Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernapasan bayi yang lazim, akibat
dari obstruksi radang saluran pernapasan kecil. Penyakit ini terjadi selama umur
2 tahun pertama, dengan insiden puncak pada sekitar umur 6 bulan. 1
Bronkiolitis yang terjadi di bawah umur satu tahun kira-kira 12% dari
seluruh kasus, sedangkan pada tahun kedua lebih jarang lagi, yaitu sekitar
setengahnya. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran napas bawah
terbanyak pada anak. Penyebab yang paling banyak adalah virus Respiratory
syncytial, kira-kira 45-55% dari total kasus. Sedangkan virus lain seperti
Parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus, dan Enterovirus sekitar 20%. Bakteri dan
mikoplasma sangat jarang menyebabkan bronkiolitis pada bayi. Sebagian besar
infeksi saluran napas ditularkan lewat droplet infeksi. Infeksi primer oleh virus
RSV biasanya tidak menimbulkan gejala klinik, tetapi infeksi sekunder pada
anak tahun-tahun pertama kehidupan akan bermanifestasi berat. Virus RSV lebih
virulen daripada virus lain dan menghasilkan imunitas yang tidak bertahan lama.
RSV adalah golongan paramiksovirus dengan bungkus lipid serupa dengan virus
parainfluenza, tetapi hanya mempunyai satu antigen permukaan berupa
glikoprotein dan nukleokapsid RNA helik linear. Tidak adanya genom yang
bersegmen dan hanya mempunyai satu antigen bungkus berarti bahwa komposisi
antigen RSV relatif stabil dar tahun ke tahun.3
Bronkiolitis yang disebabkan oleh virus jarang terjadi pada masa neonatus.
Hal ini karena antibodi neutralizing dari ibu masih tinggi pada 4-6 minggu
kehidupan, kemudian akan menurun. Antibodi tersebut mempunyai daya proteksi
terhadap infeksi saluran napas bawah, terutama terhadap virus.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernafasan bagian bawah dengan


karakteristik klinis berupa batuk, takipnea, wheezing, dan / atau rhonki.
Bronkiolitis adalah sebuah kelainan saluran penafasan bagian bawah yang
biasanya menyerang anak-anak kecil dan disebabkan oleh infeksi virus-virus
musiman seperti RSV. Walaupun kata bronkiolitis berarti inflamasi bronkioles,
hal ini jarang ditemukan secara langsung, tapi diduga pada anak kecil dengan
distres pernafasan yang memiliki tanda-tanda infeksi virus.4

2.2 Epidemiologi
Bronkiolitis umumnya disebut sebagai disease of infancy, umumnya
mengenai bayi dengan insidens puncak pada usia 2 sampai 6 bulan lebih dari 80%
kasus terjadi pada tahun pertama kehidupan.
Di AS kejadian bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak laki-laki, pada
anak yang tidak diberi ASI dan tinggal di lingkungan padat penduduk.
Risiko lebih tinggi pada anak dari ibu usia muda atau ibu yang merokok selama
kehamilan. Sekitar 75,000 125,000 anak di bawah 1 tahun dirawat di Amerika
Serikat akibat infeksi RSV setiap tahun.1,2,3 Infeksi saluran napas bawah
disebabkan oleh RSV pada 22,4 dari 100 anak pada tahun pertama kehidupan.Dari
semua infeksi RSV pada anak di bawah 12 bulan, sepertiga kasus diikuti penyakit
saluran napas bawah. Meskipun tingkat serangan RSV menurun seiring dengan
bertambahnya usia, frekuensi infeksi saluran napas bawah pada anak terinfeksi
RSV tidak berkurang hingga usia 4 tahun.2

2.3 Etiologi
Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah agen yang paling sering yang
ditemukan dalam isolasi sebanyak 75% pada anak-anak kurang dari 2 th yang

2
menderita bronkiolitis dan dirawat di rumah sakit. Penyebab lain yang
menyebabkan bronkiolitis termasuk didalamnya adalah virus para influenza tipe 1
dan 3, influenza B, para influenza tipe 2, adenovirus tipe 1,2,5 dan mycoplasma
yang paling sering pada anak-anak usia sekolah. Terdapat pembuktian bahwa
kompleks imunologis yang memainkan peranan penting dari patogenesis dari
bronkiolitis dengan RSV. Reaksi alergi tipe 1 dimediasi oleh antibodi Ig E hal ini
dapat dihitung untuk signifikansi dari bronkiolitis. Bayi yang meminum ASI
dengan colustrum tinggi yang didalamnya terdapat Ig A tampaknya lebih relaktif
terproteksi dari bronkiolitis.1
Adenovirus dapat dihubungkan dengan komplikasi jangka lama, termasuk
bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen unilateral (sindrom Swyer-
James).1
Virus sinsisial respiratorik
VSR adalah virus RNA terikat membran berukuran medium yang
berkembang dalam sitoplasma sel yang terinfeksi dan matang dengan pertunasan
dari membran plasma. Berbagai strain VSR menunjukan beberapa heterogenitas
antigenik. Variasi ini terutama ditemukan pada hanya satu dari dua glikoprotein
permukaan dari virus menunjukan reaksi pada hospes manusia seperti satu serotip.
VSR menghasilkan sitopatologis sinsitial khas dalam biakan jaringan spesimen
dikirim dengan cepat dalam es basah karena labil.1
Adeno virus
Adenovirus adalah virus DBA ukuran sedang, yang diklasifikasikan menjadi
subgena A sampai G. Tipe 1-39 ada dalam subgena A sampai E, tipe 40
adalahsubgenus F, dan tipe 41 adalah subgenus G, virion mempunyai mammalia.
penton memberi spesifisitas tipe, dan antibodi terhadapnya adalah protektif.
Penton ini juga sitotoksik pada biakan jaringan, dan sifat sofatoksik telah
dianggap berasal darinya juga in vivo. Adenovirus dapat juga diklasifikasikan
dengan mencetakkan sidik jari DNAnya pada jelli sesudah
terdigesti dengan pembatasan endonuklease, dan klasifikasi ini biasanya sesuai
dengan tipe-tipe antigeniknya. 4

3
Semua pembungkus ikosahedral yang tersusun dari berbagai protein, yang
paling berlebihan darinya adalah hexon, antigen biasa yang bereaksi silang
dengan semua adenovirus tipe adenovirus kecuali tipe 40 dan 41 tumbuh dalam
sel ginjal embrional manusia primer, dan kebanyakan tumbuh pada sel Hep-2 atau
HeLa, menghasilkan pengaruh sitopatik, destruktif khas. Tipe 40 dan 41 (dan
serotip lain juga), tumbuh pada 293 sel, deretan sel ginjal embrional manusia yang
kepadanya telah dimasukkan gena adenovirus awal tertentu.
Banyak tipe adenovirus, tetapi terutama tipe anak biasa (1,2 dan 5), dilepas
selama masa yang panjang dari saluran pernafasan maupun saluran cerna. Tipe ini
juga menyebabkan infeksi tonsil ringan dan kronik. 4
Virus para influenza
Ada empat virus dalam famili parainfluenza yang menyebabkan sakit pada
manusia, ditandai tipe 1-4. Virus mempunyai genom RNA helai tunggal, tidak
bersegmen dengan pembungkus mengandung lipid yang berasal dari pertunasan
melalui membran sel. Bagian antigenik utama adalah tonjolan-tonjolan protein
pembungkus yang menunjukan sifat-sifat hemaglutinasi (protein HN) dan fusi sel
(protein F).

2.4 Klasifikasi
Bronkiolitis dapat diklasifikasikan menjadi :
Bronkiolitis akut
Bronkiolitis obliteran.
Bronkiolitis akut dengan bronkiolitis obliteran dibedakan pada bronkhiolus
dan saluran pernafasan yang lebih kecil terjejas, karena upaya perbaikan
menyebabkan sejumlah besar jaringan granulasi yang menyebabkan obstruksi
jalan nafas, lumen jalan nafas terobliterasi oleh masa noduler granulasi dan
fibrosis. Bronkiolitis obliterans merupakan komplikasi yang lazim pada
transplantasi paru.1

4
2.5 Patofisiologi
Bronkiolitis akut ditandai dengan obstruksi bronkiolus yang disebabkanoleh
edema dan kumpulan mukus dan oleh invasi bagian-bagian bronkus yang lebih
kecil oleh virus. Karena tahanan/ resistensi terhadap aliran udara didalam saluran
besarnya berbanding terbalik dengan radius/ jari-jari pangkat empat, maka
penebalan yang sedikit sekali pun pada dinding bronkiolus bayi dapat sangat
mempengaruhi aliran udara. Tahanan pada saluran udara kecil bertambah selama
fase inspirasi dan ekspirasi, namun karena selama ekspirasi jalan nafas menjadi
lebih kecil, maka hasilnya adalah obstruksi pernafasan katup yang menimbulkan
udara terperangkap dan overinflasi. Atelektasis dapat terjadi ketika obstruksi
menjadi total dan udara yang terperangkap diabsorbsi.1
Proses patologis menggangu pertukaran gas normal di dalam paru. Perfusi
ventilasi yang tidak seimbang mengakibatkan hipoksemia, yang terjadi pada awal
perjalanannya. Retensi karbondioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi
kecuali pada pasien yang terkena berat. Makin tinggi frekuensi pernapasan
melebihi 60/menit; selanjutnya hiperkapnia berkembang menjadi takipnea.1
Beberapa fakta memberi kesan cidera imunologis sebagai faktor faktor pada
patogenesis bronkiolitis yang disebabkan VSR : (1) bayi yang sekarat karena
bronkitis telah menunjukkan imunoglobulin maupun virus dalam jaringan
bronkiolus yang terjejas; (2) anak yang mendapat vaksin RSV yang diberikan
secara parenteral sangat antigenik, inaktif pada pemajanan RSV berikutnya,
penyakitnya menjadi lebih berat dan lebih sering kambuh dibandingkan anak-anak
lainnya ; (3) bronkiolitis yang bergabung kedalam asma pada bayi yang lebih tua,
dan RSV seringkali merupakan serangan asma akut yang dikenali pada anak usia
1-5 tahun; dan (4) antibodi imunoglobulin E (IgE) yang mengarah langsung ke
RSV ditemukan pada sekresi konvalesen pada bayi dengan bronkiolitis.1
Disamping pengruh destruktif virus dan respons hospes yang menyertai,
belum jelas peran apa yang dimainkan oleh bakteri yang menumpanginya. Pada
kebanyakan bayi dengan bronkiolitis, dengan atau tanpa pneumonia interstitial,
pengalaman klinis memberi kesan bahwa bakteri memainkan peran yang tidak
berarti.1

5
Penyakit ini juga berkembang pada bayi-bayi yang biasanya terdapat titer
antibodi maternal (IgG) menetralkan RSV tetapi tidak terdapat antibodi sekretorik
(IgA) pada saluran nafas, sehingga terdapat pada sekret hidung yang memproteksi
terhadap infeksi RSV. Fakta tersebut telah mengarah ke spekulasi bahwa fakta
tersebut penyebab alamiah terjadinya bronkiolitis.5
Berbeda antara bayi, anak besar dan orang dewasa dapat mentoleransi udem
saluran napas dengan lebih baik. Oleh karena itu, pada anak besar dan orang
dewasa jarang terjadi bronkiolitis bila terkena infeksi oleh virus.2
Ada pendapat bahwa bronkiolitis merupakan hasil dari reaksi kompleks
imun antara antibodi non-neutralizing dengan virus. Pendapat tersebut
berdasarkan pengamatan di mana terjadinya infeksi oleh virus ketika umur masih
muda, terutama kurang dari 6 bulan. Saat itu, antibodi yang secara pasif
didapatkan dari ibu masih cukup tinggi.2

Gambar 1. Pembengkakan Bronkiolus akibat Infeksi RSV.


2.6 Manifestasi klinis
Bronkiolitis Akut
Mula-mula bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek
encer, batuk, bersin-bersin, dan kadang-kadang demam. Gejala ini berlangsung
beberapa hari, kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk
paroksimal, mengi, dispneu, dan iritabel. Timbulnya kesulitan minum terjadi

6
karena napas cepat sehingga menghalangi proses menelan dan menghisap. Pada
kasus ringan, gejala menghilang 1-3 hari. Pada kasus berat, gejalanya dapat timbul
beberapa hari dan perjalananya sangat cepat. Kadang-kadang, bayi tidak demam
sama sekali, bahkan hipotermi. Terjadi distres pernapasan dengan frekuensi napas
60 x/menit, terdapat napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan,
retraksi, dan kadang-kadang sianosis. Retraksi biasanya tidak dalam karena
adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Hepar dan lien bisa
teraba karena terdorong diafragma akibat hiperinflasi paru. Mungkin terdengar
ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi. Ekpirasi memanjang dan mengi
kadang-kadang terdengar dengan jelas.2
Bronkiolitis Obliterans
Bronkiolitis obliterans adalah suatu peradangan kronik pada bronkiolitis
dimana sudah terjadi obliterasi pada bronkiolus.Pada mulanya dapat terjadi batuk,
kegawatan pernafasan dan sianosis dan disertai dengan periode perbaikan nyata
yang singkat. Penyakit yang progresif terlihat dengan bertambahnya dispnea,
batuk, produksi sputum, dan mengi. Polanya dapat menyerupai bronkitis,
bronkiolitis atau pneumonia.
2.7 Faktor resiko
Salah satu faktor resiko yang terbesar untuk menjadi bronkiolitis pada umur
kurang dari 6 bulan, sebab paru-paru dan sistem kekebalan tidak secara penuh
berkembang dengan baik. Anak laki-laki cenderung untuk mendapatkan
bronkiolitis lebih sering dibanding anak-anak perempuan. faktor lain yang telah
dihubungkan dengan peningkatan resiko bronkiolitis pada anak-anak meliputi:
a. Tidak pernah diberi air susu ibu sehingga tidak menerima perlindungan
kekebalan dari ibu
b. Kelahiran prematur
c. Pajanan ke asap rokok
d. Sering dititipkan pada tempat banyak bayi-bayi contoh tempat penitipan
anak, panti asuhan
e. Saudara kandung lebih tua dengan kontak infeksi dari sekolah/ tempat
bermain.1

7
2.8 Diagnosis
Bronkiolitis adalah diagnosa klinis. Keterlibatan VSR pada setiap penyakit
anak tertentu dapat dicurigai pada berbagai tingkat kepastian dari musim tahunan
dan adanya wabah khas pada saat tersebut. Tanda lain yang mungkin membantu
adalah umur anak ( selain VSR, satu-satunya virus respiratori yang sering
menyerang bayi umur beberapa bulan pertama adalah virus parainfluenza tipe-3 )
dan epidemiologi keluarga.4
Masalah terbesar dalam diagnostik bronkiolitis adalah adanya kemungkinan
keterlibatan infeksi bersama dengan bakteri atau klamidia. Bila bronkiolitis ringan
atau infiltrat tidak tampak pada roentgenogram, ada kemungkinan infeksi
komponen dengan bakteri. Pada bayi usia 1-4 bulan, pneumonitis interstisial dapat
disebabkan oleh chlamydia trakhomatis. Pada keadaan ini mungkin riwayat
konjungtivitis, dan penyakit cenderung subakut. Terdapat keluhan batuk sering
tetapi tidak ada mengi dan tanpa demam.4
Konsolidasi tanpa tanda-tanda lain atau dengan efusi pleura dianggap
berasal dari bakteri sampai terbukti lain. Tanda-tanda lain yang mengarah pada
pneumonia bakteri adalah kenaikan angka neutrofil, depresi jumlah sel darah
putih bila ada penyakit berat, ileus atau tanda-tanda perut lain, demam tinggi, dan
kolaps sirkulasi.4
Diagnosis pasti infeksi VSR didasarkan pada deteksi virus atau antigen virus
dalam sekresi pernafasan. Spesimen harus diletakkan diatas es, dan langsung
dibawa ke laboratorium untuk diproses dengan deteksi antigen atau ditanamkan
pada suatu sel yang rentan. Aspirat mukus dari lubang hidung posterior ( nasal
washing ) merupakan spesimen yang optimal. Pulasan nasofaring atau tenggorok
juga dapat diterima. Aspirat trakhea tidak perlu.4

2.9 Diagnosis Banding


Keadaan yang paling lazim terancu dengan bronkiolitis akut adalah
asma,satu atau lebih dari yang berikut ini mendukung diagnosis asma, riwayat
keluarga asma, episode berulang kali pada bayi yang sama, mulainya mendadak
tanpa infeksi yang mendahului, ekspirasi sangat memanjang, eosinofilia, dan

8
respons pembaikan segera pada pemberian satu dosis albuterol aerosol. Serangan
berulang menggambarkan titik pembeda yang penting kurang dari 5% serangan
berulang bronkiolitis klinis mempunyai penyebab infeksi virus. Wujud lain yang
dapat terancukan dengan bronkiolitis akut adalah gagal jantung kongesif, benda
asing di dalam trakhea, pertusis, keracunan organofosfat, kistik fibrosia, dan
bronkopneumonia bakteri yang disertai dengan overinflasi paru obstruktif
menyeluruh.1
3.0 Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Dengan hitungan jumlah sel darah lengkap jarang bermanfaat karena sel
darah putih pada umumnya di dalam batas normal atau naik dan hitung
jenis mungkin normal atau bergeser kekanan atau kekiri
Urin
Berat jenis urin dapat menyediakan informasi bermanfaat mengenai
balance cairan dan kemungkinan dehidrasi.
Serum darah
Kimia serum darah tidaklah terpengaruh secara langsung
olehinfeksi/peradangan tetapi dapat membantu menerka beratnya derajat
dehidrasi.
Analisa gas darah
Analisa gas darah mungkin diperlukan pada pasien yang sakitnya berat,
terutama yang menuntut ventilasi mekanik atau buatan.
Radiologi
Foto sinar x dada cukup diperlukan meliputi foto anterior-posterior
danlateral. dapat terlihat gambaran (tergantung berat ringannya penyakit)
Hiperinflasi dan infiltrat yang tertutup, gambaran ini adalah nonspesifik
dan mungkin juga dapat pada gambaran pasien dengan sakit asma,
pneumonia yang tidak lazim atau karena virus, dan aspirasi cairan.
Ateletaksis fokal
Gambaran udara yang terperangkap
Gambaran sekat diafragma yang rata
Peningkatan gambaran Garis tengah Antero posterior
Peribronchial Cuffing
Foto sinar x dapat juga mengungkapkan bukti alternatif
untuk diagnosa banding, seperti pneumonia lobaris , gagal jantung kongestif, atau
aspirasi benda asing.

9
Pemeriksaan lainnya:
Antigen Test pada nasal wash, dapat mengungkap dengan cepat ( pada
umumnya di dalam 30 min) dan akurat ( kepekaan 87- 91%, ketegasan
96-100%) dalam pendeteksian RSV.
Kultur positif dengan direct fluorescent antibody, test hasil percobaan
dapat mengkonfirmasikan infeksi karena RSV.
Nasal washing test harus diperoleh dari anak-anak yang diperlukan
opname dan anak-anak yang berhadapan dengan resiko berat.
Kultur RSV lebih sedikit sensitip ( 60%) tetapi spesifitas mencapai
100%.
Panel karena virus yang berhubungan dengan pernapasan, kultur untuk
RSV atau lain virus, atau pendeteksian dengan direct fluorescent
antibody atau dengan polymerase chain reaction mungkin bermanfaat
untuk pertimbangan yang berikut:
Sebagai pemeriksaan konfirmasi lainnya
Untuk mencari agen lain infeksius yang lain
Karena tujuan epidemiologik.
3.1 Penatalaksanaan
1. Oksigen 1 2 L / menit
2. IVFD dextrose 10 %; Na Cl 0,9 % = 3 : 1 + KCl 10 mq / 500 ml cairan
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feading drip.
4. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
a. Untuk kasus bronkiolitis community base :
1) Ampicillin 100 mg / Kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.
2) Chloramfenikol 75 mg / Kg BB / hari dalam 4 kali pemberian
b. Untuk kasus bronkiolitis hospital base :
1) Cefotaxim 100 mg / Kg BB / hari dalam 2 hari pemberian.

10
2) Amikasin 10 - 15 mg / Kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
3.2 Prognosis
Bronkiolitis Akut
Fase penyakit yang paling kritis terjadi selama 48-72 jam pertama sesudah
batuk dan dispnea mulai. Selama masa ini, bayi tampak sangat sakit, serangan
apneu terjadi pada bayi yang sangat muda dan asidosis respiratorik mungkin ada.
Sesudah periode klinis, perbaikan terjadi dengan cepat dan seringkali secara
drastis. Penyembuhan selesai dalam beberapa hari. Angka fatalitas kasus di bawah
1%, kematian dapat merupakan akibat dari serangan apnea yang lama, asidosis
respiratorik berat yang tidak terkompensasi, atau dehidrasi berat akibat kehilangan
penguapan air dan takipnea serta ketidak mampuan minum cairan. Bayi yang
memiliki keadaan-keadaan, misalnya penyakit jantung kongenital, displasia
bronkopulmonal, penyakit imunodefisiensi, atau kistik fibrosis mempunyai angka
morbiditas yang lebih besar dan mempunyai sedikit kenaikan angka mortalitas.
Angka mortalitasnya tidak sebesar pada bayi yang beresiko tinggi seperti di
masa yang silam. Perkiraan mortalitas pada bayi beresiko tinggi yang menderita
bronkiolitis. VSR ini telah menurun dari 37% pada tahun 1982 menjadi 3,5% pada
tahun 1988. Komplikasi bakteri seperti bronkopneumonia atau otitis media, tidak
lazim terjadi. Kegagalan jantung selama bronkiolitis jarang, kecuali pada anak
yang memiliki dasar penyakit jantung. Ada proporsi yang bermakna bahwa bayi
bayi yang menderita bronkiolitis mengalami hiperreaktivitas saluran pernafasan
selama akhir masa anak-anak, tetapi hubungan antara kedua hal ini, jika ada
belum dimengerti. Kesan bahwa satu episode bronkiolitis dapat mengakibatkan
kelainan saluran pernafasan kecil yang jangkanya sangat lama memerlukan
pengamatan lebih lanjut. Kelainan ini sebagian dapat dijelaskan melalui
penemuan bahwa bayi yang memiliki hantaran pernafasan total rendah lebih
mungkin mengalami bronkiolitis dalam responnya terhadap infeksi virus
pernafasan. Bayi dengan bronkiolitis yang padanya berkembang saluran
pernafasan reaktif kemungkinan besar mempunyai riwayat keluarga asma dan
alergi, episode bronkiolitis akut lama, dan terpajan asap rokok.1
Bronkiolitis Obliterans

11
Beberapa minggu setelah mulainya gejala-gejala awal, penderita keadaan
umumnya menjelek sampai meninggal, tetapi kebanyakan bertahan hidup,
beberapa anak menderita kecacatan kronis.1

12
BAB III
KESIMPULAN

1.Bronkiolitis adalah penyakit inflamasi akut dari saluran atas dan bawah
menyebabkan obstruksi dari saluran napas kecil.
2. Bronkiolitis dapat diklasifikasikan menjadi :
a.Bronkiolitis akut
b. Bronkiolitis obliteran.
Manifestasi Klinis
a. Bronkiolitis Akut
Bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek encer, batuk, bersin-
bersin, dan kadang-kadang demam. Gejala ini berlangsung beberapa hari,
kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk paroksimal, mengi,
dispneu, dan iritabel.
b. Bronkiolitis Obliterans
Pada mulanya dapat terjadi batuk, kegawatan pernafasan dan sianosis dan disertai
dengan periode perbaikan nyata yang singkat. Penyakit yang progresif terlihat
dengan bertambahnya dispnea, batuk, produksi sputum, dan mengi.
3. Pemeriksaan penunjang
- Darah lengkap
- Urin
- Serum darah
- Analisa gas darah
- Radiologi
4. Pengobatan
a. Bronkodilator
b. Kortikosteroid
c. Antikolinergik
d. Antibiotik

13

Anda mungkin juga menyukai