Seorang gadis berusia 7 tahun dibawa ke peditrician atas saran guru kelasnya. Pasien telah
kembali ke sekolah setelah 3 minggu istirahat musim panas. Menurut gurunya, pasien sangat
sulit untuk menyelesaikan tugas kelasnya sejak kembali ke sekolah. Anak itu jarang
mengganggu tapi tidak bisa menyelesaikan tugasnya.
Pasien juga dikenal selalu berbuat kesalahan dan ceroboh dalam melakukan pekerjaannya.
Meskipun pasien masih melewati kelasnya tapi nilai – nilainya menurun, dan pasien juga
tampak sering melamun di kelas.guru melaporkan bahwa diperlukan pengulangan beberapa
instruksi supaya pasien bisa menyelesaikan tugasnya.
Pasien menikmati pendidikan jasmani dan tidak baik di dalam kelas tersebut. Meskipun
orangtuanya telah memperhatikan beberapa perilaku yang sama di rumah, mereka tidak
terlalu perduli karena mereka telah menemukan cara untuk bekerja di sekitar mereka jika
mereka memantau anak dan pekerjaannya secara langsung pasien dapat menyelesaikan
pekerjaan rumahnya, tapi mereka harus terus menerus memeriksa pekerjaannya karena pasien
suka bertindak ceroboh dan suka berbuat kesalahan.
Orang tua juga melaporkan pasien tidak bersiap – siap untuk pergi sekolah di pagi hari,
kamar tidurnya selalu berantakan dan dia selalu kehilangan hal – hal sepanjang waktu. Orang
tua menggambarkan putri mereka sebagai anak bahagia yang menikmati bermain dengan
teman – temannya dan saudaranya. Mereka mencatat bahwa pasien tidak suka sekolah,
kecuali untuk kelas pendidikan jasmani.
1
Diagnosis: GPPH tipe gangguan atensi
Kriteria diagnosis:
a) Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam
mengerjakan tugas sekolah atau aktivitas lainnya.
b) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau
aktivitas bermain.
c) Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan,
atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat
mengikuti instruksi)
e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f) Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas
(misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
g) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
Diagnosi Multiaksial
AKSIS III : Diagnosis aksis III tertunda, karena belum ada pemeriksaan fisik.
masalah pendidikan
2
Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas
(GPPH) / Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)
PENDAHULUAN
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah anak yang
menunjukan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih
sering. Di samping gejala di atas anak- anak dengan GPPH juga menunjukan beberapa gejala
seperti adanya ambang toleransi frustasi yang yang rendah, disorganisasi, dan perilaku
agresif. Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam
menjalankan fungsinya sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman sebayanya, keluarga
dan yang terpenting adalah mengganggu kesiapan anak untuk belajar. Semua kondisi ini
tentunya mengganggu prestasi belajar anak. Secara keseluruhan membuat penurunan kualitas
hidup anak.
Gejala-gejala GPPH ini pada umumnya telah timbul sebelum anak berusia 7 tahun.
Biasanya orang tua dari anak dengan GPPH baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat
anak mulai bersekolah formal. Keluhan yang sering di sampaikan adalah anak nakal, tidak
kenal takut, berjalan-jalan di dalam kelas, seringkali berbicara dengan kawannya pada saat
pelajaran sedang berlangsung. Pada anak yang berusia 4 tahun, kondisi ini seringkali sulit
dibedakan apakah anak menderita gangguan ini atau merupakan suatu hal yang wajar sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Namun pada anak dengan GPPH, gejala yang muncul
tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan anak lain dengan taraf
perkembangan yang sama.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi GPPH di seluruh dunia diperkirakan berkisar antara 2-9,5 % diantaranya anak
usia sekolah. Di Amerika Serikat, prevalensi GPPH berkisar antara 2-20 % dari jumlah anak-
anak usia sekolah dasar. Sedangkan penelitian di inggris menunjukan angka 0,5-1 % . dan di
Taiwan angka prevalensi kasus GPPH ini adalah 5-10 %. Berdasarkan penelitian yang
3
dilakukan oleh Tanjung dkk, pada sejumlah SD di wilayah Jakarta Pusat pada tahun 2000-
2001 didapatkan 4,2 % dari sekitar 600 anak sekolah dasar kelas1-3 mengalami GPPH.
Prevalensi GPPH dipengaruhi oleh jenis kelamin dan anak. Angka kejadian GPPH pada anak
remaja dan dewasa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar.
Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan ini
dibandingkan dengan anak perempuan, dengan rasio 3:1.
ETIOLOGI
Etiologi GPPH belum diketahui secara pasti. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik, strukur anatomi dan
neurokimiawi otak terhadap terjadinya GPPH.
Dari beberapa penelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari dari anak
dengan GPPH mempunyai risiko 5-7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan serupa jika
dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara kandung dengan GPPH.
Sedangkan orang tua yang yang menderita GPPH mempunyai kemungkinan sekitar 50 %
untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka. Jacquelyn J.Gillis dalam penelitiannya
pada anak dengan GPPH menyatakan bahwa 55-92 % anak kembar identik akan menderita
gangguan yang sama jika salah satu anak tersebut menderita GPPH.
Rappaport, dkk dari The National Institute of Mental Health melakukan penelitian
pada anak dengan GPPH menggunakan MRI ( Magnetic Resonance Imaging), menyatakan
adanya pengecilan lobus prefrontal kanan, nukleus kaudatus kanan, globus palidus kanan,
serta vermis (bagian dari serebelum) jika dibandingkan dengan anak tanpa GPPH.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi bagian – bagian otak diatas adalah
meregulasi fungsi perhatian seseorang. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang
terlibat dalam proses editing perilaku, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri
dan waktu seseorang. Sedangkan nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam
menghambat respons otomatik yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi
rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan.
Meskipun demikian, apa yang menyebabkan pengecilan lobus atau bagian otak tersebut
masih pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
Cook EH dkk (1995) dan barkley dkk (2000), menyatakan adanya peningkatan
ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan dan lobus prefrontal
4
akibat prubahan dari aktivitas hipersensitivitas transporter dopamin hal ini dikaitkan dengan
gangguan pada fungsi neurotransmisi dopaminergik di area frontostiatokortikal. Kondisi ini
membuat anak dengan GPPH mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi eksekutifnya,
berupa kontrol diri yang buruk dan gangguan dalam menginhibisi perilaku. Secara teoritis,
dengan bertambahnya usia seorang anak seharusnya mampu melakukan kontrol diri dengan
baik dan mengendalikan perilakunya dengan lebih terarah sehingga mampu melakukan
tuntutan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Tetapi kondisi ini tidaklah berjalan mulus
pada anak dengan GPPH. Hal ini adanya hipersensitivitas transporter dopamin sehingga anak
menunjukan;
Studi retrospektif pada anak dengan GPPH menunjukan adanya komplikasi perinatal
yang lebih sering jika dinadingkan dengan anak tanpa GPPH. Beberapa komplikasi yang
5
lebih sering ditemukan adalah perdarahan antepartum, persalinan lama, nilai APGAR yang
rendah dalam menit pertama kelahiran.
Milberger dan rekan (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu perokok
dalam masa kehamilan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan
GPPH.
Whitaker dkk (1997) menemukan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah yang
disertai dengan kerusakan substansia alba mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
GPPH.
KLASIFIKASI
Ada tiga tipe utama ADHD yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan
kombinasi antara keduanya. Hal yang perlu diingat bahwa adanya kemungkinan setiap anak
menunjukkan adanya gejala ADHD dalam perilakunya sehari-hari, hal ini bukanlah berarti
bahwa anak tersebut secara langsung dapat dianggap mengidap gangguan ADHD, bila gejala-
gejala yang ada terus berlanjut, maka barulah diperlukan kunjungan ke tenaga kesehatan
profesional.
1) Tipe hiperaktif-impulsif
Tipe hiperaktif-impulsif berhubungan erat dengan self control pada anak, biasanya
anak dengan tipe ini sangat sulit untuk duduk tetap, anak ini akan mengalami berbagai
permasalahan di sekolah. Secara awam anak dengan ADHD tipe ini tidak terdeteksi secara
nyata, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa anak tersebut mengalami permasalahan
dengan minat, perhatian, tidak termotivasi, kurang berkonsentrasi, atau dianggap tidak
disiplin. Tanda-tanda tersebut berlanjut pada adanya gangguan perilaku impulsif, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu menjalin persahabatan, terlihat bingung dan sebagainya
disekolah atau dirumahnya. Biasanya gangguan ADHD akan diketahui dikemudian harinya.
Anak hiperaktif
Anak hiperaktif selalu terlihat penuh semangat dalam setiap gerakan dan perilakunya.
Ia akan menyentuh segala sesuatunya yang terbersit dalam pikirannya, bermain atau berlari
kesana-kemari dan berbicara setiap ada waktu. Anak hiperaktif kesulitan untuk diam, tidak
bisa duduk atau mendengarkan, mungkin saja ia menggoyangkan badannya, berjalan kesana-
kemari, menyentuh benda-benda, mencoret-coret dengan pensil. Anak hiperaktif selalu
6
terlihat sibuk dan selalu mencoba melakukan sesuatu meskipun sudah pernah ia kerjakan
sebelumnya.
Anak impulsif
Anak impulsif terlihat seperti tidak mampu untuk mengontrol reaksi atau pikirannya
sebelum melakukan pekerjaannya. Mereka sering berkata tanpa berpikir sebelumnya,
pengungkapan emosi yang tidak terkendali, dan melakukan sesuatu tanpa memperhatikan
dampak dan konsekuensinya. Anak impulsif tidak sabar menunggu untuk melakukan
keinginannya. Individu tipe ini termasuk remaja dan orang dewasa lebih memilih aktivitas-
aktivitas tertentu yang mudah untuk mendapat penghargaan.
Indikasi gangguan;
Anak yang didiagnosa dengan tipe ini akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat
merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe
ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk
diselesaikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis
pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak
bersekolah.
Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua
tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi.
Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat
7
dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya,
sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-
kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak
berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut tidak
mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya.
Indikasi gangguan;
- Tidak dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal kecil, banyak membuat kesalahan di sekolah
atau aktivitas dalam kelompoknya
- Tidak dapat mengerti pada instruksi dan membuat banyak kesalahan, tidak menyelesaikan
tugasnya
- Perilaku tidak menunjukkan bahwa ia sedang mendengar atau memperhatikan dengan serius
- Menghindari atau tidak menyukai hal-hal yang menyangkut dengan permasalahan mental
seperti motivasi, menikmati atau terlibat dalam kegembiraan (enjoyable) dalam jangka
waktu lama.
3) Tipe kombinasi
Tipe kombinasi merupakan kombinasi antara dua tipe hiperaktif-kompulsif dan gangguan
atensi.
Perilaku anak dengan GPPH seringkali berlebihan dabandingkan dengan anak tanpa
GPPH. Gejala kesulitan memusatkan perhatian, overaktivitas, impulsivitas, dan kesulitan
berinteraksi dengan lingkungannya sangant tergantung dengan usia anak. Semakin muda usia
anak, semakin kurang kemampuan anak untuk mengontrol perilakunya.
8
Anak usia pra-sekolah dengan GPPH akan bergerak dengan aktif di dalam ruangan
dan terangsang untuk menyentuh dan memanipulasi semua benda. Anak – anak ini sering
melompat – lompat, berlari – lari atau memanjat – manjat tanpa kontrol. Mereka menjadi liar,
overaktif, berisik, dan sulit dikendalikan saat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
Anak – anak usia sekolah mungkin menunjukan perilaku hiperaktif dan impulsivitas
yang lebih ringan dibandingkan dengan anak usia pra – sekolah. Mereka sering sulit
memusatkan perhatian di dalam kelas, tampak melamun, atau berpreokupasi. Anak sulit diam
di tempat duduknya dan bergerak – gerak dengan gelisah. Kesulitan memusatkan perhatian
berpengaruh terhadap prestasi akademik anak di sekolah, yang tampak dalam kecerobohan
menulis, membuat kesalahan – kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan, dan tidak mampu
untuk rapi. Di rumah orang tua menggambarkan anaknya sebagai anak yang tidak mau patuh
bahkan untuk perintah yang paling sederhana sekalipun dan tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan rumah sampai tuntas.
Diagnosis GPPH biasanya ditegakan dengan menggunakan kriteria diagnosis yang
terdapat di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV – Text revision
(DSM – IV TR) dari American Psychiatric Assotiation berdasarkan Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) yang sesuai dengan International Classification of
Diseases X (ICD X).
(1). Terdapat enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-
kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan.
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam
mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
9
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan,
atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat
mengikuti instruksi)
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memiliki
usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan rumah)
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas
(misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
(2). Terdapat enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-implusivitas berikut ini telah menetap
selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak
konsisten dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak
tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada
remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara
tenang
e. Sering ‘bergerak’ atau sepertinya ‘digerakan oleh mesin’
f. Sering berbicara berlebihan
10
Impulsivitas
a. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan selesai
b. Sering sulit menunggu gilirannya
c. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke
percakapan atau permainan)
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya
disekolah atau pekerjaan di rumah)
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam
fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
GPPH tipe kombinasi : Bila memenuhi kriteria baik A1 maupun A2 selama 6 bulan
terakhir.
GPPH predominan tipe inatensi : jika memenuhi kriterian tipe A1 tapi tidak
memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terakhir.
GPPH predominan tipe hiperaktif impusif : jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak
memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terakhir
Catatan: untuk individu (terutama remaja atau orang dewasa) yang saat ini mempunyai
gejala – gejala GPPH tetapi tidak memenuhi kriteria GPPH lagi yang lengkap, maka harus
dituliskan: dengan remisi parsial.
11
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai GPPH. Gangguan medis atau
neurologis yang sering menyerupai GPPH adalah; epilepsi, sindroma torette, movement
disorders, gejala sisa dari trauma kepala, gangguan atau kerusakan penglihatan atau
pendengaran, defisiesnsi Fe, kekurangan atau gangguan tidur.
PENATALAKSANAAN
berdasarkan evidence based, tatalaksana GPPH yang terbaik adalah dengan
pendekatan komprehensif beralaskan prinsip Multi Treatment Approach (MTA). Dengan
pendekatan ini maka anak selain mendapatkan terapi dengan obat, diberikan juga terapi
psikososial seperti terapi perilaku (modifikasi perilaku), terapi kognitif - perilaku dan juga
latihan keterampilan sosial. Disamping itu juga memberikan psikoedukasi kepada orang tua,
pengasuh maupun guru yang sehari – harinya berhadapan dengan anak dengan GPPH.
Tujuan utama dari tatalaksana ini adalah untuk memperbaiki pola perilaku dan sikap
anak dalam menjalankan fungsinya sehari – hari dengan memperbaiki kontrol diri sehingga
anak mampu untuk memenuhi tugas tanggung jawabnya secara optimal sebagaimana anak
seusianya. Tujuan lainnya adalah memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaiain sosial anak
sehingga terbentuk suatu kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matur sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
12
1. Pendekatan psikofarmakologi pada penanganan anak dengan GPPH.
Obat yang merupakan pilihan pertama adalah obat golongan psikostimultan. Dikenal
ada 3 macam obat golongan psikostimultan yaitu:
Golongan metilfenidat (satu – satunya yg dapat ditemukan di Indonesia)
Golongan deksamfetamin
Golongan pamolin
Barkley, dkk mengatakan bahwa efektivitas pemakaian obat golongan metilfenidat adalah
sebesar 60 – 70 % dalam mengurangi gejala hiperaktivitas, impulsivitas dan inatensi.
Dengan demikian, pemberian obat jenis psikostimultan ini dikatakan cukup efektif dalam
mengurangi gejala – gejala GPPH. Efek samping yang sering ditemukan adalah penarikan
diri dari lingkungan sosial, over fokus, letargi, agitasi, iritabel, mudah menangis, cemas, sulit
tidur, penurunan nafsu makan, sakit kepala, pusing dan timbulnya tics yang tidak ada
sebelumnya. Biasanya efek samping ini timbul pada waktu pemakaian pertama kali atau jika
terjadi peningkatan dosis obat yang diberikan. Biasanya gejala efek samping akan hilang
dalam beberapa jam setelah obat dihentikan atau diturunkan dosisnya. Penghentian
pemakaian obat psikostimultan biasanya diturunkan secara bertahap untuk terjadinya rebound
phenomena.
13
mg/KgBB/hr. dpt menghindari kecemasan tinggi, tics
Kadang perlu pemberian obat di motorik, atau pd
ditambahkan 5-10 siang hari keluarga dgn riw.
mg metilfenidat pd Sind. Tourette
pagi hari agar utk
mendapatkan efek
awal yang lebih
cepat. Dosis max
60 mg/hr
Metilfenidat Dosis dimulai Insomnia, Untuk jenis osmotic tdk dianjurkan pd
OROS (18 mg, 36 dengan 18 mg, satu penurunan nafsu release oral system pasien dgn tingkat
mg, 54 mg) hari sekali di pagi makan, penurunan (OROS), sekitar 12 kecemasan tinggi, tics
hari. Dosis BB, sakit kepala, jam dengan kadar motorik, atau pd
ditingkatkan dgn iritable plasma obat yang keluarga dgn riw.
dosis 0,3-0,7 relatif stabil Sind. Tourette
mg/KgBB/hr
Obat golongan antidepresan juga dikatakan bermanfaat dalam membantu anak dengan
GPPH. Obat ini bekerja sebagai inhibitor metabolisme dopamine dan norepinefrin. Obat
antidepresan seperti impiramin dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk
mengurangi gejala GPPH, tetapi mempunya efikasi yang lebih rendah daripada golongan
psikostimultan. Efek samping kardiovaskular, neurologik dan anti kolinergik yang
ditimbulkan membuat pemakaian obat ini pada anak menjadi terbatas. Obat anti depresan lain
yang juga sering digunakan saat ini adalah obat anti depresan golongan penghambat ambilan
serotonin yang bekerja secara spesifik (SSRI=Serotonin Spesific Reuptake Inhibitor),
misalnya Flouxetine. Pemberian fluoxetine 0,6 mg/kgBB dikatakan memberikan respons
sebesar 58 % pada anak dengan GPPH yang berusia 7 – 15 tahun.
Obat lain yang juga digunakan dalam tatalaksana anak dengan GPPH adalah obat anti
depresan golongan penghambat monoamin oksidase, seperti mecobalamide dengan dosis 3 –
5 mg/KgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis pemberian. Obat golongan antipsikotik atipikal
seperti risperidone juga dapat digunakan untuk menurunkan perilaku hiperaktivitas dan
agresivitas, walaupun demikian belum banyak penelitian yang mengungkapkan hasilnya.
Obat yang juga dapat digunakan adalah obat anti konvulsan seperti golongan carbamazepin
14
dan obat anti hipertensi seperti klonidin juga dikatakan bermanfaat dalam mengurangi gejala
GPPH pada anak.
15
d. Selain itu edukasi dan pelatihan pada guru merupakan hal yang sangat penting
karena salah satu permasalahan utama pada anak dengan GPPH adalah
permasalahan akademis. Selain itu pelatihan dan edukasi ini juga akan
menghindari terjadinya stigmatisasi pada anak dengan GPPH, sehingga
menghindari adanya anggapan buruk terhadap anak – anak ini, misalnya cap
sebagai anak nakal, bandel atau malas, dsb. Tingkat pemahaman guru yang
baik akan GPPH ini diharapkan akan mengikatkan kemampuan guru dalam
mengempati sikap, perilaku dan reaksi emosi anak didik mereka yang
mengalami GPPH. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka perlu
dipertimbangkan untuk mengembangkan upaya kesehatan mental di sekolah
yang melibatkan guru kelas, orang tua, konselor, psikolog danjuga psikiater
anak, serta profesi lain yang terkait.
e. Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga (family suprt group) atau
kelompok antar orang tua. Puotiniemidan Kyngas (2002) dalam
penelitiannhya mengemukakan bahwa adanya kelompok dukungan orang tua
yang memiliki permasalahan yang sama akan meningkatkan daya penyesuaian
serta reaksi yang lebih positif terhadap anak mereka. Di dalam kelompok ini,
orang tua akan merasa lebih nyaman dan secara terbuka dapat mengemukakan
masalah yang dihadapi anak mereka, serta lebih mudah mengekspresikan apa
yang mereka rasakan. Dengan adanya kondisi ini maka orang tua akan
mendapatkan dukungan emosional dari sesama orang tua lainnya, serta
mengurangi penderitaan yang dialami dan belajar dari pengalaman praktis dari
para orang tua lainnya dalam menangani berbagai masalah yang mungkin
dihadapi baik oleh anak maupun mereka sebagai orang tua.
16
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18