Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN

HIPERKINETIK
Kelompok 7

Pembimbing Klinik:
dr. Nyoman Sumiati, Sp.KJ., M. Biomed (K)
PENDAHULUAN
Gangguan hiperkinetik atau yang biasanya dikenal gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan psikiatri yang
umum pada anak-anak, yang ditandai dengan ketidak mampuan
mempertahankan atensi yang tidak sesuai dengan level perkembangan
anak, kegelisahan atau perilaku psikomotor yang hiperaktif dan inpulsif
seringkali dapat menyebabkan timbulnya hendaya dalam fungsi
akademik, sosial dan hubungan interpersonal
EPIDEMIOLOGI

Prevalansi kejadian GPPH di diafrika berkisar 5,29-8,7%.


Sedangkan angka prevalensi kejadian GPPH di Indonesia
kecamatan padang timur sebesar 8%.

Kejadian GPPH paling sering ditemukan pada anak laki


laki dibandingan anak perempuan dengan perbandingan
2:1
EPIDEMIOLOGI
Gangguan hiperaktivitas pada anak dilihat dengan mengamati gerkan-
gerakan tubuh pada anak seperti tangan dan kaki sering tidak bisa
diam atau dengan duduk resah. Anak hiperaktif sering meninggalkan
kursi di kelas atau situasi lainnya. Anak hiperaktif sering lari kesana
kemari, melompat-lompat atau bangun dari tempat duduk ketika
diharapkan untuk tetap dalam situasi tenang duduk manis. Anak
hiperaktif juga menunjukkan ciri dengan bahasa verbal yaitu
seringnya berbicara telalu banyak, terus-menerus dan berbelit-belit.
ETIOLOGI

Faktor genetik merupakan faktor umum yang menjadi penyebab terjadinya GPPH, Serta adaya faktor
lingkungan seperti prenatal, perinatal dan postnatal

Faktor prenatal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan gaya hidup ibu selama masa kehamilan.
Contohnya paparan alkohol saat prenatal dapat menyebabkan anomali struktur otak, khususnya serebelum. Anak
yang saat prenatal terpapar alkohol dapat menjadi hiperaktif, disruptive, impulsif dan berisiko lebih besar
menderita gangguan psikiatri. Pada ibu yang merokok, risiko anak untuk menderita GPPH meningkat 2,7 kali
lipat. Hal ini dikarenakan efek terhadap reseptor nikotin yang mengatur aktivitas dopamin. Dopamin diyakini
terlibat dalam neurobiologi GPPH.
ETIOLOGI

Faktor- faktor perinatal juga berkaitan dengan GPPH. Anak dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), risiko menderita GPPH meningkat 2 kali lipat. Komplikasi kehamilan
dan persalinan juga meningkatkan risiko terjadinya GPPH. Faktor-faktor postnatal yang
berperan dalam terjadinya GPPH antara lain malnutrisi, defisiensi zat gizi seperti
defisiensi zat besi dan ketidakseimbangan antara omega 3 dan omega 6.
DIAGNOSIS
Tidak dapat memusatkan perhatian: bila 6 atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini telah berlangsung sedikitnya
selama 6 bulan,

Sering gagal dalam memberikan perhatian cermat terhadap rincian atau adanya kesalahan yang tidak disadari di
sekolah atau dalam aktifitas lain.
• Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas, misalnya saat melakukan aktifitas
bermain.
• Sering tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung.
• Sering tidak mengikuti perintah yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah atau ditempat lain
• Sering mengalami kesulitan dalam meng- organisir tugas dan aktifitas
• Sering mengalami atau enggan untuk melibatkan diri dalam tugas-tugas yang memerlukan upaya mental, seperti
peker- jaan sekolah atau pekerjaan rumah.
• Sering kehilangan barang-barang penting (buku, pensil, dan lain lain)
• Mudah tersinggung
• Sering lupa dalam aktifitas sehari-hari
DIAGNOSIS
Hiperaktifitas / impulsif : 6 (atau lebih) dari gejala-gejala berikut telah berlangsung sedikitnya selama 6 bulan :
• Sering bermain-main dengan tangan atau
kaki sendiri saat duduk
• Sering meninggalkan tempat duduk dalam
ruang kelas
• Sering berlari atau memanjat secara ektensif
dalam situasi yang tidak tepat
• Sering mengalami kesulitan untuk meli-
batkan diri dalam suatu aktifitas waktu
senggang
• Sering bertindak seperti mengawang dan
bertindak seolah-olah dikendalikan oleh
saraf motorik
• Sering berbicara secara berlebihan
• Sering mengaburkan jawaban sebelum
pertanyaan diselesaikan
• Sering mengalami kesulitan untuk menunggu giliran
• Sering menganggu orang lain misalnya nimbrung dalam pembicaraan atau permainan
TATALAKSAN
Farmakologis A
Penggunaan obat psikostimulan sering digunakan pada anak hiperkinetik atau
hiperaktivitas. Obat-obat psikostimulan yang sering digunakan adalah:
Amfetamin: 0,15 mg/kgBB/kali (2-3 kali/hari)
Clonidin: 0,15-0,3 mg/kali (3-4 kali/hari)
Despiramine : 5 mg/hari (dosis tunggal)
Lithium Carbonat: 10 mg/hari (dosis tunggal)
Methyl Phenidate: 0,3 mg/kgBB/kali (2-3 kali/hari)
Pemoline: <7 tahun 37,5 mg/hari (dosis
tunggal) >7 tahun 75 mg/hari (dosis tunggal)
TATALAKSAN
A
Setelah pemberian psikostimulan selama 4-8 minggu, hampir 70% anak dengan
gangguan kurang perhatian dan hiperaktifitas memperlihatkan perubahan yang
bermakna dalam perhatian, hiperaktifitas, dan impulsif.

Non Farmakologis
Tatalaksana non farmakologis yang dapat diberikan yaitu dengan metode pendekatan
lingkungan, seperti di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Tatalaksana
non farmakologis tersebut dapat memberikan hasil yang lebih baik pada anak yang
terkena gangguan hiperkinetik atau hiperaktif
PROGNOSIS
Diperlukan diagnosis awal dan penanganan dini, dengan menggunakan
gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi, dan dukungan lingkungan
keluarga dan sekolah akan memberikan hasil prognosis baik.

sifat hiperaktifitas masa kanak-kanak akan terus berlangsung sampai masa remaja
dewasa, jika disertai dengan alkoholisme, penyalahgunaan obat, membuat kekacauan
di sekolah, dan melakukan tindakan kriminal.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai