Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kita sering mendengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap


anak, baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. sangat sulit
kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat curahan kasih
sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan sampai
harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia.

Kejadian yang sering terjadi seperti penganiayaan fisik dan seksual.


Penganiayaan seksual sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-anak
yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukan keluarga. Setiap negara
bagian mempunyai undang-undang yang menjelaskan tanggung jawab legal untuk
melaporkan jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak.

Kecurigaan penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan


perlindungan anak setempat. Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah
perawat, dokter, dokter gigi, dokter anak, psikologi dan ahli terapi wicara, peneliti
sebab kematian, dokter, karyawan lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-
anak, pekerja sosial, guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk melaporkan orang
tersebut didenda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan status masing-masing.

Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan anak tertera dalam Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pasalnya berkaitan dengan jenis dan
akibat pencederaan anak. Kemunculan Undang – undang no.23/2002 tentang
Perlindungan Anak menjadi secercah cahaya untuk mengurangi terjadinya child
abuse.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang pengertian dari Child Abuse?
2. Apa penyebab dari Child Abuse?
3. Apa saja jenis-jenis dari Child Abuse?
4. Apa tanda-tanda anak yang mengalami kekerasan dikeluarga?
5. Apa penatalaksanaan anak dengan kekerasan di keluarga?
6. Apa strategi untuk mencegah kekerasan di rumah tangga?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Child Abuse.
2. Untuk mengetahui penyabab dari Child Abuse.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Child Abuse.
4. Untuk mengetahui tanda - tanda anak yang mengalami kekerasan
dikeluarga.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan anak dengan kekerasan di keluarga.
6. Untuk mengetahui strategi untuk mencegah kekerasan di rumah tangga.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Child Abuse

Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai
segala perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau
orang lain yang seharusnya memelihara, menjaga, dan merawat mereka.

Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang
yangmerawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun
fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.

Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare


memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan
seksualdan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh
orangyang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga
keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.

B. Etiologi Child Abuse

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik


kekerasanfisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak


a) Fisik berbeda. Yaitu dimana kondisi fisik anakberbeda dengan anak yang
lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak yang mengalami cacat
fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang
mempunyai fisik yang sempurna.
b) Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga
anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi
dengan lingkungan disekitarnya.

3
c) Temperamen berbeda. Anak dengan temperamen yang lemah cenderung
mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak
yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang
memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan
dengan anak bertemperamen lemah.
d) Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak
sewajarnyadan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan
bertingkah anehdi dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e) Anak angkat. Anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati
dari hasilperkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada
hubungan emosionalyang kuat antara anak angkat dan orang tua
2. Stress keluarga
a) Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat
yangmenyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor
iniberhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan
dilakukanoleh orang tua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya
termasuk harusmengorbankan keluarga.
b) Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini
jugaberpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab
lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk
kepribadian dan tingkah laku anak.
c) Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua
d) Anak yang tidak diharapkan. Hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan
apa yangdiinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah
mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a) Rendah diri. Anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan,sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu
mengecewakan oranglain.

4
b) Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami
perlakuansalah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap
orang lain atauanaknyasebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang
pernah dialaminya.
c) Harapan pada anak yang tidak realistis. Akan membuat orang tua
mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi
memenuhi kebutuhan anak, orang tua cenderung menjadikan anak
sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan
kekerasan.

C. Jenis – jenis Child Abuse


1. Emotional Abuse

Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak,


meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak
merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal
ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.

2. Physical Abuse

Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan
yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan
sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya
berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.

3. Neglect

Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti
tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau
meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya .

4. Sexual Abuse (Kekerasan Seksual)

Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar


pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.

5
Indikator fisik :

 Kesulitan untuk berjalan atau duduk,


 Adanya noda atau darah di Baju dalam,
 Nyeri atau gatal di area genital,
 Memar atau perdarahan di area Genital/ rektal, berpenyakit kelamin.

Indikator kebiasaan :

 Pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yang tidak sesuai


dengan usia,
 Perubahan pada penampilan,
 Kurang bergaul dengan teman sebaya,
 Tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/
berperilaku yang menggairahkan,
 Penurunan keinginan untuk sekolah,
 Gangguan tidur,
 Perilaku regressif (misal: ngompol).

D. Tanda – tanda
1. Akibat pada fisik anak
a) Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan
retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ
dalam lainnya.
b) Sekuel/cacat sebagai akibat trauma. Misalnya jaringan parut, kerusakan
saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c) Kematian.
2. Akibat pada tumbuh kembang anak

Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada


umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:

a) Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya


yang tidak mendapat perlakuan salah.
b) Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
 Kecerdasan
1) Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatandalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.

6
2) Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga
karena malnutrisi.
3) Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya
stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
 Emosi
1) Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan konsep diri yang positif,
atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif,perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
2) Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau
bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi
menarik diri / menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif,
perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur,tempretantrum,
dsb.
 Konsep diri

Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai,tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas
dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.

 Agresif

Anak mendapatkan perlakuan yang salah secara badani, lebih agresif terhadap
teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua
mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai
hasil miskinnya konsep harga diri.

 Hubungan social

Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka
mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan-
perbuatan criminal lainnya.

3. Akibat dari penganiayaan seksual

7
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:

 Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret
vagina, dan perdarahan anus.
 Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,
enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
 Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan
umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan
vulva, himen, dan anus anak.

D. Dampak Child Abuse

Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore,2004) diantaranya :

1. 1. Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya.


Anak bisa saja kehilangan keceriaannya karena kekerasan yang
dialaminya hingga malas untuk bermain.
2. Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa. Anak
yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin ditindas orang
dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas emosi,
perilaku agresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex
bebas, dan perilaku anti sosial.
4. Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh kurang normal atau
bahkan mengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.
5. Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi perlakuan keras secara fisik
pada anaknya.
6. Akibat yang paling fatal adalah kematian.

8
E. Penatalaksanaan dan Penanggulangan

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah


melalui:

1. Pelayanan kesehatanpelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan


dan program yangditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
a) Prevensi primer-tujuan : promosi orang tua dan keluarga sejahtera

Individu :

 Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat


 Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
 Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
 Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
 Pelayanan referensi perawatan jiwa
 Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan

Keluarga :

 Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat


 Memfasilitasi jalinan kasih social pada orang tua baru
 Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (followup)
 Pelayanan social untuk keluarga

Komunitas :

 Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga


 Mengurangi media yang berisi kekerasan.
 Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti: pelayanan krisis,
tempat penampungan anak/ keluarga/ usia lanjut/ wanita yang dianiaya
 Kontrol pemegang senjata api dan tajam

b) Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress

Individu :

 Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga padatiap
pelayanan kesehatan.

9
 Rencana penyelamatan diri bagi korban secara education.
 Pengetahuan tentang hukum untuk meminta bantuan dan perlindungan.
 Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban.

Keluarga :

 Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga.


 Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group).
Misalnya:kelompok pemerhati keluarga sejahtera.
 Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan pelayanan pada
korban.

Komunitas :

 Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korban dengan


standar prosedur dalam menolong korban
 Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon,
melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak hukum/ dinas sosial
untuk pelayanan segera
 Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/ cedera khususnya bayi dan anak
 Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah setempat
 Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
 Kontrol pemegang senjata api dan tajam.

c) Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan


kekerasan

Individu :

 Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban


 Konseling profesional pada individu

Keluarga :

 Redukasi orangtua dalam pola asuh anak


 Konseling profesional bagi keluarga
 Self-help-group (kelompok peduli).

10
Komunitas :

 “Foster home”, tempat perlindungan


 Peran serta pemerintah
 “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
 Kontrol pemegang senjata api dan tajam

2. Pendidikan

Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan


yangsangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, dan bagian lain dalam pelajaran
biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus
dijaga agartidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan
anak disekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak
terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
fisik dan pengabaian perawatan pada anak.

3. Penegak hukum dan keamanan

Hendaknya UU no. 4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan


secarakonsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan
kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “ Anak berhak atas perlindungan
terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar”.

4. Media massa

Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleha


artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka
pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program pencegahan lebih
ditekankan.

BAB III

11
JURNAL TERKAIT CHILD ABUSE

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

Gambaran kekerasan pada anak sekolah dasar di


Kecamatan Malalayang Kota Manado

1
Rebeka D. Radja
2
Theresia
2
M. D. Kaunang
Anita E. Dundu
2
Herdy Munayang

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
BagianPsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado Email: rebekadesriani@live.com

Abstrak: Kasus kekerasan pada anak semakin meningkat di lingkungan


masyarakat. Kekerasan pada anak dan penelantaran diartikan sebagai semua
tindakan atau gagalnya memenuhi tindakan kewajiban sebagai orang tua atau
pengasuh, yang berpotensial meninggalkan luka fisik maupun emosional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kekerasan pada anak sekolah
dasar di Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif
menggunakan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah seluruh siswa
sekolah dasar kelas 4-6 berusia 9-12 tahun di enam sekolah dasar Kecamatan
Malalayang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian
mendapatkan kekerasan pada anak dialami oleh 99,7% responden, lebih banyak
pada perempuan (53,8%), dengan tingkat ekonomi menengah (40%), dan
kekerasan fisik sebagai kekerasan yang paling banyak dialami responden (97.8%).
Simpulan: Pada enam sekolah dasar Kecamatan Malalayang didapatkan 99,7%
anak mengalami kekerasan, terbanyak berjenis kelamin perempuan, tingkat
ekonomi menengah, dan jenis kekerasan fisik.
Kata kunci: anak, kekerasan, profil

A. Analisa jurnal

No. Kriteria Jawab Pembenaran &Critical thinking


1 P Ya  Kasus kekerasan pada anak semakin meningkat di

12
lingkungan masyarakat. Kekerasan dapat bersifat turun-
temurun atau sudah menjadi budaya.
 Kekerasan pada anak memiliki dampak yang sangat besar
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dampak yang
dapat terjadi secara langsung adalah komplikasi yang
serius seperti patah tulang, luka bakar, dan cacat menetap
sebanyak 25% dan bahkan 5% dapat mengalami
kematian.
 Dampak lain yang dapat terjadi adalah kerusakan menetap
susunan saraf dan dapat mengalami gangguan jiwa. Anak
akan lebih mudah mengalami gangguan mental seperti,
gangguan kecemasan, depresi, borderline personality dan
gangguan mental lainnya. Anak korban kekerasan akan
mengalami gangguan perkembangan, IQ yang rendah,
dan kemampuan kognitif yang rendah.
2 I Ya • Pada penelitian yang dilaksanakan di enam sekolah dasar di
Kecamatan Malalayang Kota Manado dengan total siswa
berjumlah 507 orang, terdiri dari 146 orang (46,2%) laki-
laki dan perempuan 170 orang (53,8%) perempuan.
• Angka kekerasan terhadap anak merupakan suatu fenomena
gunung es. Jumlah kasus yang dilaporkan hanyalah
sebagian kecil dari yang terjadi sehari-hari di lingkungan
masyarakat. Kasus baru akan terungkap jika kekerasan telah
berlangsung lama. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti saksi mata yang merasa takut melaporkan kepada
pihak yang berwajib karena korban, pelaku, dan saksi mata
saling mengenal.
• Hasil survei kekerasan terhadap anak yang dilakukan pada
tahun 2013 menunjukkan setidaknya 1 dari 2 laki-laki dan 1
dari 3 perempuan sebelum berumur 18 tahun pernah

13
mengalami setidaknya satu jenis kekerasan.
3 C Ya • Berdasarkan Tabel 4, responden yang mengalami kekerasan
sebanyak 315 (99,7%) dan 1 (0,3%) responden yang tidak
mengalami kekerasan. Dari 317 responden yang mengalami
kekerasan, terdapat diantaranya 146 (46,4%) responden
laki- laki dan 169 (53,6%) responden perempuan. Hasil ini
menunjukkan bahwa semua responden laki-laki dan 169
responden perempuan pernah mengalami kekerasan
setidaknya 1 jenis kekerasan. Hasil ini sangat tinggi karena
persentase mencapai 99.7%.
• Jenis kekerasan yang terjadi paling banyak pada penelitian
ini adalah kekerasan fisik (97.5%).
• Hasil ini juga sebanding dengan penelitian di Arab Saudi
dan Kanada yang meneliti mengenai kekerasan pada anak
dan mendapati jenis kekerasan yang paling banyak adalah
kekerasan fisik.13,14 Hasil ini berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan India. Di
Amerika Serikat dan India, jenis kekerasan anak yang
paling banyak adalah penelantaran dan yang paling sedikit
adalah kekerasan emosional.
• Hal ini mungkin dapat terjadi karena perbedaan budaya dan
pola asuh orang tua pada masing-masing negara.

14
4 O Ya • Berdasarkan hasil penelitian, didapat-kan sebanyak 315 dari
316 responden mengalami setidaknya satu jenis kekerasan.
Kekerasan ini terjadi pada semua usia dengan rentang 9-12
tahun dan terbanyak pada perempuan, tingkat ekonomi
menengah. Jenis kekerasan yang paling sering terjadi secara
berturut-turut ialah kekerasan fisik dengan jenis perlakuan
terbanyak ialah dipukul, kekerasan emosional dengan jenis
perlakuan paling banyak ialah diejek, penelantaran dengan
jenis perlakuan paling banyak ialah diabaikan, dan
kekerasan seksual dengan jenis perlakuan paling banyak
ialah dipaksa melihat konten pornografi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atau emosional
atau penelantaran anak atau anak-anak. Sementara menurut U.S Departement of
Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan

15
fisik atau mental, kekerasan seksualdan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18
tahun yang dilakukan oleh orangyang seharusnya bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah


melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegakhukum dan keamanan dan Media
massa.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/39800308/Child-Abuse-padaanak

http://en.wikipedia.org/wiki/Child_abuse

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140506_kekerasan_anak.s
html

16
http://www.ayahbunda.co.id/Berita.Ayahbunda/Seputar+AB/saran.pakar.soal.kekeras
an.pada.anak/002/001/41/all/0/1

17

Anda mungkin juga menyukai