Anda di halaman 1dari 23

Health Education

GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN


DAN HIPERAKTIVITAS

Oleh:
Novianto Guanovora
15014101308

Residen Pembimbing

dr. Shelvy P. Amelia

Supervisor Pembimbing
Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A(K)

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATANANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAMRATULANGI
RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Health Education dengan judul


GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN
DAN HIPERAKTIVITAS

Telah di koreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal 2017

Residen Pembimbing

dr. Shelvy P. Amelia

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A (K)


BAB I

PENDAHULUAN

GPPH (gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas) attention-

deficit/hyperactivity disorder-ADHD adalah salah satu jenis gangguan defisit

atensi/hiperaktifitas dimana keadan ini terdiri atas pola tidak menunjukkan atensi

yang persisten dan/atau perilaku yang impulsive serta hiperaktif, yang bersifat

lebih berat daripada yang diharapkan pada anak dengan usia sebayanya. GPPH

merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak,

yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada

anak-anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan

pada anak-anak. GPPH ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas,

dan impulsivitas.

Gejala yang satu bisa jadi menonjol dibandingkan gejala lainnya, atau bisa

juga terjadi kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Seringkali diagnosis GPPH

diabaikan, hal ini terjadi karena informasi mengenai GPPH sangatlah terbatas.

Bahkan peranan neurologis pada terjadinya GPPH masih diragukan.Dikatakan

juga kriteria diagnosis GPPH terlalu luas, dan tidak ada tes yang dapat dilakukan

untuk mendiagnosis GPPH. Namun saat ini, informasi mengenai GPPH semakin

berkembang, dan adanya peranan neurologis pada GPPH sudah dapat dibuktikan.

Dampak GPPH tidak hanya dirasakan oleh anak tersebut, namun juga

dirasakan oleh keluarga. Dampak pada anak bisa berupa prestasi sekolah yang
buruk, gangguan sosialisasi, status pekerjaan yang rendah, dan risiko kecelakaan

meningkat.Sedangkan dampak pada keluarga adalah menimbulkan stres dan

depresi pada keluarga, keharmonisan keluarga terganggu dan perubahan status

pekerjaan.

Anak dengan GPPH mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-

tugasnya.Anak-anak ini memerlukan bantuan, bimbingan, dan pengertian baik

dari orang tuanya, pembimbing, dan sistem pendidikan umum.Prognosis dari

GPPH ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat didiagnosis sehingga segera

mendapatkan terapi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention-

deficit/hyperactivity disorder-ADHD) adalah suatu keadan yang terdiri atas pola

tidak menunjukkan atensi yang persisten dan/atau perilaku yang impulsive serta

hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada yang diharapkan pada anak dengan

usia dan dalam tingkat perkembangan yang sama. Untuk memenuhi kriteria

diagnosis GPPH, beberapa gejala harus terdapat saat usia anak kurang dari 7

tahun, meskipun banyak yang baru terdiagnosis setelah berusia 7 tahun, saat

perilaku mereka menimbulkan masalah di sekolah maupun tempat lain yang terkat

dengan aktifitas anak sehari-hari. Kondisi dimana tidak adanya atensi dan/atau

hiperaktifias-impulsivitas harus sedikitnya mengganggu fungsi secara sosial, dan

akademik yang sesuai dengan perkembangan anak.

B. Klasifikasi

Klasifikasi GPPH berikut dibagi berdasarkan presentasinya pada individu,

berikut ini dibagi menjadi tiga jenis

- Combined presentation: terdapat adanya enam atau lebih manifestasi

klinis dalam satu cluster

- Predominantly Innattentive: terdapat enam atau lebih gejala

inattentive, dengan 3-5 gejala hiperaktivitas-impulsivitas


- Innattentive presentation (Restrictive): terdapat gejala inattentive

sejumlah enam atau lebih, dengan kurang dari 2 gejala hiperaktivitas-

impulsivitas

- Predominently hiperaktif: terdapat gejala inattentive sejumlah kurang

dari atau sama dengan 5 dengan lebih dari 6 gejala hiperaktivitas-

impulsivitas

C. Epidemiologi

Prevalensi GPPH secara global adalah sekitar 5,3 % terjadi pada anak dan

2,5 % terjadi pada dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena anak-anak yang

mengalami GPPH pada usia anak-anak akan memiliki kecemderungan sebesar 40-

60 % untuk tetap berkembang menjadi GPPH pada saat usia dewasa (Rohde et al,

2012). Di Amerika Serikat sendiri angka kejadian GPPH bervariasi mulai dari 2

sampai dengan 20 persen terjadi pada anak anak yang duduk di sekolah

dasar.Angka konservatif adalah 3 hingga 7 persen pada anak anak sekolah dasar

prapubertas. Gejala GPPH sering mucul pada usia 3 tahun, tetapi diagnosis

umumnya belum ditegakkan sampai anak tersebut masuk ke dalam lingkungan

yang terstruktur seperti taman kanak-kanak dan sekolah dasar, dimana pada

kondisi itu mulai tampak gejala anak yang hiperaktif-impulsif dan kurang

perhatian terhadap pelajaran dibandingkan teman sebayanya yang normal

D. Etiologi
GPPH memiliki etiologi yang cukup kompleks.Berbagai macam faktor

genetik dan lingkungan secara bersama-sama mengakibatkan gangguan

neurobiologis. Gen yang mengatur sistem neurotransmitter terlibat dalam GPPH.

Studi gen pada penderita GPPH telah menghasilkan bukti substansial yang

melibatkan beberapa gen penyebab gangguan, dengan studi meta-analisis

mendukung peran gen coding untuk DRD4, DRD5, SLC6A3, SNAP-25, dan

HTR1B. Studi deteksi genom pada alel potensial ADHD telah menunjukkan

hubungan pada kromosom 5p13, 6q12, 16p13, 17p11 dan 11q22-25.

Faktor lingkungan pre-, peri-dan postnatal memainkan peran penting

dalam penyebab GPPH. Faktor Prenatal berhubungan dengan gaya hidup ibu

selama kehamilan. Misalnya, paparan alcohol dan merokok saat kehamilan.Faktor

perinatal seperti pada bayi BBLR dan komplikasi persalinan.Faktor postnatal, gizi

buruk dan kekurangan gizi dalam GPPH kemungkinan juga berpengaruh.

Kelainan Organik, sebagai contoh adalah Sindroma Tourette. Sejumlah

kecil anak dengan GPPH juga mengalami gangguan neurologis yang disebut

sindroma Tourette. Orang dengan Tourette, juga mengalami tics dan gerakan-

gerakan aneh yang berulang, misalnya mengedip-ngedipkan mata atau

menggerak-gerakkan otot muka seperti menyeringai. Yang lainnya mungkin

mendehem berulang kali seperti membersihkan tenggorokan dari lendir,

mendengus, mendengkur, atau mengeluarkan suara seperti menggonggong.

Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan obat atau medikasi. Walaupun

hanya sedikit anak dengan GPPH yang mengalami sindroma ini, namun

banyak kasus sindroma Tourette berkaitan erat dengan GPPH. Pada kasus

demikian, kedua gangguan tersebut seringkali membutuhkan pengobatan.


E. Patofisiologi

Salah satu factor penyebab GPPH adalah adanya pengaruh genetik.Pada

GPPH terjadi disregulasi neurotransmitter tertentu di dalam otak yang membuat

seseorang lebih sulit untuk memiliki atau mengatur stimulus-stimulus internal dan

eksternal. Beberapa neurotransmiter, termasuk dopamine dan norepinephrine,

mempengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain juga

beberapa struktur otak. Adanya peningkatan ambilan kembali dopamine ke dalam

sel neuron daerah limbic dan lobus prefrontal dikatakan mengendalikan fungsi

eksekutif perilaku. Fungsi eksekutif bertanggung jawab pada ingatan,

pengorganisasian, menghambat perilaku, mempertahankan perhatian,

pengendalian diri dan membuat perencanaan masa depan. Hal ini menyebabkan

kemudahan mengalami gangguan dan ketiadaan perhatian dari sudut pandang

fungsi otak adalah kegagalan untuk menghentikan atau menghilangkan pikiran-

pikiran internal yang tidak diinginkan atau stimulus-stimulus kuat.

Selain faktor genetic yang berperan, ada juga pengaruh dari factor

lingkungan.Misalnya, paparan alkohol prenatal diketahui menginduksi anomaly

structural otak, terutama di cerebellum.Anak-anak yang terpapar alcohol sebelum

lahir dapat menjadi hiperaktif, impulsif, dan berada pada peningkatan risiko

berbagai gangguan kejiwaan.Kemudian ada juga pengaruh dari ibu yang merokok.

Ibu merokok menghasilkan 2,7 kali lipat peningkatan risiko GPPH, dan hubungan

dosis-respons antara ibu yang merokok selama kehamilan dan kejadian anak

hiperaktif telah ditemukan. Hal ini mungkin karena efek pada reseptor nicotinic,
yang memodulasi aktivitas dopaminergik.Gangguan dopaminergik seperti yang

dijelaskan pada paragraf sebelumnya berpengaruh pada kejadian GPPH.

F. Manifestasi Klinis

Meskipun GPPH biasanya di diagnosis selama tahun-tahun sekolah, ada

kecenderungan untuk di identifikasi pada usia prasekolah. Manifestasi perilaku

GPPH, seperti tingginya tingkat aktivitas, kontrol penghambatan yang buruk, dan

perhatian pendek, yang normative pada anak-anak pra sekolah yang sehat.Namun,

dalam kasus klinis, mereka lebih jelas dan mengakibatkan tingginya tingkat

perilaku genting dan cedera fisik, diatur dilakukan di banyak pengaturan,

termasuk rumah dan ruang kelas, dan kinerja yang buruk di prasekolah. Anak-

anak prasekolah dengan GPPH sering menderita kondisi lain komorbiditas, paling

sering, gangguan pemberontak oposisi (ODD), gangguan komunikasi, dan

gangguan kecemasan, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta lebih

terganggu dibandingkan dengan GPPH saja. Kebanyakan anak-anak prasekolah

GPPH hadir dengan GPPH gabungan subtype. Sub tipe impulsive dominan

hiperaktif lebih sering terjadi pada anak-anak prasekolah dibandingkan anak yang

lebih tua, dimana hiperaktif cenderung menurun dengan bertambahnya usia.

Meskipun kecenderungan gejala hiperaktif menurun dan gejala kekurangan

perhatian menjadi lebih jelas dengan pertambahan usia, lintasan hiperaktif dan

kurangnya perhatian pada anak usia dini secara signifikan berhubungan dengan

satu sama lain. Kebanyakan diagnosis GPPH terdeteksi pada anak-anak usia

sekolah, sebagai kasus biasanya di identifikasi dan dirujuk karena kesulitan


akademik. Secara singkat, anak usia sekolah dengan GPPH cenderung terganggu

dalam hal prestasi akademik, interaksi keluarga dan hubungan teman sebaya, dan

mengalami peningkatan tingkat komorbiditas psikiatrik. Sekitar 70% dari anak-

anak dengan GPPH memiliki setidaknya satu gangguan penyerta lain,

komorbiditas yang paling umum adalah ODD, gangguan kecemasan, dan

gangguan belajar. Prevalensi gejala kekurangan perhatian terus meningkat,

sebagai prevalensi gejala hiperaktif terus menurun selama tahun-tahun sekolah.

Sekitar 1/3 dari anak-anak dengan GPPH memiliki fungsi yang relative utuh di

usia dewasa. Namun, sebagai suatu kelompok, orang dewasa yang tumbuh

dengan GPPH memiliki hal yang lebih buruk dalam hal prestasi akademik dan

pencapaian, peringkat kerja dan prestasi kerja, praktek-praktek seksual beresiko

dan kehamilan yang tidak diinginkan, hubungan dan masalah perkawinan,

pelanggaran lalu lintas dan mobil kecelakaan, dan penyakit penyerta kejiwaan.

G. Diagnosis

Gejala GPPH lebih jelas terlihat pada aktivitas-aktivitas yang

membutuhkan usaha mental yang terfokus.Agar dapat didiagnosa dengan GPPH,

tanda dan gejalanya harus muncul sebelum usia 7 tahun dan kadang sampai usia 2

-3 tahun. Gejala GPPH terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,

hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Gejala akan meringan seiiring pertumbuhan

anak, tetapi tidak akan menghilang semuanya.

Adapun tandadan gejala inatensi, yaitu :


Seringkala gagal memperhatikan perincian atau membuat kecerobohan

dalam mengerjakan tugas dari sekolah ataupun aktivitas lainnya, serta

berganti-ganti kegiatan dengan cepat.

Sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama

selama mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi

pada satu kegiatan saya.

Terlihat seperti tidak mendengar walaupun diajak berbicara langsung

Mengalami kesulitan untuk mengikuti perintah dan sering gagal

menyelesaikan tugas dari sekolah, pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas

lainnya

Menghindari atau tidak menyukai atau mengalami kesulitan tugas-tugas

yang membutuhkan usaha mental yang lama, seperti tugas dari sekolah

atau pekerjaan rumah

Seringkali kehilangan barang yang diperlukan seperti buku, pensil,

mainan atau peralatan

Mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan kecuali melakukan sesuatu

yang disukai

Kesulitan untuk mengikuti instruksi

Seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara

Pelupa

Tanda dan gejala perilaku yang hiperaktivitas


Gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat

duduk.

Berbicara tidak bisa berhenti.

Seringkali berdiri dan meninggalkan bangkunya dikelas atau situasi

lainnya dimana seharusnya tetap duduk.

Sulit untuk bermain dengan tenang.

Selalu siap bergerak.

Tanda dan gejala impulsivitas

Berbicara berlebihan

Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan

Seringkali sulit menunggu gilirannya

Seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan orang lain

Jika ditemukan perilaku-perilaku diatas dapat digolongkan dengan GPPH.

1. Berlangsung lebih dari enam bulan

2. Muncul sebelum berusia 7 tahun

3. Terjadi pada lebih dari satu setting (sekolah dan rumah)

4. Menganggu aktivitas sekolah, bermain dan aktivitas sehari-hari lainnya

secara regular

5. Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anak-

anak lainnya

6. Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan GPPH, yaitu:

Sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu dan perubahan lingkungan, aktif


biasanya saat di buaian dan tidur sangat sedikit, Sering menangis. Bahkan

perilaku bias sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan

berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama.

H. Tatalaksana GPPH

Tatalaksana GPPH dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu terapi fakrmakologi

dan terapin non farmakologi baik untuk anak-anak maupun dewasa.Pengobatan

secara farmakologi paling sering dilakukan dan biasanya terdiri dari obat

stimulant seperti methylphenidate, dexmethylphenidate, garam amphetamine dan

lisdexamfetamine dimesylate (LDX). Namun, obat golongan non-stimulan seperti

atomoxetine, clonidine dan guanfacine juga efektif dalam mengobati GPPH.

Selain obat-obatan, ada juga pengobatan secara non-farmakologis.

Stimulan

Bagi sebagian besar pasien dengan GPPH, stimulan tetap pilihan pertama

untuk terapi obat.Methylphenidate dapat mengurangi gejala GPPH sepanjang hari

dan memiliki kepatuhan yang lebih besar.Dexmethylphenidate dan transdermal

methylphenidate juga juga memiliki manfaat ini.Beberapa studi menunjukkan

bahwa pengobatan dengan stimulan dapat membantu untuk mengurangi

kemungkinan komorbiditas psikiatrik lainnya selama masa remaja, termasuk

penggunaan rokok dan penyalahgunaan zat.

Namun, Yang paling umum efek samping stimulan (penurunan nafsu

makan, masalah dengan tidur). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sulit

untuk memprediksi mana anak-anak dengan GPPH akan memiliki efek samping,
efek samping kardiovaskular yang serius telah diidentifikasi dengan menggunakan

stimulant.

Kesimpulannya, obat stimulan yang sering menjadi pilihan pertama untuk

manajemen pengobatan GPPH. Penelitian telah menunjukkan bahwa obat

stimulan adalah pengobatan yang efektif untuk banyak gejala yang berhubungan

dengan GPPH.

Non stimulant

Beberapa anak mungkin tidak merespon obat stimulan, atau mungkin tidak

dapat mentolerir obat stimulan karena efek samping (misalnya kehilangan nafsu

makan).Dengan demikian, beberapa obat non-stimulan juga dapat digunakan

untuk terapi farmakoterapi GPPH. Obat yang disetujui oleh US Food and Drug

Administration (FDA) untuk pengobatan GPPH yaitu selektif norepinefrin

reuptake inhibitor (SNRI), atomoxetine, bentuk long-acting dari guanfacine, dan

bentuk long-acting dari clonidine. Clonidine dan guanfacine juga telah disetujui

oleh FDA untuk pemberian bersama obat stimulant.A-2-adrenergik agonis

clonidine dan guanfacine telah lama diketahui mengobati GPPH.

Pada orang dewasa, pendekatan pengobatan gabungan biasanya terdiri dari

farmakoterapi dan intervensi psikososial.Namun, tidak seperti GPPH anak, ada

beberapa bukti bahwa intervensi CBT yang berkhasiat.CBT gabungan antara

terapi kognitif dan perilaku.Terapi kognitif-perilaku mencakup prosedur kognitif

dan perilaku, dan memiliki inti tiga dasar: 1) aktivitas kognitif mempengaruhi

perilaku; 2) aktivitas kognitif dapat dipantau dan dimodifikasi dan 3) perubahan

perilaku dapat diproduksi oleh perubahan kognitif.


Terapi Non Farmakologi

Pelatihan orang tua dalam manajemen perilaku

Hal ini berguna untuk merekam bagaimana orang tua dan orang dewasa

lainnya bereaksi terhadap perilaku, dan apa interaksi berikutnya terjadi

sebagai akibat dari reaksi tersebut. Orang tua harus mendekati anak agar selalu

terjadi kontak dengan anak.

Intervensi sekolah

akuntabilitas yang lebih besar dari anak untuk guru dan lain-lain,

termasuk lebih cepat, sering dan menonjol umpan balik untuk kinerja, dan

peningkatan penataan lingkungan kelas dan mengajar materi semuanya

telah terbukti bermanfaat bagi anak dengan GPPH di sekolah.

Terapi nutrisi GPPH

Vitamin dan supplement:

Besi

Beberapa anak dengan GPPH telah ditemukan memiliki zat besi yang

rendah dalam darah mereka.Tidak jelas mengapa, tetapi penyedia layanan

kesehatan anak Anda mungkin ingin melakukan tes darah sederhana untuk

memeriksa besi rendah.Jangan pernah memberikan suplemen zat besi pada

anak Anda kecuali Anda diminta untuk melakukannya oleh penyedia layanan

kesehatan anak Anda.

Seng
Beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat seng yang rendah pada

anak-anak dengan GPPH. Namun terlalu dini untuk merekomendasikan

suplemen zinc.Juga seng dapat berinteraksi dengan beberapa obat stimulan

anak.

Megavitamins

Satu studi menemukan megavitamins terapi dapat terjadi kerusakan

pada hati.Jangan gunakan megavitamins sampai penelitian lebih lanjut dapat

dilakukan.

Omega-3 dan -6 Asam Lemak Suplemen

Satu studi yang disebut studi Oxford-Durham melihat menggunakan

suplemen diet pada 117 anak, sekitar 38 di antaranya memiliki gejala GPPH.

Makanan sehat yaitu :

Ikan

Sayuran

Tomat

Buah Segar

Biji-bijian

susu rendah lemak

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada penderita GPPH antara lain

kecemasan, gangguan emosi dan kerpibadia, gangguan belajar dan pada kondisi

yang lebih lanjut dapat menyebabkan gangguan bipolar pada pasien.

J. Prognosis

Gejala hiperaktif akan berkurang pada masa adolescence, sedangka gejala

impulsive dan emosi yang labil akan menetap. Anak dengan GPPH pada waktu

dewasa sering masih mempunyai gejala agresif dan menjadi pecandu minuman

keras/alkoholisme).Prognosis lebih baik bila didapatkan fungsi intelektual yang

tinggi, dukungan yang kuat dari keluarga, teman-teman yang baik, diterima di

kelompoknya dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih

komorbid gangguan psikiatri.


BAB III

PENUTUP

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention-

deficit/hyperactivity disorder-ADHD) adalah suatu keadan yang terdiri atas pola

tidak menunjukkan atensi yang persisten dan/atau perilaku yang impulsive serta

hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada yang diharapkan pada anak dengan

usia dan dalam tingkat perkembangan yang sama. Kondisi dimana tidak adanya

atensi dan/atau hiperaktifias-impulsivitas harus sedikitnya mengganggu fungsi

secara sosial, dan akademik yang sesuai dengan perkembangan anak.

GPPH dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga faktor lingkungan yang

saling berkaitan.Penanganan GPPH dibedakan menjadi farmakologis dan non-

farmakologis.Terapi farmakologis dibagi menjadi obat-obatan stimulan dan non-

stimulan, sedangkan terapi non farmakologis terdiri dari terapi intervensi perilaku

dan juga terapi nutrisi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH),

dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2010: 441-454

2. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) in children. The

Australian Psychological Society Limited: 2014

3. Konofal E, Lecendreux M, Deron J, Marchand M, Cortese S, Zaim M, et

al. 2010. Effects of iron supplementation on attention deficit hyperactivity

disorder in children. Pediatric Neurology. 38(1):20-6

4. Antshel, Kevin M. 2011. Advances in understanding and treating ADHD.

BMC Medicine. Available from http://www.biomedcentral.com/1741-

7015/9/72[Accessed on April 13th 2016]

5. CDC. 2015. Autism Spectrum Disorder (ASD). Available from

http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/treatment.html[Accessed on January

04th 2017]

6. Cherkasova M, et al. 2013. Developmental Course of Attention Deficit

HyperactivityDisorder and its Predictors. J Can Acad Child Adolesc

Psychiatry. 22(1): 47-55. Available from [Accessed on April 13th 2015]

7. Curatolo P, DAgati E, Moavero R, 2010. The neurobiological basis of

ADHD. Italian Journal of Pediatrics. 36:79.Available from

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1824-7288-36-

79.pdf[Accessed on January 04th 2017]


8. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri 2010. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

9. Millichap JG & Yee MM., 2012. Managing ADHD with Nutrition.

Available from

http://www.uvm.edu/medicine/ahec/documents/ADHDdietHandout20130

22.pdf.[Accessed on January 04th 2017]

10. Roberts W., Milich R. 2013. Examining the Changes to ADHD in the

DSM-5: One Step Forward and Two Steps Back. The ADHD Report 2017:

Vol. 21:4.

11. Rohde A., Verin R., Polanczyk G. The Management of ADHD in

Children, Young People and Adults: Epidemiology of ADHD. Journal of

Cutting Edge Psychiatry in Practice., Available from

http://www.cepip.org/sites/default/files/CEPiP.2012.1.pdf [Accessed on

January 04th 2017]

12. Sadock, B.J., Kaplan, H.I. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa

Aksara.
LAMPIRAN

Gambar1. Dokter muda yang sedang mengadakan penyuluhan


ABSEN STASE PEDIATRI SOSIAL
ABSEN DOKTER, DOKTER MUDA, PERAWAT, DAN PASIENYANG

MENGIKUTI KEGIATAN HEALTH EDUCATION

Anda mungkin juga menyukai