Anda di halaman 1dari 23

Departemen Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PHYLLODES

Oleh:

Azwar,S.Kep

NIM: 70900119023

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ‫ ﷻ‬karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan terkait gangguan
pemenuhan dasar Nutrsi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai tumorphylodes. penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan pendahuluan yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan pendahuluan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar 01 oktober 2019

Azwar, S.Kep
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I KONSEP MEDIS

A. Defisini

B. Klasifikasi

C. Etiologi

D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinis

F. Pemeriksaan Penunjang

G. Komplikasi

H. Penatalaksanaan

BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

C. Perencanaan

D. Penyimpangan KDM

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Tumor phyllodes atau cystosarcoma phyllodes berasal dari kata Yunani
sarcoma yang berarti tumor berdaging dan phyllo yang berarti daun. Tumor ini
jarang terjadi, biasanya tumor jinak yang terjadi hampir hanya pada payudara
wanita. Tumor ini biasanya besar dan cepat berkembang. Tumor ini merupakan
sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular
payudara. Tumor ini terhitung kira-kira 1% dari semua lesi jinak dan ganas
payudara.
Johann Muller yang pertama kali memberikan nama “cystosarcoma
phyllodes” pada tahun 1838, karena tumor ini seringkali kistik dan secara klasik
memiliki proyeksi seperti daun ke dalamnya. Tumor ini dapat bersifat jinak
namun juga bisa bersifat ganas.
B. KLASIFIKASI

Tumor phylloides adalah tumor fibroepitelial yang terdiri dari komponen


epitel dan stroma selular. Tumor ini dapat dianggap jinak, sedang, atau malignan
bergantung pada gambaran histologis antara lain selularitas stromal, infiltrasi
pada tepi tumor, dan aktivitas mitotik. Semua bentuk tumor phylloides dianggap
sebagai kanker mammae, bahkan bentuk jinaknya sekalipun dianggap berpotensi
menjadi malginan.

KLASIFIKASI BERDASARKAN WHO


C. ETIOLOGI
Tumor filodes secara nyata berhubungan dengan fibroadenoma dalam
beberapa kasus, karena pasien dapat memiliki kedua lesi dan gambaran histologis
kedua lesi mungkin terlihat pada tumor yang sama. Namun, apakah tumor filodes
berkembang dari fibroadenoma atau keduanya berkembang bersama-sama, atau
apakah tumor filodes dapat muncul de novo, tidaklah jelas. Noguchi dan kolega telah
mempelajari pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga kasus dimana
fibroadenoma dan tumor filodes diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada
masing-masing kasus, kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif
yang sama. Mereka berargumen dengan meyakinkan bahwa tumor filodes memiliki
asal yang sama dengan fibroadenoma, fibroadenoma tertentu dapat berkembang
menjadi tumor filodes.
Studi menarik oleh Yamashita dkk, mengamati immunoreactive endothelin 1
(irET-1), contoh perilaku dimana ilmu pengetahuan modern menjelaskan mekanisme
yang akan dengan pasti terbukti penting dalam memahami kedua fungsi normal
payudara dan patologi, sementara memungkinkan pergeseran dalam penekanan dari
model rodentia ke studi manusia. Level jaringan irET-1 diukur dengan ekstrak dari 4
tumor filodes dan 14 fibroadenoma. Immunoreactive endothelin 1 dapat dibuktikan
dalam semua kasus, namun levelnya jauh lebih tinggi pada tumor filodes
dibandingkan pada fibroadenoma. Endothelin 1 pada prinsipnya merupakan
vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak fungsi lainnya. Ia menyebabkan
stimulasi sederhana DNA fibroblas payudara, namun dapat digabungkan dengan
insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk menciptakan stimulasi kuat. ET-1 tidak
terdapat pada sel epitel payudara normal, namun reseptor ET-1 spesifik terdapat pada
permukaan sel stroma normal. Reseptor ET-1 dijumpai pada permukaan sel dari sel-
sel stroma tumor filodes namun sel-sel immunoreactive ditemukan dalam sel-sel
epitel tapi bukan sel-sel stroma, memberi kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel
tumor filodes. Dengan demikian hal tersebut menyediakan kemungkinan mekanisme
parakrin pada stimulasi pertumbuhan stroma cepat yang selalu terlihat bersama tumor
filodes.
Apa yang penting adalah bahwa tumor filodes tidak seharusnya
dibingungkan dengan sarkoma murni (tanpa elemen epitel sama sekali), untuk
memiliki tingkat lebih besar pada keganasan dan gumpalan keduanya sama-sama bisa
mengaburkan sifat jinak dasar kebanyakan tumor filodes. Imunositokemistri dan
mikroskop elektron memperlihatkan bahwa sel stroma pada kedua tumor filodes
jinak dan ganas merupakan campuran dari fibroblas dan miofibroblas. Teknik-teknik
ini membebaskan perbedaan dari leiomiosarkoma dan mioepitelioma, yang dapat
menyerupai tumor filodes menunjukkan reaksi yang sama sekali berbeda.
D. PATOFISIOLOGI
Tumor filodes merupakan neoplasma non-epitelial payudara yang paling
sering terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor payudara. Tumor ini
memiliki tekstur halus, berbatas tajam dan biasanya bergerak secara bebas.
Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5 cm. Namun,
lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan.

E. MANIFESTASI KLINIS

Tumor ini biasanya menyerang wanita dewasa, dan jarang pada remaja.
Pasien biasanya datang dengan keluhan massa padat, mobile, tidak nyeri, dan
berbatas tegas. Tumor ini membesar dengan cepat hanya dalam beberapa
minggu. Tumor jarang menginvasi kompleks papilla-areola atau menyebabkan
ulkus pada kulit. Tumor ini biasanya mengenai usia 40-50an, sebelum
menopause.

Pasien dengan metastases dapat menunjukkan gejala dispneu, fatigue, dan


nyeri tulang. Meskipun tumor jinak tidak bermetastasis, tetapi tumor ini
cenderung bertumbuh secara agresif dan menimbulkan rekurensi lokal. Sama
halnya dengan sarkoma lainnya, tumor phylloides malignan bermetastasis via
hematogen. Karakteristik tumor phylloides malignan antara lain tumor terlihat
cenderung lebih agresif dan bermetastasis. Paru-paru menjadi tempat metastasis
tersering, diikuti tulang, jantung, dan hepar. Gejala-gejala metastasis dapat
timbul dalam beberapa bulan hingga 12 tahun setelah terapi awal. 1,2

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pasien dapat mengeluhkan gejala-gejala primer maupun gejala
metastasis sebagaimana yang tertulis dalam pembahasan mengenai
manifestasi klinis. Perlu juga ditanyakan riwayat penyakit sebelumya dan
riwayat penyakit pada keluarga yang ditekankan pada kanker-kanker
ginekologis. Cari tahu riwayat sistem reproduksi, misalnya usia menarke, usia
persalinan pertama, jumlah kehamilan, anak, dan keguguran, onset
menopause, serta riwayat penggunaan agen hormonal. Pada pemeriksaan
klinis, didapatkan tumor yang dapat dipalpasi dengan karakteristik padat,
berbatas tegas, mobile, dan tidak nyeri. Perhatikan kulit di atasnya dan ada
tidaknya sekret dari papilla mamma, dan perubahan pada struktur papilla. Bila
dicurigai malignan, dapat dicari tahu adanya tanda-tanda metastasis lokal
(pembesaran kelenjar) dan sistemik (misalnya efusi pleura). 1,2

Gambaran klinis tumor phylloides


2. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada penanda tumor spesifik atau tes darah lain yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis tumor phylloides.
3. Pemeriksaan Radiologis
Meskipun mammografi dan ultrasonografi pada umumnya penting
untuk mendiagnosis lesi mamma, tetapi tidak dapat dipercaya untuk
membedakan jenis jinak dari malignan atau dengan jenis tumor lain seperti
fibroadenoma, sehingga temuan radiologis tidak menjadi alat diagnostik
definitif.

Gambaran radiologis tumor phylloides

4. Pemeriksaan Sitologi dan Biopsi


Aspirasi jarum halus (fine needle aspiration) untuk pemeriksaan
sitologis biasanya tidak adekuat untuk mendiagnosis. Meskipun core biopsy
lebih baik, tetapi tetap dapat terjadi error sampling dan kesulitan dalam
membedakannya dengan fibroadenoma. Biopsi dengan eksisi terbuka untuk
lesi yang lebih kecil atau biopsi insisi untuk lesi yang lebih besar merupakan
metode definitif dalam mendiagnosis tumor phylloides.

Gambar 7. Biopsi jarum halus 7

5. Pemeriksaan Histologis
Semua tumor phylloides mengandung komponen stroma yang dapat
sangat bervariasi tampakan histologisnya. Umumnya, tumor phylloides
menunjukkan peningkatan jumlah fibroblast fusiformis regular dalam stroma.
Atipik seluler tingkat tinggi, disertai peningkatan selularitas stria dan
peningkatan aktivitas mitosis hampir selalu ditemukan pada bentuk malignan
dari sistosarkoma phylloides.
Berdasarkan ultrastrukturalnya, nukleoli tumor phylloides jinak dan
malignan menunjukkan nukleolonema yang berlubang-lubang besar dan
banyak sisterna dalam retikulum endoplasmanya.
Tumor phyllodes berasal dari stroma intralobular, secara mikroskopik
mempunyai dua gambaran yang khas yaitu epitel dan stroma. Epitel biasanya
tampak proliferatif sehingga memberi gambaran berlapis-lapis kadang-kadang
juga tampak metaplasia apokrin dan metaplasia skuamous. Stromanya
hiperselular dan dapat berbeda-beda di dalam tumor yang sama. Komponen
struma inilah yang akan menentukan apakah tumor phyllodes jinak atau
ganas. Dapat dilihat pada gambar. Kadang-kadang gambaran stroma pada
tumor phyllodes sukar dibedakan dengan gambaran stroma pada
fibrosarkoma. Untuk membedakannya pada tumor phyllodes ganas ditemukan
komponen epiteial duktus sedangkan pada fibrosarkoma tidak ada. Untuk
memastikan adanya sel-sel epitel dapat dilakukan dengan pewarnaa EMA
(Epithelial Membrane Antigen) dan cytokeratin.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi post operatif yang dapat terjadi setelah pembedahan tumor
phylloides antara lain:
- Infeksi
- Pembentukan seroma
- Rekurensi lokal dan/atau jauh
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor phyllodes masih menjadi ajang perdebatan dan tidak
dapat disamakan pada semua kasus. Terapi paling utama adalah pembedahan
secara komplit dengan batas yang adekuat. Banyak penelitian yang
meganjurkan bahwa batas eksisi 1 cm dapat dianggap sebagai reseksi yang
baik. Mangi dkk menyebutkan bahwa terjadinya rekurensi berkaitan dengan
margin eksisi dan tidak berkaitan dengan grade dan ukuran tumor. Eksisi luas
pada tumor kecil atau mastektomi simple pada umumnya menunjukkan hasil
yang memuaskan. Eksisi pada otot-otot pektoral perlu dipertimbangkan jika
telah terjadi infiltrasi.
Tumor phyllodes sama halnya dengan sarcoma jaringan lunak yang jarang
mengalami metastase KGB. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa
diseksi KGB axilla tidak rutin dilakukan, mengingat jarangnya infiltrasi KGB
axilla. Norris dan Taylor menganjurkan mastektomi dengan diseksi KGB
axilla bagian bawah, jika terdapat pembesaran KGB, tumor ukuran >4cm,
biopsi menunjukkan jenis tumor yang agresif (infiltrasi kapsul, kecepatan
mitosis yang tinggi, dan derajat selular atipikal yang tinggi). Jika terindikasi
keterlibatan KGB secara klinis atau pemeriksaan imaging, biopsy jarum dapat
dilakukan dengan panduan USG. Jika hasilnya negative, biopsi sentinel
limfonodi dapat dipertimbangkan.
Peran dari radioterapi dan kemoterapi adjuvan belum begitu jelas dan
masih kontroversial, namun penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada
sarcoma mengindiasikan bahwa keduanya dapat digunakan pada tumor
phyllodes. Chaney dkk menemukan bahwa radioterapi adjuvant dapat
bermanfaat pada kasus tipe malignant. Kemoterapi dengan golongan
anthracycline, ifosfamide, cisplatin, dan etoposide pada banyak penelitian
sebelumnya cukup jarang digunakan. Belum banyak penelitian tentang
penggunaan terapi hormonal, seperti tamoxifen pada tumor phyllodes.
Akhirnya secara garis besar, terapi sistemik pada tumor phyllodes tidak
berbeda dengan terapi pada sarcoma.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan , alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosa medis.
2. Persiapan untuk pemeriksaan penunjang
Meliputi laboratorium: urine, hematologi rutin, patologi anatomi. Radiologi:
foto thoraks, USG.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Integumen
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3) Perhatikan pigmentasi kulit
4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b. Sistem Gastrointestinalis
1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi
4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c. Sistem Hematopoetik
1) Kaji Netropenia
2) Kaji tanda infeksi
3) Auskultasi paru
4) Perhatikan batuk produktif dan napas dispnoe
5) Kaji suhu
6) Kaji trombositopenia : <50.000/m3 – menengah, <20.000/m3
7) Kaji anemia
8) Warna kulit, capilarry refil time
9) Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk
nonproduktif – terutama bleomisin
2) Kaji tanda CHF
3) Lakukan pemeriksaan EKG
e. Sistem Neuromuskular
1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2) Perhatikan adanya parestesia
3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5) Kaji gangguan pendengaran
6) Diskusikan ADL
f. Sistem genitourinary
1) Kaji frekwensi BAK
2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4) Monitor BUN, kreatinin
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(2018) diagnosa keperawatan yang dapat muncul sebagai berikut:
1. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Defenisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b. Penyebab:
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis
7) Penurunan energi
8) Obesitas
9) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
10) Sindrom hipoventilasi
11) Kerusakan inervasi diafragma
12) Cedera pada medulla spinalis
13) Efek agen farmakologis
14) Kecemasan
c. Batasan karakteristik
1) Tanda-dan gejala mayor
Subjektif
a) Dispnea
Objektif
a) Pernapasan otot bantu
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas abnormal
2) Tanda dan gejala minor
Subjektif
a) Ortopnea
Objektif
a) Pernapasan pursed lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks AP meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun
f) Tekanan ekspirasi menurun
g) Tekanan inspirasi menurun
h) Ekspansi dada berubah
2. Intoleransi Aktivitas
a. Defenisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab:
1) Ketidakcukupan energi antara supali dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Gaya hidup monoton
c. Batasan karakteristik:
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh lelah
Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
2) Gejala dan tanda minor
a) Dispnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
Objektif
a) Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setalah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
3. Nyeri Akut
a. Defenisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan
b. Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis
2) Agen pencedera kimiawi
3) Agen pencedera fisik
c. Batasan karakteristik
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
C. Luaran dan Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (2018) luaran dan intervensi
keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor colli sebagai berikut:
1. Pola Napas Tidak Efektif
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka pola napas membaik
dengan kriteris hasil:
1) Dispnea menurun (5)
2) Penggunaan otot bantu napas menurun (5)
3) Pemanjangan fase ekspirasimenurun (5)
4) Frekuensi napas membaik (5)
5) Kedalaman napas membaik (5)
b. Manajeman jalan napas
1) Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas)
R/ mengetahui jenis pernapasan pasien
b) Monitor bunyi napas tambahan
R/ mengkaji abnormalitas pernapasan
2) Terapeutik
a) Posisikan seni fowler atau fowler
R/ memudahkan kepatenan jalan napas
b) Berikan oksigen
R/ membantu memudahkan klien dalam bernapas
Pemantauan respirasi
1) Observasi
a) Monitor saturasi oksigen
R/ menilai persentase oksigen di perifer
b) Monitor adanya sumbatan jalan napas
R/ menilai adanya zat padat, cair yang menutupi jalan napas
2) Terapeutik
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
R/ menilai kondisi pasien yang membutuhkan pemantauan lebih
sering
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
R/ sebagai laporan atas tindakan yang telah dilakukan perawat
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R/ Edukasi bagi keluarga dan pasien mengenai tindakan yang
dilakukan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R/ sebagai informasi bagi pasien dan keluarga mengenai
kondisinya
2. Intoleransi Aktivitas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka toleransi aktivitas
meningkat dengan kriteris hasil:
1) Keluhan lelah menurun (5)
2) Frekuensi napas membaik (5)
3) Saturasi oksigen meningkat (5)
4) Dispnea saat aktivitas menurun (5)
b. Manajemen energi
1) Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
R/ mengkaji bagian tubuh yang bermasalah yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor pola dan jam tidur
R/ tidur sangat dibutuhkan untuk meningkatkan energi
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
R/ memberikan rasa nyaman dan ketenangan dalam beristirahat
b) Lakukan rentang gerak aktif dan pasif
R/ Mencegah kekakuan pada otot dan pengecilan otot
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
R/ meminimalkan pergerakan dan membantu meningkatkan energi
b) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
belum berkurang
R/ mengajarkan pasien untuk melaporkan kondisinya
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
R/ membantu meningkatkan energi melalui diet yang tepat
3. Nyeri Akut
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteris hasil:
1) Keluhan nyeri menurun (5)
2) Meringis menurun (5)
3) Kesulitan tidur menurun (5)
b. Manajemen nyeri
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
R/ Mengakaji nyeri dengan komprehensif
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
R/ mengetaui batas toleransi nyeri klien
2) Terapeutik
a) Fasilitasi istirahat dan tidur
R/ membrikan rasa nyaman kepada klien
b) Berikan terapi non farmakologis
R/ membantu mengalihkan nyeri yang dirasakan
3) Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R/ Memberikan edukasi kepada pasien tantang cara mengontrol
nyeri
b) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R/ Memberikan edukasi kapada pasien mengenai khas nyeri yang
dialami
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R/ analgetik sebagai obat yang berfungsi untuk meredakan nyeri
PENYIMPANGAN KDM TUMOR PHYLLODES

Karsinogenik Intoleransi
Kelainan congenital Aktivitas
Genetic, Jenis kelamin, usia
Hormone Kelemahan
Rangsangan fisik berulang
Komponen seluler yang
Gaya hidup
diperlukan dalam transport O2
dan nutrisi ke sel menurun
Tumbuh dan berkembangnya tumor
Unsur dalam pembentukan Hb, eritrosit,
Benigna/ Maligna leukosit (besi, kalsium, globulin, dan
mineral) dalam sum-sum tulang menurun
Membentuk serabut pembungkus pemisah jaringan
tumor dan jaringan sehat
Hematologi

Infiltrasi sel tumor pada daerah mamm dalam tubuh

Tumor phyllodes Penekanan jaringan sekitar

Nociceptor

Penekanan Bagian Trakea Diteruskan ke


Medulla Spinalis

Substansial Glatinosa (Merangsang


Jalur masuk udara menyempit pelepasan mediator kimia: histamine,
prostaglandin, histamine, bradikinin)

Ditangkap oleh Sel T


Hambatan upaya napas
Dibawa Ke Thalamus

Sesak Spinofamikus

Korteks Cerebri

Pola napas tidak


Nyeri Akut
efektif
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Syamsuhidrajat & Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Tanto, Chris dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aeusculapius.
Agrawal PP, Mohanta PK, Singh K, Bahadur AK. Cystosarcoma phyllodes with
lymph node metastasis. CommunityOncology. 2006;3: 44-46.
Akin M, et al. Phyllodes tumor of the breast; a case series. Bratisl Lek Listy.
2010;111: 271-274.
Flynn LW, Borgen PI. Phyllodes tumor: about this rare cancer.
CommunityOncology. 2006;3:46-48.
Calhoun KE et al. Phyllodes tumors. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow M,
Osborne CK. Diseases of the breast, 4th ed. Lipincott Williams & Wilkins. 2009: 781-
792

Anda mungkin juga menyukai