Anda di halaman 1dari 32

Diskusi kelompok Kecil 1 Blok 16 Modul 4

Monday, February 20, 2023


8:16 PM
MATAKU MERAH DAN LENGKET
 
Boy, 16 tahun datang ke dokter dengan keluhan sejak 4 hari ini matanya merah dan terasa gatal.
Awalnya hanya mata kirinya dan satu hari berikutnya mata kanannya juga. Selain itu pada kedua
matanya keluar cairan kekuningan sehingga saat bangun pagi kedua mata menjadi lengket dan susah di
buka, Penglihatannya masih baik. Keluarga dan teman sekolahnya tidak ada yang mengalami keluhan
serupa. Dari anamnesa di ketahui bahwa seminggu sebelumnya boy dan teman temannya berenang di
kolam renang umum Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan kelopak mata hyperemia, adanya injeksio
konjungtiva, chemosis, dischrge mukopurulen. Pada pemeriksaan tajam penglihatan tidak ditemukan
adanya kelainan.
 
Identifikasi istilah :
 
 Hyperemia
 peningkatan aliran darah ke berbagai jaringan di dalam tubuh.
 peningkatan aliran darah ke jaringan karena adanya metabolit dan perubahan kondisi
umum.
 
 Injeksio
 Pelebaran pembuluh darah konjungtiva (khususnya posterior) disebut juga dengan
injeksi konjungtiva.
 Injeksi konjungtiva sendiri terjadi karena adanya pengaruh mekanis, alergi, maupun
infeksi.
 Pelebaran pembuluh darah arteri konjungtiva yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
ataupun karena mengucek mata.
 
 Chemosis
 Pembengkakan pada bagian konjungtiva mata.
 Pembengkakan (atau edema ) konjungtiva.
 
 Discharge mukopurulen
 Discharge = cairan/sekret
 Mukopurulen = kondisi sputum dalam keadaan kental, kuning kehijauan.
 
 
 

Page 2
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
Identifikasi masalah
 
1. Bagaimana mata pasien bisa gatal dan merah? Kemungkinan penyebabnya?
2. Bagaimana bisa terjadi kemosis pada pasien?
3. Mengapa awalnya keluhan hanya di mata kiri kemudian berlanjut ke mata kanan juga?
4. Apakah terdapat hubungan usia dengan keluhannya?
5. Mengapa pada skenario harus ditanyakan orang sekitar dengan keluhan serupa?
6. Mengapa bisa terjadi keluarnya cairan kekuningan sehingga saat bangun pagi, kedua
mata menjadi lengket dan susah dibuka?
7. Mengapa tidak terdapat kelainan penglihatan mata?
8. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu proses penegakan
diagnosis?
9. Apa diagnosis sementara dari skenario?
10. Bagaimana manajemen tindakan awal yang dapat dilakukan kepada pasien?
 
Klarifikasi Masalah
 
1. Bagaimana mata pasien bisa gatal dan merah? Kemungkinan penyebabnya?
 
 Iritasi, reaksi alergi, dan cedera ringan pada mata dapat menyebabkan pelebaran
pembuluh-pembuluh kecil pada mata dan membuatnya tampak memerah.
 Mata merah yang muncul tanpa rasa sakit umumnya tidak berbahaya, tapi Anda
mungkin merasakan sensasi tidak nyaman saat mengalaminya.
 Mata merah terjadi ketika pembuluh darah di permukaan sklera, yaitu selaput putih
mata, mengalami pelebaran.
 Kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, mulai dari iritasi ringan akibat masuknya
benda asing ke dalam mata, alergi, penggunaan lensa kontak, mata kering, infeksi,
hingga cedera pada mata. 
 
From <https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1374/mata-merah>
 
 
 
 

Page 3
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
1. Next
 Iritasi mata adalah rasa tidak nyaman yang superfisial, biasanya terjadi akibat
kelainan di permukaan mata. Gatal, sebagai gejala primer, sering merupakan
tanda adanya alergi. Rasa kering, perih, berpasir, dan sensasi benda-benda
asing yang ringan dapat terjadi pada mata kering atau jenis iritasi kornea
ringan lainnya.
 Refleks berair mata mendadak umumnya disebabkan oleh iritasi di permukaan
mata. Sekret mata kering tidak spesifik. Iritasi pada mata merupakan salah
satu keadaan terjadinya mata kemerahan, nyeri, pembengkakan, gatal, dan
berair pada mata serta penglihatan kabur yang mungkin mengarahkan pada
masalah mata yang lebih serius seperti infeksi.
 
2. Bagaimana bisa terjadi kemosis pada pasien?
 Kemosis konjungtiva adalah salah satu jenis peradangan mata. Kondisi ini
lebih sering disebut sebagai "kemosis." Kemosis terjadi ketika lapisan dalam
kelopak mata membengkak. 
 Lapisan transparan ini, yang disebut konjungtiva. Konjungtiva juga menutupi
permukaan paling luar dari bola mata. Pembengkakan konjungtiva terjadi
ketika mata Anda teriritasi.
 Kemosis paling sering berhubungan dengan reaksi alergi. Terkadang infeksi
virus atau bakteri dapat menyebabkan kemosis. Kemosis bukan kondisi mata
yang menular, Anda tidak dapat tertular kemosis dari orang lain.
 
From <https://www.honestdocs.id/chemosis-of-conjunctiva>
 
 Terbentuknyakemosis konjungtiva dapat terjadi secara aktif maupun pasif.
o Aktif: adanya pengingkatan permeabilitas pada peradangan sehingga terjadi
eksudat
o Pasif: ketidakseimbangan antara produksi arteri, penyerapan vena, dan drainase
sistemlimfatik.
 
From <https://id.scribd.com/document/331432060/Kemosis-Konjungtiva>
 
 
 

Page 4
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
3. Mengapa awalnya keluhan hanya di mata kiri kemudian berlanjut ke mata kanan
juga?
 
 Berhubungan dengan higienitas dari pasiennya, dimana ngucek ngucek mata kemudian
menyentuh mata sebelahnya, contoh saat tidur pasien terjadi penularan melalui bantal.
 Ada kontak mata yang sakit dengan mata yang sehat, dimana mata gatal membuat
sering mengucek ucek kemudian memegang mata yang sehat ataupun kontak melalui
benda.
 Pasien tidak mencuci tangan ataupun membersihkan tangannya. Penyakit ini sangat
infeksius, jarang hanya sebelah doang, biasanya memang selalu menyebar ke sisi yang
sehat.
 
4. Apakah terdapat hubungan usia dengan keluhannya?
 
 Disesuaikan dengan menjaga hygine mata, dimana anak anak masih kurang menjaga
kebersihan tangan maupun mata.
 Dan pada anak anak imunitas belum sempurna.
 
5. Mengapa pada skenario harus ditanyakan orang sekitar dengan keluhan serupa?
 
 Untuk menghindari faktor resiko terjadinya penularan infeksi pada pasien.
 Karena bisa saja pasien terlular dari orang-orang disekitarnya (baik dari berbagai
mikroorganisme ataupun atopi)
 
6. Mengapa bisa terjadi keluarnya cairan kekuningan sehingga saat bangun pagi, kedua
mata menjadi lengket dan susah dibuka?
 
 Karena pengeluaran sekret mukopurulent akibat adanya infeksi.
 Kemungkinan pada skenario itu akibat infeksi bakteri sedangkan infeksi virus itu
biasanya mengeluarkan sekret serous.
 Di mata juga ada sel goblet yang berperan mengeluarkan sekret berlebihan. Bila
mukopurulent maka akan berwarna kuning dan lengket sehingga sulit membuka mata.
 
 
 
 

Page 5
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
7. Mengapa tidak terdapat kelainan penglihatan mata?
 
 Umumnya bila gangguan penglihatan itu pada gangguan rekraktif/ media refraksi atau
tempat masuknya cahaya. Khususnya kornea dan lensa bila ada kelainan dapat merubah
atau membuat fungsi dari organ tersebut mengalami kelainan, sedangkan pada
konjungtivitis tidak mempengaruhi lensa dan kornea sehingga tidak mempengaruhi
penglihatan. Infeksinya belum menyebar ke yang berfungsi penglihatan.
 Bisa jadi virus atau bakteri penyebab keluhan ini tidak menginfeksi bagian refraksi mata
seperti kornea, jadi hanya di konjungtiva saja.
 Mata memiliki system imun yang bisa melawan pathogen tanpa mengganggu
penglihatan dengan 3 mekanisme
a. Menurunkan reaksi inflamasi
b. Mencegah sel yang sudah teraktivasi agar tidak merusak jaringan
c. Membantu toleransi terhadap antigen.
 Kenapa pasien perlu melakukan pemeriksaan tajam penglihatan? Tujuan untuk
mengetahui ada atau tidak kalainan visus atau mengetahui apakah ada kelainan
berkaitan organ yang berfungsi penglihatan.
 
8. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu proses penegakan
diagnosis?
 
 Anamnesis : tanyakan gejala, durasi, faktor memperburuk, sifat cairan yang keluar,
riwayat kontak penyakit mata, lingkungan, riwayat alergi terutama obat, riwayat
penggunaan lensa kontak
 Pemeriksaan fisik : pemeriksaan eksternal memeriksa mata bagian luar, funduskopi,
memeriksa struktur mata bagian luar maupun bola mata, periksa luas lapangan
pandang,
 Pemeriksaan penunjang : sitologi, pap smear, pengambilan sampel, pemeriksaan
metyline blue, pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah ada peningkatan
agem imunitas.
 
 
 

Page 6
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
9. Apa diagnosis sementara dari skenario?
 
 Konjungtivitis bakterial ; karena sekret mukopurulen dan ada chemosis
 
Differential Diagnosis
 Konjungtivitis ; alergi karena gatal tapi sekret serous
 Blefaritis karena terkena kelopak mata
 Konjungtivitis bila mengeluarkan sekret
 Pterygium bila tak ada sekret
 skleritis
 
10. Bagaimana manajemen tindakan awal yang dapat dilakukan kepada pasien?
 
 Edukasi dan konseling untuk menjaga kebersihan serta imunitas, jangan melakukan
kontak fisik ataupun melalui benda oleh orang yang mempunyai gejala
 Bisa diberi antihistamin, antibiotik, steroid topikal
 Jika penyebab bakteri diberi obat tetes kloramfenikol
 Bila virus diberi salep asyclovir
 Bila alergi diberi tetes flumetolon
 Bila menyebar ke bagian mata lain terutama ornea mesti dirujuk ke spesialis mata
 
 
 
 

Diskusi kelompok Kecil 2 Blok 16 Modul 4


Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
Learning objectives
 
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi mata (anterior chamber dan posterior
chamber)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiopatofisiologi manifestasi klinis,
diagnosis, tatalaksana. dan komplikasi kongjungtivitis (bakteri, alergi, virus)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, manifestasi klinis, diagnosis, dan
tatalaksana blepharitis, skleritis, episkleritis, dan pterygium (stadium 1-3)
 
 
 
1. Anatomi mata
 
 
2. Konjungtivitis
  Alergi Bakteri Virus

Definisi Konjungtivitis alergi adalah peradangan Konjungtivitis akut dapat Konjungtivitis virus adalah
konjungtiva akut, intermiten, atau kronis yang disebabkan oleh banyak infeksi konjungtiva akut yang
biasanya disebabkan oleh alergen di udara. bakteri. Gejalanya adalah sangat menular yang
Gejalanya termasuk gatal, lakrimasi, keputihan, hiperemia, lakrimasi, iritasi, biasanya disebabkan oleh
dan hiperemia konjungtiva. Diagnosis bersifat dan discharge. Diagnosis adenovirus. Gejalanya
klinis. Pengobatannya adalah dengan antihistamin bersifat klinis. termasuk iritasi, fotofobia,
topikal dan stabilisator sel mast. Pengobatannya adalah dan keluarnya air putih.
dengan antibiotik topikal, Diagnosis bersifat klinis;
ditambah dengan antibiotik Kadang-kadang kultur virus
sistemik dalam kasus yang atau pengujian
lebih serius. imunodiagnostik
  diindikasikan. Infeksi terbatas
Sebagian besar konjungtivitis pada diri sendiri, tetapi kasus
bakteri akut; konjungtivitis yang parah kadang-kadang
bakteri kronis dapat memerlukan kortikosteroid
disebabkan oleh Klamidia topikal.
dan jarang Moraxella.
Konjungtivitis klamidia
termasuk trachoma dan
konjungtivitis inklusi dewasa
atau konjungtivitis inklusi
neonatal.

etiopato Konjungtivitis alergi disebabkan oleh Konjungtivitis bakteri Konjungtivitis dapat


hipersensitivitas tipe I. reaksi terhadap antigen biasanya disebabkan oleh menyertai flu biasa dan
tertentu. Staphylococcus aureus, infeksi virus sistemik lainnya
  Streptococcus pneumoniae, (terutama campak, tetapi
Konjungtivitis alergi musiman (konjungtivitis spesies Haemophilus, juga cacar air, rubella, dan
demam) disebabkan oleh spora jamur di udara Moraxella catarrhalis atau, gondong). Konjungtivitis virus
atau serbuk sari pohon, rumput, atau gulma. Ini lebih jarang, Chlamydia lokal tanpa manifestasi
cenderung memuncak selama musim semi, akhir trachomatis. Neisseria sistemik biasanya dihasilkan
musim panas, atau awal musim gugur dan gonorrhoeae menyebabkan dari adenovirus (hingga 90%
menghilang selama bulan-bulan musim dingin - konjungtivitis gonokokal, konjungtivitis virus) dan
sesuai dengan siklus hidup tanaman penyebab. yang biasanya dihasilkan dari kadang-kadang enterovirus
  kontak seksual dengan atau virus herpes simpleks
Konjungtivitis alergi abadi (konjungtivitis atopik, seseorang yang memiliki (1,3 hingga 4,8%
keratokonjungtivitis atopik) disebabkan oleh infeksi genital. konjungtivitis virus).
tungau debu, bulu binatang, dan alergen    
nonseasonal lainnya. Alergen ini, terutama yang Ophthalmia neonatorum Keratokonjungtivitis epidemi
ada di rumah, cenderung menyebabkan gejala (konjungtivitis neonatal) hasil biasanya dihasilkan dari
sepanjang tahun. dari infeksi gonokokal serotipe adenovirus Ad 5, 8,
  dan/atau klamidia ibu. 11, 13, 19, dan 37 dan
Keratokonjungtivitis vernal adalah jenis Konjungtivitis neonatal cenderung menyebabkan
konjungtivitis yang lebih parah yang kemungkinan terjadi pada 20 hingga 40% konjungtivitis berat.
besar berasal dari alergi. Ini paling umum di neonatus yang dikirim Adenovirus juga dapat
antara pria berusia 5 hingga 20 tahun yang juga melalui jalan lahir yang diidentifikasi dengan
memiliki eksim, asma, atau alergi musiman. terinfeksi. genotipe. Genotipe HAdV-D
Keratokonjungtivitis vernal biasanya muncul dikaitkan dengan
kembali setiap musim semi dan mereda di musim konjungtivitis dan HAdV-D53
gugur dan musim dingin. Banyak anak yang dan HADV-D54 telah
tumbuh lebih besar dari kondisi ini pada awal dikaitkan dengan epidemi
masa dewasa. keratokonjungtivitis. Demam
faringgokonjungtiva biasanya
diakibatkan oleh serotipe Ad
3, 4, dan 7. Wabah
konjungtivitis hemoragik
akut, konjungtivitis langka
yang terkait dengan infeksi
oleh enterovirus tipe 70,
telah terjadi di Afrika dan
Asia. Virus Ebola dan infeksi
SARS-CoV- 2 (yang terkait
dengan demam berdarah
Ebola dan COVID-19 yang
sangat menular dan
berpotensi fatal, masing-
masing) dapat bermanifestasi
dengan hiperemia
konjungtiva bilateral, robek,
dan gejala sistemik.
Perhatian dan alat pelindung
diri yang tepat harus
digunakan ketika memeriksa
pasien dengan konjungtivitis,
gejala sistemik, dan
perjalanan dari daerah
berisiko tinggi.

Manifestasi Umum Gejala biasanya unilateral Setelah masa inkubasi sekitar


klinis   tetapi sering menyebar ke 5 hingga 12 hari, hiperemia
Pasien dengan konjungtivitis alergi melaporkan mata yang berlawanan dalam konjungtiva, keluarnya air
memiliki : beberapa hari. Discharge putih, dan iritasi mata
  biasanya purulen. biasanya dimulai di satu mata
 Gatal okular ringan hingga intens   dan menyebar dengan cepat
bilateral Konjungtiva bulbar dan tarsal ke mata lainnya. Folikel
 Fotosensitifitas hiperemia sangat hiperemik dan dapat hadir pada konjungtiva
konjungtiva (fotofobia pada kasus yang edematosa. Perdarahan palpebra. Kelenjar getah
parah) subkonjungtiva petechial, bening preauricular sering
 Edema kelopak mata kemosis, fotofobia, dan membesar dan menyakitkan.
 Debit berair atau berserabut pembesaran kelenjar getah Banyak pasien telah
  bening preauricular biasanya melakukan kontak dengan
Rinitis bersamaan sering terjadi. Banyak pasien tidak ada. Edema kelopak seseorang dengan
memiliki penyakit atopik lainnya, seperti eksim, mata seringkali moderat. konjungtivitis, infeksi
rinitis alergi, atau asma.   pernapasan atas baru-baru
  Dengan konjungtivitis ini, atau keduanya.
Temuan secara khas termasuk edema konjungtiva gonokokal dewasa, gejala  
dan hiperemia dan keputihan. Konjungtiva bulbar berkembang 12 hingga 48 Pada konjungtivitis
mungkin tampak tembus cahaya, kebiruan, dan jam setelah paparan. Edema adenoviral yang parah,
menebal. Kemosis dan dermatoblepharitis yang kelopak mata yang parah, pasien mungkin memiliki
khas dengan hiperemia, edema dan lichenifikasi kemosis, dan eksudat fotofobia dan sensasi benda
medial atas pertama dan kemudian kelopak mata purulen yang banyak adalah asing karena keterlibatan
bawah, adalah umum. Gatal kronis dapat tipikal. Komplikasi yang kornea. Kemosis mungkin
menyebabkan menggosok kelopak mata kronis, jarang terjadi termasuk ada.
hiperpigmentasi periokular, dan ulserasi kornea, abses,  
dermatoblepharitis. perforasi, panophthalmitis, Pseudomembran fibrin dan
  dan kebutaan. sel-sel inflamasi pada
Konjungtivitis musiman dan abadi   konjungtiva tarsal,
  Ophthalmia neonatorum peradangan kornea fokal,
Pada orang dengan konjungtivitis musiman dan yang disebabkan oleh infeksi atau keduanya dapat
abadi, papila halus pada konjungtiva tarsal atas gonokokal muncul 2 hingga 5 mengaburkan penglihatan.
memberikan penampilan beludru. Dalam bentuk hari setelah melahirkan. Bahkan setelah konjungtivitis
yang lebih parah, papila konjungtiva tarsal yang Dengan ophthalmia teratasi, sisa kekeruhan
lebih besar, jaringan parut konjungtiva, neonatorum yang subepitel kornea (banyak,
neovaskularisasi kornea, dan jaringan parut disebabkan oleh infeksi berbentuk koin, berdiameter
kornea dengan hilangnya ketajaman visual yang klamidia, gejala muncul 0,5 hingga 1,0 mm) dapat
bervariasi dapat terjadi. dalam 5 hingga 14 hari. terlihat dengan lampu celah
  Gejala keduanya adalah hingga 2 tahun. Kekeruhan
Keratokonjungtivitis vernal konjungtivitis papiler kornea kadang-kadang
  bilateral dan intens dengan mengakibatkan penurunan
Biasanya, konjungtiva palpebra kelopak mata atas edema kelopak mata, penglihatan dan lingkaran
terlibat, tetapi konjungtiva bulbar kadang-kadang kemosis, dan keluarnya cahaya dan ledakan bintang
terpengaruh. Dalam bentuk palpebral, papila mukopurulen. yang signifikan.
cobblestone persegi, keras, pipih, padat, merah
muda pucat hingga keabu-abuan hadir di
konjungtiva tarsal atas. Konjungtiva bulbar yang
tidak terlibat berwarna putih susu. Dalam bentuk
bulbar (limbal), konjungtiva circumcorneal
menjadi hipertrofi dan keabu-abuan. Keputihan
mungkin ulet dan mukoid, mengandung banyak
eosinofil.
 
Pada 3 hingga 11% pasien, ulkus kornea
berkembang, menyebabkan rasa sakit dan
peningkatan fotofobia. Perubahan kornea lainnya
(misalnya, plak pusat) dan endapan limbal putih
eosinofil (titik-titik Horner-Trantas) dapat terlihat.
 
 

Diagnosis Diagnosis konjungtivitis dan diferensiasi antara • Evaluasi klinis • Evaluasi klinis
konjungtivitis bakteri, virus, dan tidak menular • Terkadang kultur apusan  
(lihat tabel Fitur Pembeda pada Konjungtivitis konjungtiva atau kerokan Diagnosis konjungtivitis dan
Akut) biasanya klinis. Pada konjungtivitis alergi,   diferensiasi antara
eosinofil hadir dalam kerokan konjungtiva, yang Diagnosis konjungtivitis dan konjungtivitis bakteri, virus,
dapat diambil dari konjungtiva tarsal bawah atau diferensiasi antara dan noninfectious (lihat tabel
atas; Namun, pengujian semacam itu jarang konjungtivitis bakteri, virus, Differentiating Features in
diindikasikan. dan tidak menular (lihat tabel Acute Conjunctivitis)
Fitur Pembeda pada biasanya klinis; kultur
Konjungtivitis Akut) biasanya jaringan khusus diperlukan
klinis. Apusan dan kultur untuk pertumbuhan virus
bakteri harus dilakukan pada tetapi jarang diindikasikan.
pasien dengan gejala parah, Tes amplifikasi asam nukleat
immunocompromise, terapi (NAAT) dan tes
awal yang tidak efektif, atau imunodiagnostik cepat
mata yang rentan (misalnya, berbasis kantor lainnya,
setelah transplantasi kornea, dapat berguna terutama
pada exophthalmos karena ketika peradangan parah dan
penyakit Graves). Apusan diagnosis lain (misalnya,
dan kerokan konjungtiva selulitis orbital) harus
harus diperiksa secara dikesampingkan. Fitur yang
mikroskopis dan diwarnai dapat membantu
dengan noda Gram untuk membedakan antara
mengidentifikasi bakteri dan konjungtivitis virus dan
diwarnai dengan noda bakteri dapat mencakup
Giemsa untuk purulen keluarnya mata
mengidentifikasi karakteristik uang, adanya limfadenopati
badan inklusi sitoplasma preauricular, dan, pada
basofilik sel epitel dari epidemi keratoconjunctivitis,
konjungtivitis klamidia (lihat chemosis. Pasien dengan
Konjungtivitis Inklusi fotofobia diwarnai dengan
Dewasa). fluorescein dan diperiksa
dengan lampu celah.
Keratokonjungtivitis epidemi
dapat menyebabkan
pewarnaan kornea punctate.
Infeksi bakteri sekunder
konjungtivitis virus sangat
jarang. Namun, jika ada
tanda-tanda yang
menunjukkan konjungtivitis
bakteri (misalnya, keluarnya
cairan bernanah), kultur atau
penelitian lain mungkin
berguna.

Tatalaksana  Tindakan simtomatik Antibiotik (topikal untuk • Tindakan yang mendukung


 Antihistamin topikal, obat semua penyebab kecuali  
antiinflamasi nonsteroid, gonokokal dan klamidia) Konjungtivitis virus sangat
penstabil sel mast, atau   menular, dan tindakan
kombinasi Konjungtivitis bakteri sangat pencegahan penularan harus
 Kortikosteroid topikal menular, dan langkah- diikuti.
atau siklosporin untuk kasus langkah pengendalian infeksi  
bandel standar harus diikuti. Untuk menghindari
 Terkadang, antihistamin   penularan infeksi, dokter
oral Untuk menghindari harus :
  penularan infeksi, dokter  
Menghindari alergen yang diketahui dan harus: • Use hand sanitizer or wash
penggunaan kompres dingin dan   their hands properly (fully
suplemen air mata dapat mengurangi  Gunakan lather hands, scrub hands for
gejala konjungtivitis alergi; Desensitisasi hand sanitizer atau at least 20 seconds, rinse
antigen kadang-kadang membantu. cuci tangan dengan well, and turn off the water
Antihistamin topikal yang dijual bebas benar (bersihkan using a paper towel)
(misalnya, ketotifen) berguna untuk tangan, gosok tangan  
kasus-kasus ringan. Jika obat ini tidak minimal 20 detik,  Peralatan
mencukupi, resep topikal antihistamin bilas dengan baik, disinfektan setelah
(misalnya, olopatadine, bepotastine, dan matikan air memeriksa pasien
azelastine, cetirizine), penstabil sel mast menggunakan  
(misalnya, nedocromil, cromolyn), atau handuk kertas) Pasien harus melakukan hal
obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya,  Peralatan berikut:
ketorolac) dapat digunakan secara desinfektan setelah  
terpisah atau dalam kombinasi. memeriksa pasien  Gunakan
Kortikosteroid topikal (misalnya,   pembersih tangan
loteprednol, fluorometholone 0,1%, Pasien harus melakukan hal dan/atau cuci tangan
prednisolon asetat 0,12% hingga 1% tetes berikut: secara menyeluruh
3 kali sehari) dapat berguna dalam kasus   setelah menyentuh
bandel atau ketika menghilangkan gejala  Gunakan mata atau sekresi
dengan cepat adalah penting. Karena pembersih tangan hidung
kortikosteroid topikal dapat dan/atau cuci tangan  Hindari
menyebabkan flare-up infeksi virus herpes secara menyeluruh menyentuh mata
simpleks okular laten, mungkin setelah menyentuh yang tidak terinfeksi
menyebabkan ulserasi kornea dan mata atau sekresi setelah menyentuh
perforasi dan, dengan penggunaan jangka hidung mata yang terinfeksi
panjang, untuk glaukoma dan mungkin  Hindari  Hindari
katarak, penggunaannya harus dimulai menyentuh mata berbagi handuk atau
dan dipantau oleh dokter mata. Tetes yang tidak terinfeksi bantal
siklosporin topikal dapat membantu. setelah menyentuh  Hindari
Salep kortikosteroid atau tacrolimus yang mata yang terinfeksi berenang di kolam
dioleskan ke kulit sangat efektif dalam  Hindari renang
pengobatan dermatitis atopik kelopak berbagi handuk atau  
mata. Antihistamin oral (misalnya, bantal Mata harus dijaga agar bebas
fexofenadine, cetirizine, atau  Hindari dari kotoran dan tidak boleh
hydroxyzine) dapat membantu, terutama berenang di kolam ditambal. Anak-anak kecil
ketika pasien mengalami gejala alergi renang dengan konjungtivitis harus
lainnya (misalnya, rhinorrhea).   dijauhkan dari sekolah untuk
  Jika tidak dicurigai infeksi menghindari penyebaran
Konjungtivitis alergi musiman cenderung gonokokal maupun klamidia, infeksi.
tidak memerlukan banyak obat atau sebagian besar dokter  
kortikosteroid topikal intermiten. mengobati secara dugaan Konjungtivitis virus
  dengan moxifloxacin 0,5% membatasi diri, berlangsung
  tetes 3 kali sehari selama 7 1 minggu dalam kasus ringan
hingga 10 hari atau hingga 3 minggu pada kasus
fluoroquinolone atau yang parah. Ini hanya
trimethoprim / polymyxin B 4 membutuhkan kompres
kali sehari. Respons klinis dingin untuk menghilangkan
yang buruk setelah 2 atau 3 gejala. Namun, pasien yang
hari menunjukkan bahwa memiliki fotofobia parah
penyebabnya adalah bakteri atau yang penglihatannya
resisten, virus, atau alergi. terpengaruh dapat
Studi budaya dan kepekaan memperoleh manfaat dari
kemudian harus dilakukan kortikosteroid topikal
(jika tidak dilakukan (misalnya, 1% prednisolon
sebelumnya); hasil langsung asetat 4 kali sehari).
perawatan selanjutnya. Kortikosteroid, jika
  diresepkan, biasanya
Karena resistensi antimikroba diresepkan oleh dokter mata.
dan karena infeksi genital Herpes simpleks keratitis
klamidia sering hadir pada harus dikesampingkan
pasien dengan gonore, terlebih dahulu (dengan
konjungtivitis gonokokal pewarnaan fluorescein dan
dewasa memerlukan terapi pemeriksaan celah-lampu)
ganda dengan dosis tunggal karena kortikosteroid dapat
ceftriaxone 1 g IM ditambah memperburuknya.
azitromisin 1 g secara oral Siklosporin topikal Tetes
sekali (dengan alergi mata secara keseluruhan
azitromisin atau untuk kurang efektif tetapi sangat
mengobati infeksi klamidia membantu jika penggunaan
yang diharapkan tetes kortikosteroid dibatasi
menggunakan doksisiklin 100 oleh efek samping.
mg secara oral dua kali sehari  
selama 7 hari).
Fluoroquinolon tidak lagi
direkomendasikan karena
resistensi sekarang tersebar
luas. Bacitracin 500 U/g atau
gentamisin 0,3% salep mata
yang ditanamkan ke mata
yang terkena setiap 2 jam
dapat digunakan selain
pengobatan sistemik.
Pasangan seks juga harus
dirawat. Pasien perlu
dievaluasi untuk infeksi
menular seksual lainnya dan
otoritas kesehatan
masyarakat setempat
(setidaknya di AS) perlu
diberi tahu.
 
Ophthalmia neonatorum
dicegah dengan penggunaan
rutin tetes mata perak nitrat
(tidak tersedia di AS) atau
salep eritromisin saat lahir.
Infeksi yang berkembang
meskipun perawatan ini
memerlukan perawatan
sistemik. Untuk infeksi
gonokokal, ceftriaxone 25
hingga 50 mg/kg IV atau IM
(tidak melebihi 125 mg)
diberikan sebagai dosis
tunggal. Infeksi klamidia
diobati dengan eritromisin
12,5 mg/kg oral atau IV 4 kali
sehari selama 14 hari. Orang
tua juga harus dirawat.
Allergic Conjunctivitis

Foto ini menunjukkan edema periorbital bilateral, dengan dermatoblepharitis ringan sebagian
besar kelopak mata atas dan bawah medial dan eritema konjungtiva, pada pasien dengan
konjungtivitis alergi. Gatal dan keluarnya cairan juga mungkin ada.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Vernal Conjunctivitis
 

Foto ini menunjukkan konjungtivitis vernal, suatu bentuk konjungtivitis alergi di mana papila
(panah) yang keras, rata, padat, berwarna merah muda pucat hingga keabu-abuan berkembang
di konjungtiva tarsal atas.
 
© Springer Science+Business Media
 
Bacterial Conjunctivitis

Foto ini menunjukkan eritema periorbital dan edema dan keluarnya cairan bernanah (terlihat
pada bulu mata temporal) pada pasien dengan konjungtivitis bakteri. Gatal biasanya bukan fitur.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Ophthalmia Neonatorum
Gambar ini menunjukkan ophthalmia gonokokal. Gejala dan tanda-tanda edema kelopak mata,
kemosis, dan keluarnya cairan bernanah berkembang 2 hingga 5 hari setelah melahirkan.
 
DR M.A. ANSARY/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Viral Conjunctivitis

 
Foto ini menunjukkan eritema konjungtiva bilateral (lebih banyak di mata kiri) pada pasien
dengan konjungtivitis virus. Debit juga mungkin ada, biasanya jelas. Gatal biasanya bukan fitur.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
 
 

Page 2
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
Allergic Conjunctivitis
Foto ini menunjukkan edema periorbital bilateral, dengan dermatoblepharitis ringan sebagian besar
kelopak mata atas dan bawah medial dan eritema konjungtiva, pada pasien dengan konjungtivitis alergi.
Gatal dan keluarnya cairan juga mungkin ada.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Vernal Conjunctivitis
 

Foto ini menunjukkan konjungtivitis vernal, suatu bentuk konjungtivitis alergi di mana papila (panah)
yang keras, rata, padat, berwarna merah muda pucat hingga keabu-abuan berkembang di konjungtiva
tarsal atas.
 
© Springer Science+Business Media
 
Bacterial Conjunctivitis
Foto ini menunjukkan eritema periorbital dan edema dan keluarnya cairan bernanah (terlihat pada bulu
mata temporal) pada pasien dengan konjungtivitis bakteri. Gatal biasanya bukan fitur.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Ophthalmia Neonatorum

Gambar ini menunjukkan ophthalmia gonokokal. Gejala dan tanda-tanda edema kelopak mata, kemosis,
dan keluarnya cairan bernanah berkembang 2 hingga 5 hari setelah melahirkan.
 
DR M.A. ANSARY/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Viral Conjunctivitis

 
Foto ini menunjukkan eritema konjungtiva bilateral (lebih banyak di mata kiri) pada pasien dengan
konjungtivitis virus. Debit juga mungkin ada, biasanya jelas. Gatal biasanya bukan fitur.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
 
 
 
etiologi Discharge/Cell Type Eyelid Edema Node Itching
Involvement (gatal)

bakteri Purulent/polymorphonuclear Moderate Usually none None


leukocytes

virus Clear/mononuclear cells Minimal Often present None

alergi Clear, mucoid, ropy/eosinophils Moderate to None Mild to


severe intense
 
  Virus Bakteri Bakteri Fungus & Alergi
(purulen) (non- Parasit
purulen)

Sekret Sedikit Banyak Sedikit Sedikit Sedikit

Air mata Banyak Sedang Sedang Sedikit Sedang

Gatal Sedikit Sedikit - - Hebat

Injeksi Umum Umum Lokal Lokal Umum

Nodul preaurikula sering Jarang sering sering -

Pewarnaan Usapan Monosit Bakteri Bakteri Biasanya Eosinofil


limfosit PMN PMN negativ

Sakit tenggorokan dan panas yang Kadang Kadang - - -


menyertai
Ilmu penyakit mata, ed 5. FK-UI
 
  Injeksi konjungtiva Injeksi siliar/ Injeksi episkleral
perikorneal

Asal a.konjungtiva posterior a.siliar a.siliar longus

Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen Intraokular


anterior

Lokalisasi Konjungtiva Dasar Konjungtiva Episklera

Warna Merah Ungu Merah gelap

Arah aliran/lebar Ke perifer (limbus) Ke sentral (kornea) Ke sentral (kornea)

Konjungtiva digerakkan Ikut bergerak Tidak bergerak Tidak ikut bergerak

Dengan epinefrin 1 : 1000 Menciut Tidak menciut Tidak menciut


Penyakit Konjungtiva Kornea, Iris, glaukoma Glaukoma
endoftalmitis
panoftalmitis

Sekret + - -

Penglihatan Normal Menurun Sangat turun


 
 
 
 
 
 

Page 3
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, manifestasi klinis, diagnosis, dan tatalaksana
blepharitis, skleritis, episkleritis, dan pterygium (stadium 1-3)
 
Blepharitis
 
By James Garrity, MD, Mayo Clinic College of Medicine and Science
 
Last full review/revision May 2022) Content last modified Sep 2022
 
definisi
 
Blepharitis adalah peradangan pada tepi kelopak mata yang mungkin akut atau kronis. Gejala dan tanda
termasuk gatal dan terbakar pada tepi kelopak mata dengan kemerahan dan edema. Diagnosis adalah
dengan riwayat dan pemeriksaan. Blepharitis ulseratif akut biasanya diobati dengan antibiotik topikal
atau antivirus sistemik. Blepharitis nonulcerative akut kadang-kadang diobati dengan kortikosteroid
topikal. Penyakit kronis diobati dengan suplemen air mata, kompres hangat, dan kadang-kadang
antibiotik oral (misalnya, tetrasiklin atau azitromisin) untuk disfungsi kelenjar meibomian atau dengan
kebersihan kelopak mata dan suplemen air mata untuk blepharitis seboroik.
 
Etiology
 
Blepharitis mungkin akut (ulseratif atau nonulcerative) atau kronis (disfungsi kelenjar meibomian,
blepharitis seboroik).
 
Acute blepharitis
 
Blepharitis ulseratif akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (biasanya stafilokokus) pada margin
kelopak mata pada asal-usul bulu mata; Folikel bulu mata dan kelenjar meibomian juga terlibat.
Mungkin juga karena virus (misalnya, herpes simpleks, varicella zoster). Infeksi bakteri biasanya memiliki
lebih banyak pengerasan daripada jenis virus, yang biasanya memiliki lebih banyak cairan serosa yang
jelas.
 
Blepharitis nonulcerative akut biasanya disebabkan oleh reaksi alergi yang melibatkan area yang sama,
misalnya, blepharodermatitis atopik dan blepharoconjunctivitis alergi musiman, yang menyebabkan
 
 Gatal dan peradangan yang intens (biasanya di sepanjang tepi kedua kelopak mata);
 Menggosok (respons terhadap gatal yang dapat meningkatkan gatal konjungtiva dan
memperburuk dermatitis atopik [eksim] kelopak mata); atau
 Sensitivitas kontak (dermatoblepharoconjunctivitis)
 
Chronic blepharitis
 
Blepharitis kronis adalah peradangan tidak menular yang tidak diketahui penyebabnya. Kelenjar
meibomian di kelopak mata menghasilkan lipid (meibum) yang mengurangi penguapan air mata dengan
membentuk lapisan lipid di atas lapisan air mata berair. Dalam disfungsi kelenjar meibomian, komposisi
lipid tidak normal, dan saluran kelenjar dan lubang menjadi terinspisasi dengan sumbat lilin yang keras.
Banyak pasien menderita rosacea dan hordeola atau chalazia berulang.
 
Banyak pasien dengan blepharitis seboroik memiliki dermatitis seboroik pada wajah dan kulit kepala
atau jerawat rosacea. Kolonisasi bakteri sekunder sering terjadi pada sisik yang berkembang pada tepi
kelopak mata. Kelenjar Meibomian bisa terhalang.
 
Sebagian besar pasien dengan disfungsi kelenjar meibomian atau blepharitis seboroik telah
meningkatkan penguapan air mata dan keratokonjungtivitis sekunder sicca, juga dikenal sebagai mata
kering.
 
Manifestasi Klinis
 
Gejala yang umum untuk semua bentuk blepharitis termasuk gatal dan terbakar pada tepi kelopak mata
dan iritasi konjungtiva dengan lakrimasi, fotosensitifitas, dan sensasi benda asing. Gejala cenderung
lebih buruk di pagi hari daripada keratoconjunctivitis sicca, yang cenderung lebih buruk menjelang akhir
hari.
 
Acute blepharitis
 
Pada blepharitis ulseratif akut, pustula kecil dapat berkembang di folikel bulu mata dan akhirnya terurai
membentuk borok marginal yang dangkal. Kerak yang melekat kuat meninggalkan permukaan yang
berdarah saat dihilangkan. Selama tidur, kelopak mata dapat direkatkan bersama oleh sekresi kering.
Blepharitis ulseratif berulang dapat menyebabkan bekas luka kelopak mata dan kehilangan atau
penyesatan (trichiasis) bulu mata.
 
Pada blepharitis non-ulseratif akut, tepi kelopak mata menjadi edematosa dan eritematosa; Bulu mata
dapat menjadi berkerak dengan cairan serosa kering.
 
Chronic blepharitis
 
Dalam disfungsi kelenjar meibomian, pemeriksaan mengungkapkan lubang kelenjar yang melebar dan
terinspisasi yang, ketika ditekan, memancarkan sekresi lilin, tebal, kekuningan. Pada blepharitis
seboroik, sisik berminyak dan mudah dilepas berkembang pada tepi kelopak mata. Sebagian besar
pasien dengan blepharitis seboroik dan disfungsi kelenjar meibomian memiliki gejala
keratoconjunctivitis sicca, seperti sensasi benda asing, ketabahan, ketegangan mata dan kelelahan, dan
kabur dengan upaya visual yang berkepanjangan.
 
Blepharitis kronis juga dapat terjadi pada pasien dengan karsinoma kelopak mata (terutama jika
blepharitis unilateral dan ada kehilangan bulu mata) atau kondisi yang dimediasi kekebalan tubuh
seperti pemfigus okular cicatricial.
 
Diagnosi
 
• Pemeriksaan celah-lampu
 
Diagnosis biasanya dengan pemeriksaan celah-lampu. Blepharitis kronis yang tidak menanggapi
pengobatan mungkin memerlukan biopsi untuk mengecualikan tumor kelopak mata atau kondisi yang
dimediasi kekebalan tubuh yang dapat mensimulasikan kondisi tersebut.
 
Prognosis
 
Blepharitis akut paling sering merespons pengobatan tetapi dapat kambuh, berkembang menjadi
blepharitis kronis, atau keduanya. Blepharitis kronis bersifat indolent, berulang, dan resisten terhadap
pengobatan. Eksaserbasi tidak nyaman, tidak nyaman, dan tidak menarik secara kosmetik tetapi
biasanya tidak mengakibatkan jaringan parut kornea atau kehilangan penglihatan.
 
Tatalaksana
 
 Antimikroba untuk blepharitis ulseratif akut; kompres hangat dan kadang-kadang kortikosteroid
topikal untuk blepharitis nonulcerative akut
 Untuk blepharitis kronis, pengobatan keratoconjunctivitis sicca, kompres hangat, pembersihan
kelopak mata, dan kadang-kadang antibiotik topikal atau sistemik seperti yang ditunjukkan
secara klinis
 
Acute blepharitis
 
Blepharitis ulseratif akut diobati dengan salep antibiotik (misalnya, bacitracin/polymyxin B, eritromisin,
atau gentamisin 0,3% 4 kali sehari selama 7 hingga 10 hari). Blepharitis ulseratif virus akut diobati
dengan antivirus sistemik (misalnya, untuk herpes simpleks, asiklovir 400 mg secara oral 3 kali sehari
selama 7 hari; untuk varicella zoster, famciclovir 500 mg secara oral 3 kali sehari atau valacyclovir 1 g
secara oral 3 kali sehari selama 7 hari).
 
Pengobatan blepharitis nonulcerative akut dimulai dengan menghindari tindakan menyinggung
(misalnya, menggosok) atau zat (misalnya, tetes mata baru). Kompres hangat di atas kelopak mata yang
tertutup dapat meredakan gejala dan mempercepat resolusi. Jika pembengkakan berlanjut > 24 jam,
kortikosteroid topikal (misalnya, salep mata fluorometholone 0,1% 3 kali sehari selama 7 hari) dapat
digunakan.
 
Chronic blepharitis
 
Pengobatan awal untuk disfungsi kelenjar meibomian dan blepharitis seboroik diarahkan pada
keratokonjungtivitis sicca sekunder. Suplemen air mata di siang hari, salep hambar di malam hari, dan,
jika perlu, sumbat punktal (sisipan yang menghalangi puncta dan dengan demikian mengurangi drainase
air mata) efektif pada sebagian besar pasien.
 
Jika diperlukan, perawatan tambahan untuk disfungsi kelenjar meibomian termasuk kompres hangat
untuk melelehkan sumbat lilin dan kadang-kadang pijat kelopak mata untuk mengeluarkan sekresi yang
terperangkap dan melapisi permukaan mata.
 
Jika diperlukan, perawatan tambahan untuk blepharitis seboroik termasuk pembersihan lembut tepi
kelopak mata (lulur tutup) dua kali sehari dengan kapas yang dicelupkan ke dalam larutan encer sampo
bayi (2 hingga 3 tetes dalam 1/2 cangkir air hangat) atau dengan tisu dan pencucian yang tersedia secara
komersial yang mengandung bahan-bahan seperti pembersih kelopak mata yang lembut, pohon teh dan
minyak kelapa, atau asam hipoklorit 0,01%. Salep antibiotik topikal (eritromisin, bacitracin/polymyxin B
atau tetes seperti azitromisin 1,0% atau 1,5% atau sulfacetamide 10% dua kali sehari hingga 3 bulan)
dapat ditambahkan untuk mengurangi jumlah bakteri pada margin kelopak mata ketika kasus tidak
responsif terhadap kebersihan kelopak mata selama berminggu-minggu.
 
Dalam beberapa kasus, azitromisin oral 500 mg per hari selama 3 hari dalam tiga siklus dengan interval 7
hari atau tetrasiklin (misalnya, doksisiklin 100 mg secara oral dua kali sehari meruncing selama 3 hingga
4 bulan) juga dapat efektif karena mengubah komposisi sekresi kelenjar meibomian atau mengubah
komposisi bakteri kulit.
 
 
 
Acute Blepharitis

 
Pada pasien ini, tepi kelopak mata telah menjadi edematosa dan eritematosa, dan bulu mata berkerak
dengan cairan serosa kering.
 
WESTERN OPHTHALMIC HOSPITAL/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Chronic Blepharitis

 
Pasien ini memiliki blepharitis kronis (peradangan dengan edema ringan dan eritema) kelopak mata,
dalam hal ini karena dermatitis atopik (eksim). Perhatikan inversi kelopak mata bawah (entropion), yang
menyembunyikan bulu mata itu dari pandangan.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
 
scleritis
By Melvin I. Roat, MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University
 
Last full review/revision Apr 2021/ Content last modified Sep 2022
 
Definisi
 
Skleritis adalah peradangan parah, destruktif, mengancam penglihatan yang melibatkan episklera dan
sklera dalam. Gejalanya adalah nyeri sedang hingga nyata, hiperemia dunia, lakrimasi, dan fotofobia.
Diagnosis bersifat klinis. Pengobatannya adalah dengan kortikosteroid sistemik dan mungkin
imunosupresan.
 
Skleritis paling sering terjadi pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun, dan banyak yang memiliki
penyakit jaringan ikat, seperti rheumatoid arthritis, lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
granulomatosis dengan poliangiitis (sebelumnya disebut granulomatosis Wegener), atau polikondritis
kambuh. Beberapa kasus berasal dari infeksius. Sekitar setengah dari kasus skleritis tidak diketahui
penyebabnya. Skleritis paling sering melibatkan segmen anterior dan terjadi pada 3 jenis-difus, nodular,
dan nekrotikan.
 
Manifestasi klinis
 
Skleritis menyebabkan rasa sakit (sering ditandai sebagai rasa sakit yang dalam dan membosankan)
cukup parah untuk mengganggu tidur dan nafsu makan. Fotofobia dan lakrimasi dapat terjadi. Bercak
hiperemik berkembang jauh di bawah konjungtiva bulbar dan lebih violaceous daripada episkleritis atau
konjungtivitis. Konjungtiva palpebral normal. Area yang terlibat mungkin fokus (biasanya satu kuadran
dunia) atau melibatkan seluruh dunia dan mungkin mengandung nodul hiperemik, edematosa,
terangkat (skleritis nodular) atau area avaskular (necrotizing scleritis). Skleritis posterior kurang umum
dan lebih kecil kemungkinannya menyebabkan mata merah tetapi lebih mungkin menyebabkan
penglihatan kabur atau menurun.
 
Dalam kasus parah skleritis nekrotikan, perforasi dunia dan hilangnya mata dapat terjadi. Penyakit
jaringan ikat terjadi pada 20% pasien dengan skleritis difus atau nodular dan pada 50% pasien dengan
skleritis nekrotikans. Necrotizing scleritis pada pasien dengan sinyal penyakit jaringan ikat yang
mendasari vaskulitis sistemik.
 
Diagnosis
 
• Evaluasi klinis
 
Diagnosis skleritis dibuat secara klinis dan dengan pemeriksaan celah-lampu. Apusan atau biopsi jarang
diperlukan untuk mengkonfirmasi skleritis infeksi. CT atau ultrasonografi mungkin diperlukan untuk
skleritis posterior.
 
Progonosis
 
Dari pasien dengan skleritis, 14% kehilangan ketajaman visual yang signifikan dalam 1 tahun, dan 30%
kehilangan ketajaman visual yang signifikan dalam 3 tahun. Pasien dengan skleritis nekrotikans dan
vaskulitis sistemik yang mendasarinya memiliki tingkat kematian hingga 50% dalam 10 tahun (sebagian
besar karena infark miokard).
 
Tatalaksana
 
• Kortikosteroid sistemik
 
Jarang, obat antiinflamasi nonsteroid cukup untuk kasus skleritis ringan. Namun, biasanya kortikosteroid
sistemik (misalnya, prednison 1 hingga 2 mg/kg oral sekali sehari selama 7 hari, kemudian meruncing
pada hari ke 10) adalah terapi awal. Jika peradangan kembali, dosis kortikosteroid oral yang lebih lama,
juga dimulai dari prednison 1 hingga 2 mg/kg oral sekali sehari atau kortikosteroid intravena berdenyut,
seperti metilprednisolon 1000 mg IV setiap hari selama 3 hari, dapat dipertimbangkan. Jika pasien tidak
responsif atau tidak toleran terhadap kortikosteroid sistemik atau memiliki skleritis nekrotikans dan
penyakit jaringan ikat, imunosupresi sistemik dengan siklofosfamid, methotrexate, mycophenolate
mofetil, atau agen biologis (misalnya, rituximab, adalimumab) diindikasikan tetapi hanya berkonsultasi
dengan ahli reumatologi. Cangkok sklera dapat diindikasikan untuk perforasi yang terancam.
 
Nodular Scleritis
Skleritis nodular ditandai dengan nodul hiperemik, menyakitkan, edematosa, dan terangkat.
 
Springer Science+Business Media
 
Scleritis (Necrotizing)

Necrotizing scleritis ditandai dengan ulserasi konjungtiva dengan nekrosis skleral. Daerah biru hingga
keabu-abuan adalah koroid, terlihat di mana telah terjadi kehilangan sklerum yang parah. Area yang
lebih kecil, putih, segitiga adalah area avaskular yang belum menipis.
 
Springer Science+Business Media
 
 
 
Episcleritis
 
By Melvin I. Roat, MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University
 
Last full review/revision Apr 2021/ Content last modified Sep 2022
 
Defnisi
 
Episkleritis adalah peradangan self-limiting, berulang, biasanya idiopatik pada jaringan episkleral yang
tidak mengancam penglihatan. Gejalanya adalah area hiperemia dunia yang terlokalisasi, iritasi, dan
lakrimasi. Diagnosis bersifat klinis. Pengobatan bersifat simtomatik.
 
Episklera adalah membran pembuluh darah tipis antara konjungtiva dan sklera.
 
Episkleritis terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi pada wanita. Biasanya idiopatik; Ini
dapat dikaitkan dengan penyakit jaringan ikat dan jarang dengan penyakit sistemik yang serius (hadir
pada sekitar 15% pasien). (Lihat juga Gambaran Umum Gangguan Konjungtiva dan Skleval.)
 
Manifestasi klinis
 
Iritasi ringan terjadi. Selain itu, bercak merah cerah hadir tepat di bawah konjungtiva bulbar (episkleritis
sederhana). Hifemik, edematosa, nodul terangkat (episkleritis nodular) juga dapat hadir. Konjungtiva
palpebral normal.
 
Episkleritis dibedakan dari konjungtivitis oleh hiperemia yang terlokalisasi ke area terbatas di dunia,
apalagi lakrimasi dan tidak ada pelepasan. Ini dibedakan dari skleritis oleh kurangnya fotofobia dan
kurangnya rasa sakit yang parah.
 
Episkleritis dibedakan dari konjungtivitis oleh hiperemia yang terlokalisasi ke area terbatas di dunia,
apalagi lakrimasi dan tidak ada pelepasan. Ini dibedakan dari skleritis oleh kurangnya fotofobia dan
kurangnya rasa sakit yang parah.
 
diagnosis
 
Kondisinya terbatas pada diri sendiri. Jika tinjauan sistem tidak menunjukkan penyebab yang
mendasarinya, maka penilaian diagnostik untuk gangguan sistemik tidak secara rutin dijamin.
 
tatalaksana
 
Kortikosteroid topikal (misalnya, prednisolon asetat, 1% turun 4 kali sehari selama 7 hari, secara
bertahap berkurang selama 3 minggu) atau obat antiinflamasi nonsteroid oral biasanya mempersingkat
serangan; Kortikosteroid biasanya diresepkan oleh dokter mata. Vasokonstriktor topikal (misalnya,
tetrahydrozoline, brimonidine tartrate 0, 025%) untuk meningkatkan penampilan adalah opsional;
Namun, penggunaan rutin dapat memperburuk eritema karena rebound.
 
 
Episcleritis

Episkleritis meniru konjungtivitis dalam penampilan tetapi menyebabkan lebih sedikit robekan dan tidak
ada debit. Hiperemia okular episkleritis hanya melibatkan segmen dunia (aspek lateral dalam contoh
ini), bukan seluruh bulbar dan konjungtiva palpebra seperti yang terjadi pada konjungtivitis.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
Pterigium
 
By Melvin I. Roat, MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University
 
Last full review/revision Apr 2021/ Content last modified Sep 2022
 
Definisi
 
Pinguecula dan pterygium adalah pertumbuhan jinak konjungtiva yang dapat diakibatkan oleh iritasi
aktinik kronis. Keduanya biasanya tampak berdekatan dengan kornea pada posisi jam 3, posisi jam 9,
atau keduanya.
 
Pinguecula adalah massa putih kekuningan yang terangkat di dalam konjungtiva bulbar, berdekatan
dengan kornea. Itu tidak cenderung tumbuh ke kornea. Namun, itu dapat menyebabkan noda kosmetik
atau iritasi jika meningkat karena peradangan, dan, meskipun jarang diperlukan, dapat dengan mudah
dihilangkan dan tidak akan kambuh.
 
Pterigium adalah pertumbuhan segitiga berdaging konjungtiva bulbar, hanya terjadi pada meridian jam
3 dan 9 dari kedua mata, biasanya tidak secara bersamaan. Pterigium dapat menyebar ke seluruh dan
mendistorsi kornea, menginduksi astigmatisme, dan mengubah kekuatan bias mata. Gejala mungkin
termasuk penurunan penglihatan dan sensasi benda asing. Ini lebih sering terjadi di daerah beriklim
cerah, panas, kering. Untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh pterygium, air mata buatan atau
pengobatan singkat dengan tetes kortikosteroid atau salep dapat diresepkan. Pertumbuhan pterygium
dapat diperlambat dengan penggunaan topi yang melindungi mata dari sinar matahari ultraviolet (UV)
dan blok UV dalam kacamata dan kacamata hitam. Penghapusan sering diindikasikan untuk
pertumbuhan yang terdokumentasi, kosmesis, untuk mengurangi iritasi, dan untuk meningkatkan atau
mempertahankan penglihatan. Antimetabolit seperti mitomycin dan 5-fluorouracil (5-FU) telah
digunakan secara efektif- intraoperatif dan pasca operasi-untuk mengurangi tingkat kekambuhan, tetapi
mereka memiliki tingkat komplikasi yang tinggi, termasuk peleburan sklera dan kornea. Injeksi
subkonjungtiva anti-VEGF (bevacizumab) di bawah pterygium mungkin berguna untuk mencegah
perkembangan dan meningkatkan hasil ketika digunakan dengan eksisi pterygium ditambah graft, dan
untuk pterygium berulang. Teknik dengan hasil terbaik untuk mencegah kekambuhan adalah operasi
pengangkatan pterigium diikuti dengan autograft konjungtiva dan mungkin dengan tetes siklosporin.
 
 
Pinguecula and pterygium
Pinguecula dan pterygium adalah pertumbuhan konjungtiva yang mungkin diakibatkan oleh iritasi
aktinik kronis. Pinguecula (kiri) adalah akumulasi jaringan konjungtiva di persimpangan hidung atau
temporal sklera dan kornea. Pterygium (kanan) adalah jaringan konjungtiva yang menjadi vaskularisasi,
menyerang kornea, dan dapat mengurangi penglihatan.
 
Pterygium

Pterigium adalah lesi konjungtiva jinak (di sini pertumbuhan keputihan / vaskular segitiga) pada sklera
yang meluas ke kornea dan dapat mempengaruhi penglihatan.
 
Paul Whitten/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Pinguecula
This photo shows a pinguecula, a raised yellowish white mass, adjacent to the cornea. It is a benign
conjunctival growth that does not affect vision. This pinguecula is inflamed, with localized dilated normal
conjunctival blood vessels highlighting its appearance.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
 
 
 

Page 4
Monday, February 20, 2023
8:16 PM
 
Blepharitis
 
Acute Blepharitis

 
Pada pasien ini, tepi kelopak mata telah menjadi edematosa dan eritematosa, dan bulu mata berkerak
dengan cairan serosa kering.
 
WESTERN OPHTHALMIC HOSPITAL/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Chronic Blepharitis

 
Pasien ini memiliki blepharitis kronis (peradangan dengan edema ringan dan eritema) kelopak mata,
dalam hal ini karena dermatitis atopik (eksim). Perhatikan inversi kelopak mata bawah (entropion), yang
menyembunyikan bulu mata itu dari pandangan.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
 
scleritis
 
Nodular Scleritis

Skleritis nodular ditandai dengan nodul hiperemik, menyakitkan, edematosa, dan terangkat.
 
Springer Science+Business Media
 
Scleritis (Necrotizing)
Necrotizing scleritis ditandai dengan ulserasi konjungtiva dengan nekrosis skleral. Daerah biru hingga
keabu-abuan adalah koroid, terlihat di mana telah terjadi kehilangan sklerum yang parah. Area yang
lebih kecil, putih, segitiga adalah area avaskular yang belum menipis.
 
Springer Science+Business Media
 
 
 
Episcleritis
 
Episcleritis

Episkleritis meniru konjungtivitis dalam penampilan tetapi menyebabkan lebih sedikit robekan dan tidak
ada debit. Hiperemia okular episkleritis hanya melibatkan segmen dunia (aspek lateral dalam contoh
ini), bukan seluruh bulbar dan konjungtiva palpebra seperti yang terjadi pada konjungtivitis.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
 
Pterigium
 
Pinguecula and pterygium
Pinguecula dan pterygium adalah pertumbuhan konjungtiva yang mungkin diakibatkan oleh iritasi
aktinik kronis. Pinguecula (kiri) adalah akumulasi jaringan konjungtiva di persimpangan hidung atau
temporal sklera dan kornea. Pterygium (kanan) adalah jaringan konjungtiva yang menjadi vaskularisasi,
menyerang kornea, dan dapat mengurangi penglihatan.
 
Pterygium

Pterigium adalah lesi konjungtiva jinak (di sini pertumbuhan keputihan / vaskular segitiga) pada sklera
yang meluas ke kornea dan dapat mempengaruhi penglihatan.
 
Paul Whitten/SCIENCE PHOTO LIBRARY
 
Pinguecula
Foto ini menunjukkan pinguecula, massa putih kekuningan yang terangkat, berdekatan dengan kornea.
Ini adalah pertumbuhan konjungtiva jinak yang tidak mempengaruhi penglihatan. Pinguecula ini
meradang, dengan pembuluh darah konjungtiva normal melebar lokal yang menonjolkan
penampilannya.
 
DR P. MARAZZI/SCIENCE PHOTO LIBRARY

Anda mungkin juga menyukai