LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP TEORI PENYAKIT
A. DEFINISI
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attentiondeficitandhyperactivitydisorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal
braindysfunctionsyndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada
masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu
pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau
diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah
sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.
B. KLASIFIKASI
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.
Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak
mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering
melamun dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau
menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak,
mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang
bolan dan mulai melompat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba menyusun atau membuat
menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh perbendaharaan kata,
mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah,
menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?
Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah, memasak)?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang
mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
1. Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau
perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau
daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah
atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di
rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga diri anak yang
mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan mengalami
masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri
mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk
dan bodoh
B. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara lain :
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
3. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan
perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap
kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak
memuaskan.
6. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik
negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri.
7. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau
saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang perilaku anak, kepenatan orang tua karena
menghadapi anak dengan gangguan dalam jangka waktu yang lama.
8. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
C. PERENCANAAN
6. Pengakuan da
positif mening
diri.
6. Memberikan dorongan
dan dukungan kepada
pasien dalam mengalami
rasa takut terhadap
kegagalan dengan
mengikuti aktivitas-
aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-
tugas baru dan berikan7. Pendekatan
pengakuan tentang kerja disebut shap
keras yang berhasil prosedur peri
dengan penguatan positif pendekatan ya
untuk usaha-usaha yang turut akan pe
dilakukan. diinginkan,
secara posit
7. Beri umpan balik positif memungkinkan
kepada klien jika memberikan
melakukan perilaku yang kepada klien
mendekati pencapaian menunjukkan h
tugas. sebenarnya sec
3. Pertanyaan-pe
yang langsung
dan mendek
cocok untuk ha
Anak yang
3. Tentukan maksud dan rencana ya
alat – alat yang digunakan ada
memungkinkan untuk lebih tinggi da
bunuh diri. Tanyakan tidak.
“apakah anda memiliki
rencana untuk bunuh4. Diskusi tentan
diri?” dan “bagaimana perasaan untuk
rencana anda untuk dengan seseo
melakukannya?” dipercaya
suatu derajat p
pada anak. Sua
membuat p
4. Dapatkan kontrak verbal menjadi ter
atau tertulis dari anak menempatkan
yang menyatakan tanggung jaw
persetujuannya untuk keamanan de
tidak mencelakakan diri Suatu sikap me
sendiri dan menyetujui sebagai seseo
untuk menemukan staf patut diperha
pada kondisi dimana disampaikan.
pemikiran kearah
tersebut muncul.
5. Informasi tent
tambahan dar
respon peri
persepsia ana
situasi ini ha
Diskusikan a
dengan anak a
respon – resp
5. Bantu anak mengenali alternatif
kapan kemarahan terjadi diidentifikasi
dan untuk menerima maladaptif.
perasaan-perasaan
tersebut sebagai6. Hal ini vital
miliknya sendiri. Apakah mengekspresik
anak telah menyimpan – perasaan m
suatu: buku catatan bunuh diri d
kemarahan “dimana merusak diri se
catatan yang dialami seringkali terl
dalam 24 jam disimpan. suatu akib
kemarahan dia
diri sendiri.
7. Keamana fisik
6. Bertindak sebagai model
prioritas dari ke
peran untuk ekspresi
yang sesuai dari
percobaan.
8. Ansietas dan
dapat diredak
aman dan den
manfaat untuk
cara ini.
8. Coba untuk
mengarahkan perilaku
kekerasan fisik untuk
ansietas anak (mis.
Kantung pasien untuk
latihan tinju, jogging,
bola voli).
5. Berikan sarana
perawatan yang
membantu tidur
(misalnya: gosok6. Tubuh membe
punggung, latihan gerak menyesuaikan
relaksasi dengan musik siklus rutin d
lembut, susu hangat dan dan aktivitas.
mandi air hangat).
7. Beri jaminan
ketersediaan pada anak
jika dia terbangun pada
malam hari dan dalam
kondisi ketakutan
5. Keamanan a
4. Perawat harus prioritas kepera
mempertahankan
suasana nyaman pada
pasien.
6. Sebagaimana
dapat
5. Tawarkan bantuan pada mengembangka
waktu-waktu terjadi kecurigaan pa
peningkatan individu yang
ansietas. Pastikan menafsirkan
kembali akan sebagai suatu a
keselamatan fisik dan
fisiologis. 7. Rencana
memberikan an
6. Penggunaan sentuhan aman untuk
menyenangkan untuk yang lebih
beberapa terhadap kondi
anak. Bagaimanapun jika terjadi lagi
juga anak harus berhati-
hati terhadap
penggunaan. 8. Obat-obatan
ansietas
diazepam,
7. Dengan klordiasepoksid
berkurangntaansietas, ) memberika
temani anak untuk lega terhadap
mengetahui peristiwa- yang tidak b
peristiwa tertentu yang ansietas dan m
mendahului kerjasama an
serangannya. Berhasil terapi.
pada respons-respons
alternatif pada kejadian
selanjutnya.
8. Lakukan kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian obat
penenang sesuai dengan
yang diperintahkan. Kaji
untuk keefektifitasannya,
dan beri petunjukkepada
anak mengenai
kemungkinan efek-efek
samping yang memberi
penharuh berlawanan.
6. Koping defensif berhubungan Tujuan: 1. Kenali dan dukung 1. Memfokuskan
dengan harga diri rendah, kurang Anak akan kekuatan-kekuatan ego aspek pos
umpan balik atau umpan balik mendemonstrasikan dasar. kepribadian
negatif yang berulang yang kemampuan untuk membantu
mengakibatkan penurunan berinteraksi dengan memperbaiki k
makna diri. orang lain tanpa
menjadi defensif, 2. Identifikasi ma
perilaku 2. Beri semangat kepada langkah per
merasionalisasi atau anak untuk menteahui proses perubah
mengekspresikan dan mengungkapkan dan resolusi.
pikiran waham bagaimana perasaan ini
kebesaran dengan menimbulkan perilaku
kriteria hasil: defensif, seperti
1. Anak menyalahkan oprang lain
mengungkapkan dan karena prilakunya
menerima tanggung sendiri.
jawab terhadap 3. Anak mungk
perilakunya sendiri. 3. Beri cepat sebenarnya pengetahuan
2. Anak umpan balik yang tidaj bagaiamna d
mengungkapkan mengancam untuk oleh orang
korelasi antara perilaku-perilaku yang informasi ini
perasaan-perasaan tidak dapat diterima yang tidak
ketidakseimbangan dapat memb
dan kebutuhan untuk mengeliminasi
mempertahankan ego yang tidak diin
melalui rasionalisasi
dan kemuliaan. 4. Bermain
3. Anak tidak memberikan p
menertawakan atau untuk mengha
mengkritik orang lain.4. Bantu anak untuk situasi yang su
4. Anak berinteraksi mengidentifikasi situasi- hal tersebut
dengan orang lain situasi yang terjadi.
dengan situasi-situasi menimbulkan sifat
kelompok tanpa defensif dan praktik
bersikap defensif. bermain peran dengan 5. Umpan bal
respons-respons yang meningkatkan
lebih sesuai. dan member
untuk mengula
perilaku yang d
5. Beri dengan segera
umpan balik positif 6. Keberhasilan
untuk perilaku-perilaku meningkatkan
yang dapat diterima.
7. Karena
6. Membantu anak untuk kemampuan
menetapkan sasaran- memecahkan
sasaran yang realistis, bantuan
konkret dan diperlukan unt
membutuhkan tindakan- kembali
tindakan yang cocok mengembangka
untuk mencapai sasaran- baru, pada kon
sasaran ini. metode-metode
baru tertentu t
7. Evaluasi dengan anak efektif.
keefektifan perilaku-
perilaku yang baru dan
diskusikan adanya
perubahan untuk
perbaikan.
6. Mengembangk
pendukung
meningkatkan
diri dan keefe
tua.Pemberian
atau harapan
depan.
D. IMPLEMETASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan /
ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
antara lain:
1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang.
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan
umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap malam.
5. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai
oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi
terhadap stres.
6. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
7. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam
berespons perilaku anak.
8. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya
terapi dalam kemampuan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA