Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif, atau yang lebih
dikenal dalam Bahasa Inggris ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) saat
ini banyak dibicarakan, dipermasalahkan, dan diusahakan untuk ditangani. Ini gejala
yang fenomenal karena dalam pandangan awam, gangguan ini bagi mereka lebih
biasa disebut penyakit merupakan gejala baru yang seolah-olah entah dating dari
mana secara sekonyong-konyong. Jadi kalau disebut menggegerkan, tidaklah
berlebihan.
Terhadap berbagai gangguan semacam ADHD ini, demikian luasnya
pembicaraan orang. Para professional pun sering kewalahan menjawab dan
menjelaskan pertanyaan serta situasi yang sebenarnya terjadi terhadap penderita dan
orang tua penderita. Kadang bukan pertanyaan melainkan permasalahan dan
keterangan yang memancing diskusi.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa terhadap gangguan-gangguan yang
begitu cepat memasyarakat ini, terdapat peluang untuk terjadinya hiruk-pikuk
mengenai masalah ini. Tentu saja peluang untuk justru membangun pencerahan dan
penambahan pengetahuan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi ADHD ?
2. Apa saja Klasifikasi ADHD ?
3. Bagaimanakah Etiologinya ?
4. Bagaimanakah Patofisiologinya ?
5. Apa saja Manisfestasi klinis yang ada ?
6. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik ADHD ?
7. Apa saja Komplikasi dari ADHD
8. Bagaimana penatalaksanaan ADHD ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Memahami Definisi ADHD
2. Mengetahui apa saja Klasifikasi ADHD
3. Memahami tentang Etiologi ADHD
4. Memahami tentang Patofisiologi ADHD
5. Mengetahui bagaimana Manisfestasi klinis dari ADHD
6. Memahami tentang Pemeriksaan penunjang ADHD
7. Mengerti apa saja Komplikasi ADHD
8. Mengetahui apa saja penatalaksanaan ADHD

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Devinisi

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian


dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attentiondeficitandhyperactivitydisorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering
disebut minimal braindysfunctionsyndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan
pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun)
dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri
perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto
Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola
perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak
mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)


Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan
ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak
mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan
konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering
melamun dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-awang”, tidak
bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus
berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana
kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik.

3
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja
bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran.
Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak
perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran

3. Tipe gabungan (kombinasi)


Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini
mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan
mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah,
mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak
hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan
atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan
perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.

3. Etiologi
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
a. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-
faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu
muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam
bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi
pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin
merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi

4
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah
tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-
prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
b. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan
saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga
terlihat pada anak kembar.
d. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara
orang tua dengan anaknya.
4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan
tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria
yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang
sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–
pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level
of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut
dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan
elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat
penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka
laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para
guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

5
5. Manifestasi klinis
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–
anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan
lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai
rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka
cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan
frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah
terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap
kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri
ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial
yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–
lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya
sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak
ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan
sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka
mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara
mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri
untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran
mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang
rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai
ketidakmampuan belajar membaca matematika dan mengeja serta tulis tangan.
Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
6. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang

6
tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.
7. Komplikasi
a. Diagnosis sekunder : gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
b. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).
8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai
setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik
yang kuat dan keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-
permainan yang keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu,
dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau
tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku
mereka.
7.

7
b. Medis
1. Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami


gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin.
obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih
sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan
mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada
rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon
yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan
sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik,
mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian
pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh
obat itu atau tidak.

2. Dosis:

Obat di bawah ini diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan
tidur penderita.

 Metilfenidat
 Dekstroamfetamin
 Magnesium pemolin
 Fenotiazin

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas


adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas
serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan
ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan
pertumbuhan.

8
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ADHD

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien.
o Nama
o Umur
o Jenis kelamin
o Pendidikan
o Pekerjaan
o Status perkawinan
o Agama
o Suku
o Alamat
o Tanggal MRS
o Tanggal pengkajian
o No RM
Sumber Informasi

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt


Hiperactivity Disorder

1. Pengkajian riwayat penyakit


a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.

9
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian
besar tidak berhasil.

2. Penampilan umum dan perilaku motoric


a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang
telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya
3. Mood dan afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.
4. Proses dan isi piker
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.
5. Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.

10
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak apat memberi perhatian pada pertanyaan
atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.
6. Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan
kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun
sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

11
c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis
dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-
barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang
mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah
yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin
juga ada riwayat cedera fisik.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
a. Rambut yang halus
b. Telinga yang salah bentuk
c. Lipatan-lipatan epikantus
d. Langit-langit yang melengkung tinggi serta
e. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta
permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.
c. Pemeriksaan penunjang
a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan
diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah
banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh

12
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.
b. Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan
gangguan ini.
c. Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)
d. Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for
attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)
e. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering
digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
3. Intervensi keperawatan

NO Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1 Kerusakan  Ketrampilan interaksi  Peningkatan
interaksi sosial social sosialisasi,
berhubungan Tujuan : Pasien mampu aktivitas
dengan disabilitas menunjukan interaksi social keperawatan :
perkembangan yang baik.  Kaji pola interaksi
(hiperaktivitas). Kriteria Hasil : antara pasien dan
1. Menunjukan perilaku orang lain
yang dapat  Anjurkan pasien
meningkatkan atau untuk bersikap jujur
memperbaiki interaksi dalam berinteraksi
social dengan orang lain
2. Mendapatakan atau dan menghargai hak
meningkatkan orang lain.
ketrampilan interaksi  Identifikasi
social (misalnya: perubahan perilaku
kedekatan, kerja sama, yang spesifik.
sensitivitas dan  Bantu pasien
sebagainya). meningkatkan

13
3. Mengungkapkan kesadaran akan
keinginan untuk kekuatan dan
berhubungan dengan keterbatasan dalam
orang lain.Indicator berkomunikasi
skala : dengan orang lain.
 Tidak ada  Berikan umpan
 Terbatas balik yang positif
 Sedang jika pasien dapat

 Banyak berinteraksi dengan


orang lain.

2 Risiko cedera  Pengendalian Resiko  Mencegah Jatuh,


berhubungan Tujuan : Klien dapat terhindar
dari resiko cedera aktivitas
dengan
Kriteria Hasil : keperawatan :
hiperaktivitas dan
1. Mengubah gaya hidup
perilaku impulsif. untuk mengurangii  Identifikasikan
resiko. factor yang
2. Pasien/keluarga akan
mengidentifikasikan mempengaruhi
resiko yang dapat kebutuhan
meningkatkan
kerentanan terhadap keamanan,
cedera.
misalnya:
3. Orang tua akan
memilih permainan, perubahan status
memberi perawatan
mental, keletihan
dan kontak social
lingkungannya dengan setelah
baik.
beraktivitas, dll.
4. Indikator skala :  Berikan materi
 Tidak pernah
 Jarang pendidikan yang
 Kadang-kadang berhubungan
 Sering
 Konsisten dengan strategi dan
tindakan untuk
mencegah cedera.
 Berikan informasi
mengenai bahaya
lingkungan dan

14
karakteristiknya
(misalnya : naik
tangga, kolam
renang jalan raya,
dll )
 Hindarkan benda-
benda disekitar
pasien yang dapat
membahayakan
dan menyebabkan
cidera.
 Ajarkan kepada
pasien untuk
berhati-hati dengan
alat permainannya
dan intruksikan
kepada keluarga
untuk memilih
permainan yang
sesuai dan tidak
menimbulkan
cedera.
 Resiko
keterlambatan
perkembangan
berhubungan
dengan. penyakit
mental
(hiperaktivitas),
kurang konsentrasi.

4. Evaluasi keperawatan

15
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
hiperaktif antara lain:
1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang
meningkat saat pulang.
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping
yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7
jam setiap malam.
5. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang,
sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak
perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi terhadap stres.
6. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau
mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
7. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih
konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak.
8. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab
masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.

16
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengaami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitan dhyperactivity
disorder (ADHD. )Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsive. Hal hal yang dapat terjadi
pada anak ADHD adalah pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit
membaca dan mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas
konsentrasi), hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat
perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan).
2. Saran
Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Betz, Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.NANDA. 2006. Panduan

18

Anda mungkin juga menyukai