KONSEP MEDIS
A. Definisi
Marasmus adalah bentuk kekurangan gizi. Itu terjadi ketika asupan nutrisi
dan energi terlalu rendah untuk kebutuhan seseorang. Ini menyebabkan
pembuangan, atau hilangnya lemak dan otot tubuh. Seorang anak dengan
marasmus mungkin tidak tumbuh seperti anak-anak biasanya. Malnutrisi terjadi
ketika kekurangan nutrisi menyebabkan masalah kesehatan, biasanya karena diet
seseorang tidak mengandung semua vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
untuk berfungsi. Ketika seseorang tidak mendapatkan nutrisi yang tepat, akan
lebih sulit bagi tubuh mereka untuk melakukan proses rutin yang memungkinkan
mereka untuk menumbuhkan sel baru atau melawan penyakit. Masalah kesehatan
yang lebih serius dapat terjadi (Gill, 2018).
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus
(Marimbi, 2015).
B. Etiologi
Menurut Behrman, (2015) etiologic marasmus antara lain :
1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan
dalam susunan makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
orang tua- anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan
metabolisme atau malformasi bawaan.
3. Gangguan setiap system tubuh yang parah dapat mengakibatkan
terjadinya malnutrisi
4. Disebabkan oleh pengaruh negative faktor-faktor sosioekonomi dan
budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi pada umumnya,
keseimbangan nitrogen yang negative dapat pula disebabkan oleh
diare kronik malabsorpsiprotein, hilangnya protein air kemih (sindrom
nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hepar. Secara
garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan
yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi
dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar
diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat.
Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Marimbi, 2015).
C. Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun
tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak
saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk
komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang
masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat
membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 dalam Pardi, 2014)
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis KEP berat/gizi buruk yang dapat ditemukan pada marasmus
yaitu tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, kulit keriput, perut
cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas (iga gambang),
pantan kendur dan keriput (baggy pants) serta tekanan darah, detak jantung dan
pernafasan berkurang. (Nadila & Anggraini , 2016). Tanda dan gejala dari
marasmus adalah:
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2. Diare.
3. Mata besar dan dalam
4. Akral dingin dan tampak sianosis
5. Wajah seperti orang tua
6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.
8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit
jelek
9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun
11. Vena superfisialis tampak lebih jelas
12. Ubun-ubun besar cekung
13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
14. Anoreksia
15. Sering bangun malam
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain: (Pardi , 2014)
1. Tanda klinis
a. Wajah seperti orang tua
b. Sering terdapat penurunan kesadaran
c. Kulit kering, dingin dan kendor
d. Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas
e. Sering disertai diare atau konstipasi
f. Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan berkurang
2. Antropometrik
Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada
pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuranpengukuran fisik anak
(berat, tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan angka standard
(anak normal). Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu
a. Berat dibandingkan dengan umur anak
b. Tinggi dibandingkan dengan umur anak
c. Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak
Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada Untuk
membandingkan berat dengan umur anak.
3. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah
merah (Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada
anak dengan malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci,
dapat pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-
komplikasi yang terjadi pada anak tersebut.
F. Komplikasi
Komplikasi Menurut Markum (1999) dalam (Pardi , 2014) komplikasi yang
mungkin terjadi pada penderita marasmus adalah:
1. Defisiensi vitamin A Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau
absorbsi yang terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita
malnutrisi , sering terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran
nafas, atau pada penyakit hati. Karena vitamin A larut dalam lemak, masukan
lemak yang kurang dapat menimbulakn gangguan absorbsi.
2. Infestasi cacing Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya
terjadi infeksi khususnya gastroenteritis.pada anak dengan gizi buruk atau
kurang gizi akan mengalami peningkatan jumlah parasit seperti cacing.
3. Tuberkulosis Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkulosis, anak
akan membentuk “tuberkulosis primer”. Gambaran yang utama adalah
pembesaran kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak
dekat bronkus utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat,
penekanan pada bronkus utama mungkin dapat menyebabkan penyumbatan,
sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian paru, yang selanjutnya
pada bagian yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya menyembuh
dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak dengan
keadaan umum dan gizi yang buruk, kelenjar dapat pecah ke dalam bronkus,
menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.
4. Bronkopneumonia Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein
dengan kelemahan otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan
kelemahan otot pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batukdengan baik
untuk menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan
pneumonia, yang mungkin mengenai banyak bagian kecil tersebat di paru
(bronkopneumonia).
5. Noma Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikaai kekurangan
kalori-protein berat yang perlu segera ditangani, karena sifatnya
sangatdestruktif dan akut. Keruskan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun
jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang
sangat menyengat. Luka bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut.
Pada tahap berikutnya, bintik ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya
dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan terlihat lubang kecil berbau
busuk
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) dalam Ningsih, (2015) penatalaksanan
marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35’C, suhu rektal
35,5‘C. Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah
kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal < 35,5’C
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan
pelan-pelan untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh,
walaupun kadar natrium plasma rendah.
a. Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan
dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1
liter formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotic
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
- Tambahkan multivitamin.
- Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
- Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
- Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
7. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
8. Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk
memenuhi metabolisme basal.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan
klien tentang: nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat
2. Alasan Masuk
a. Tanyakan kepada klien atau keluarga yang datang?
b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
3. Fokus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah:
a. Data Subjektif
1) Rasio berat badan
a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk
tubuh yang normal.
2) Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus.
Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua
terjadi penurunan produktivitas kerja.
3) Masukan atau intake nutrisi
a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah
harian yang dianjurkan.
b) Melaporkan atau terlihat kurang makan.
4) Diet Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan
Pengetahuan tentang nutrisi Memperlihatkan atau terobservasi
kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.
b. Data Objektif
1) Data umum
a) Perubahan rambut Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-
merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).
b) Warna kulit lebih muda Seluruh tubuh atau lebih sering pada
muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna
kulit anak sehat.
c) Tinja encer Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama
gula.
d) Adanya ruam “bercak bersepih”. Noda warna gelap pada kulit,
bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda atau
bahkan ulkus di bawahnya.
e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang
mengandung kalori dan protein.
g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus
yang jelas
h) Adanya anemia yang berat Kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.
i) Mulut dan gigi Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j) Kaji adanya anoreksia, mual.
Anoreksia, diare
Ketidasekseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Gill, K. (2018, Agustus 23). MedicalNewsToday. Retrieved from Marasmus: A type of
malnutrition: https://www.medicalnewstoday.com/articles/313185.php.
Nadila, F., & Anggraini , D. I. (2016). Manajemen anak gizi buruk tipe marasmus
dengan TB Paru. J Medula Unila, 36-43.
Marimbi, H. (2015). Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita.
Jakarta: Nuha Medika.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Pardi , A. (2014, December 7). Laporan pendahuluan marasmus. Retrieved from
Scribd: https://www.scribd.com/doc/249386728/Laporan-pendahuluan-
marasmus