WAHAM
Restu Abady
R014182003
[ ] [ ]
1
WAHAM
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan proses pikir : waham
B. PENGERTIAN.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat Budi Ana, 2006).
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya,
biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu, (Maramis, 2009).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat, (Yosep, 2009).
Jenis-jenis waham :
a. Waham kejaran, misalnya pasien yakin bahwa ada orang atau komlpotan yang
sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang di tipu, dimata-matai, atau dikejar.
b. Waham somatic atau hipondrik, adalah keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang
tidak mungkin benar, misalnya ususnya sudah busuk, ada seekor kuda dalam
perutnya.
c. Waham kebesaran, adalah bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian
atau kekayaan yang luar biasa, misalnya : mempunyai puluhan rumah atau mobil,
atau dapat membaca pikiran orang lain.
d. Waham keagamaan : waham dengan tema keagamaan
e. Waham dosa, adalah keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu
kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikiran yang tidak
baik.
f. Waham pengaruh, adalah bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau
dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh
g. Waham sindiran (ideas of reference) : ia dibicarakan orang lain
h. Waham nihilistic adalah bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan/atau
orang lain sudah mati (Maramis, 2009)
Isolasi sosial
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam
maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau
afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
umum yang berlaku.
5. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar
individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di
otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan
atau kurang.
3
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma sosial atau budaya umum
yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum
yang berlaku.
10.Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
11.Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi
F. POHON MASALAH
4
CP Gangguan proses
pikir: waham
5
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2) Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
d. Gangguan harga diri rendah
1) Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2) Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
3. Gangguan proses pikir : waham (……………..) berhubungan dengan harga diri rendah.
I. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1) Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu,
tempat).
2) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
6
3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
4) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis.
3) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat
ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).
4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
1) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
1) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
2) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
1) Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
7
2) Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
1) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham,
cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
2) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
9
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R,. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. RSJD Dr. Amino Gondoutomo:
Semarang.
Keliat Budi Ana. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. EGC: Jakarta.
11
Maramis, W. F. & Maramis, A.A. (2009), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ed. 2, Pusat
Stuart & Sundeen. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book.
Tim Direktorat Keswa. (2000). Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. RSJP:
Bandung
Townsend M.C. (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk
pembuatan rencana keperawatan. EGC: Jakarta.
Yosep, I. (2009), Keperawatan jiwa, ed. Revisi, Refika Aditama, Bandung. Pelatihan asuhan
keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 – 22 Novembr 2004. unpublished
12