DAFTAR ISI.....................................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................................2
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................3
Bab 1..............................................................................................................................................5
Pendahuluan..................................................................................................................................5
BAB 2.............................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................8
BAB 3...........................................................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................14
BAB 4...........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh agen
mikrobiologi seperti virus atau bakteri.Konjungtivis (mata merah muda atau merah)
merupakan infeksi mata yang paling sering terjadi. Inflamasi konjungtiva mata yang
disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respons alergi dikenal sebagai konjungtivitis.
Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri ditekan. Konjungtivitis
akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata merah (pink eye) adalah
peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata, biasanya akibat infeksi
virus atau bakteri. Terkadang konjungtivitis juga dikarenakan kondisi alergi bawaan.Bintil di
tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering terjadi akibat infeksi
folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul kecil. Jika infeksi
lebih parah, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata. Insidensi
konjungtivitis relative kecil, yaitu sekitar 0,1% – 0,5% dari pasien dengan masalah mata yang
berobat, dan hanya 2% dari semua pasien yang diperiksa di klinik mata Mediterania. Penyakit
ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan
dewasa muda yang berusia sekitar 3 -25 tahun dan berlangsung selama 5-10 tahun penyakit
ini lebih banyak terdapat pada anak-anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan
tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata.
bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada
pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta
pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada
semua umur. Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata bisa
mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan mencuci muka. Pada beberapa kasus yang
disebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic dapat digantikan dengan hanya menjaga
kebersihan kelopak mata. Pentinganya membersihkan kelopak mata sebelum tidur, karena
proses infeksi terjadi saat sedang tidur.
1.3 Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang sistematis disusun sesuai berikut Bab 1
Pendahuluan, terdiri dari latar belakang,tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika
penulisan.Bab 2 Tinjauan pustaka, terdiri dari konsep dasar dan pengertian infeksi mata.Bab
3 terdiri dari konsep asuhan keperawatan infeksi mata konjungtivitis dan blefaritis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi konjungtivitis
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a) infeksi oleh virus atau bakteri.
b) reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c) iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las listrik atau
sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d) pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis (Anonim, 2009).Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
1. entropion atau ektropion.
2. kelainan saluran air mata.
3. kepekaan terhadap bahan kimia.d. pemaparan oleh iritan.
4. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009). Frekuensi
kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti
demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu
(Effendi, 2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya
konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap
dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).2.5 PatogenesisMekanisme pasti atau mekanisme
bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa
mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik.
Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap
protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea,
beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik
(Alamsyah, 2007).
3. Patofisiologi konjungtivitis
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya
agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan
folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien
mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terken
7. Manifestasi konjungtivis
3. Patofisiologi blefaritis
Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) , stafilokokus
(b.ulseratif) di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic (b.seboreik) pada sekitar
kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi kelopak mata. Akibatnya pada
blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah kelopak mata,
gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi trikiasis menggesek
kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan pada blefaritis ulseratif terjadi hyperemia,
pelepasan krusta berwarna kuning kering terasa gatal, destruksi folikel rambut yang
menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru, dapat pula
menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil yang mudah berdarah
(Istiqomah, 2004).
4. Tes Diasnostik
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya.
1. Uji laboratorium
2. Radiolografi
3. Fluorescein angiografi
4. Computed tornografi (CT Scan)
5. Pemeriksaan dengan slit lamp
v
6. Gambaran klinis blefaritis
1. BLEFARITIS BAKTERIAL
a.) Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan
yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum
pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun
maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar
Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyerta.
b.) Blefaritis Seboroik1
Blefaritis seboroik Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50
Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang
keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi
papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis,
poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10
menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat
timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan
madarosis.
c.) Blefaritis Skuamosa1
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan
peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering
terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik
seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien
dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat
sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah
dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme
pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
d.) Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan
yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitar
bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang
bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi
berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan
parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
e. ) Blefaritis angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum
lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini
bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Seng sulfat. Penyulit
pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
2. BLEFARITIS VIRUS
a) Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraftrigeminus.
Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yang terkena ganglion
cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata
atas. Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pad
mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak
mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang
oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes
zoster mata.
b) Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat didertai dengan keadaan yang sama
pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks
yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada
tepi bulu mata,yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
3. BLEFARTIS JAMUR
a.) Infeksi superficial
b.) Infeksi jamur dalam
Blefaritis pedikulosis Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk
akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.
7. Komplikasi blefaritis
komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankanuntuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis
benar-benar sudah hilang.Syndrome mata kering. Adalahkomplikasi yang paling sering
terjaddi pada blefaritis. Syndrome mata kering atau biasa juga ketahui sebagai
keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air mata
yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air
dan menjadi meradang. Syndrome mata kering dapat terjadi karena dipengaruhi gejala
blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat jugadisebabkan karena
kualitas air mata yang kurang baik. Gejalanya ditandai dengan nyeri, atau kering, sekitar
mata, dan ada yang menganjal di dalam mata dengan penglihatan yang buram. Semua gejala
syndrome mata kerin ini dapat dihilangkan dengan baik denan menggunakan obat tetes mata
yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa menggantikan air mata.obat tetes mata ini
bisa didapatkan di apotek atau took oabat tanpa harus dengan mengunakan resep dokter.
BAB 3
Data obyektif
1. Pasien terlihat gelisah.
2. Nadi pasien meningkat ( > 100x / menit )
3. Peningkatan tekanan darah ( > 120/80 mmHg )
4. Peningkatan respirasi ( > 24x / menit )
5. Peningkatan suhu (>37°c)
6. Pasien terlihat kesulitaan dalam melihat.
7. Pasien meraba-raba jika ingin mengambil benda.
8. Pasien saat beraktivitas harus di jaga.
9. Pasien tampak susah mengenali benda.
10. Terjadi Epifora.
11. Terdapat sekret
12. Produksi air mata berlebihan (epifora).
13. Terdapat secret pada mata.
14. Pasien terlihat menggaruk matanya.
15. Terjadi pembengkakan pada konjungtiva.
16. Pasien mengalami kesulitan tidur.
17. pasien terlihat gelisah
18. Pasien telihat terjaga saat tidur
19. Ada secret pada mata.
20. Kemerahaan pada mata.
21. Terjadi peradangan pada mata.
22. Klien sering bertanya-tanya tentang penyakitnya
23. Klien terlihat bingung
2. Diagnosa keperawatan Konjungtivitis`
a. Diagnosa Konjungtivitis menurut Nanda, 2012-2014 adalah:
1) Gangguan sensori-persepsi; penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera.
2) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumber – sumber
informasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan Blefaritis
1. Pengkajian pada blefaritis
a. Riwayat Kesehatan , lingkungan, pekerjaan, gaya hidup, pemakaian obat dan kosmetik
Data Subjektif:
1. Orang dengan radang mata dapat mengeluh gatal-gatal
2. Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata
3. Lakrimasi (mata selalu berair)
4. Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri
5. Penderita merasa ada sesuatu di matanya
6. Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu matarotok dan tidak
terganti)
7. Pandangan mata kabur dan ketajaman penglihatan menurun
Data objektif :
1. Kelopak mata kemerahan
2. Edema kelopak mata
3. Adanya pengeluaran pus
4. Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur
Berkurangnya jumlah bulu mata (rontok)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh agen
mikrobiologi seperti virus atau bakteri.
Konjungtivis (mata merah muda atau merah) merupakan infeksi mata yang paling
sering terjadi. Ini adalah peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata,
biasanya akibat infeksi virus atau bakteri. Terkadang konjungtivitis juga dikarenakan kondisi
alergi bawaan.Bintil di tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering
terjadi akibat infeksi folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul
kecil. Jika infeksi lebih parah, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan
tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata.
bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan teman -teman mempelajari terapan ilmu
keperawatan medikal bedah khususnya penyakit infeksi mata .
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan para pembaca akan lebih memahami
mengenai penyakit pada mata khususnya penyakit Blefaritis dan konjungtivitis. Sehingga
diharapkan kita dapat lebih menjaga kebersihan diri kita khususnya mata, agar mata kita
dapat terhindar dari penyakit mata
DAFTAR PUSTAKA
istiqomah, 2005. Buku asuhan keperawatan klien dengan gangguan mata. Jakarta
EGC
Ahern, Nancy R. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9, Jakarta: EGC.
Anonim 2009. Asuhan keperawatan konjungtivitis. Di askses pada tanggal 5 november
2012. http://fkunhas.com/infeksi-mata-konjungtivitis-20110206985.html.
Muh muhaimin 30-3-2012.infeksi mata .Diakses
tanggal 2 november 2012.
http://www/nlm.nih.gos/medlineplus/ency/article/001606.html