Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN ADHD

KELOMPOK 26
Evita Riani (152310101119)
Ekfatil Mardiyah (152310101120)
Definisi ADHD

 ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)


adalah nama yang diberikan untuk anak-
anak, remaja, dan beberapa orang dewasa,
yang kurang memperhatikan, mudah
dikacaukan, dengan over aktif, dan juga
impulsif. ADHD adalah suatu gangguan
neurobiologi, dan bukan penyakit yang
mempunyai penyebab spesifik.
Faktor – faktor penyebab ADHD

 1. Faktor Genetik (Keturunan)


 2. Faktor fungsi otak
 3. Faktor lingkungan
Kriteria ADHD
1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak bisa berkonsentrasi lebih dari 5
menit. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam aktu lama dan mudah
teralihkan perhatiannya kepada hal lain
2. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umunya memiliki sikap mementang
atau pembangkang atau tidak mau dinasehati
3. Destruktif
Perilakunnya bersifat destruktif atau merusak, ketika menyusun lego
4. Tidak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukan sikap lelah
5. Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas.
6. Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar.
7. Intelektualitas rendah
Seringkali intlektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di
bawah rata – rata anak normal
Tipe ADHD gabungan

 Untuk mengetahui ADHD tipe ini,


dapat dideteksi oleh adanya
paling sedikit 6 diantara 9 kriteria
untuk perhatian, ditambah paling
sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk
hiperaktivitas impulsifitas
Tipe ADHD kurang
memerhatikan dan tipe ADHD
hiperaktif impulsive

Untuk mengetahui tipe ADHD ini, dapat


didiagnosis oleh adanya paling sedikit 6
dianatara 9 gejala untuk “perhatian” dan
mengakui bahwa individu – individu tertentu
mengalami sikap kurang memerhatikan yang
mendalam tanpa hiperaktivitas atau
implusifitas.
Tipe ADHD hiperaktiv
impulsive

Tipe ketiga ini menuntut


sedikit 6 diantara 9 gejala yang
terdaftar pada bagian
hiperaktif impulsifitas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan

diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang

mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah

gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada

elektrosefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti

tentang penyakit neurologic atau epilepsy yang progresif, tetapi

penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG

yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam

melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar anak itu.


MANIFESTASI KLINIS
 Anak dengan ADHD memiliki rentan perhatian yang
pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif
 Gerakan-gerakan yang tidak bertujuan
 Cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan
atau merenungkan akibat tindakan tersebut
 Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat
netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok,
tetapi secara sosial mereka bersikap kaku
 Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam
tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara
mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam
bidang olah raga
Penatalaksanaan
 A. Keperawatan
-
Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pa
da anak yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan
kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan
kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan
akademik dan psikososial anak yang bersangkutan
- Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjal
an secara teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan
dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya
selalu diberikan kata-kata pujian
- Perangsangan yang berlebihan serta keletihan
yang sangat hebat haruslah dihindarakan, anak tersebut
akan mempunyai saat -
saat santai setelah bermain terutama sekali setelah ia
melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
Medis

 Farmakologi yang sering digunakan adalah


dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium
pemolin serta fenotiazin. obat tersebut
mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit
Konsep Asuhan
Keperawatan Anak
dengan ADHD
1. Pengkajian
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak
yang mengalami Attention Deficyt
Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
a. Pengkajian riwayat penyakit
b. Penampilan umum dan perilaku motorik
c. Mood dan afek
d. Proses dan isi pikir
e. Sensorium dan proses intelektual
f. Penilaian dan daya tilik diri
g. Konsep diri
h. Peran dan hubungan
i. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
DIAGNOSA
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan
dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas)
2. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan gangguan kepribadian
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua
berhubungan dengan anakdengan
gangguan pemusatan perhatian
hiperaktivitas
4. Resiko cedera berhubungan dengan
psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan
berhubungan dengan penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi
Intervensi
Implementasi
EVALUASI

 Kemampuan interaksi sosial


 Proses pikir
 Fokus terhadap sesuatu
 Respon terhadap stimulus
 Harapan peran orangtua
 Mengungkapkan dengan kata sifat positif
 Gaya hidup untuk mengurangi resiko

Analisis Jurnal

 Judul Jurnal : Binge Eating dan Status Gizi


Pada Anak Penyandang Attention
Deficit/Hiperactivity Disorder (ADHD)
 Tahun : 2014
 Penulis :
 Erry Nur Rahmawati,
 Widya Rahmawati
 Sri Andarini
Judul
 Variabel yang digunakan dalam jurnal yaitu
variabel depedent atau terikat dimana tujuan
dari penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan antara tipe ADHD dengan kejadian
binge eating dan status gizi pada anak
penyandang ADHD.
Introducion
 Masalah :
 Skala :
ADHD adalah kondisi Persentasi ADHD di Indonesia
psikiatrik yang paling pada anak-anak usia sekolah
umum dan mengganggu masih belum diketahui
pada masa kanak-kanak; karena peningkatan jumlah
diperkirakan kasusnya sangat bervariasi.
mempengaruhi 5-10% Penyebab yang sebenarnya
anak-anak usia sekolah. dari ADHD tidak diketahui.
Teori lama mengatakan
penyebabnya antara lain
adalah keracunan, komplikasi
pada saat melahirkan, alergi
terhadap gula dan beberapa
jenis makanan, dan
kerusakan pada otak
 Kronologis :
Para ilmuwan tidak yakin apa penyebab ADHD, meskipun banyak
penelitian menunjukkan bahwa gen memainkan peran besar. Seperti
banyak penyakit lain, ADHD kemungkinan dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor.
Penyandang ADHD sering memiliki masalah psikologis termasuk
anxiety (kegelisahan), depresi, dan kekacauan kepribadian.
 Solusi :
Kejadian binge eating pada anak-anak masih belum terlalu dalam
dibahas dalam literatur-literatur terutama anak-anak penyandang
ADHD yang notabene juga memiliki banyak gangguan pada
psikologis, sehingga penulis ingin meneliti lebih dalam tentang
kejadian binge eating pada anak-anak penyandang ADHD baik
dengan tipe inatensi maupun dengan tipe hiperaktif-impulsif apakah
terdapat hubungan dan perbedaan level binge eating di antara
keduanya karena memang kedua tipe memiliki karakteristik dan
gejala yang berbeda serta apakah perilaku makan berlebihan tersebut
dapat berpengaruh terhadap status gizi mereka.
Theory

Hampir setiap orang melakukan overeating


pada peristiwa tertentu. Tetapi untuk
beberapa orang, overeating dapat melampaui
batas menjadi kelainan binge eating dan itu
menjadi hal yang biasa bagi orang tersebut
(Mayo Foundation for Medical Education and
Research,2012)
Methodelogy
 Jenis penelitian :

Penelitian kuantitatif dengan metode analitik observasional dengan rancangan cross


sectional untuk mengetahui besarnya kejadian binge eating dan status gizi pada
penyandang ADHD tipe inatensi dan tipe hiperaktif-impulsif dimana variabel sebab
dan akibat diambil dalam waktu yang bersamaan.

 Rancangan penelitian :

Peneliti menggunakan metode cross sectional dengan alasan variabel-variabel dalam


penelitian tidak diteliti perkembangan atau perubahannya tetapi hanya diukur satu
kali pada suatu waktu karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada subyek
penelitian.

 Sampel :

Subyek penelitian dilaksanakan di tiga sekolah yaitu Sekolah Autis Laboratorium


Universitas Negeri Malang, Pusat terapi Perilaku “A Plus”, dan SD LB Negeri
Panggungsari.
 Teknik sampling :
Menggunakan Total Sampling. Pengambilan
subyek dilakukan dengan mengambil data
jumlah seluruh anak penyandang ADHD yang
ada di sekolah yang terpilih, dengan kriteria
inklusi: anak penyandang ADHD, laki-laki
maupun perempuan, sehat (tidak menderita
sakit atau mengalami kondisi yang sampai
menyebabkan pola makan anak berubah pada
masa penelitian), berumur antara 5 - 18 tahun.
Jumlah subyek yang diperoleh sebanyak 29
anak.
 Uji Analisis :
Data diolah dengan menggunakan software
Statistical Product and Service Solution 16
(SPSS 16).
Result And Discuss
 Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan melaksanakan
wawancara langsung kepada responden, dalam hal ini orangtua dari
anak ADHD yang berusia 5 - 18 tahun menggunakan kuesioner,
diperoleh sebanyak 29 subyek penelitian melalui total sampling.
Sebagian besar subyek berada pada kelompok umur 5 – 10 tahun , dan
jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 23 anak. Mayoritas subyek
memiliki tipe hiperaktif-impulsif. Hanya 13,8% subyek yang
mengalami binge eating. Sekitar 50% dari subyek memiliki status gizi
normal, 25% status gizi kurus/sangat kurus dan 25% status gizi
gemuk/obesitas.
 Hasil analisis di atas memberikan interpretasi bahwa anak-anak
penyandang ADHD yang memiliki tipe hiperaktif-impulsif memiliki
kecenderungan untuk menerapkan perilaku binge eating dalam pola
makannya sehari-hari. Kecenderungan melakukan binge eating
tersebut tentunya akan berdampak pada berbagai aspek sehubungan
dengan perkembangan fisik maupun mental anak ADHD baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Conclusion
 Meskipun hubungannya tidak bermakna menurut analisis
statistik, masih terdapat nilai yang menunjukkan bahwa
sebenarnya terdapat hubungan antara kedua variabel
tersebut meskipun kekuatan hubungannya belum bisa
ditegakkan secara nyata karena keterbatasan jumlah subyek
penelitian. Jika dilakukan analisis deskriptif, dari keempat
anak penyandang ADHD yang mengalami binge eating,
dapat dilihat bahwa tiga anak memiliki status gizi gemuk
dan obesitas dan yang satu dalam kategori normal.
Sedangkan anak yang tidak mengalami binge eating tampak
lebih banyak yang berada dalam kategori sangat kurus,
kurus, dan normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa binge
eating dapat menjadi salah satu faktor pencetus
ditemukannya status gizi lebih pada anak ADHD.
Hal Baru yang diperoleh
 Makan berlebih (overeating) biasanya
mengarahkan pada obesitas. Selain itu,
makanan yang dikonsumsi selama binge
eating sering mengandung tinggi lemak dan
karbohidrat yang mana dapat mengarah
pada berbagai masalah kesehatan
Kelemahan

Perbedaan dan korelasi yang tidak signifikan


antar-variabel penelitian ini dapat disebabkan
oleh terlalu sedikitnya jumlah subyek yang
diambil sebagai subyek penelitian. Sedangkan
pada teorinya, untuk melaksanakan penelitian
observasional dengan subyek manusia diperlukan
jumlah subyek minimal 15 pada masing-masing
kelompok . Hal ini dikarenakan semakin besar
ukuran subyek yang dipakai maka semakin kecil
nilai kritis atau batas kepercayaan yang dipakai
acuan
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai