Anda di halaman 1dari 6

Skenario 3

Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan merah.

Terminology
-
Identifikasi masalah
- Perempuan
- 19 tahun
- Mata kanan merah
Hipotesis
 Konjungtivitis
 Keratitis
 Ulkus kornea
 Blefarisitis
 Alergi
 Cedera
 Mata kering
 Glaukoma
 Kanker mata
Analisa masalah
Infeksi
Berikut adalah beberapa penyakit infeksi mata yang dapat menyebabkan keluhan mata merah:
 Konjungtivitis
a. Pengertian Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan
oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Peradangan konjungtiva
atau konjungtivitis dapat terjadi pula karena asap, angina dan sinar (Ilyas, 2008; 2014).

b. Penyebab Konjungtivis
Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus, infeksi
klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Sedangkan, konjungtivitis virus paling sering
disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun
sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi klamidia, yang disebabkan oleh organisme
Chlamydia trachomatis (James dkk, 2005). Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh
IgE terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia (Ilyas, 2008).

c. Klasifikasi konjungtivitis
Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi empat yaitu konjungtivitis yang diakibatkan
karena bakteri, virus, allergen dan jamur ( Ilyas dkk, 2010).

1) Konjungtivitis bakteri

Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh Staphylococcus,


Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus ( James dkk, 2005).

Gejala konjungtivitis yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-kadang
disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular dari satu mata ke mata
sebelahnya dan dengan mudah menular ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman
( Ilyas dkk, 2014).

Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti neospirin, basitrasin, gentamisin,
kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari (Ilyas dkk, 2014).

2) Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar
antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri
dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).
Konjungtivitis virus biasanya diakibatkan karena demam faringokonjungtiva. Biasanya memberikan
gejala demam, faringitis, secret berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu atau
kedua mata. Konjungtivitis ini biasanya disebabkan adenovirus tipe 3,4 dan 7 dan penyebab yang lain
yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang (Ilyas dkk, 2014 ; James dkk, 2005).
Konjungtivitis ini mudah menular terutama anak-anak yang disebarkan melalui kolam renang. Masa
inkubasi konjungtivitis virus 5-12 hari, yang menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic (Ilyas
dkk, 2014).

Pengobatan konjungtivitis virus hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan kompres,
astringen, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan antibotik dengan steroid topical ( Ilyas
dkk, 2014).

3) Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang peling sering dan disebabkan oleh reaksi
inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo dkk, 2009).

Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang ( merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang
dan menahun. Tanda karakteristik lainnya yaitu terdapat papil besar pada konjungtiva, datang bermusim,
yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan
tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan (Ilyas dkk, 2014).

Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang
biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokoknjungtivitis atopic dan
konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010).

Pengobatan konjungtivitis alergi yaitu dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan
memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah kemudian ditambahkan kompres
dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid
sistemik (Ilyas dkk, 2014).

4) Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida

albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih
yang dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain
candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothtrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan
Coccidioides immitis walaupun jarang ( Vaughan, 2010).

d. Gejala Konjungtivitis
Tanda dan gejala umum pada konjungtivitis yaitu mata merah, terdapat kotoran pada mata, mata terasa
panas seperti ada benda asing yang masuk, mata berair, kelopak mata lengket, penglihatan terganggu,
serta mudah menular mengenai kedua mata (Ilyas, 2008).

e. Penularan Konjungtivitis
Sumber penularan konjungtivitis secara umum adalah cairan yang keluar dari mata yang sakit yang
mengandung bakteri atau virus. Salah satu media penularannya yaitu tangan yang terkontaminasi cairan
infeksi, misalnya melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak langsung, misalnya tangan yang
terkontaminasi memegang benda yang kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara
bersama-sama, penggunaan sapu tangan atau tisu secara bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung
bantal secara bersama-sama (Ilyas, 2008; Chaerani, 2006; Indriana, 2012).

f. Pencegahan Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah mengenai mata
yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap secara bersama-sama dengan orang lain, serta bagi
perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien tentang kebersihan kelopak mata (Hapsari &
Isgiantoro, 2014).

Selain itu pencegahan konjungtivitis diantaranya sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan
obat, pasien konjungtivitis harus mencuci tangannya agar menulari orang lain, menggunakan lensa
kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya, mengganti sarung bantal dan handuk
yang kotor dengan yang bersih setiap hari, menghindari penggunaan bantal, handuk dan sapu tangan
bersama, menghindari mengucek-ngucek mata, dan pada pasien yang menderita konjungtivitis,
hendaknya segera membuang tissu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata (Ramadhanisa,
2014).

Keratitis
DEFINISI KERATITIS

Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
virus atau suatu proses alergi-imunologi1. Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel
radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan
menurun. Infeksi pada kornea biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena,
yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau membran bowman dan keratitis
profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis parenkimatosa) apabila sudah mengenai
lapisan stroma
ETIOLOGI
Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat,
reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun.3 Infeksi
korena pada umumnya didahului trauma, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid
topikal yang tidak terkontrol. Kelainan ini merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di
Indonesia. Keratitits dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya.
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sun lamps, dan hubungan ke sumber
cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur.
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak
6. Mata kering disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata
7. Adanya benda asing di mata
8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk
sari, jamur atau ragi
9. Efek samping obat tertentu
MANIFESTASI KLINIK
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrate di kornea. Infiltrate dapat ada
di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada peradangan
yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat
berupa nebula, macula, dan leukoma. Adapun gejala umumnya adalah :
 Keluhan air mata yang berlebihan
 Nyeri
 Penurunan tajam penglihatan
 Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
 Mata merah
 Sensitive terhadap cahaya
Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi jamur dalam bentuk
mikotoksin, enzim-enzim proteolitik, dan antigen jamur yang larut. Agen-agen ini dapat
menyebabkan nekrosis pada lamella kornea, peradangan akit, respon antigenic dengan formasi
cincin imun, hipopion, dan uveitis yang berat. Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur
berfilamen dapat berat. Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat
menunjukkan infiltrasi abu-abu sampai putih dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yang
tidak meradang tampak elevasi ke atas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesi utama dan
berhubungan dengan mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat parallel terhadap ulkus.

Cincin imun dapat mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur dan
respon antibody tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dan secret yang purulen dapat juga timbul.
Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup parah. Sebenarnya gambaran
yang khas pada ulkus kornea tidak ada. Infeksi awal dapat sama seperti infiltrasi stafilokokus,
khususnya dekat limbus. Ulkus yang besar dapat sama dengan keratitis bakteri. Untuk
menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut :

 Lesi satelit
 Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang irregular dan tonjolan seperti hifa di bawah
endotel utuh.
 Plak endotel
 Hypopyon, kadang-kadang rekuren
 Formasi cincin sekeliling ulkus
 Lesi kornea yang indolen
KLASIFIKASI
Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis
pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial. Berdasarkan penyebabnya
keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat
alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis
flikten, keratitis nurmularis dan keratitis neuroparalitik.
Keratitis Berdasarkan Tempatnya :
1) Keratitis Pungtata
2) Keratitis Marginal
3) Keratitis Interstisial
2) Keratitis Jamur
3) Keratitis Virus

Keratitis Pungtata Superfisial dengan gambaran Infiltrat halus bertitik-titik pada dataran
depan kornea yang dapat terjadi pada herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus, vaksinia dan
trakoma. Keratitis terkumpul di daerah membran Bowman, bilateral dan kronis tanpa terlihat
kelainan konjungtiva.
Jenis Keratitis Virus: Keratitis herpetik, Keratitis dendritik, Keratitis Disformis, Infeksi
Herpes Zoster, Keratokonjuntivitis Epidemi.
a. Keratitis Herpetik
b. Keratitis Dendritik
c. Keratitis Disiformis
Keratokonjungtivitis Flikten
Keratitis Lagoftalmus
Keratitis Neuroparalitik
Keratokonjungtivitis Sika
 Ulkus kornea
Definisi dan Etiologi
Ulkus kornea merupakan peradangan kornea yang diikuti kerusakan lapisan kornea, kerusakan
dimulai dari lapisan epitel. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh
adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak
terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu
proses respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.
3
Faktor yang dapat menyebabkan ulkus kornea secara umum antara lain :
  Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan
saluran lakrimal).
  Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa
kontak, luka bakar pada daerah muka.
  Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea kronik, exposure-keratitis
(pada lagophtalmus, bius umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis
neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.
  Kelainan-kelainan sistemik, malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens- Jhonson, sindrom
defisiensi imun.
  Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun seperti kortikosteroid, IUD, anestetik
lokal dan golongan imunosupresif.
Berdasarkan etiologinya ulkus kornea disebabkan oleh :
  Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokokus
pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus
diatas.
  Virus : herpes simplek, zooster, variola
  Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
 Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC
(keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin)
 Blefarisitis
Blefaritis merupakan peradangan yang bersifat kronis atau menahun dan pada umumnya
berlokasi pada tepi kelopak mata. Blefaritis dapat dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu
blefaritis anterior dan posterior. Blefaritis anterior adalah peradangan bilateral yang terjadi di
daerah sekitar dasar bulu mata dan pada tepi kelopak mata. Blefaritis anterior pada umumnya
memiliki dua jenis utama yaitu, blefaritis stafilokokus dan blefaritis seboroik.
Blefaritis Anterior
Blefaritis anterior adalah peradangan yang terjadi pada kulit kelopak mata, pangkal bulu mata
dan folikel bulu mata. Pada umumnya blefaritis anterior terbagi menjadi 2 yaitu, blefaritis
stafilokokus dan blefaritis seboroik. Blefaritis Stafilokokus seperti namanya, disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yang bersifat ulseratif. Blefaritis stafilokukus biasanya dialami pada
kelompok usia muda. Gejala umum pada blefaritis adalah perasaan terbakar atau panas, gatal
pada tepi kelopak mata yang terinfeksi, bertepi merah, terlihat adanya sisik atau granulasi yang
menggantung pada bulu mata di bagian kelopak mata superior maupun inferior. Gejala spesifik
yang lebih terlihat pada blefaritis stafilokokus adalah terdapatnya ulkus ulkus kecil di sepanjang
tepi kelopak dan sering ditemukan kerontokan bulu mata. Gejala iritasi dan terbakar cenderung
memuncak di pagi hari dan menghilang menuju siang, kemungkinan hal ini terjadi karena bahan
sisik atau kerak menumpuk pada kelopak mata pada malam hari. Pada blefaritis yang disebabkan
oleh infeksi stafilokokus dapat disertai dengan hordeolum, kalazion, keratitis epitel sepertiga
bawah kornea, dan ilfiltrat kornea marginal.
Blefaritis posterior
Blefaritis posterior adalah peradangan kelopak mata bagian posterior akibat disfungsi dari
kelenjar meibom, bersifat kronis dan bilateral. Blefaritis posterior dapat timbul bersamaan
dengan blefaritis anterior, seperti yang sudah disebutkan diatas blefaritis seboroik umumnya
disertai dengan disfungsi kelenjar meibom dan kolonisasi bakteri stafilokokus dalam jumlah
yang memadai dapat menjadi penyebab gangguan fungsi kelenjar meibom. Saat terjadi infeksi,
lipase bakteri menimbulkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva, hal ini juga
menyebabkan terganggunya lapisan air mata.
Gejala klinis pada blefaritis posterior dapat mengenai palpebra, air mata, konjungtiva, dan
kornea. Pada kelenjar meibom nya sendiri dapat terjadi peradangan pada muara meibom yang
disebut dengan Meibomianitis, sumbatan pada muara kelenjar meibom oleh secret yang kental,
pelebaran kelenjar meibom pada lempeng tarsus. Gejala khusus yang terlihat pada blefaritis
posterior adalah adanya telangiectasia pada tepi palpebral, serta bentuk palpebral yang
cenderung lebih bulat serta tergulung ke arah dalam. Perubahan yang terjadi pada air mata
adalah bentuk air mata yang terlihat lebih berbusa dan berlemak. Pada kornea bagian inferior
terbentuk vaskularisasi perifer, dan kadang juga ditemukan infiltrate marginal yang jelas.
Penanganan pada blefaritis posterior tergantung pada gejala yang timbul pada palpebra, kornea,
lapisan air mata dan konjungtivanya.

 Noninfeksi
Beberapa kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan mata merah antara lain:
 Alergi
Mata merah bisa menjadi gejala paling umum dari alergi. Penyebab alergi bisa
bermacam-macam, mulai dari serbuk sari, bulu hewan, debu, hingga tungau.
 Cedera
Cedera akibat goresan, benturan, atau masuknya benda asing ke mata dapat
menyebabkan mata merah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah pada mata melebar.
Tujuannya adalah agar lebih banyak darah mengalir ke bagian mata yang cedera untuk
mempercepat proses penyembuhan.
 Mata kering
Produksi air mata yang menurun atau meningkatnya penguapan air mata dapat
menyebabkan mata kering dan kemerahan. Mata kering umumnya terjadi ketika
seseorang melihat layar komputer terlalu lama dan jarang berkedip.
 Glaukoma
Glaukoma terdiri dari dua jenis, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut
tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup, mata merah bisa terjadi secara tiba-tiba.

Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan pencekungan


“cupping” diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh gangguan
aliran keluar humor aquos.
 Kanker mata
Kanker mata, seperti retinoblastoma, dapat menyebabkan mata merah. Jenis kanker mata
ini sering terjadi pada anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai