SKENARIO – 2
MATA MERAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................ 8
PEMBAHASAN ............................................................................................. 8
2.1.9 Komplikasi.................................................................................... 17
PENUTUP..................................................................................................... 21
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Konjungtivitis
2.1.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput
bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam
kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan berbagai
macam gejala, salah satunya yaitu mata merah. Setiap
peradangan pada konjungtiva dapat menyebabkan
melebarnya pembuluh darah sehingga menyebabkan mata
terlihat merah.
2.1.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal, seperti:
2.1.3 Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan
alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi
sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna. Karena mata menjadi kering sehingga terjadi
iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh
darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai
dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa
nyeri dan adanya sekret mukopurulen.
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis mengandalkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang tidak rutin
dikerjakan untuk setiap pasien konjungtivitis. Kultur dari
apusan konjungtiva dapat membantu mencari patogen
penyebab konjungtivitis jika diperlukan.
§ Anamnesis
- Keluhan utama : mata merah.
- Keluhan lain :
• Rasa gatal.
• Rasa panas terbakar.
• Rasa mata mengganjal.
• Silau.
• Penurunan tajam penglihatan.
• Sekret mata.
• Riwayat alergi dan riwayat paparan.
2.1.7 Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme,
pasien harus diajari bagaimana cara menghindari
kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat
dapat memberikan instruksi pada pasien untuk tidak
menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang
mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk dan
sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata
yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal
asuhan Kesehatan guna menghindari penyebaran
konjungtivitis antar paien.
1) Konjungtivitis Virus
Terapi suportif untuk infeksi adenoviral mencakup
beberapa pilihan pengobatan seperti kompresdingin,
pelumas, dan dekongestan mata.
Hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri.
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus
yang berat dapat diberikan antibotik dengan steroid
topical.
2) Konjungtivitis Bakteri
Dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti
neospirin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol,
tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari.
3) Konjungtivitis Alergi
Tatalaksana dalam menangani konjungtivitis alergi
dimulai dari terapi non farmakologi terlebih dahulu
dengan cara menghindari segala macam yang dapat
memicu timbulnya konjungtivitis.
a) Antihistamin
Antihistamin merupakan obat lini pertama dalam
menangani alergi pada mata. Mekanisme kerja dari
antihistamin adalah dengan cara berikatan dengan
reseptor H1 sehingga menimbul efek antagonis.
Antihistamin dapat mengurangi rasa gatal, kemerahan
serta edema.
b) Vasokontriksi
Obat vasokontriksi memiliki efektifitas yang tinggi
dalam mengurangi kemerahan pada AC. Mekanisme
kerjanya ialah dengan menstimulasi reseptor alfa
adrenergic.
Penggunaan vasokontriksi ini dapat menimbulkan
efek samping antara lain konjungtivitis folikular,
hipertensi sistemik, lacrimal punctual occlusion, dan
rebound hyperemi. Biasanya penggunaan dari
vasokontriksi ini dikombinasikan dengan antihistamin
topical.
c) Stabilitas Sel Mast
Obat ini menghambat degranulasi dari sel mast,
sehingga mediator-mediator inflamasi seperti histamiin,
neutrofil, eosinofil, dan sebagainya tidak dilepaskan oleh
sel mast. Dengan demikian, akan mengurangi gejala.
d) NSAIDs (Nonsteroids Antiinflamatory Drugs)
NSAIDs adalah obat yang bekerja dengan cara
memblok jalur siklooksigenase sehingga mengurangi
sintesis prostaglandin dan tromboksan.
e) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan agen farmakologis yang
bersifat paling poten yang digunakan pada macam-
macam penyakit alergi mata dan juga efektif untuk
pengobatan AC kronik maupun akut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat
kompleks menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.
Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditunjukan khusus untuk
menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang
memiliki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak
memungkinkan koordinasi gerakan mata.
1. Ada Makalah 60
LO
penjilidan
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Tutor