Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEMESTER V MODUL – 16 (PENGLIHATAN)

SKENARIO – 2

MATA MERAH

DISUSUN OLEH : NADHILAH UMARAH SYAMDRA (71190811061)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 13 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................. 5

PENDAHULUAN ........................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6

1.3 Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 7

BAB II ............................................................................................................ 8

PEMBAHASAN ............................................................................................. 8

2.1 Konjungtivitis ........................................................................................ 8

2.1.1 Definisi ........................................................................................... 8

2.1.2 Etiologi ........................................................................................... 8

2.1.3 Patofisiologi .................................................................................... 9

2.1.4 Diagnosis ...................................................................................... 10

2.1.5 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 11

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 12

2.1.7 Penatalaksanaan ............................................................................ 13

2.1.8 Diagnosis Banding ........................................................................ 15

2.1.9 Komplikasi.................................................................................... 17

2.2 Cara Pemberian Obat Mata yang Benar ................................................ 17

2.3 Penulisan Resep Obat Mata .................................................................. 18

BAB III ......................................................................................................... 21

PENUTUP..................................................................................................... 21

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 21


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

Lembar Penilaian Makalah ............................................................................ 23


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia.
Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia
setelah penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis
penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari
hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen
kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan
kedalam bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan
peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam
kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri,
jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena
serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita
dan menyebabkan iritasi sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh
mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya)
ditularkan melalui kontak dan udara.

Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena


penderita akan mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa
perih, berair, terasa ada yang mengganjal disertai dengan adanya sekret
atau kotoran pada mata. Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga
penyebab endogen. Penyebab paling umum adalah Streptococcus
pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim
panas. Konjungtivitis yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia
dan Haemophilus Aegyptius disertai juga dengan perdarahan
subkonjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi
konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang.
Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan
sangat mudah menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat
bersentuhan tangan seperti bersalaman dengan seorang penderita
konjungtivitis atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita, lalu
orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata dan hal ini bisa
menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan
jumlah penderita penyakit konjungtivitis.

1.2 Rumusan Masalah


Skenario-2
Mata Merah

Seorang laki-laki 30 tahun datang ke Klinik dengan keluhan mata


kanan merah sejak 3 hari yang lalu. Mata terasa gatal dan berair, kelopak
mata bengkak dan lengket terutama ketika bangun tidur pagi hari.
Sebelumnya didapati anggota keluarga lain, anaknya, juga mengalami
keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan didapatkan: VODS 6/6, OD: Konjungtiva bulbi
dan konjungtiva palpebral hiperemis, dan sekret mikropurulen. OS
dalam batas normal. Pasien diperbolehkan rawat jalan dan dokter
kemudian meresepkan obat tetes mata ke pasien dan kemudian
menerangkan cara penggunaan obat tersebut.
1. Apa penyebab dari keluhan pasien?
2. Apakah keluhan yang dialami pasien berhubungan dengan keluhan
yang dialami anaknya sebelumnya?
3. Apa penyebab dijumpainya sekret mikropurulen?
4. Apakah keluhan tersebut hanya dirasakan ketika bangun di pagi
hari?
5. Bagaimana penularan mata merah?
6. Apa diagnosa sementara pada pasien?
7. Apa manfaat diberikannya obat tetes mata pada pasien?
8. Bagaimana penggunaan obat tetes mata yang benar?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui konjungtivitis (definisi, etiologi, patofisiologi,
diagnosis, pemeriksaan fisik dan penunjang, tatalaksana, diagnosis
banding, dan komplikasi).
2. Untuk mengetahui cara pemberian obat tetes mata yang benar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konjungtivitis
2.1.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput
bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam
kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan berbagai
macam gejala, salah satunya yaitu mata merah. Setiap
peradangan pada konjungtiva dapat menyebabkan
melebarnya pembuluh darah sehingga menyebabkan mata
terlihat merah.

Konjungtiva dapat menyerang siapa saja dari segala


usia. Gejala yang paling ditemui adalah adanya kemerahan
pada mata dan rasa mengganjal saat menutup mata, selain itu
gejala lain yang dapat timbul bergantung pada penyebabnya.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,


clamidia, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak
lensa. Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan
dan self limited desease, namun pada beberapa kasus dapat
berlanjut menjadi penyakit mata yang serius.

2.1.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal, seperti:

1) Infeksi oleh virus, bakteri, atau clamidia.


2) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu
binatang.
3) Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara
lainnya; sinar ultraviolet.
4) Pemakaian lensa kontak,terutama dalam jangka
panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.

Konjungtivitis yang disebabkan oleh


mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuruan
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam
waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi
merah dan nyeri.

2.1.3 Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan
alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi
sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna. Karena mata menjadi kering sehingga terjadi
iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh
darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai
dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa
nyeri dan adanya sekret mukopurulen.

Konjungtiva, karena posisinya terpapar pada banyak


organisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu.
Ada beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar, seperti air mata. Pada film air mata, unsur
berairnya mengencerkan infeksi bakteri, mucus menangkap
debris dan mekanisme memompa dari palpebra secara tetap
akan mengalirkan air mata ke ductus air mata. Air mata
mengandung substansi anti mikroba termasuk lisozim.
Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan
eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertropi lapis limfoid stroma atau pembentukan folikel.
Sel-sel radang bermigrasi melalui epitel ke permukaan. Sel-
sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel
goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra pada saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini


menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh mata
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak
paling nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus.
Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertropi papilla yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal.
Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan
juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan
menambah jumlah air mata.

2.1.4 Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis mengandalkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang tidak rutin
dikerjakan untuk setiap pasien konjungtivitis. Kultur dari
apusan konjungtiva dapat membantu mencari patogen
penyebab konjungtivitis jika diperlukan.

§ Anamnesis
- Keluhan utama : mata merah.
- Keluhan lain :
• Rasa gatal.
• Rasa panas terbakar.
• Rasa mata mengganjal.
• Silau.
• Penurunan tajam penglihatan.
• Sekret mata.
• Riwayat alergi dan riwayat paparan.

Hal lain yang perlu ditanyakan adalah riwayat


penggunaan lensa kontak, riwayat penggunaan obat-obatan
(termasuk tetes mata), dan riwayat hubungan seksual yang
berisiko (bila dicurigai infeksi akibat kuman penyakit
menular seksual).

2.1.5 Pemeriksaan Fisik


1) Konjungtivitis Viral
Pada pemeriksaan fisik pasien konjungtivitis viral
dapat ditemukan hiperemia atau injeksi konjungtiva,
yaitu pelebaran pembuluh darah dari forniks ke arah
limbus, berwarna merah muda, berkelok-kelok dan
letaknya superfisial. Pemeriksaan fisik lain yang bisa
ditemukan adanya folikel, yaitu lesi seperti bintil-bintil
kecil, multipel, translusen, paling jelas tampak di forniks.
Bisa juga ditemukan papillae, yaitu lesi bintil kemerahan
dengan vaskularisasi di tengahnya, biasanya ditemukan
pada konjungtiva tarsal superior dengan melakukan
eversi kelopak mata.
Tanda lain yang dapat ditemukan adalah edema
kelopak mata, sekret mata serosa, limfadenopati
(ditemukan pada 50% kasus konjungtivitis viral),
perdarahan subkonjungtiva, kemosis konjungtiva, dan
pseudomembran, keratitis.
2) Konjungtivitis Bakterial
Pemeriksaan fisik konjungtivitis bakterial yang dapat
ditemukan adalah injeksi konjungtiva, palpebra bengkak
dan eritema, sekret mata mukopurulen, papillae (banyak
ditemukan pada konjungtivitis bakterial), serta erosi
epitel kornea perifer dan infiltrasi ke stroma (lebih sering
akibat infeksi Haemophilus influenzae). Limfadenopati
biasanya tidak ditemukan pada konjungtivitis bakterial,
kecuali pada infeksi berat oleh Neisseria gonorrhoeae
atau Chlamydia trachomatis.
3) Konjungtivitis Alergi
Pemeriksaan fisik yang menonjol pada konjungtivitis
alergi adalah injeksi konjungtiva yang disertai dengan
kemosis konjungtiva serta edema palpebra. Sekret mata
biasanya serosa (cair, bening).
Dapat ditemukan giant papillae dengan gambaran
cobblestone pada konjungtivitis alergi vernal dan
konjungtivitisgiant papillary. Pada konjungtivitis alergi
vernal dapat terbentuk papillae di area limbus
memberikan gambaran titik putih multipel (Horner-
Trantas dots) yang merupakan kumpulan sel epitel yang
mengalami degenerasi dan eosinofil. Konjungtivitis
alergi atopik biasanya disertai dengan perubahan kulit
khas eksema, tanda Hertoghe (alis hilang di bagian
lateral), dan lipatan Dennie-Morgan (lipatan pada
palpebra karena garukan terus menerus).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang umumnya tidak dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis. Pemeriksaan
penunjang dilakukan pada kasus yang tidak memberikan
respon terhadap terapi yang diberikan, konjungtivitis yang
dicurigai akibat infeksi Neisseria gonorrhoeae atau
Chlamydia trachomatis, serta pada kasus konjungtivitis
dengan gejala yang berat. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pewarnaan gram, kultur, dan PCR
DNA.

2.1.7 Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme,
pasien harus diajari bagaimana cara menghindari
kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat
dapat memberikan instruksi pada pasien untuk tidak
menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang
mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk dan
sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata
yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal
asuhan Kesehatan guna menghindari penyebaran
konjungtivitis antar paien.

Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan


menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau
antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%.

Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan


antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau
dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%).

Umumnya konjungtivitis dapat sembuh tanpa


pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.

Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai


dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1) Konjungtivitis Virus
Terapi suportif untuk infeksi adenoviral mencakup
beberapa pilihan pengobatan seperti kompresdingin,
pelumas, dan dekongestan mata.
Hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri.
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus
yang berat dapat diberikan antibotik dengan steroid
topical.
2) Konjungtivitis Bakteri
Dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti
neospirin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol,
tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari.
3) Konjungtivitis Alergi
Tatalaksana dalam menangani konjungtivitis alergi
dimulai dari terapi non farmakologi terlebih dahulu
dengan cara menghindari segala macam yang dapat
memicu timbulnya konjungtivitis.

Ketika terapi non farmakologi tidak dapat


menghilangakan gejala, terapi farmakologi dapat dijadikan
alternatif selanjutnya. Terapi farmakologi antara lain :

a) Antihistamin
Antihistamin merupakan obat lini pertama dalam
menangani alergi pada mata. Mekanisme kerja dari
antihistamin adalah dengan cara berikatan dengan
reseptor H1 sehingga menimbul efek antagonis.
Antihistamin dapat mengurangi rasa gatal, kemerahan
serta edema.
b) Vasokontriksi
Obat vasokontriksi memiliki efektifitas yang tinggi
dalam mengurangi kemerahan pada AC. Mekanisme
kerjanya ialah dengan menstimulasi reseptor alfa
adrenergic.
Penggunaan vasokontriksi ini dapat menimbulkan
efek samping antara lain konjungtivitis folikular,
hipertensi sistemik, lacrimal punctual occlusion, dan
rebound hyperemi. Biasanya penggunaan dari
vasokontriksi ini dikombinasikan dengan antihistamin
topical.
c) Stabilitas Sel Mast
Obat ini menghambat degranulasi dari sel mast,
sehingga mediator-mediator inflamasi seperti histamiin,
neutrofil, eosinofil, dan sebagainya tidak dilepaskan oleh
sel mast. Dengan demikian, akan mengurangi gejala.
d) NSAIDs (Nonsteroids Antiinflamatory Drugs)
NSAIDs adalah obat yang bekerja dengan cara
memblok jalur siklooksigenase sehingga mengurangi
sintesis prostaglandin dan tromboksan.
e) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan agen farmakologis yang
bersifat paling poten yang digunakan pada macam-
macam penyakit alergi mata dan juga efektif untuk
pengobatan AC kronik maupun akut.

2.1.8 Diagnosis Banding


§ Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan pada palpebra yang
ditandai oleh iritasi mata, rasa gatal pada kelopak mata,
edema palpebra, dan serbuk seperti ketombe pada ujung
kelopak mata. Penyakit ini biasanya kronis dan
berhubungan dengan dermatitis seboroik.
§ Dry Eyes Syndrome
Pada dry eyes syndrome, pasien umumnya datang
dengan rasa perih di mata atau mata yang sering berair.
Tidak ada sekret, edema palpebra, ataupun tanda
inflamasi lainnya.
§ Keratitis Bakterial
Keratitis bakterial biasanya disebabkan oleh
penggunaan lensa kontak, trauma pada kornea, atau
penggunaan obat tetes mata steroid. Pada pemeriksaan
fisik bisa didapatkan ulkus epitel kornea, inflamasi area
sekitar kornea, dan plak endotel inflamatorik.
§ Skleritis
Skleritis ditandai dengan kemerahan fokal atau difus,
perubahan warna pada sklera, penebalan sklera inisial,
penipisan sklera lanjut, dan nekrosis sklera.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
konjungtivitis antara lain:

- Jaringan parut pada konjungtiva.


- Kerusakan duktus kelenjar lakrimal.
- Jaringan parut dapat mengubah bentuk palpebra
superior dengan membalik bulu mata kearah dalam
sehingga menggesek kornea.
- Komplikasi lebih lanjut dari kasus ini dapat
menyebabkan : ulkus kornea, glaukoma, katarak
serta ablasi retina.

2.2 Cara Pemberian Obat Mata yang Benar


1. Cuci tangan lebih dahulu.
2. Jangan menyentuh ujung penetes.
3. Mata melihat ke atas.
4. Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian
“penampungan”.
5. Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan
diteteskan tanpa menyentuh mata.
6. Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
7. Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
8. Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
9. Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang
digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan
berikutnya diberikan.
10. Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya
berlangsung selama beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama,
konsultasikan pada dokter atau apoteker.

2.3 Penulisan Resep Obat Mata


Dalam resep yang lengkap harus tertulis :

1. Identitas dokter : nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat


praktek/ alamat rumah dan nomor telpon dokter.
2. Nama kota dan tanggal dibuatnya resep Nomor 1 dan nomor 2
sudah tercetak pada kertas lembar resep.
3. Ditulis simbol R/ (Recipe = harap diambil), diberi istilah
superscriptio. Ada hipotesis R/ berasal dari tanda Yupiter (dewa
mitologi Yunani). Hipotesis lain R/ berasal dari tanda Ra = mata
keramat dari dewa Matahari Mesir kuno.
4. Nama obat serta jumlah atau dosis, diberi istilah inscriptio.
Merupakan inti resep dokter. Nama obat ditulis nama generik
atau nama dagang (brandname) dan dosis ditulis dengan satuan
microgram, miligram, gram, mililiter, %.
5. Bentuk sediaan obat yang dikehendaki, diberi istilah subscriptio.
6. Signatura, disingkat S, umumnya ditulis aturan pakai dengan
bahasa Latin.
7. Diberi tanda penutup dengan garis, ditulis paraf.
8. Pro: nama penderita. Apabila penderita anak, harus dituliskan
umur atau berat badan agar apoteker dapat mencek apakah
dosisnya sudah sesuai.
Gambar: Contoh Resep Obat Mata
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat
kompleks menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.
Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditunjukan khusus untuk
menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang
memiliki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak
memungkinkan koordinasi gerakan mata.

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya


inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva,
selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan
permukaan bagian dalam kelompok mata. Konjungtivitis terkadang
dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar
begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2. C. Smeltzer Suzanne dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah edisi 8 Jakarta: EGC
3. Pearce, evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka utama.
Lembar Penilaian Makalah

NO BAGIAN YANG SKOR NILAI


DINILAI

1. Ada Makalah 60

2. Kesesuaian dengan 0-10

LO

3. Tata cara penulisan 0-10

4. Pembahasan materi 0-10

5. Cover dan 0-10

penjilidan

Total :

NB :

LO = Learning Objective

Medan, 13 November 2021

Dinilai oleh:

Tutor

(dr. Aspri Astria, M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai