Anda di halaman 1dari 18

Case Vignette

Seorang gadis berusia 7 tahun dibawa ke peditrician atas saran guru kelasnya. Pasien telah
kembali ke sekolah setelah 3 minggu istirahat musim panas. Menurut gurunya, pasien sangat
sulit untuk menyelesaikan tugas kelasnya sejak kembali ke sekolah. Anak itu jarang
mengganggu tapi tidak bisa menyelesaikan tugasnya.

Pasien juga dikenal selalu berbuat kesalahan dan ceroboh dalam melakukan pekerjaannya.
Meskipun pasien masih melewati kelasnya tapi nilai – nilainya menurun, dan pasien juga
tampak sering melamun di kelas.guru melaporkan bahwa diperlukan pengulangan beberapa
instruksi supaya pasien bisa menyelesaikan tugasnya.

Pasien menikmati pendidikan jasmani dan tidak baik di dalam kelas tersebut. Meskipun
orangtuanya telah memperhatikan beberapa perilaku yang sama di rumah, mereka tidak
terlalu perduli karena mereka telah menemukan cara untuk bekerja di sekitar mereka jika
mereka memantau anak dan pekerjaannya secara langsung pasien dapat menyelesaikan
pekerjaan rumahnya, tapi mereka harus terus menerus memeriksa pekerjaannya karena pasien
suka bertindak ceroboh dan suka berbuat kesalahan.

Orang tua juga melaporkan pasien tidak bersiap – siap untuk pergi sekolah di pagi hari,
kamar tidurnya selalu berantakan dan dia selalu kehilangan hal – hal sepanjang waktu. Orang
tua menggambarkan putri mereka sebagai anak bahagia yang menikmati bermain dengan
teman – temannya dan saudaranya. Mereka mencatat bahwa pasien tidak suka sekolah,
kecuali untuk kelas pendidikan jasmani.

1
Diagnosis: GPPH tipe gangguan atensi

Kriteria diagnosis:

a) Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam
mengerjakan tugas sekolah atau aktivitas lainnya.
b) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau
aktivitas bermain.
c) Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan,
atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat
mengikuti instruksi)
e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f) Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas
(misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
g) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

Diagnosi Multiaksial

AKSIS I : F.90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian.

AKSIS II : Tidak ada diagnosis aksis II

AKSIS III : Diagnosis aksis III tertunda, karena belum ada pemeriksaan fisik.

AKSIS IV : Masalah dengan “primary support group”keluarga

masalah pendidikan

AKSIS V : GAF scale 60 gejala sedang, disabilitas sedang

2
Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas
(GPPH) / Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)

PENDAHULUAN

Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah anak yang
menunjukan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih
sering. Di samping gejala di atas anak- anak dengan GPPH juga menunjukan beberapa gejala
seperti adanya ambang toleransi frustasi yang yang rendah, disorganisasi, dan perilaku
agresif. Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam
menjalankan fungsinya sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman sebayanya, keluarga
dan yang terpenting adalah mengganggu kesiapan anak untuk belajar. Semua kondisi ini
tentunya mengganggu prestasi belajar anak. Secara keseluruhan membuat penurunan kualitas
hidup anak.

Gejala-gejala GPPH ini pada umumnya telah timbul sebelum anak berusia 7 tahun.
Biasanya orang tua dari anak dengan GPPH baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat
anak mulai bersekolah formal. Keluhan yang sering di sampaikan adalah anak nakal, tidak
kenal takut, berjalan-jalan di dalam kelas, seringkali berbicara dengan kawannya pada saat
pelajaran sedang berlangsung. Pada anak yang berusia 4 tahun, kondisi ini seringkali sulit
dibedakan apakah anak menderita gangguan ini atau merupakan suatu hal yang wajar sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Namun pada anak dengan GPPH, gejala yang muncul
tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan anak lain dengan taraf
perkembangan yang sama.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi GPPH di seluruh dunia diperkirakan berkisar antara 2-9,5 % diantaranya anak
usia sekolah. Di Amerika Serikat, prevalensi GPPH berkisar antara 2-20 % dari jumlah anak-
anak usia sekolah dasar. Sedangkan penelitian di inggris menunjukan angka 0,5-1 % . dan di
Taiwan angka prevalensi kasus GPPH ini adalah 5-10 %. Berdasarkan penelitian yang

3
dilakukan oleh Tanjung dkk, pada sejumlah SD di wilayah Jakarta Pusat pada tahun 2000-
2001 didapatkan 4,2 % dari sekitar 600 anak sekolah dasar kelas1-3 mengalami GPPH.
Prevalensi GPPH dipengaruhi oleh jenis kelamin dan anak. Angka kejadian GPPH pada anak
remaja dan dewasa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar.
Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan ini
dibandingkan dengan anak perempuan, dengan rasio 3:1.

ETIOLOGI

Etiologi GPPH belum diketahui secara pasti. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik, strukur anatomi dan
neurokimiawi otak terhadap terjadinya GPPH.

Dari beberapa penelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari dari anak
dengan GPPH mempunyai risiko 5-7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan serupa jika
dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara kandung dengan GPPH.
Sedangkan orang tua yang yang menderita GPPH mempunyai kemungkinan sekitar 50 %
untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka. Jacquelyn J.Gillis dalam penelitiannya
pada anak dengan GPPH menyatakan bahwa 55-92 % anak kembar identik akan menderita
gangguan yang sama jika salah satu anak tersebut menderita GPPH.

Rappaport, dkk dari The National Institute of Mental Health melakukan penelitian
pada anak dengan GPPH menggunakan MRI ( Magnetic Resonance Imaging), menyatakan
adanya pengecilan lobus prefrontal kanan, nukleus kaudatus kanan, globus palidus kanan,
serta vermis (bagian dari serebelum) jika dibandingkan dengan anak tanpa GPPH.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi bagian – bagian otak diatas adalah
meregulasi fungsi perhatian seseorang. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang
terlibat dalam proses editing perilaku, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri
dan waktu seseorang. Sedangkan nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam
menghambat respons otomatik yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi
rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan.
Meskipun demikian, apa yang menyebabkan pengecilan lobus atau bagian otak tersebut
masih pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Cook EH dkk (1995) dan barkley dkk (2000), menyatakan adanya peningkatan
ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan dan lobus prefrontal

4
akibat prubahan dari aktivitas hipersensitivitas transporter dopamin hal ini dikaitkan dengan
gangguan pada fungsi neurotransmisi dopaminergik di area frontostiatokortikal. Kondisi ini
membuat anak dengan GPPH mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi eksekutifnya,
berupa kontrol diri yang buruk dan gangguan dalam menginhibisi perilaku. Secara teoritis,
dengan bertambahnya usia seorang anak seharusnya mampu melakukan kontrol diri dengan
baik dan mengendalikan perilakunya dengan lebih terarah sehingga mampu melakukan
tuntutan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Tetapi kondisi ini tidaklah berjalan mulus
pada anak dengan GPPH. Hal ini adanya hipersensitivitas transporter dopamin sehingga anak
menunjukan;

1. Gangguan Non – verbal Working Memory dengan gambaran berupa;


- Kehilangan rasa’kesadaran’ akan waktu
- Ketidakmampuan untuk menyimpan informasi di dalam otaknya
- Persepsi yang tidak sesuai terhadap suatu objek/kejadian
- Perencanaan dan pertimbangan yang buruk

2. Gangguan internalisiation of self- directed speech, berupa;


- Kesulitan mengikuti peraturan yang berlaku
- Tidak disiplin
- Self guidance dan self questioning yang buruk
3. Gangguan regulasi, motivasi dan tingkat ambang kesadaran diri yang buruk.
Kondisi ini memberikan gejala seperti;
- Kesulitan dalam menyensor semua bentuk reaksi emosi, ambang toleransi
terhadap frustrasi yang rendah
- Hilangnya regulasi diri dalam bidang motivasi dan dorongan kehendak
4. Gangguan kemampuan merekonstruksi berbagai perilaku yang sudah di
observasi dalam usaha untuk membangun suatu bentuk perilaku baru untuk
mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang sudah ditargetkan berupa;
- Keterbatasan untuk menganalisi perilaku – perilaku dan melakukan sintesis ke
dalam bentuk yang baru
- Ketidakmampuan untuk menyelesaikan persoalan sesuai dengan taraf usianya

Studi retrospektif pada anak dengan GPPH menunjukan adanya komplikasi perinatal
yang lebih sering jika dinadingkan dengan anak tanpa GPPH. Beberapa komplikasi yang

5
lebih sering ditemukan adalah perdarahan antepartum, persalinan lama, nilai APGAR yang
rendah dalam menit pertama kelahiran.

Milberger dan rekan (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu perokok
dalam masa kehamilan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan
GPPH.

Whitaker dkk (1997) menemukan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah yang
disertai dengan kerusakan substansia alba mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
GPPH.

KLASIFIKASI

Ada tiga tipe utama ADHD yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan
kombinasi antara keduanya. Hal yang perlu diingat bahwa adanya kemungkinan setiap anak
menunjukkan adanya gejala ADHD dalam perilakunya sehari-hari, hal ini bukanlah berarti
bahwa anak tersebut secara langsung dapat dianggap mengidap gangguan ADHD, bila gejala-
gejala yang ada terus berlanjut, maka barulah diperlukan kunjungan ke tenaga kesehatan
profesional.

1) Tipe hiperaktif-impulsif

Tipe hiperaktif-impulsif berhubungan erat dengan self control pada anak, biasanya
anak dengan tipe ini sangat sulit untuk duduk tetap, anak ini akan mengalami berbagai
permasalahan di sekolah. Secara awam anak dengan ADHD tipe ini tidak terdeteksi secara
nyata, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa anak tersebut mengalami permasalahan
dengan minat, perhatian, tidak termotivasi, kurang berkonsentrasi, atau dianggap tidak
disiplin. Tanda-tanda tersebut berlanjut pada adanya gangguan perilaku impulsif, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu menjalin persahabatan, terlihat bingung dan sebagainya
disekolah atau dirumahnya. Biasanya gangguan ADHD akan diketahui dikemudian harinya.

Anak hiperaktif

Anak hiperaktif selalu terlihat penuh semangat dalam setiap gerakan dan perilakunya.
Ia akan menyentuh segala sesuatunya yang terbersit dalam pikirannya, bermain atau berlari
kesana-kemari dan berbicara setiap ada waktu. Anak hiperaktif kesulitan untuk diam, tidak
bisa duduk atau mendengarkan, mungkin saja ia menggoyangkan badannya, berjalan kesana-
kemari, menyentuh benda-benda, mencoret-coret dengan pensil. Anak hiperaktif selalu

6
terlihat sibuk dan selalu mencoba melakukan sesuatu meskipun sudah pernah ia kerjakan
sebelumnya.

Anak impulsif

Anak impulsif terlihat seperti tidak mampu untuk mengontrol reaksi atau pikirannya
sebelum melakukan pekerjaannya. Mereka sering berkata tanpa berpikir sebelumnya,
pengungkapan emosi yang tidak terkendali, dan melakukan sesuatu tanpa memperhatikan
dampak dan konsekuensinya. Anak impulsif tidak sabar menunggu untuk melakukan
keinginannya. Individu tipe ini termasuk remaja dan orang dewasa lebih memilih aktivitas-
aktivitas tertentu yang mudah untuk mendapat penghargaan.

Indikasi gangguan;

- Berlari, memanjat atau tidak bisa diam

- Suka menyeletuk pembicaraan orang lain

- Tidak menyukai antri atau menunggu giliran

- Tidak menyukai aktivitas yang sifatnya tenang, misalnya perpustakaan

- Suka menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan

- Gelisah, melipat tangannya ke kakinya dan suka menggeliat ketika duduk

- Pada orang dewasa; mudah merasa gelisah, berbicara terlalu banyak.

2) Tipe gangguan atensi

Anak yang didiagnosa dengan tipe ini akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat
merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe
ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk
diselesaikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis
pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak
bersekolah.

Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua
tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi.
Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat

7
dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya,
sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-
kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak
berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut tidak
mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya.

Indikasi gangguan;

- Tidak dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal kecil, banyak membuat kesalahan di sekolah
atau aktivitas dalam kelompoknya

- Mudah terganggu konsentrasi pada suara atau hal lainnya

- Tidak dapat mengerti pada instruksi dan membuat banyak kesalahan, tidak menyelesaikan
tugasnya

- Mudah lupa pada alat-alat sekolah, misalnya pensil, buku

- Kesulitan dalam mengatur aktivitas atau kegiatan penting lainnya

- Perilaku tidak menunjukkan bahwa ia sedang mendengar atau memperhatikan dengan serius

- Menghindari atau tidak menyukai hal-hal yang menyangkut dengan permasalahan mental
seperti motivasi, menikmati atau terlibat dalam kegembiraan (enjoyable) dalam jangka
waktu lama.

3) Tipe kombinasi

Tipe kombinasi merupakan kombinasi antara dua tipe hiperaktif-kompulsif dan gangguan
atensi.

GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

Perilaku anak dengan GPPH seringkali berlebihan dabandingkan dengan anak tanpa
GPPH. Gejala kesulitan memusatkan perhatian, overaktivitas, impulsivitas, dan kesulitan
berinteraksi dengan lingkungannya sangant tergantung dengan usia anak. Semakin muda usia
anak, semakin kurang kemampuan anak untuk mengontrol perilakunya.

8
Anak usia pra-sekolah dengan GPPH akan bergerak dengan aktif di dalam ruangan
dan terangsang untuk menyentuh dan memanipulasi semua benda. Anak – anak ini sering
melompat – lompat, berlari – lari atau memanjat – manjat tanpa kontrol. Mereka menjadi liar,
overaktif, berisik, dan sulit dikendalikan saat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
Anak – anak usia sekolah mungkin menunjukan perilaku hiperaktif dan impulsivitas
yang lebih ringan dibandingkan dengan anak usia pra – sekolah. Mereka sering sulit
memusatkan perhatian di dalam kelas, tampak melamun, atau berpreokupasi. Anak sulit diam
di tempat duduknya dan bergerak – gerak dengan gelisah. Kesulitan memusatkan perhatian
berpengaruh terhadap prestasi akademik anak di sekolah, yang tampak dalam kecerobohan
menulis, membuat kesalahan – kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan, dan tidak mampu
untuk rapi. Di rumah orang tua menggambarkan anaknya sebagai anak yang tidak mau patuh
bahkan untuk perintah yang paling sederhana sekalipun dan tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan rumah sampai tuntas.
Diagnosis GPPH biasanya ditegakan dengan menggunakan kriteria diagnosis yang
terdapat di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV – Text revision
(DSM – IV TR) dari American Psychiatric Assotiation berdasarkan Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) yang sesuai dengan International Classification of
Diseases X (ICD X).

Diagnostik (GPPH) menurut DSM-IV :


A. Salah satu (1) atau (2)

(1). Terdapat enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-
kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan.

a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam
mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.

b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau


aktivitas bermain.

c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung

9
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan,
atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat
mengikuti instruksi)

e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas

f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memiliki
usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan rumah)

g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas
(misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)

h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuladir dari luar.

i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.

(2). Terdapat enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-implusivitas berikut ini telah menetap
selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak
konsisten dengan tingkat perkembangan.

Hiperaktivitas

a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak
tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada
remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara
tenang
e. Sering ‘bergerak’ atau sepertinya ‘digerakan oleh mesin’
f. Sering berbicara berlebihan

10
Impulsivitas
a. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan selesai
b. Sering sulit menunggu gilirannya
c. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke
percakapan atau permainan)

B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah


ada sebelum usia 7 tahun

C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya
disekolah atau pekerjaan di rumah)

D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam
fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan

E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizopfrenia atau


gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mantal lain (gangguan mood,
gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian)

Penulisan kode berdasarkan pada Tipe gangguan, seperti:

 GPPH tipe kombinasi : Bila memenuhi kriteria baik A1 maupun A2 selama 6 bulan
terakhir.
 GPPH predominan tipe inatensi : jika memenuhi kriterian tipe A1 tapi tidak
memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terakhir.
 GPPH predominan tipe hiperaktif impusif : jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak
memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terakhir

Catatan: untuk individu (terutama remaja atau orang dewasa) yang saat ini mempunyai
gejala – gejala GPPH tetapi tidak memenuhi kriteria GPPH lagi yang lengkap, maka harus
dituliskan: dengan remisi parsial.

11
DIAGNOSIS BANDING

Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai GPPH. Gangguan medis atau
neurologis yang sering menyerupai GPPH adalah; epilepsi, sindroma torette, movement
disorders, gejala sisa dari trauma kepala, gangguan atau kerusakan penglihatan atau
pendengaran, defisiesnsi Fe, kekurangan atau gangguan tidur.

Gangguan psikiatri yang sering menyerupai GPPH adalah gangguan penyesuaian,


gangguan cemas, gangguan depresi/distimik, gangguan afektif bipolar, serta retardasi mental.

Gangguan medis yang seringkali menyertai atau berkormorbiditas dengan GPPH


adalah gangguan depresi yang timbul sekunder akibat kegagalan depresi yang timbul
sekunder akibat kegagalan reaksi penyesuaian anak dengan GPPH dengan tuntutan
lingkungan sekitarnya. Mereka seringkali merasa gagal dalam proses belajar, serta timbulnya
perasaan rendah diri akibat berkurangnya kemampuan yang seharusnya sudah mereka miliki
jika dibandingkan dengan teman – teman sebayanya. Gangguan lain yang juga seringkali
menyertai adalah gangguan belajar, gangguan tingkah lakunya, ganguuan perilaku
menentang, serta gangguan obsesif kompulsif.

PENATALAKSANAAN
berdasarkan evidence based, tatalaksana GPPH yang terbaik adalah dengan
pendekatan komprehensif beralaskan prinsip Multi Treatment Approach (MTA). Dengan
pendekatan ini maka anak selain mendapatkan terapi dengan obat, diberikan juga terapi
psikososial seperti terapi perilaku (modifikasi perilaku), terapi kognitif - perilaku dan juga
latihan keterampilan sosial. Disamping itu juga memberikan psikoedukasi kepada orang tua,
pengasuh maupun guru yang sehari – harinya berhadapan dengan anak dengan GPPH.

Tujuan utama dari tatalaksana ini adalah untuk memperbaiki pola perilaku dan sikap
anak dalam menjalankan fungsinya sehari – hari dengan memperbaiki kontrol diri sehingga
anak mampu untuk memenuhi tugas tanggung jawabnya secara optimal sebagaimana anak
seusianya. Tujuan lainnya adalah memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaiain sosial anak
sehingga terbentuk suatu kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matur sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.

12
1. Pendekatan psikofarmakologi pada penanganan anak dengan GPPH.
Obat yang merupakan pilihan pertama adalah obat golongan psikostimultan. Dikenal
ada 3 macam obat golongan psikostimultan yaitu:
 Golongan metilfenidat (satu – satunya yg dapat ditemukan di Indonesia)
 Golongan deksamfetamin
 Golongan pamolin

Barkley, dkk mengatakan bahwa efektivitas pemakaian obat golongan metilfenidat adalah
sebesar 60 – 70 % dalam mengurangi gejala hiperaktivitas, impulsivitas dan inatensi.
Dengan demikian, pemberian obat jenis psikostimultan ini dikatakan cukup efektif dalam

mengurangi gejala – gejala GPPH. Efek samping yang sering ditemukan adalah penarikan
diri dari lingkungan sosial, over fokus, letargi, agitasi, iritabel, mudah menangis, cemas, sulit
tidur, penurunan nafsu makan, sakit kepala, pusing dan timbulnya tics yang tidak ada
sebelumnya. Biasanya efek samping ini timbul pada waktu pemakaian pertama kali atau jika
terjadi peningkatan dosis obat yang diberikan. Biasanya gejala efek samping akan hilang
dalam beberapa jam setelah obat dihentikan atau diturunkan dosisnya. Penghentian
pemakaian obat psikostimultan biasanya diturunkan secara bertahap untuk terjadinya rebound
phenomena.

Jenis obat Dosis Efek samping Lama kerja Perhatian


Metilfenidat 0,3 – 0,7 Insomnia, Intuk jenis Tidak dianjurkan pd
(sediaan tab 10 mg/KgBB/hari. penurunan nafsu intermediate release pasien dgn kecemasan
mg & 20 mg) Diasanya dimulai makan, penurunan (IR) lama kerja obat tinggi, tics motorik,
dgn 5 mg/hr pd BB, sakit kepala, 3 – 4 jam. Mula dan riw. Keluarga dgn
pagi hari. Dosis iritable kerja obat ini cepat sindrom tourette
max 60 mg/hr (30 – 60 mnt) efektif
untuk 70 % kasus;
keamanan cukup
terjamin
Metilfenidat Dosis dimulai dgn Insomnia, Untuk jenis slow Awitan kerja lambat
(slow release, 20 20 mg pagi hari penurunan nafsu release (SR), sekitar (1-2 jam setelah
mg) dan dpt makan, penurunan 7 jam. Terutama pemberian obat) tdk
ditingkatkan dgn BB, sakit kepala, barguna utk remaja dianjurkan pd pasien
dosis 0,3-0,7 iritable dgn GPPH sehingga dgn tingkat

13
mg/KgBB/hr. dpt menghindari kecemasan tinggi, tics
Kadang perlu pemberian obat di motorik, atau pd
ditambahkan 5-10 siang hari keluarga dgn riw.
mg metilfenidat pd Sind. Tourette
pagi hari agar utk
mendapatkan efek
awal yang lebih
cepat. Dosis max
60 mg/hr
Metilfenidat Dosis dimulai Insomnia, Untuk jenis osmotic tdk dianjurkan pd
OROS (18 mg, 36 dengan 18 mg, satu penurunan nafsu release oral system pasien dgn tingkat
mg, 54 mg) hari sekali di pagi makan, penurunan (OROS), sekitar 12 kecemasan tinggi, tics
hari. Dosis BB, sakit kepala, jam dengan kadar motorik, atau pd
ditingkatkan dgn iritable plasma obat yang keluarga dgn riw.
dosis 0,3-0,7 relatif stabil Sind. Tourette
mg/KgBB/hr

Obat golongan antidepresan juga dikatakan bermanfaat dalam membantu anak dengan
GPPH. Obat ini bekerja sebagai inhibitor metabolisme dopamine dan norepinefrin. Obat
antidepresan seperti impiramin dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk
mengurangi gejala GPPH, tetapi mempunya efikasi yang lebih rendah daripada golongan
psikostimultan. Efek samping kardiovaskular, neurologik dan anti kolinergik yang
ditimbulkan membuat pemakaian obat ini pada anak menjadi terbatas. Obat anti depresan lain
yang juga sering digunakan saat ini adalah obat anti depresan golongan penghambat ambilan
serotonin yang bekerja secara spesifik (SSRI=Serotonin Spesific Reuptake Inhibitor),
misalnya Flouxetine. Pemberian fluoxetine 0,6 mg/kgBB dikatakan memberikan respons
sebesar 58 % pada anak dengan GPPH yang berusia 7 – 15 tahun.

Obat lain yang juga digunakan dalam tatalaksana anak dengan GPPH adalah obat anti
depresan golongan penghambat monoamin oksidase, seperti mecobalamide dengan dosis 3 –
5 mg/KgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis pemberian. Obat golongan antipsikotik atipikal
seperti risperidone juga dapat digunakan untuk menurunkan perilaku hiperaktivitas dan
agresivitas, walaupun demikian belum banyak penelitian yang mengungkapkan hasilnya.
Obat yang juga dapat digunakan adalah obat anti konvulsan seperti golongan carbamazepin
14
dan obat anti hipertensi seperti klonidin juga dikatakan bermanfaat dalam mengurangi gejala
GPPH pada anak.

2. Pendekatan psikososial pada penanganan anak dengan GPPH.


a. Adanya pelatihan keterampilan sosial bagi anak dengan GPPH
Sebagaimana diketahui bahwa anak dengan GPPH seringkali juga disertai
dengan perilaku agresivitas dan impulsivitas. Kondisi ini membuat mereka
tidak mampu untuk menjalin relasi yang optimal dengan teman – teman
sebayanya. Dampak yang cukup sering terjadi adalah mereka disingkirkan
oleh kelompok teman sebayanya dan kesulitan untuk mencari teman baru.
Tidak jarang mereka juga seringkali diperdaya oleh teman – teman mereka.
Semua hal ini membuat beban anak dengan GPPH akan bertambah berat. Oleh
karena itu diperlukan suatu pelatihan keterampilan sosial , dengan harapan
mereka akan lebih mengerti norma – norma sosial yang berlaku dan
berperilaku serta bereaksi sesuai dengan norma yang ada.
b. Edukasi bagi orang tua dan guru.
Banyak orang tua dan guru merasa belum mengerti akan GPPH sepenuhnya.
Kondisi ini membuat mereka ragu akan diagnosis maupun tatalaksana yang
dianjurkan. Untuk itu maka sangat dianjurkan bagi anak dengan GPPH beserta
orang tua dan juga guru kelasnya mendapatkan suatu bentuk terapi perilaku
yang disebut sebagai modifikasi perilaku.
c. Modifikasi perilaku merupakan suatu teknik terapi perilaku dengan
menggunakan prinsip ABC ( Antecedents Behaviour and Consequences).
Antecedents adalah semua bentuk sikap, perilaku dan juga kondisi yang
terjadi sebelum anak menampilkan perilaku tertentu, misalnya cara orang tua
atau guru memberikan instruksi pada anak. Behaviour adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak (yang sebenarnya ingin diubah) dan consequences
adalah reaksi orang tua atau guru yang terjadi setelah anak menunjukan
perilaku tertentu. Dalam modifikasi perilaku maka orang tua dan guru
diharapkan untuk mengubah antecedents dan juga consquencesnya sehingga
diharapkan anak juga dapat merubah perilaku yang tadinya kurang adaptif
dengan lingkungan sekitarnya. Teknik ini pada umumnya membutuhkan
waktu yang lebih lama dan sebaiknya dijalankan secara konsisten, sehingga
hasilnya akan tampak lebih jelas.

15
d. Selain itu edukasi dan pelatihan pada guru merupakan hal yang sangat penting
karena salah satu permasalahan utama pada anak dengan GPPH adalah
permasalahan akademis. Selain itu pelatihan dan edukasi ini juga akan
menghindari terjadinya stigmatisasi pada anak dengan GPPH, sehingga
menghindari adanya anggapan buruk terhadap anak – anak ini, misalnya cap
sebagai anak nakal, bandel atau malas, dsb. Tingkat pemahaman guru yang
baik akan GPPH ini diharapkan akan mengikatkan kemampuan guru dalam
mengempati sikap, perilaku dan reaksi emosi anak didik mereka yang
mengalami GPPH. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka perlu
dipertimbangkan untuk mengembangkan upaya kesehatan mental di sekolah
yang melibatkan guru kelas, orang tua, konselor, psikolog danjuga psikiater
anak, serta profesi lain yang terkait.
e. Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga (family suprt group) atau
kelompok antar orang tua. Puotiniemidan Kyngas (2002) dalam
penelitiannhya mengemukakan bahwa adanya kelompok dukungan orang tua
yang memiliki permasalahan yang sama akan meningkatkan daya penyesuaian
serta reaksi yang lebih positif terhadap anak mereka. Di dalam kelompok ini,
orang tua akan merasa lebih nyaman dan secara terbuka dapat mengemukakan
masalah yang dihadapi anak mereka, serta lebih mudah mengekspresikan apa
yang mereka rasakan. Dengan adanya kondisi ini maka orang tua akan
mendapatkan dukungan emosional dari sesama orang tua lainnya, serta
mengurangi penderitaan yang dialami dan belajar dari pengalaman praktis dari
para orang tua lainnya dalam menangani berbagai masalah yang mungkin
dihadapi baik oleh anak maupun mereka sebagai orang tua.

16
KESIMPULAN

Permasalahan maupun penyelesaian masalah anak dengan GPPH merupakan


tanggung jawab kita semua, terutama dari para praktisi kesehatan jiwa yang bekerja dalam
dunia anak. Angka kejadian GPPH yang cukup tinggi di masyarakat ( 4 – 10 % dari populasi
anak usia sekolah dasar) merupakan sinyal bagi kita semua untuk mulai memikirkan apa yang
sebaiknya dan seharusnya kita lakukan saat ini dan masa mendatang. Anak – anak dengan
GPPH merupakan anak yang dengan kebutuhan khusus oleh karena itu perencanaan dan
tatalaksana yang akan diberikan haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga mencakup
seluruh aspek kehidupan anak dan juga keluarganya. Untuk itu para praktisi hendaklah saling
bahu membahu untuk membantu anak – anak ini sehingga mereka tetap dapat menjadi anak
yang berkualitas di kemudian hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. DSM-IV-TR workgroup. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,


4th ed. Tex revision. Washington DC : American Psychiatric Association.
2. http://skydrugz.blogspot.com/2011/02/makalah-gangguan-pemusatan-
perhatian.html#ixzz1smgTvpqY
3. Rohde LA, Ricardo H. Recent advances on attention deficit / hyperactivity disorder. J
Pediatric 2004 ; 80 (suppl): S 61- S 70.
4. Kent L. Recent advances in the genetics off attention deficit hyperactivity disorder.
Curr Psychiatry Res 2004; 6: 14

18

Anda mungkin juga menyukai