Anda di halaman 1dari 6

MODUL 5

GANGGUAN PSIKIATRIK PADA ANAK DAN


REMAJA

Nama saya Bunda Lelah, seorang ibu rumah tangga. Hari ini saya datang ke RS Atma Husada dengan
membawa Aktip, anak saya yang masih berusia 8 tahun untuk menjalani kontrol. Sebelum ini saya
merasa tidak ada yang salah dengan Aktip, tetapi orang lain selalu mengatakan bahwa Aktip ini
hiperaktif, tidak dapat diam baik tingkah maupun bicaranya. Gurunya di sekolah juga mengatakan
bahwa Aktip lebih suka bermain daripada mengikuti aktivitas di sekolah, bahkan Aktip sering
membuat kegaduhan dan keributan. Gurunya menambahkan bahwa walaupun nilai Aktip bukan
termasuk yang paling jelek di kelas, tetapi anak ini termasuk siswa yang harus disuruh terlebih
dahulu jika harus mengerjakan tugasnya. Tahu tidak, riwayat tumbuh kembang Aktip dulunya itu:
lahir spontan cukup bulan, perkembangan normal, walaupun dulu pernah kejang saat demam tinggi
ketika berusia 3 tahun. Sebelum ini Aktip pernah menjalani tes SPPAHI dan mendapatkan skor 65.
Bunda menceritakan riwayat pengobatan saat ini masih mendapatkan terapi per oral sejak 1 tahun
terakhir, tapi bukan hanya lupa nama obatnya, minumnya pun kadangkala saja kalau ingat untuk
memberikannya.

tes SPPAHI :

• singkatan dari Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia semacam kuisioner untuk
mengetahui apakah ada kemungkinan adanya ADHD pada anak.

1. Bagaimana membedakan anak yang aktif dengan hiperaktif ?

2. Apa saja yang menyebabkan seseorang hiperaktif ?

3. Adakah hubungan riwayat kejang demam dengan gejala seperti di skenario?

4. Adakah hubungan ketidakaturan minum obat dengan gejala seperti di skenario?

5. Apa tujuan mengetahui riwayat persalinan dan tumbuh kembang anak?

6. Bagaimana pengaruh gejala awal terhdapa intelegensinya ?

7. Apa indikasi dilakukan tes SPPAHI ?

8. Apa diagnosis sementara pasien ?

9. Bagaimana tatalaksana awal yang diberikan ?

10. Apakah gejala yang dialami sekarang bisa tetap muncul hingga dewasa?
1. Bagaimana membedakan anak yang aktif dengan hiperaktif ?

• Gambaran utama GPPH adalah adanya pola menetap dari inattention dan hiperaktivitas-
impulsivitas. Inattention menggejala dalam bentuk tidak menyelesaikan tugas sesuai
seharusnya, kesulitan mempertahankan perhatian, dan tidak dapat mengatur kegiatannya
dengan baik. Hiperaktivitas mengacu pada aktivitas motorik yang berlebihan, banyak
bergerak dan berbicara.

• Pada individu dewasa, hiperaktivitas dapat berupa ketidak-tenangan yang berlebihan.


Impulsivitas mengacu pada melakukan sesuatu dengan serta merta tanpa dilandasi
pertimbangan yang matang.

• GPPH diawali saat masa anak. Prasyaratnya adalah bahwa beberapa gejala harus telah
tampak sebelum usia 12 tahun. Gejala harus terlihat pada minimal dua setting yang berbeda
(misalnya di rumah, sekolah, atau tempat kerja). Untuk pemastian adanya gejala GPPH,
dibutuhkan informasi dari orang yang melihat individu dengan GPPH ini sehari- hari, karena
gejala dapat tidak tampak pada suasana dimana individu dengan GPPH tersebut mendapat
pujian, atau dalam pengawasan, atau melakukan kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

1. Tidak Mampu Memusatkan Perhatian (inattentiveness)

Penyandang GPPH menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan anak


dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Yang teramati dapat berupa : melamun, kurang
konsentrasi, sering kehilangan barang-barang untuk mengerjakan tugas (contohnya pensil,
setip, penggaris). perhatian mudah beralih, lambat dalam menyelesaikan tugas, tidak teliti,
kalau belajar harus ditunggu, sering bengong mudah beralih dari satu kegiatan ke kegiatan
yang lain.

2. Hiperaktivitas-Impulsivitas.

Hiperaktivitas paling sering dijumpai sebagai ketidak- tenangan dan banyak bicara. Pada usia
anak terlihat tidak bisa diam lama, tangan dan kaki selalu bergerak. Yang teramati oleh
orangtua atau guru meliputi: tidak dapat duduk diam, banyak bicara, memotong
pembicaraan, gerak geriknya kasar, berlari- lari dan memanjat berlebihan, berjalan-jalan dan
banyak ngobrol dengan teman di dalam kelas.

2. Apa saja yang menyebabkan seseorang hiperaktif ?

• Sampai sekarang belum ditemukan satu penyebab utama GPPH. Banyak faktor berperan
dalam terbentuknya gangguan tersebut. Pada umumnya yang memegang peranan utama
adalah faktor genetik (bawaan), namun adanya masalah saat dalam kandungan, proses
persalinan, menderita sakit parah pada usia dini, serta polutan yang toksik yang ada di
sekeliling kita, memperbesar risiko terjadinya gangguan ini. Pola asuh yang kurang baik serta
keadaan lingkungan yang kacau, akan memperburuk kondisi GPPH.
3. Adakah hubungan riwayat kejang demam dengan gejala seperti di skenario?

• Menurut hasil, hiperaktivitas lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dengan kejang demam
sederhana dibandingkan dengan anak tanpa kejang demam sederhana, yang menunjukkan
adanya hubungan antara kejang demam sederhana dan hiperaktif pada anak laki-
laki. Namun, tidak ditemukan perbedaan bermakna prevalensi hiperaktif antara anak
perempuan dengan kejang demam sederhana dan kelompok kontrol.

• Defisit perhatian tidak menunjukkan peningkatan pada anak laki-laki dan perempuan dengan
atau tanpa kejang demam sederhana. Hiperaktif/impulsif menunjukkan peningkatan yang
lebih besar pada anak laki-laki dengan kejang demam sederhana dibandingkan dengan
kelompok kontrol, sedangkan pada anak perempuan peningkatannya tidak signifikan. Selain
itu, hasilnya menunjukkan prevalensi kejang demam sederhana yang jauh lebih tinggi di
antara anak-anak dengan riwayat pernikahan konsekuen dibandingkan dengan anak-anak
tanpa riwayat tersebut.4 ).

• Selanjutnya, pada anak-anak dengan kejang pertama, gangguan perilaku internal dan
eksternal lebih besar dibandingkan dengan anak-anak sehat atau anak-anak dengan penyakit
kronis lainnya. Fungsi neuropsikologis dan perilaku, terutama fungsi praktis memprediksi
hasil perilaku 3 tahun setelah onset kejang. Penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan
hiperaktivitas lebih besar pada anak laki-laki dengan kejang demam sederhana, yang
meningkatkan risiko hiperaktivitas/defisit perhatian pada mereka, yang sejalan dengan
penelitian di atas (5 ) . Anak-anak ini lebih rentan terhadap risiko gangguan neuropsikologis,
yang sejalan dengan penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa risiko hiperaktivitas
lebih besar pada anak laki-laki dengan kejang demam sederhana, yang sejalan dengan
penelitian yang dilakukan ( 6).

4. Adakah hubungan ketidakaturan minum obat dengan gejala seperti di skenario?

• Berhubungan, Jika tidak diberi rutin maka hasilnya tidak maksimal (gejalanya semakin tidak
terkontrol) dan juga harus dilakukan psikoterapi secara bersamaan agar hasilnya baik.
5. Apa tujuan mengetahui riwayat persalinan dan tumbuh kembang anak?

• Riwayat prenatal, persalinan, ataupun tumbuh kembang bisa membantu untuk memantau
fungsi kognitif dan eksekutif nya seseorang dan memperkirakan penyebab bila ada gangguan
ataupun kelainan yang terjadi

6. Bagaimana pengaruh gejala awal terhdapa intelegensinya ?

• Karena kurang mampu memfokuskan perhatian dalam jangka cukup lama, kurang sabar,
tidak teliti, ingin cepat. selesai dalam mengerjakan tugas, maka anak dengan GPPH sering
mengalami kesulitan akademis. Seringkali prestasi akademis yang dicapainya ada di bawah
potensi kecerdasan yang dipunyainya (underachiever).

7. Apa indikasi dilakukan tes SPPAHI ?

Penilaian SPPAHI:

Jawaban setiap butir pertanyaan diberi nilai 0-3

Nilai 0 = jawaban pada kolom 1 (tidak pernah sama sekali atau sangat jarang)

Nilai 1 = jawaban pada kolom 2 (kadang-kadang]

Nilai 2 = jawaban pada kolom 3 (sering]

Nilai 3 = jawaban pada kolom 4 (selalu atau sangat sering)

Total nilai 0-105

Cut-off Score:

Bila yang menilai Orangtua >30

Bila yang menilai Guru >29

Bila yang menilai Dokter > 22

Anak dengan skor SPPAHI lebih besar dari cut-off score dinyatakan berisiko tinggi
mengalami GPPH. Anak yang berisiko tinggi dianjurkan untuk segera dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan prosedur pemeriksaan anak dengan GPPH.

8. Apa diagnosis sementara pasien ?

Untuk diagnosis sementaranya adalah ADHD, bisa dilihat dari tes SPPAHI yang cukup
tinggi, si Aktip tidak bisa diam, sering membuat kegaduhan, sulit fokus.

9. Bagaimana tatalaksana awal yang diberikan ?

Psikoterapi perilaku

Anak

• Manajemen waktu

• Keterampilan organisasi misalnya rutinitas yang dipercaya

Keterlibatan orang tua (pelatihan orang tua perilaku) + guru (manajemen kelas perilaku)
Orang dewasa

• Mengurangi gangguan

• Keterampilan organisasi

Obat

Stimulan – peningkatan neurotransmitter (misalnya dopamin)

Sediaan stimulan yang mencakup methylphenidate atau garam amfetamin paling banyak
digunakan.

10. Apakah gejala yang dialami sekarang bisa tetap muncul hingga dewasa?

• ADHD adalah kondisi umum yang dimulai pada masa kanak-kanak tetapi sering berlanjut
hingga remaja dan dewasa. Hal ini disertai dengan gangguan akademik, pekerjaan, sosial,
dan emosional yang signifikan. Para pasien dengan ADHD sering komorbiditas dengan
kondisi lain. Komorbiditas ini termasuk menentang oposisi, perilaku, belajar, dan gangguan
kecemasan di masa kanak-kanak, dan kecemasan, depresi, dan penggunaan zat dan
penyalahgunaan pada masa remaja dan dewasa.

• Perawatan harus mencakup ADHD dan berbagai komorbiditas. Dengan demikian,


farmakoterapi dan perawatan psikososial serta program akademik yang tepat dan dukungan
diperlukan untuk hasil yang optimal. Harus ditekankan bahwa ADHD adalah kondisi kronis
yang memerlukan pemantauan dan pengobatan jangka panjang yang berkelanjutan untuk
mengoptimalkan fungsi.

Ruang kelas tradisional dan kegiatan akademik sering memperburuk gejala dan tanda pada
anak-anak dengan ADHD yang tidak diobati atau tidak diobati. Masalah penyesuaian sosial
dan emosional mungkin terus-menerus. Penerimaan yang buruk oleh teman sebaya dan
kesepian cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan dengan tampilan gejala yang
jelas. Penyalahgunaan zat dapat terjadi jika ADHD tidak diidentifikasi dan diobati secara
memadai karena banyak remaja dan orang dewasa dengan ADHD mengobati sendiri dengan
zat legal (misalnya, kafein) dan ilegal (misalnya, kokain, amfetamin).

Meskipun gejala dan tanda hiperaktif cenderung berkurang seiring bertambahnya usia,
remaja dan orang dewasa dapat menunjukkan kesulitan residual. Prediktor hasil yang buruk
pada masa remaja dan dewasa meliputi:

o Kecerdasan rendah yang hidup berdampingan

o Agresivitas
o Masalah sosial dan interpersonal

o Psikopatologi orang tua

Masalah pada masa remaja dan dewasa bermanifestasi terutama sebagai kegagalan
akademik, harga diri rendah, dan kesulitan belajar perilaku sosial yang sesuai. Remaja dan
orang dewasa yang memiliki ADHD impulsif mungkin memiliki peningkatan insiden gangguan
sifat kepribadian dan perilaku antisosial; Banyak yang terus menampilkan impulsif,
kegelisahan, dan keterampilan sosial yang buruk. Orang dengan ADHD tampaknya
menyesuaikan diri lebih baik untuk bekerja daripada situasi akademik dan rumah, terutama
jika mereka dapat menemukan pekerjaan yang tidak memerlukan perhatian intens untuk
melakukan.

Anda mungkin juga menyukai