LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PHYLLODES
Oleh:
Azwar,S.Kep
NIM: 70900119023
(...........................................) (...........................................)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ﷻkarena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan terkait gangguan
pemenuhan dasar Nutrsi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai tumorphylodes. penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan pendahuluan yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan pendahuluan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Azwar, S.Kep
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
A. Defisini
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
C. Perencanaan
D. Penyimpangan KDM
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Tumor phyllodes atau cystosarcoma phyllodes berasal dari kata Yunani
sarcoma yang berarti tumor berdaging dan phyllo yang berarti daun. Tumor ini
jarang terjadi, biasanya tumor jinak yang terjadi hampir hanya pada payudara
wanita. Tumor ini biasanya besar dan cepat berkembang. Tumor ini merupakan
sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular
payudara. Tumor ini terhitung kira-kira 1% dari semua lesi jinak dan ganas
payudara.
Johann Muller yang pertama kali memberikan nama “cystosarcoma
phyllodes” pada tahun 1838, karena tumor ini seringkali kistik dan secara klasik
memiliki proyeksi seperti daun ke dalamnya. Tumor ini dapat bersifat jinak
namun juga bisa bersifat ganas.
B. KLASIFIKASI
E. MANIFESTASI KLINIS
Tumor ini biasanya menyerang wanita dewasa, dan jarang pada remaja.
Pasien biasanya datang dengan keluhan massa padat, mobile, tidak nyeri, dan
berbatas tegas. Tumor ini membesar dengan cepat hanya dalam beberapa
minggu. Tumor jarang menginvasi kompleks papilla-areola atau menyebabkan
ulkus pada kulit. Tumor ini biasanya mengenai usia 40-50an, sebelum
menopause.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pasien dapat mengeluhkan gejala-gejala primer maupun gejala
metastasis sebagaimana yang tertulis dalam pembahasan mengenai
manifestasi klinis. Perlu juga ditanyakan riwayat penyakit sebelumya dan
riwayat penyakit pada keluarga yang ditekankan pada kanker-kanker
ginekologis. Cari tahu riwayat sistem reproduksi, misalnya usia menarke, usia
persalinan pertama, jumlah kehamilan, anak, dan keguguran, onset
menopause, serta riwayat penggunaan agen hormonal. Pada pemeriksaan
klinis, didapatkan tumor yang dapat dipalpasi dengan karakteristik padat,
berbatas tegas, mobile, dan tidak nyeri. Perhatikan kulit di atasnya dan ada
tidaknya sekret dari papilla mamma, dan perubahan pada struktur papilla. Bila
dicurigai malignan, dapat dicari tahu adanya tanda-tanda metastasis lokal
(pembesaran kelenjar) dan sistemik (misalnya efusi pleura). 1,2
5. Pemeriksaan Histologis
Semua tumor phylloides mengandung komponen stroma yang dapat
sangat bervariasi tampakan histologisnya. Umumnya, tumor phylloides
menunjukkan peningkatan jumlah fibroblast fusiformis regular dalam stroma.
Atipik seluler tingkat tinggi, disertai peningkatan selularitas stria dan
peningkatan aktivitas mitosis hampir selalu ditemukan pada bentuk malignan
dari sistosarkoma phylloides.
Berdasarkan ultrastrukturalnya, nukleoli tumor phylloides jinak dan
malignan menunjukkan nukleolonema yang berlubang-lubang besar dan
banyak sisterna dalam retikulum endoplasmanya.
Tumor phyllodes berasal dari stroma intralobular, secara mikroskopik
mempunyai dua gambaran yang khas yaitu epitel dan stroma. Epitel biasanya
tampak proliferatif sehingga memberi gambaran berlapis-lapis kadang-kadang
juga tampak metaplasia apokrin dan metaplasia skuamous. Stromanya
hiperselular dan dapat berbeda-beda di dalam tumor yang sama. Komponen
struma inilah yang akan menentukan apakah tumor phyllodes jinak atau
ganas. Dapat dilihat pada gambar. Kadang-kadang gambaran stroma pada
tumor phyllodes sukar dibedakan dengan gambaran stroma pada
fibrosarkoma. Untuk membedakannya pada tumor phyllodes ganas ditemukan
komponen epiteial duktus sedangkan pada fibrosarkoma tidak ada. Untuk
memastikan adanya sel-sel epitel dapat dilakukan dengan pewarnaa EMA
(Epithelial Membrane Antigen) dan cytokeratin.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi post operatif yang dapat terjadi setelah pembedahan tumor
phylloides antara lain:
- Infeksi
- Pembentukan seroma
- Rekurensi lokal dan/atau jauh
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor phyllodes masih menjadi ajang perdebatan dan tidak
dapat disamakan pada semua kasus. Terapi paling utama adalah pembedahan
secara komplit dengan batas yang adekuat. Banyak penelitian yang
meganjurkan bahwa batas eksisi 1 cm dapat dianggap sebagai reseksi yang
baik. Mangi dkk menyebutkan bahwa terjadinya rekurensi berkaitan dengan
margin eksisi dan tidak berkaitan dengan grade dan ukuran tumor. Eksisi luas
pada tumor kecil atau mastektomi simple pada umumnya menunjukkan hasil
yang memuaskan. Eksisi pada otot-otot pektoral perlu dipertimbangkan jika
telah terjadi infiltrasi.
Tumor phyllodes sama halnya dengan sarcoma jaringan lunak yang jarang
mengalami metastase KGB. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa
diseksi KGB axilla tidak rutin dilakukan, mengingat jarangnya infiltrasi KGB
axilla. Norris dan Taylor menganjurkan mastektomi dengan diseksi KGB
axilla bagian bawah, jika terdapat pembesaran KGB, tumor ukuran >4cm,
biopsi menunjukkan jenis tumor yang agresif (infiltrasi kapsul, kecepatan
mitosis yang tinggi, dan derajat selular atipikal yang tinggi). Jika terindikasi
keterlibatan KGB secara klinis atau pemeriksaan imaging, biopsy jarum dapat
dilakukan dengan panduan USG. Jika hasilnya negative, biopsi sentinel
limfonodi dapat dipertimbangkan.
Peran dari radioterapi dan kemoterapi adjuvan belum begitu jelas dan
masih kontroversial, namun penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada
sarcoma mengindiasikan bahwa keduanya dapat digunakan pada tumor
phyllodes. Chaney dkk menemukan bahwa radioterapi adjuvant dapat
bermanfaat pada kasus tipe malignant. Kemoterapi dengan golongan
anthracycline, ifosfamide, cisplatin, dan etoposide pada banyak penelitian
sebelumnya cukup jarang digunakan. Belum banyak penelitian tentang
penggunaan terapi hormonal, seperti tamoxifen pada tumor phyllodes.
Akhirnya secara garis besar, terapi sistemik pada tumor phyllodes tidak
berbeda dengan terapi pada sarcoma.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan , alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosa medis.
2. Persiapan untuk pemeriksaan penunjang
Meliputi laboratorium: urine, hematologi rutin, patologi anatomi. Radiologi:
foto thoraks, USG.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Integumen
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3) Perhatikan pigmentasi kulit
4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b. Sistem Gastrointestinalis
1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi
4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c. Sistem Hematopoetik
1) Kaji Netropenia
2) Kaji tanda infeksi
3) Auskultasi paru
4) Perhatikan batuk produktif dan napas dispnoe
5) Kaji suhu
6) Kaji trombositopenia : <50.000/m3 – menengah, <20.000/m3
7) Kaji anemia
8) Warna kulit, capilarry refil time
9) Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk
nonproduktif – terutama bleomisin
2) Kaji tanda CHF
3) Lakukan pemeriksaan EKG
e. Sistem Neuromuskular
1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2) Perhatikan adanya parestesia
3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5) Kaji gangguan pendengaran
6) Diskusikan ADL
f. Sistem genitourinary
1) Kaji frekwensi BAK
2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4) Monitor BUN, kreatinin
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(2018) diagnosa keperawatan yang dapat muncul sebagai berikut:
1. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Defenisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b. Penyebab:
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis
7) Penurunan energi
8) Obesitas
9) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
10) Sindrom hipoventilasi
11) Kerusakan inervasi diafragma
12) Cedera pada medulla spinalis
13) Efek agen farmakologis
14) Kecemasan
c. Batasan karakteristik
1) Tanda-dan gejala mayor
Subjektif
a) Dispnea
Objektif
a) Pernapasan otot bantu
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas abnormal
2) Tanda dan gejala minor
Subjektif
a) Ortopnea
Objektif
a) Pernapasan pursed lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks AP meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun
f) Tekanan ekspirasi menurun
g) Tekanan inspirasi menurun
h) Ekspansi dada berubah
2. Intoleransi Aktivitas
a. Defenisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab:
1) Ketidakcukupan energi antara supali dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Gaya hidup monoton
c. Batasan karakteristik:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh lelah
Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
2) Gejala dan tanda minor
a) Dispnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
Objektif
a) Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setalah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
3. Nyeri Akut
a. Defenisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan
b. Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis
2) Agen pencedera kimiawi
3) Agen pencedera fisik
c. Batasan karakteristik
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
C. Luaran dan Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (2018) luaran dan intervensi
keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor colli sebagai berikut:
1. Pola Napas Tidak Efektif
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka pola napas membaik
dengan kriteris hasil:
1) Dispnea menurun (5)
2) Penggunaan otot bantu napas menurun (5)
3) Pemanjangan fase ekspirasimenurun (5)
4) Frekuensi napas membaik (5)
5) Kedalaman napas membaik (5)
b. Manajeman jalan napas
1) Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas)
R/ mengetahui jenis pernapasan pasien
b) Monitor bunyi napas tambahan
R/ mengkaji abnormalitas pernapasan
2) Terapeutik
a) Posisikan seni fowler atau fowler
R/ memudahkan kepatenan jalan napas
b) Berikan oksigen
R/ membantu memudahkan klien dalam bernapas
Pemantauan respirasi
1) Observasi
a) Monitor saturasi oksigen
R/ menilai persentase oksigen di perifer
b) Monitor adanya sumbatan jalan napas
R/ menilai adanya zat padat, cair yang menutupi jalan napas
2) Terapeutik
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
R/ menilai kondisi pasien yang membutuhkan pemantauan lebih
sering
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
R/ sebagai laporan atas tindakan yang telah dilakukan perawat
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R/ Edukasi bagi keluarga dan pasien mengenai tindakan yang
dilakukan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R/ sebagai informasi bagi pasien dan keluarga mengenai
kondisinya
2. Intoleransi Aktivitas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka toleransi aktivitas
meningkat dengan kriteris hasil:
1) Keluhan lelah menurun (5)
2) Frekuensi napas membaik (5)
3) Saturasi oksigen meningkat (5)
4) Dispnea saat aktivitas menurun (5)
b. Manajemen energi
1) Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
R/ mengkaji bagian tubuh yang bermasalah yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor pola dan jam tidur
R/ tidur sangat dibutuhkan untuk meningkatkan energi
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
R/ memberikan rasa nyaman dan ketenangan dalam beristirahat
b) Lakukan rentang gerak aktif dan pasif
R/ Mencegah kekakuan pada otot dan pengecilan otot
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
R/ meminimalkan pergerakan dan membantu meningkatkan energi
b) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
belum berkurang
R/ mengajarkan pasien untuk melaporkan kondisinya
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
R/ membantu meningkatkan energi melalui diet yang tepat
3. Nyeri Akut
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteris hasil:
1) Keluhan nyeri menurun (5)
2) Meringis menurun (5)
3) Kesulitan tidur menurun (5)
b. Manajemen nyeri
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
R/ Mengakaji nyeri dengan komprehensif
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
R/ mengetaui batas toleransi nyeri klien
2) Terapeutik
a) Fasilitasi istirahat dan tidur
R/ membrikan rasa nyaman kepada klien
b) Berikan terapi non farmakologis
R/ membantu mengalihkan nyeri yang dirasakan
3) Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R/ Memberikan edukasi kepada pasien tantang cara mengontrol
nyeri
b) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R/ Memberikan edukasi kapada pasien mengenai khas nyeri yang
dialami
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R/ analgetik sebagai obat yang berfungsi untuk meredakan nyeri
PENYIMPANGAN KDM TUMOR PHYLLODES
Karsinogenik Intoleransi
Kelainan congenital Aktivitas
Genetic, Jenis kelamin, usia
Hormone Kelemahan
Rangsangan fisik berulang
Komponen seluler yang
Gaya hidup
diperlukan dalam transport O2
dan nutrisi ke sel menurun
Tumbuh dan berkembangnya tumor
Unsur dalam pembentukan Hb, eritrosit,
Benigna/ Maligna leukosit (besi, kalsium, globulin, dan
mineral) dalam sum-sum tulang menurun
Membentuk serabut pembungkus pemisah jaringan
tumor dan jaringan sehat
Hematologi
Nociceptor
Sesak Spinofamikus
Korteks Cerebri