Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PENYAKIT PINK EYE”

NAMA: NADI BAROQA

KELAS: X (sepuluh)

MATA PELAJARAN: Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitiologi

JURUSAN: KRH (Kesehatan dan Reproduksi Hewan)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah yang
berjudul “Penyakit Pink EYE pada Sapi” dapat terselesaikan.

Terimakasih kepada yang telah membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan
makalah ini. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu saya sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dan keslahan dalam penulisan mekalah ini. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi
penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuaan.

Labu api, 19 Februari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................4
C. TUJUAN..............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN PENYAKIT PINK EYE..............................................................5


B. ETIOLOGI PENYAKIT PINK EYE...................................................................7
C. EPIDEMOLOGI PENYAKIT PINK EYE..........................................................7
D. CARA MENCEGAH PENYAKIT PINK EYE...................................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ...................................................................................................9
B. SARAN................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang tidak dibawa
ke perhatian medis, statistik yang akurat pada frekuensi penyakit tidak tersedia.
Konjungtivis adalah radang konjungtiva disebabkan oleh mikroorganisme (virus,
bakteri), iritasi atau reaksi alergi yang ditandai dengan mata merah, terasa nyeri,
berair, gatal, keluar kotoran dan pandangan kabur. Konjungtivis virus adalah umum
ditemukan yang penyebabnya adalah adenovirus. Konjungtivis (pink eye) adalah
radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus),
iritasi atau reaksi alergi (Lovensia, 2014).
Konjungtiva yang sehat diperlukan pemeliharaan kornea yang sehat dan
dengan demikian dapat mempertajam visual mata. Konjungtiva berkontribusi pada
bagian air mata yang memiliki tiga lapisan: (inner) mucous- kepatuhan pada kornea
(dari konjungtiva), (tengah) aqucous- wetting agent (dari kelenjar lakrimal) (luar)
minyak – pencegah penguapan (kelenjar meibomian dan zeis). Infeksi konjungtiva
bias menyebar ke kornea dan dapat menyebabkan perforasi, misalnya infeksi
gonokokus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran penyakit pink eye?
2. Bagaimanakah etiologi penyakit pink eye?
3. Bagaimanakah epidemologi penyakit pink eye?
4. Bagaimanakah cara mencegah terjadinya penyakit pink eye ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran penyakit pink eye
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit pink eye
5. Untuk mengetahui epidemologi penyakit pink eye
3. Untuk mengetahu cara mencegah terjadinya penyakit pink eye

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Penyakit Pink Eye


Pink eye adalah penyakit mata menular pada ternak, terutama sapi, kerbau,
domba, dan kambing. Gejala klinis dapat dikenali berupa kemerahan dan peradangan
pada konjungtiva serta keseluruhan pada kornea. Penyakit ini ditemukan hampir
diseluruh dunia dan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan terutama pada
industry peternakaan sapi, yaitu berupa penurunan berat badan, dibuangnya susu dari
sapi yang terinfeksi, dan penurunan harga jual sapi, serta pengeluaran biaya
pengobatan.
Gejala dan langkah-langkah untuk mengetahui muculnya penyakit pink eye
padalah sebagai berikut.
1. Gejala Klinis
Masa inkubasi biasanya 2-3 hari, tetapi dapat sampai 3 minggu. Gejala awal
adalah mata lembab, adanya sedikit konstriksi pada pupil, serta photophobi ataau
sensitive terhadap cahaya sehingga matanya sering ditiup untuk menghindari
cahaya. Dalam waktu singkat mulai keluar air mata dan terlihat adanya
penyempitan pupil secara jelas serta keseluruhan pada kornea.

Gambar 1. Lakrimasi berlebihan dan radang pada kelopak mata (blepharitis)


(sumber: https:www.sdstate.edu)
Lakrimasi menjadi lebih jelas dan timbul vesikel yang kemudian akan pecah dan
menimbulkan luka, kekeruhan dari kornea semakin berkembang dan bagian
tengah menjadi menyeluruh pada hari ke 4 atau ke 5. Pembesaran pembuluh darah
tampak pada daerah perifer dari kornea pada hari ke 7 sampai hari ke 10. Pada
saat radang akut sudah mereda, sekresi mata makin purulent. Setelah 10 smapai 15

5
hari, kornea mulai terlihat jernih yang dimulai dari daerah perifer ke bagian
tengah. Kesembuhan total akan terjadi 25-50 hari. Kerusakan kornea dapat
menjadi lebih parah sehingga mengakibatkan kebutaan. Infeksi pada dapat terjadi
unilateral ataupun bilateral..

gambar 2. Kerusakan kornea pada pink eye


(sumber: http://www.sheepandgoat.com/pinkeye.html)
2. Patologi
Mata terlihat mengalami konjungtivitis, keratitis, serta kekeruhan kornea.
Tindakan nekropsi tidak lazim dilakukan pada kasus pink eye.
3. Diagnosa
Diagnose didasarkan pada lesi dan gejala klinis. M. bovis dapat dideteksi dengan
fluorescence antibody technique (FAT), kultur bakteri dan identifikasi.
4. Diagnosa Banding
Konjungtivitis akibat trauma dibedakan dari pink eye bila ditemukan benda asing
pada mata. Di samping itu jumlah kasus konjungtivitis akibat trauma kecil
dibandingkan dengan pink eye.
Gejala konjungtivitis yang disebabkan oleh M. bovis sulit dibedakan dengan IBR
dan Malignant Cathar Fever (MCF). Pada IBR ditemukan peradangan pada
saluran pernafasan bagian atas, sedang pada MCF ditemukan kebengkakan
kelenjar limfe, erosi pada cungur hidug, hematuria dan diare. Keratitis yang
disebabkan oleh fotosentisasi daan thelasiasis harus dibedakan dari pink eye.
5. Pengambilan dan pengiriman specimen
Cotton swab steril yang telah dihilangkan asam lemaknya dipakai untuk
mengambil specimen dari konjungtiva. Dalam hal ini perlu 3 catton swap dan 3
macam transport media untuk bakteri, virus dan rickettsia atau chlamydia.
Specimen dikirim ke laboratorium dalam termos berisi es.

6
B. Etiologi Penyakit Pink Eye
Penyebab pink eye dapat berupa bakteri, virus, rickettsia maupun chlamydia,
tetapi yang paling sering ditemukan adalaah bakteri Moraxella bovis (M. bovis) yang
bersifat hemolitik. Pafa sapi, selain M.bovis dapat pula disebabkan oleh Neisseria
catarrhalis.
Faktor virulensi dari M. bovis ditentukan oleh adanya pili. M. bovis yang mempunyai
pili kasar adalah bakteri yang virulenm sedangkan koloni yang halus atau yang tidak
berpili adalah bakteri yang tidak virulen. Ada 2 tipe pili M. bovis, yaitu tipe I dan tipe
Q. pili tipe I berhubungan dengan kemampuan untuk menyerang jaringan yang lebih
dalam. Sedangkan pili tipe Q menunjukkan kemampuannya menempel pada epithel
kornea. Yang menarik dari M. bovis ini adalah kemampuannya untuk berubah tipe
dari tioe I ke tipe Q. factor lain yang menentukaan virulensi dari M. bovis adalah
lipopolisakarida (LPS), serta enzyme-enzym yang dihasilakan seperti fibrinolisin,
phosphatase, hyaluronidase dan aminopeptidase yang memegang peran penting dalam
merusak epithel kornea.

C. Epidemologi Penyakit Pink Eye


1. Spesies rentan
Hewan yang rentan terhadap terjadinya pink eye adalah sapi, kerbau, kambing dan
domba. Pink eye menyerang semua tingkat umur, namun hewan muda lebih peka
debandingkan hewan tua. Prevalensi tinggi terjadi pada Bos Taurus disbanding
dengan Bos indicus dan lebih resisten pada cross bred.
2. Pengaruh lingkungan
Penyakit pink eye sering terjadi pada musim panas dimana pada saat itu terdapat
banyak debu dan meningkatnya populasi lalat. Namun pada kasus yang kronis
dapat berlangsunh sepanjang tahun.
3. Sifat penyakit
Pink eye bersifat epidemic dimana di tempat yang telah terinfeksi dapat berjangkit
kembali setiap tahunnya. Hewan yang menderita penyakit pink eye dapat bersifat
karier.
4. Cara penularan
Penularan pink eye terjadi akibat kontak langsung dengan ternak terinfeksi
melalui sekresi mata, atau secara tidak langsunh melalui faktor lalat, debu dan
percikan air yang tercemar oleh bakteri.
7
Musca autumnalis, Musca domestica dan stomoxys calcitrans merupakan faktor
lalat yang sering ditemukan di sekitar mata. Pada tubuh lalat ini terutama pada
kelenjar air liur, M.bovis dapat bertahan sampai 72 jam.
5. Factor predisposes
Pink eye merupakan penyakit multifactor, artinya banyak factor predisposisi yang
berkontribusi terhadap munculnya penyakit ini. Beberapa faktor presisposisis
penting yang perlu diperhatikan adalah infeksi Mycoplasma bovoculi dan atau
infeksi IBR dimanaa virus IBR dapat menyebabkan kerusakan kornea dan
jaringan konjungtiva sehingga kemungkinan terjadinya infeksi sekunder oleh M.
bovis.
Pink eye dapat terjadi dengan diawali oleh adanya iritasi pada mata yang
disebabkan oleh kibasan ekor, gesekan rumput dan debu. Sensitifitas mata
terhadap sinar ultraviolet meningkatkan peluan terjadinya pink eye dimana sapi
yang mempunyai jumlah pigmen mata lebih sedikit seperti sapo Hereford,
Holstein dan shorthorn berpeluang besar terkena pink eye. Sedangkan sapi yanh
mempunyai jumlah pigmen mata lebih banyak seperti angus dan brahman kurang
begitu sensitif. Kualitas pakan juga dapat menyebabkan penyakit ini muncul.
6. Distribusi penyakit
Penyakit ini ditemukan hamper di seluruh duia. Penyebarannya di Indonesia
cukup luas.

D. Cara mencegahan, pengendalian dan pemberantasan terjadinya penyakit pink eye


1. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kandan dan lingkungan,
menjaga kualitas pakan, serta populasi tidak terlalu padat.
Tindakan pencegahan yang dianjurkan di Negara-negara maju adalah pemeriksaan
immunologis. Diketahui bahwa adanya Ig A aktif sangat pentingh untuk
mencegah infectious bovine keratokonjungtivitis (IBK).
2. Pengendalian dan Pemberantasan
Untuk menhindari meluasnya penyakit, hewan yang terinfeksi segera diidolasi dan
diobati. Pada kasus parah, hewan harus dihindarkan dari sinar mnatahari secara
langsung. Sebagian besar vaksin yang ada saat ini belum menunjukkan hasil yang
memuaskan.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pink eye adalah penyakit mata menular pada ternak, terutama sapi,
kerbau, domba, dan kambing. Gejala klinis dapat dikenali berupa kemerahan
dan peradangan pada konjungtiva serta keseluruhan pada kornea. Penyakit ini
ditemukan hampir diseluruh dunia dan menimbulkan kerugian ekonomi yang
signifikan terutama pada industry peternakaan sapi, yaitu berupa penurunan
berat badan, dibuangnya susu dari sapi yang terinfeksi, dan penurunan harga
jual sapi, serta pengeluaran biaya pengobatan. `
Penyebab pink eye dapat berupa bakteri, virus, rickettsia maupun
chlamydia, tetapi yang paling sering ditemukan adalaah bakteri Moraxella
bovis (M. bovis) yang bersifat hemolitik. Pafa sapi, selain M.bovis dapat pula
disebabkan oleh Neisseria catarrhalis.
Faktor virulensi dari M. bovis ditentukan oleh adanya pili. M. bovis yang
mempunyai pili kasar adalah bakteri yang virulenm sedangkan koloni yang
halus atau yang tidak berpili adalah bakteri yang tidak virulen. Ada 2 tipe pili
M. bovis, yaitu tipe I dan tipe Q. pili tipe I berhubungan dengan kemampuan
untuk menyerang jaringan yang lebih dalam. Sedangkan pili tipe Q
menunjukkan kemampuannya menempel pada epithel kornea. Yang menarik
dari M. bovis ini adalah kemampuannya untuk berubah tipe dari tioe I ke tipe
Q. factor lain yang menentukaan virulensi dari M. bovis adalah
lipopolisakarida (LPS), serta enzyme-enzym yang dihasilakan seperti
fibrinolisin, phosphatase, hyaluronidase dan aminopeptidase yang memegang
peran penting dalam merusak epithel kornea.
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kandan dan
lingkungan, menjaga kualitas pakan, serta populasi tidak terlalu padat.
Tindakan pencegahan yang dianjurkan di Negara-negara maju adalah
pemeriksaan immunologis. Diketahui bahwa adanya Ig A aktif sangat
pentingh untuk mencegah infectious bovine keratokonjungtivitis (IBK).

9
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari p[ara pembaca sangan
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2011. The Merck Veterinary Manual 11 edition, Merek dan CO, inc Rahway, New
Jersey, USA.

Dwicipto. 2009. Managemen Kesehatan dan kesejahteraan Hewan. Skripsi. Universitas


Peternakan Padjadjaran, Bandung.

Subroto. 2008. Ilmu penyakit ternak l-b (mamalia) penyakit kulit (Integumentum) penyakit-
penyakit bacterial, virak, klamidial, dan prion. Gadjha Mada University Press, Yogyakarta
Indonesia..

11

Anda mungkin juga menyukai