat dalam lawas (puisi tradisional) masyarakat Sumbawa yaitu; saling

menghargai, kepemimpinan, religius, gotong royong, simpati/peduli, saling tolong

menolong, saling percaya, tanggung jawab, dan kasih sayang. Nilai-nilai karakter

tersebut dapat digali dan diimplementasikan dalam pendidikan, baik formal

maupun nonformal.

Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

nilai karakter dan tradisi lisan lawas yang masih dilestarikan hingga kini. Hanya

saja objek yang dikaji berbeda. Jika Mawarni (2019) meneliti tentang “ Nilai

Pendidikan Karakter dalam Lawas (Puisi Tradisional) Masyarakat Sumbawa Nusa

Tenggara Barat”. Sedangkan penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan

karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar dan kaitannya dengan

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Puisi Baru

Puisi baru adalah puisi bebas yang tidak terikat pada aturan bait dan rima.

Jumlah bait dan rima serta suku kata disesuaikan dengan keinginan penyair.

Namun, puisi ini masih menonjolkan keindahan diksi dan menggunakan

12
pelambangan serta gaya bahasa tertentu untuk menyampaikan maksud dalam

puisi.

a. Ciri-ciri puisi baru sebagai berikut.

1. Diketahui/dicantumkan nama pengarangnya

2. Berkembang secara lisan dan tertulis

3. Menggunakan majas atau gaya bahasa yang dinamis

4. Bentuknya rapi dan simetris

5. Cenderung menggunakan pola sajak pantun dan syair, walaupun ada juga

pola yang lain

6. Tiap baitnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

7. Setiap gatra biasanya terdiri atas dua kata, tetapi bisa juga lebih (4-5 suku

kata)

b. Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya

Bentuk puisi baru berbeda dengan puisi lama. Bentuk puisi baru yang

masuk dalam kesastraan Indonesia sebagai berikut.

1. Distikon

Distikon merupakan sajak dua seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atas

dua larik.

2. Terzina

Terzina merupakan sajak tiga seuntai. Artinya, setiap bait sajak terdiri atas

tiga larik. Terzina bersajak a-a-a; a-a-b; atau a-b-b.

13
3. Quatrain

Quatrain meruakan sajak empat seuntai. Artinya, tiap bait terdiri atas

empat larik.

4. Quint

Quint merupakan sajak lima seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atas

lima larik.

5. Seksted (sektet)

Sektet merupakan sajak enam seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atass

enam larik.

6. Septima

Septima merupakan sajak tujuh seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri atas

tujuh larik.

7. Stanza

Stanza merupakan sajak delapan seuntai. Artinya, tiap bait sajak terdiri

atas delapan larik. Stanza disebut juga oktaf.

8. Soneta

Soneta merupakan jenis puisi yang lahir di Italia sekira

pertengahan pertama abad XIII. Kata soneta berasal dari bahasa Itali soneta

derivasi ata sono yang berarti suara. Oleh karena itu, soneta dapat diartikan

puisi bersuara. Soneta sebenarnya puisi untuk mencurahkan isi hati kepada

kekasih.

14
Soneta memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Terdiri atas dua quatrain (empat seuntai) dan dua terzina (tiga seuntai) atau

terdiri atas empat belas larik dan sektet (enam seuntai).

2. Kedua quatrain merupakan kesatuan disebut oktaf (delapan seuntai) dan

kedua terzina disebut sektet (enam seuntai).

3. Oktaf berisi lukisan atau petikan kejadian di alam raya.

4. Sektet biasanya merupakan kesimpulan yang telah dikiaskan dalam oktaf.

Peralihan oktaf ke sektet disebut volta.

5. Soneta bersajak a-b-b-a; c-d-c; atau d-e-d.

Di negeri Belanda, soneta masuk sejak awal abad XVI. Soneta

berkembang sekitar periode angkatan delapan puluh. Soneta masuk ke Indonesia

dibawa oleh Muhammad Yamin dan Rustan Effendi.

2.2.2 Pengertian Nilai, Karakter, dan Nilai Karakter

2.2.2.1 Nilai

Nilai hakikat sesuatu yang baik dan pantas dilakukan oleh manusia

menyangkut keyakinan, kepercayaan, norma dan perilaku.Nilai mengandung

aspek teoritis dan praktis. Secara teoritis, nilai berkaitan dengan pemanaan

terhadap sesuatu secara hakiki. Sementara itu, secara praktis, nilai berkaitan

dengan perilau manusia dalam kehidupan sehari-hari (Fitri, 2014 : 91).

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau

15
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai suatu kualitas yang independen

akan memiliki ketetapan yaitu tidak berubah pada objek yang dikenai nilai. Nilai

mengandung keinginan atau sesuatu yang diinginkan manusia dalam kehidupan

nyata. Nilai juga dapat dianggap sebagai perpaduan keabstrakan dalam diri

manusia tentang kenyataan yang baik dan buruk.

Manusia dapat merasakan kepuasan dengan nilai. Menurut Halstead (1996

dalam Fitri, 2014:90) nilai berkaitan erat dengan kepercayaan kepercayaan, sikap,

atau perasaan yang dibanggakan individu, dipegang teguh, dan dipilih karena

dilakukan terus-menerus tanpa adanya paksaan dan menjadi acuan dalam

kehidupan setiap individu. Misalnya, acuan dalam membuat keputusan,

melakukan tindakan kepada orang lain, dan berbagai aktivitas lain yang semuanya

itu menunjukkan identitas diri seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai

adalah suatu hal yang dianggap berguna dan bermanfaat bagi manusia dan bersifat

abstrak, yang bisa membedakan satu dengan lainnya, baik cara berpikir, cara

bersikap, maupun cara mereka bertindak. apabila nilai baik, pasti menggambarkan

kepribadian yang baik, sedangkan nilai buruk akan memunculkan sifat jelek yang

kurang disenangi oleh beberapa kelompok. Akibatnya akan menimbulkam

masalah baru yang berujung konflik.

2.2.2.2 Karakter

Karakter (Asmani, 2011:27) merupakan titian ilmu pengetahuan dan

keterampilan. Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan

16
menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan.

Karakter itu akan membentuk motivasi yang dibentuk dengan metode dan proses

yang bermartabat. Karakter yang baik mencancakup nilai etika, serta liputan aspek

kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia

buat, melakukan hal-hal yang terbaik terhadap dirinya sesama, lingkungan, bangsa

dan negara dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai

dengan kesadarn, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki

oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada

kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong

bagaimana seseorang bertindak, brsikap, berujar, dan merespon sesuatu (dalam

Asmani, 2011: 28).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahaa karakter adalah

ciri khas, baik watak, ahlak ataau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara

pandang, berpikir, bersikap, berucap, dan bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari.

2.2.2.3 Nilai Karakter

Asmani (2011: 36-41) menyatakan bahwa, berdasarkan kajian berbagai

nilai agama, moral, norma sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan

prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan

17
menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dengan sesaama manusia, lingkungan

dan kebangsaan.

Berikut adalah daftar dan deskripsi ringkas nilai-nilai utama yang

dimaksud.

1. Nilai Krakter dalam Hubungannya dengan Tuhan

Nilai ini bersifat religius. Dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan

tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan

dan/atau ajaran agama (Asmani, 2011:36).

Kementrian Lingkungan Hidup menjelaskan lima aspek religius dalam

Islam (Thontowi dalam Utami, 2014)

a. Iman, yaitu menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan

Tuhan, malaikat, para nabi dan sebagainya.

b. Islam, yaitu menyangkut frekuensi dan intensitas pelaksanaan ibadah

yang telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.

c. Ihsan, yaitu menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya.

d. Ilmu, yaitu menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran-ajaran

agama misalnya dengan mendalami Al-Quran lebuh jauh.

e. Amal, yaitu menyangkut tingah laku dalam kehidupan bermasyarakat,

misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan

sebagainya.

18
2. Nilai Karakter Hubungannya dengan Diri Sendiri

Ada beberapa nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri.

Berikut beberapa nilai tersebut.

a. Jujur

Jujur atau kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan paada

upaya menjadikan diri sendiri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya.

Hal ini diwujudkan dalam hal perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik

terhadap diri sendiri maupun pihak lain (Asmani, 2011: 36-37).

f. Bertanggung Jawab

Ini merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, sebagaimana yang seharusnya ia lakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),

negara, dan Tuhan Yang Maha Esa (Asmani, 2011:37).

g. Toleransi

Toleransi adalah sebuah sikap yang dimiliki seseorang dalam

memperbolehkan adanya suatu perbedaan dari orang dengan dirinya

(Asmani, 2011:37).

h. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan (Asmani, 2011: 37).

i. Kerja Keras

19
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas belajar

(belajar/bekerja) dengan sebaik-baiknya (Asmani, 2011: 37-38).

j. Percaya Diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapan (Asmani, 2011: 37-38).

k. Berjiwa Wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat

mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun

operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur

permodalan operasinya.

l. Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika atau

menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari sesuatu yang telah

dimiliki.

m. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

n. Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

o. Cinta Ilmu

20
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Nilai Karakter Hubungannya dengan Sesama

b. Sadar Hak dan Kewajiban Diri Sendiri dan Orang Lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang menjadi

milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta tugas atau kewajiban diri

sendiri dan orang lain.

c. Patuh Pada Aturan-Aturan Sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

masyarakat dan kepentingan umum.

d. Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain

Menghargai karya dan prestasi orang lain merupakan sikap dan

tindakan yang mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna

bagi masyarakat. Serta mengakui dan menghormati keberhasilan orang

lain. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

e. Santun

Santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang

tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

f. Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban diri sendiri dang orang lain. Demokratis, yaitu cara berpikir,

21
bersikap, dan berbuat yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya

dengan orang lain.

4. Nilai Karakter Hubungannya dengan lingkungan

Hal ini berkenaan dengan kepedulian terhadap sosial dan

lingkungan. Nilai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu

brerupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. Selain

itu, mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan. Jadi, bentuk kepedulian sosial terbatas pada

ingin memberikan bantuan pada orang lain.

5. Nilai Kebangsaan

Artinya, cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok.

a. Nasionalis

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan, kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan,

sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

b. Menghargai Keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam

hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.

22
Berdasarkan pengertian nilai dan karakter di atas dapat ditarik kesimpilan

bahwa nilai karakter adalah sikap dan perilaku yang didasarkan pada

norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, yang mencakup aspek

spiritual, aspek personal/kepribadian, aspek sosial, dan aspek lingkungan.

Karakter adalah kepribadian, akhlak atau watak yang terpateri pada diri

seseorang sebagai landasan berpikir, bertindak, dan mengabaikan.

Pendapat Asmani (2011) seperti yang dipaparkan di atas tentang

jenis nilai pendidikan karakter, dijadikan sebagai acuan untuk

pembahasan dalam penelitian ini. Pendapat tersebut digunakan untuk

menentukan nilai pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat

Sumbawa dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di SMP.

2.2.3 Lawas Pamuji

Kata lawas dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti , lama, tua

(KBBI,2002:654). Lawas dalam masyarakat Sumbawa dikenal sebagai syair

pantun atau puisi lisan tradisional yang diwariskan atau diturunkan dalam bentuk

lisan terutama di daerah pedesaan. Sebagaiman yang diungkapkan Hamin

(2011:5), “lawas merupakan salah satu seni lisan yang ada dan berkembang di

dalam masyarakat Samawa berupa puisi tradisional”. Jadi lawas adalah karya

sastra yang berupa lantunan syair atau puisi lisan tradisional dari daerah Sumbawa

yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan maksud dan tujuan

seseorang atau sekelompok orang yang mewrupakan ekspresi isi hati dan syair

nilai rasa.

23
Lawas pamuji atau lawas agama adalah lawas yang isinya tentang ajaran

agama (Islam), tentang pujian-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

keagungan/keluhuran agama Islam yang merupakan hasil pemahaman terhadap

kitab suci al-Qur’an (Hamim, 2011:29). Lawas pamuji dipercaya dapat

menghadirkan kekuatan Tuhan yang akan memberikan keselamatan dan

ketentraman hati dalam masyarakat. Nilai spiritual yang tertanam kuat pada

masyarakat ditunjukkan melalui adat suantan (khitanan) yang selalu dimulai

dengan menemmbangkan lawas akhirat (pamuji) dalam pertunjukkan sakeco. Hal

ini menggambarkan kedekatan manusia dengan Allah SWT. Masyarakat meyakini

bisa mendapatkan keselamatan selama mengarungi kehidupan ini melalui lawas-

lawas pamuji sebagai doa.

2.2.3.1 Sejarah Lawas Pamuji

Hingga saat ini sejarah tentang keberadaan lawas pamuji belum ada yang

bisa mengemukakan secara lengkap. Menurut Rayes (dalam Marhandra :2021)

lawas yang dikenal luas dalam masyarakat Sumbawa tidak diketahui secara pasti

kapan kemunculannya sebagai sastra lisan yang hidup secara turun – temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya yang penyebarannya melalui mulut ke mulut.

Menurut Sultan Muhammad Baharuddin IV (dalam Marhandra :2021) beliau

mengemukakan bahwa lawas diperkirakan sudah ada sejak zaman dimana

masyarakat Sumbawa pada saat itu sudah mengenal Bahasa (sebelum masuknya

islam ke Sumbawa).

Hal yang senada dikemukakan juga oleh Amin (dalam Marhandra :2021)

bahwa lawas diperkirakan ada ketika pembantu – pembantu Sultan Sumbawa

24
yang pulang berguru serta memperdalam ajaran ilmu agama islam dari Aceh,

semenanjung melayu, dan banjar. Semenjak mereka datang kesumbawa menyebar

agama islam dari kota Lawe atau padang lawas (yang sekarang menjadi kota

padang lawas), sumatera utara. Kemudian pada pujangga itu membuat syair yang

selanjutnya disebut lawas. Sajak Sumbawa yang disebut lawas ini kemudian

mendapat pengaruh dari syair Bugis.

Kelahiran lawas pamuji di tengah masyarakat Sumbawa tidak bisa lepas

dari aktivitas dakwah yang berlangsung pada masa itu. Menurut Marhandra dalam

bukunya, terdapat dua naskah yang ditemui, yaitu naskah karya Muhammad Amin

Dea kadi yang bertuliskan arab melayu dan naskah yang dikeluarkan oleh seksi

Penerangan Agama Islam Departeman Agama yang sudah disalur kedalam aksara

nasional. Pada halaman depan naskah yang bertuliskan Satera Arab Melayu, disitu

juga terdapat tulisan angka 1937 (dalam tulisan arab). Yang menutut sejarah

bahwa tahun tersebut merupakan tahun dibuatnya lawas pamuji.

Lawas pamuji atau yang kini dikenal dengan lawas akhirat diciptakan oleh

H. Muhammad Amin Dea Kadi yang pada saat itu bergelar sebagai Kadi. jika

dilihat dari tahun penciptaan lawas pamuji, pada saat itu H. Muhammad Amin

memegang jabatan Kadi pada masa Sultan Muhammad Kaharuddin III. Lawas

pamuji tersebut ditulis dengan huruf Arab Melayu rabasa Samawa (berbahasa

Sumbawa) sampai 183 bait. Bait – bait tersebut berisikan pesan – pesan religious

yang mengajak umat manusia untuk meningkatkan iman serta ketakwaan kepada

Allah SWT.

2.2.3.2 Proses Penciptaan Lawas Pamuji

25
Sejak abad ke-17 islam telah diakui sebagai agama di kerajaan Sumbawa.

Secara otomatis masuk kedalam sistem kemasyarakatan, kekerabatan,

kekeluargaan, dan berbagai aktivitas adat istiadat. Lawas pamuji yang diciptakan

oleh Haji Muhammad Amin Dea Kadi pada masanya telah mengenal aksara serta

media tulis (seperti kertas dan pena), sehingga upaya pelestarian dapat dilakukan

meski dengan cara sederhana. Berdasarkan penelitian terdahulu, naskah lawas

pamuji dibuat dalam bentuk tulisan tangan. Artinya proses pembuatan naskah

lawas pamuji dilisankan terlebih dahulu kemudian di tulis dan disampaikan secara

lisan.

Jika dilihat dari latar belakang pencipta lawas pamuji yang merupakan

seorang kadi di Kesultanan Sumbawa dapat dipahami bahwa penciptaan lawas

pamuji merupakan sebagai media untuk menyampaikan pesan – pesan agama

islam yang di wujudkan dalam bentuk lawas. Sama halnya dengan keberadaan

puisi dari daerah jawa singir. Keberadaan singir di kalangan santri masyarakat

Jawa tidak terlepas dari fungsinya sebagai media pembelajaran di pesantren, dari

pelajaran tentang akhlak, tauhid, fikih hingga Bahasa Arab dan berbagai cabang

ilmu Bahasa yang terkait.

Menurut seorang pakar naskah Islam nusantara Prof. Oman Fathurrahman

(dalam Marhandra :2021) manuskrip – manuskrip kita menggambarkan sebuah

pribumisasi Islam pada masa lalu, pempertontonkan berbagai proses adaptasi teks

– teks Arab atau parsi menjadi teks – teks lokal, serta terkadang membuktikan

adanya proses pengalihan atau perubahan ide dari sumber aslinya. Saleh (dalam

Marhandra :2021) juga berpendapat bahwa cara representasi ini terlihat Ketika

26
unsur – unsur budaya islam yang banyak terwujud lewat simbol – simbol budaya

Arab sebagiannya diganti dengan “kulit” Sumbawa. Ajaran atau pesan yang

disampaikan melalui lawas pamuji merupakan pesan – pesan islam namun media

yang digunakan bukan lagi simbol atau tulisan dari Arab.

2.2.3.3 Perkembangan Lawas Pamuji (Dulu Hingga Kini)

Berkisar pada tahun 1937 – 1959 yang mana merupakan fase awal lawas

pamuji dibuat. Yang mana pada masa itu Sumbawa merupakan kerajaan, dan

system pemerintahannya masih dipegang oleh sultan terakhir yang Bernama

Sultan Muhammad Jalaludin III. Pada masa awal penciptaan lawas pamuji,

kondisi masyarakat Sumbawa pada saat itu masih tradisional. Pada masa akhir

kemerdekaan, masyarakat Sumbawa masih dalam tekanan, intimidasi, serta

dipaksa kerja untuk kepentingan penjajah.

Dalam upaya menguatkan semangat religious masyarakat Sumbawa

dengan makna yang terkandung dalam lawas pamuji, perlu adanya saluran yang

dianggap efektif dalam menyampaikan pesan. Namun, pada masa itu belum

banyak media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari lawas pamuji.

Sumbawa merupakan wilayah yang kaya akan seni tradisi, tetapi ruang kreativitas

masyarakat dalam mengaktualisasi karya – karya seni masih terbatas dan jumlah

masih sedikit. Karena keterbatasan media dan ruang yang dapat dipergunakan

pada saat itu penyampaian lawas pamuji hanya berlaku di kalangan tertentudan

disampaikan dengan pola sederhana yakni dari mulut ke mulut. Naskah lawas

pamuji pada saat itu digandakan dan disebar kan ke masjid - masjid untuk

dibacakan lalu disampaikan kepada para Jemaah.

27
Pada tahun 1959 – 1998 (fase pertengahan) pada fase ini Sumbawa masuk

menjadi wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribu kota di singaraja. Yang saat itu

Sumbawa berubah status dari sistem kesultanan menjadi kabupaten Swapraja pada

tanggal 22 januari 1959. Kala itu masyarakat Sumbawa sudah familiar dengan

adanya teknologi, misalnya buku sebagai alat tulis, mesin ketik, serta radio. Radio

pada masa itu memang menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam

menyampaikan pesan pemerintahan. Stasiun radio yang ada pada masa itu dimiliki

Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumbawa yang dikenal dengan nama RKPD.

Dengan gaya penyampaian yang khas bait-bait lawas di sampaikan oleh seorang

pensiun Kementrian Agama yang bernama Akang Zainuddin.

Pemerintah Daerah Sumbawa saat itu sudah sudah menjadikan lawas

sebagai kesenian yang wajib ditampilkan pada setiap acara yang diselenggarakan.

Seperti festival yang setiap tahunnya selalu diselenggarakan hingga

mendatangkan peserta dari kabupaten Sumbawa, mulai dari Sekonggang hingga

Empang dengan masing – masing dari mereka membawakan kesenian dengan ciri

khas dari daerahnya.

Pada tahun 1960-1980 kabupaten Sumbawa mulai eksis melahirkan lagu-

lagu Sumbawa yang saat ini di kenal dengan nama grup music Senda Maras.

Lagu-lagu yang dilahirkan hamper seluruhnya bersumber dari lawas Sumbawa.

Genderasi selanjutnya grup musik yang hingga kini dikenal dengan nama Seroja

yang melahirkan lagu dan dipadukan dengan alat musik daerah. Mas itu juga

sudah banyak beredar kaset batangan di masyarakat yang media penyampaian

lawas.

28
Pada tahun 1998-2019 generasi milenial mulai tumbuh sebagai generasi

yang modern dipadukan dengan teknologi yang semakin canggih, hingga media

informasi yang berragam menuntut anak muda untuk berpikir kreatif dan inovatif

sehingga kita dapat menyaksikan di berbagai stasiun televisi. Perkembangan seni

di Sumbawa semakin pesat. Kelompok musik yang bergenre pop tradisional mulai

melahirkan lagu – lagu sumbawa dalam bentuk CD/DVD.

Memasuki tahun 2010, kita sudah mengennal media social yang Bernama

facebook. Semakin berkembangnya teknologi, lawas pamuji juga dapat kita

nikmati melalui internet dengan mengakses YouTube. Melalui media social

facebook masyarakat dapat ikut terlibat dalam aktivitas rabalas lawas (saling

membalas lawas). Melalui grup facebook Samawa Balawas. Selain sebagai

edukasi grup tersebut juga bisa menjadi referensi bagi masyarakat yang tertarik

ingin membuat karya seni yang berlandaskan lawas pamuji.

2.2.3.4 Lawas Sebagai Puisi Rakyat

Menurut Biawan (dalam Hamim :2011) lawas adalah puisi tradisional

yang sampaikan dan diturunkan secara lisan menjadi begitu akrab dengan

masyarakat karena sudah menjadi bagin dari cara mereka (orang Sumbawa)

mengekspresikanisi hatinya apalagi disampaikan dengan cara melagu. Jadi lawas

adalah sebuah puisi tradisinal sumbawa yang biasa digunakan sebagai media

pengungkap isi hati oleh masyarakat memiliknya.

Sastra yang berkembang dalam masyarakat Sumbawa, salah satunya

berupa puisi tradisional yang dikenal dengan istilah lawas. Lawas yang dikenal

29
dalam masyarakat asli Sumbawa biasanya disampaikan Secara lisan sebagai alat

eskpresi batin. Lawas sebagai puisi rakyat dikatakan sebagai karya seseorang yang

dilahirkan dan dinyatakan dengan symbol atau bahasa, baik secara lisan maupun

tulisan yang menimbulkan rasa keindahan dan keharuman dalam lubuk jiwa

seseorang. Lawas sebagai puisi rakyat hingga kini masih tetap menjadi bentuk

ekspresi masyarakatnya sebagai milik bersama. Lalu Manca (dalam Made

Suyasa :2009) mengatakan bahwa lawas dikatakan sama dengan sanjak yang

pertama kali diperkenalkan oleh seorang pujangga dari kota lawas.

Menurut Biawan (dalam Hamim :2011) lawas adalah puisi tradisional

yang sampaikan dan diturunkan secara lisan menjadi begitu akrab dengan

masyarakat karena sudah menjadi bagin dari cara mereka (orang Sumbawa)

mengekspresikanisi hatinya apalagi disampaikan dengan cara melagu. Jadi lawas

adalah sebuah puisi tradisinal sumbawa yang biasa digunakan sebagai media

pengungkap isi hati oleh masyarakat memiliknya.

Sastra yang berkembang dalam masyarakat Sumbawa, salah satunya

berupa puisi tradisional yang dikenal dengan istilah lawas. Lawas yang dikenal

dalam masyarakat asli Sumbawa biasanya disampaikan Secara lisan sebagai alat

eskpresi batin. Lawas sebagai puisi rakyat dikatakan sebagai karya seseorang yang

dilahirkan dan dinyatakan dengan symbol atau bahasa, baik secara lisan maupun

tulisan yang menimbulkan rasa keindahan dan keharuman dalam lubuk jiwa

seseorang. Lawas sebagai puisi rakyat hingga kini masih tetap menjadi bentuk

ekspresi masyarakatnya sebagai milik bersama. Lalu Manca (dalam Made

30
Suyasa :2009) mengatakan bahwa lawas dikatakan sama dengan sanjak yang

pertama kali diperkenalkan oleh seorang pujangga dari kota lawas.

Lawas sebagai puisi rakyat yang hidup dalam masyarakat Samawa telah

dijadikan sebagai seni pertunjukkan karena dalam penyampaian lawas pamuji

menggunakan irama lagu tertentu (temung) yang disesuaikan dengan bentuk

penyampaiannya. Dilihat dari penyampaian lawas Samawa, secara garis besar ada

dua versi yang dikenal dengan istilah versi Ano Siyup (daerah dibagian timur atau

tempat matahari terbit) dan versi Ano Rawi (daerah dibagian barat atau tempat

matahari terbenam). Versi Ano Siyup berkembang hanya di daerah tertentu yakni

bagian timur kapubaten Sumbawa (Empang, Pelampang, Moyo Hilir, Moyo Hulu,

dan Kota Sumbawa) dalam penyampaian lawasnya, versi ini mempunyai irama

yang sedikit lebih lambat. Sedangkan versi Ano Rawi berkembang di daerah

bagian barat kabupaten Sumbawa meliputi Kecamatan Utan, Alas, dan daerah

kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat (Seteluk, Taliwang, Jereweh) dilihat dari

penyampaian lawasnya versi ini mempunyai irama yang lebih cepat, karena itu

dalam penyampaian lawas sakeco mengunakan rebana ode yang suaranya lebih

kecil dan melengking (Made Suyasa :2009).

2.2.4. Hubungan Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam Lawas

Pamuji Masyarakat Sumbawa Besar dengan Pembelajaran Bahasa dan

Satra di SMP

Hubungan nilai moral dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar

dan kaitannya dengan pembelajaran di SMP ialah dengan adanya RPP pada KI

dan KD 4.9

31
1. Menghayati dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosiaal dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan

yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalaam sudut

pandang/teori.

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

4.9 Menyimpulkan isi puisi rakyat 4.9.1 Mengidentifikasi isi puisi

(pantun, syaair, dan bentuk puisi rakyat (terzina) dalam Bahasa sendiri

rakyat setempat) yang disajikan


4.9.2 Mengidentifikasi karakteristik
dalam bentuk tulis
puisi rakyat (terzina)

4.9.3 Mengidentifikasi nilai-nilai

yang terkandung dalam puisi rakyat

32
(terzina)

Nilai pendidikan karakter diperlukan dalam Pendidikan sekolah karena

adanya yang membentuk karakter-karakter setiap siswa yang kemudian dapat

ditempatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dapat diartikan

sebagai sebuah bantuan sosial yang dapat bertumbuh dan berkembang dikalangan

masyarakat. Pendidikan karakter yang diberikan di sekolah diharapkan dapat

membentuk karakter setiap siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penilitian deskriptif kualitatif. Moleong (dalam

Wiryanota, 2016:24), deskriptif kualitatif maksudnya adalah data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-aangka. Selanjutnya

data yang didapatkan akan diolah dan dianalisis dalam bentuk tulisan. Bogdan dan

Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangg-

orang dan pelaku yang secara holistik (utuh) (Ismawati, 2011:10).

Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif karena menggunakan kata-kata

dan kalimat untuk menjelaskan data yang telah diperoleh. Selanjutnya, data yang

didapatkan akan diolah dan dianalisis dalam bentik tulisan. Dengan menggunakan

jenis penelitian ini, maka didapatkan gambaran dan deskripsi hasil temuan

mengenai aspek nilai pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat

Sumbawa Besar dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra di SMP.

3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Data adalah keterangan yang nyata (KBBI: 2013: 239). Sedangkan

menurut Djojosuroto (dalam Wiryanota, 2016:24), data merupakan hal-hal yang

diketahui atau diakui, baik berupa fakta atau informasi. Data penelitian ini adalah

berupa teks lawas pamuji. Wujud data yang ditemukan dalam penelitian ini

34
berupa kata-kata, frase, kalimat yang terdapat dalam buku pamuji (lawas akhirat),

diperbanyak oleh Pengurus DIKLAT Tahfizh Al-Qur’an Maasjid Agung Nurul

Huda Kabupaten Sumbawa tahun 2006.

3.2.2 Sumber Data

Menurut Ahmad (dalam Furqhon, 2019:32) sumber data dimaksudkan

dalam penenelitian adalah subjek dari dari mana data diperoleh. Sumber data

penelitian ini adalah buku pamuji (lawas akhirat), diperbanyak oleh Pengurus

DIKLAT Tahfizh Al-Qur’an Maasjid Agung Nurul Huda Kabupaten

Sumbawa tahun 2006. Adapun identitas lengkapnya sebagai berikut.

Judul buku : “PAMUJI (Lawas Akherat)”

Penulis : Pengurus DIKLAT Tahfizh Al-Qur’an Masjid Agung Nurul Huda

Kabupaten Sumbawa

Cetakan : 2006

Tebal buku : 30 halaman

35
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah

untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna dalam Wiryanota, 2016:26). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan

studi kepustakaan. Teknik dokumentasi, teknik ini digunakan untuk

mengumpulkan data yang diperoleh dalam bentuk tulisan, maka harus dibaca.

Teknik kepustakaan adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis

untuk memperoleh data. Teknik ini diterapkan untuk mempelajari sasaran dan

kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan dalam

penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Dalam KBBI (2001:43), analisis berarti penyelidikan terhadap suatu

peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). Menurut

Sugiono (dalam Wiryanota, 2016:27), analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyususn ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Deskriptif kualitatif artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, dan bukan

36
angka-angka. Selanjutnya, data yang didapatkan akan diolah dan dianalisis dalam

bentuk tulisan. Analisis deskriptif ini menggunakan pendekatan ekstrinsik.

Pendekatan ekstrinsik merupakan pendekatan yang bertumpu pada aspek-aspek

diluar karya satra yang diteliti, dengan mengedepankan konteks karya sastra di

luar teks yang bersangkutan. Pendekatan ekstrinsik yang fokus pada memahami

isi lawas pamuji yang dikaitkan dengan nilai pendidikan karakter menurut Jamal

(2011) dan Kemendiknas (2011). Pendekatan ekstrinsik inilah yang digunakan

untuk menganalisis nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam lawas

pamuji dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan data yang diperoleh dari hasil analisis nilai pendidikan

karakter yang terdapat dalam lawas pamuji..

b. Data yang berupa nilai pendidikan karakter, akan dianalisis pula perilaku-

perilaku atau pola-pola apa saja yang terdapat di dalamnya.

c. Mengaitkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam lawas pamuji

denagan penerapannya dalam pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di

SMP.

d. Menyimpulkan hasil dari analisis data secara keseluruhan.

37
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Data

Lawas pamuji adalah lawas isinya tentang ajaran agama (Islam) atau disebut

juga lawas agama tentang pujian-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

keagungan/keluhuran agama Islam yang merupakan hasil pemahaman terhadap

kitab suci al-Qur’an. Lawas pamuji selalu mengikuti perkembangan

pendukungnya (masyarakat). Keberadaan lawas pamuji dan masyarakat saling

mempengaruhi dan berdampingan satu sama lainnya. Hubungan antara keduanya

sangat erat. Hal itu tercermin pada fungsi yang digunakan dalam aktivitas

kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas yang berhubungan

dengan seluruh kehidupannya. Salah satu fungsinya adalah untuk mendapatkan

keselamatan (krik selamat) dalam kehidupan masyaraakat Sumbawa.

Masyarakat masih percaya bahwa melakukan persiapan upacara adat tokal

basai (resepsi pernikahan), khitanan (sunatan Rasul) itu takut menyalahi tradisi

yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya secara turun temurun dengan

melantunkan lawas pamuji. Kegiatan ini dilakukan agar tatanan alam dan

kehidupan menjadi harmonis. Aktivitas balawas pamuji sebuah proses untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Mana hakiki yang ingin disampaikan adalah

memuja Allah dengan harapan dapat menjadi tentram. Nilai spiritual yang

tertanam kuat pada masyarakat ditunjukkan melalui adat ramai mesaq (selamatan)

yang selalu dimulai dengan menembangkan lawas pamuji dalam pertunjukkan

sakeco. Hal ini menggambarkan kedekatan manusia dengan Allah SWT.

38
Masyarakat meyakini bisa mendapatkan keselamatan selama mengarungi

kehidupan ini melalui lawas pamuji sebagai doa dalam makna magis simpatetis.

Teks lawas pamuji yang ditembangkan tidak sekedar untuk menghibur

warga desa tetapi juga memiliki mana tertentu sebagai sarana upacara ritual.

Misalnya teks pamuji dalam sebuah upacara adat ramai mesaq diyakini berperan

penting untuk menjaga keselamatan pasangan pengantin dan segera mendapatkan

keturunan. Selain itu, tembang lawas pamuji dihajatkan bagi anak yang dikhitan

agar mendapat keselamataan dan segera sembuh dari rasa sakitnya.

4.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian Nilai Pendidikan Karakter dalam Lawas

Pamuji Masyarakat Sumbawa Besar

Berdasarkan hasil analisis data dan pengumpulan data lawas pamuji

masyarakat Sumbawa Besar mengandung nilai prndidikan karakter di dalamnya

sebagai berikut.

1. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan

Agama merupakan salah satu sistem tata keimanan atau tata keyakinan

atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia, dan satu sistem tata peribadatan

manusia kepada yang dianggapnya mutlak sesuai dan sejalan dengan tata

keimanan dan tata peribadatan yang tedapat dalam beberapa aspek sebagai

berikut:

a. Iman

Iman yaitu menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan,

malaikat, para nabi dan sebagainya. Nilai keimanan yang terdapat dalam lawas

pamuji masyarakat Sumbawa Besar adalah bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT,

39
hanya Allah SWT, yang patut disembah dan jika meyakini-Nya. Hal ini dapat

ditemukan dalam lawas pamuji berikut di bawah ini:

 Pamuji tentu ko Nene’

No si bau tu kamaeng

Ada pang kita bajele

 Terjemahan

Puji-pujian tentu kepada yang Maha Kuasa

Takkan dapat kita ambil

Ada tempat kita bersandar

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah iman yang

menjelaskan bahwa pujian hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, manusia

tidak akan dapat memiliki pujian tersebut. Karena hanya kepada Tuhan tempat

berserah diri sebagai bentuk implementasi keimanan. Di bawah ini akan

dipaparkan lawas yang kedua yang mencakup nilai iman sebagai berikut:

 Mana si ada pang kita

Sanompo anung tu puji

Na’ ke sangka no kamilin

 Terjemahan

Meskipun ada pada kita manusia

Hanya satu yang kita puja

Jangan sangka tidak ditinggalkan

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah iman yang

menjelaskan bahwa meskipun pujian ada pada manusia. Namun, hanya satu

40
Tuhan yang disembah, meskipun banyak hamba yang lalai. Selanjutnya, akan

dipaparkan mengenai nilai keimanaan menyakut keyakinan hamba dalam

beribadah dan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya. Di bawah ini akan

dipaparkan pada lawas pamuji sebagai berikut:

 Tetap iman leng ibadat

Barimung yakin ko ate

Datang manis leng biasa

 Terjemahan

Kokoh iman karena ibadah

Tumbuhkan keyakinan dalam hati

Datang kesenangan karena terbiasa

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah nilai iman yang

menjelaskan tentang kokohnya iman dan keyakinan di dalam hati karena

selalu tekun beribadah. Menumbuhkan keyakinan yang teguh dalam hati,

sehingga ibadah tersebut dicintai karena sudah terbiasa.

b. Islam

Islam yaitu menyangkut frekuensi dan intensitas pelaksanaan ibadah yang

telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat. Dalam lawas pamuji

terdapat aspek islam yaitu sebagai berikut:

 Sambayang tiyang agama

Sakuat pardu ke sunat

Sampanang lema na ruru

41
 Terjemahan

Sholat adalah tiang agama

Perkuat sholat fardhu dan sunnah

Dirikan agar tidak tidak roboh

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah islam yang

menjelaskan bahwa sholat merupakan tiang agama, sholat fardhu wajib

dikerjakan dan memperbanyak mengerjakan sholat sunnah bagi setiap muslim

untuk melaksanakan rukun islam. Selanjutnya, kutipan kedua tentang aspek

islam sebagai berikut:

 kangere boat sambayang

umpama bangka tu momat

baramin jenis ibadat

 Terjemahan

Kelebihan mendirikan sholat

Ibarat kapal yang dimuati

Berkumpullah seluruh jenis ibadah

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah islam yaitu

ketika seprang muslim tetap istiqomah mengerjakan sholat, hal itu diibaratkan

seperti sebuah kapal yang diisi muatan yang banyak. Sholatlah yang menjadi

sumber dari segala jenis ibadah yang dikerjakan umat muslim. Selanjutnya,

akan dipaparkan kutipan lawas ketiga pada aspek islam sebagai berikut:

 Sarango boat ibadat

Sambayang kewa puasa

42
Balong ingat na’ kamilin

 Terjemahan

Perbanyaklah beribadah

Sholat dan puasa dikerjakan

Baik diingat jangan ditinggalkan

Kutipan lawas di atas terdapat dalam rukun islam yaitu rukun iman kedua

dan ketiga yaitu menunaikan ibadah sholat lima waktu dan berpuasa pada

bulan ramadhan. Sholat dan puasa wajib hukumnya bagi setiap muslim yang

sudah baligh, berakal dan dalam keadaan sehat jiwa. Puasa Ramadhan ini

tidak gugur bagi umat muslim kecuali apabila terdapat halangan seperti sakit,

berpergian jauh, dan khususnya bagi wanita yang sedang dalam keadaan haid,

nifas, hamil atau menyusui maka diberikanlah keringanan untuk tidak

berpuasa namun, dengan catatan harus diganti puasa tersebut sejumlah hari

puasa yang telah ditinggalkan pada bulan Ramadhan.

c. Ihsan

Ihsan yaitu menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Allah

SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini

dapat ditemukan dalam lawas sebagai berikut:

 Tau takit ko Nene’

Pang akherat pang muliya

Manasi ulin habsyi

 Terjemahan

43
Orang yang takut dengan Tuhan

Di akhirat dia mulia

Meskipun budak berkulit hitam legam

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut adalah ihsan

yang menjelaskan tentang orang yang takut kepada Allah SWT, di dunia

dan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, di alam

akhirat mendapat kemuliaan, meskipun dia budak belian berkulit hitam

legam. Selanjutnya, akan dipapaarkan lawas kedua yang pada aspek ihsan

sebagai berikut:

 Laga ketakit ko Nene’

Na mu capa lako dosa

Mana ode na ke tengan

 Terjemahan

Takutlah kepada Tuhan

Janganlah berbuat dosa

Meski kecil jangan dilakukan

Lawas tesebut menjelesakan tentang seorang muslim mengerjakan

perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan-Nya, tidak menganggap sepele

setiap melakukan perbuatan dosa, meskipun dosa kecil. Selanjutnya, akan

dipapaarkan lawas kedua yang pada aspek ihsan sebagai berikut:

 Arap ke rango pangampin

Selis diri kapang dosa

Muntu masih bakalako

44
 Terjemahan

Sangat berharap untuk diampuni

Mengeluarkan diri dari dosa

Disaat masih bisa dikerjakan

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut mengandung aspek

ihsan yang menjelaskan tentang hamba yang sangat berharap untuk diampuni

semua dosa yang telah diperbuat, sehingga menjauhkan diri dari segala

bentuk larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya.

d. Ilmu

Ilmu yaitu menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran-ajaran agama

misalnya dengan mendalami Al-Quran lebuh jauh. Dalam lawas pamuji

terdapat aspek ilmu yaitu sebagai berikut:

 Paham balong na kalanye

Kaliwat rena no dapat

Ingat ke sala’ itikat

 Terjemahan

Pengetahuan yang benar jangan diremehkan

Terlewatkan akhirnya tidak didapat

Ingat jangan salah iktikad

Lawas di atas menjelaskan tentang ilmu pengetahuan tidak boleh dianggap

enteng apalagi dipermainkan, pelajari dengan baik agar mendapatkan ilmu

yang bermanfaat jangan sampai salah keyakinan. Selanjutnya, akan

dipapaarkan lawas kedua yang pada aspek ilmu sebagai berikut:

45
 Sabenar ola ma’ripat

Sabarang anu mu boat

Pangeto Nene’ no selir

 Terjemahan

Sebenar jalan makrifat

Sembarang yang kamu kerjakan

Pengetahuan Tuhan tidaklah sedikit

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut yaitu menjelaskan

tentang melalui jalan makrifat (pengetahuan yang diperoleh melalui akal),

tidaklah pilih-pilih dalam mengerjakannya, karena ilmu pengetahuan yang

diberikan Allah SWT, tidak ada habis-habisnya dan tidak ada kurang-

kurangnya. Selanjutnya, akan dipapaarkan lawas ketiga yang pada aspek ilmu

sebagai berikut:

 Ingat ke balong mu kenang

Karoa anung mu baca

Nan po roa bakalako

 Terjemahan

Ingatlah dan amalkan dengan baik

Keinginan A-Quran yang dibaca

Itulah yang membawa kebaikan

Nilai karakter yang terdapat dalam lawas tersebut yaitu menjelaskan

tentang seorang umat muslim diharuskan untuk mengamalkan apa yang

46
dibaca dalam Al-Quran, maka dia akan mendapatkan kebaikan di dunia

maupun diakhirat.

1. Hubungan Nilai Pendidikan Karakter dalam Lwas Pamuji Masyarakat

Sumbawa Besar dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

SMP

Karya sastra dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikam yang

sangat efektif, karena karya sastra dapat membentuk manusia menjadi lebih

manusiawi, berbudaya dan dapat memberikan pengaruh yang besar mengenai cara

berpikir serta kesadaran akan keberadaan Tuhan.

Sebagai karya seni, karya sastra tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai

bersifat estensi saja melainkan juga berbicara tentang nilai-nilai kehidupan, nilai

etika, nilai moral, nilai agama, nilai kemasyarakatan serta nilai-nilai luhur lainnya.

Karya sastra merupakan sarana untuk membina manusia dalam mengenal

kehidupan dan masalahnya. Karya satra dapat digunakan sebagai media

pembentukan sikap dan kepribadian yang baik dan menuju pandangan yang lebih

luas. Melalui karya sastra dapat ditanamkan kesadaran tentang pemahaman dan

penghayatan nilai-nilai hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang

akhirnya dapat membentuk watak anak didik dan perilaku manusia yang

manusiawi.

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran sastra dengan tidak

melepaskan tujuan dari tujuan umum Pendidikan, maka materi atau bahan ajar

perlu ditinjau terlebih dahulu dari beberapa aspek Pendidikan. Mengingat bahwa

47
tidak semua tujuan Pendidikan dapat dipenuhi oleh pembelajaran sastra, yang

berarti juga suatu karya sastra tidak akan memuat semua aspek pendidikan

melainkan hanya sebagian saja. Melalui lawas pamuji, guru dapat menanamkan

nilai-nilai Pendidikan karakter pada peserta didik sesuai dengan kurikulum 2013,

pada KD 4.9 “menyimpulkan isi puisi rakyat setempat (pantun, syair, dan bentuk

puisi rakyat setempat) yang disajikan dalam bentuk tulis”.

Kompetensi Inti:

1. Menghayati dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosiaal dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan

yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalaam sudut

pandang/teori.

Kompetensi Dasar

48
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

4.9 Menyimpulkan isi puisi rakyat 4.9.1 Mengidentifikasi isi puisi

(pantun, syaair, dan bentuk puisi rakyat rakyat (terzina) dalam Bahasa

setempat) yang disajikan dalam bentuk sendiri

tulis 4.9.2 Mengidentifikasi

karakteristik puisi rakyat

(terzina)

4.9.3 Mengidentifikasi nilai-nilai

yang terkandung dalam puisi

rakyat (terzina)

Selanjutnya hubungan dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa dengan

pembelajaran sastra di SMP diwujudkan juga dalam bentuk RPP. Di dalam RPP

berisi 6 komponen yang dilengkapi dengan nilai-nilai karakter ( nilai keagamaan,

nilai tanggung jawab, nilai disiplin, nilai percaya diri, nilai kejujuran), media

pembelajaran, LKPD, dan alat evaluasi.

49
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai-

nilai Pendidikan karakter dalam lawas pamuji masyarakat Sumbawa.

Nilai Pendidikan karakter yang terdapat dalam lawas pamuji yaitu nilai

karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yaitu aspek iman, islam, ihsan dan

ilmu.

Hubungan antara nilai-nilai karakter dalam lawas pumuji masyarakat

Sumbawa dengan pembelajaran Bahasa dan satra di SMP dapat dilihat dari materi

pembelajaran maupun indikator ketercapaian kompetensi yang terdapat dalam

kurikulum 2013 pada KD 4.9 yang selanjutnya akan dijabarkan dalam bentuk

RPP, Bahan Ajar, LKPD, dan Instrumen Evaluasi Belajar. Hasil penelitian ini

dapat dijadikan acuan atau bahan ajar pada pembelajaran di SMP

5.2 saran
Berdasarkan analisis dari beberapa pemaparan dan kesimpulan di atas,

berikut ini akan dikemukakan saran-saran antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan bagi penulis selanjutnya,

khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai Pendidikan karakter.

2. Lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar harus dapat terus dilestarikaan

karena banyak mengandung nilai Pendidikan karakter.

3. Lawas pamuji masyarakat Sumbawa Besar perlu dijadikan salah satu

bahan atau materi pembelajaran sastra lama di sekolah-sekolah.

58
DAFTAR PUSTAKA

“Analisis”. KBBI Daring. Diambil 02 September 2020, dari


http://kbbi.web.id/analisis-atau-analisa.html

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di


Sekolah. Banguntapan Jogjakarta : DIVA Press.

BNSP.2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta

Furqohon, Arif. 2019. Nilai-nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Banf Ungu Karya
Sigit Purnomo. Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.

Hamim, Muchsin. 2011. Lawas Samawa Dulu dan Kini. Lombok : Pustaka
Lombok.

Heriyanto, Edi. 2017. Nilai-nilai Pendidikan dalam Takhayul Masyarakat


Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat dan Kaitannya Terhadap
Pembelajaran Sastra di SMP. Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.

Indranila, Noviana. 2014. Nilai Karakter Ungkapan Tradisional Masyarakat


Sasak Lombok Utara dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di
SMA. Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta : Yuma
Pustaka.

Jauhari, Heri. 2018. Folklor Bahan Kajian Ilmu Budaya, Sastra dan Sejarah.
Bandung: Yrama Widya.

59
Marhandra, Roy. 2021. Lawas Pamuji, Mutiara Dakwah dan Komunikasi dalam
Tradisi lisan Sumbawa. Lombok Barat: Rehal.

Mawarni, Heni. 2019. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Lawas (puisi


tradisional) Masyarakat Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Penguatan
Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Pondasi Pendidikan
Karakter Generasi Milineal, 10 (6), 67- 76.

Nispiani, Baiq Irma. 2011. Nilai Pendidikan karakter dalam Novel Solandra
Karya Mira W. dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP.
Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.

Pengurus DIKLAT Tahfizh Al-Qur’an Masjid Agung Nurul Huda Kabupaten


Sumbawa. 2006. Pamuji (lawas akhirat). Sumbawa : Pengurus DIKLAT
Tahfizh Al-Qur’an Masjid Agung Nurul Huda Kabupaten Sumbawa.

Riyanto, Yatim. 2006. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan


Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press.

Sakti, Reny Nawang. 2013. Nilai Pendidikan karakter Novel Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El Shirasy dan Hubungannya dengan Pembelajaran
Sastra di SMA. Skipsi. Yogyakarta. Universitas Negri Yogyakarta.

Sinartama, Hasandi. 2017. Kajian Nilai Pendidikan Cerita Rakyat Suku Sasak
“Dewa Mas Meraja Kusuma” dan Hubungannya dengan
Pembelajaran Sastra di SLTA. Skripsi. Mataram. Universitas Mataram.

Subriani, Erni. 2014. Pengguanaan Lawas pada Upacara Nyorong di Kecamatan


Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat: Kajian Bentuk, Fungsi dan
Makna serta Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi.
Mataram. Universitas Mataram.

60
Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Satra Lisan . yogyakarta: Lamalera.

Utami, Annis Titi. 2014. Pelaksanaan Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter
di SD Negeri 1 Kutowinangsari Kebumen. Skripsi. Yogyakarta.

Wiryanota, Satra. 2016. Nilai Prndidikan dalam Cerita Rakyat Balang Kesimbar
dan Hubungannya dengan Pembelajaran di SMP. Skripsi. Mataram.
Universitas Mataram.

61

Anda mungkin juga menyukai