Anda di halaman 1dari 11

SKENARIO 2 : AKIBAT LENSA KONTAK

Neni seorang karyawan bank swasta berumur 28 tahun, datang ke puskesmas mengeluhkan
mata kanannya merah dan nyeri sejak 3 hari yang lalu. Mata kanan Neni juga terasa kabur dan
mengeluarkan sekret serous yang banyak.

Setelah dilakukan pemeriksaan oftalmologi, dokter menemukan adanya injeksi konjungtiva


dan injeksi siliar pada mata kanan, dan terdapat erosi dan infiltrat di kornea. Neni tidak dibolehkan
memakai lensa kontak untuk sementara dan menggunakan kacamata ketika bekerja di kantor.
Dokter menganjurkan rujuk ke RS untuk dilakukan pemeriksaan fluoresens dan kultur mikrobiologi,
dan memberikan obat tetes mata antibiotika sebagai pengobatan awal.

Neni tidak menyangka bahwa mata merahnya saat ini adalah hal yang serius, karena
sebelumnya Neni juga pernah mengalami mata merah ini terutama jika dia memakai lensa kontak
dalam waktu yang lebih lama, namun setelah diteteskan dengan obat tetes mata lubrikan yang
pernah diberikan dokter sebelumnya, mata sudah sembuh kembali.

Neni sangat cemas, apakah matanya dapat kembali sembuh, karena minggu lalu dia
menemani teman kantornya berobat ke dokter karena mata merah berulang dan didiagnosa uveitis.
Meskipun temannya rajin kontrol namun penglihatannya tetap kabur, karena dikatakan sudah
mengalami komplikasi glaukoma. Neni juga sangat khawatir dan menanyakan apakah matanya
mungkin nantinya harus dilakukan pengangkatan bola mata, seperti tetangganya yang didiagnosis
dokter menderita panoftalmitis.

Bagaimana anda menerangkan penyakit pada kasus-kasus di atas?

STEP 1 : Terminologi

1. Pemeriksaan oftalmologi : pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai fungsi maupun


anatomi kedua mata.
2. Injeksi konjungtiva : pelebaran pembuluh darah dari forniks ke arah limbus, berwarna merah
muda, berkelok-kelok dan letaknya superfisial.
3. Injeksi siliar : melebarnya pembuluh darah perikornea (a. Siliar anterior) atau injeksi siliar
atauinjeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada
kornea,radang jaringan uvea, glaukoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis.
4. Pemeriksaan fluoresens : tes yang menggunakan pewarna oranye (fluorescein) dan cahaya
biru untuk mendeteksi benda asing di mata.
5. Obat tetes mata lubrikan : Cendo Lubricen adalah obat tetes mata yang mengandung zat
aktif Hydroxypropyl methylcellulose. Cendo Lubricen digunakan untuk membantu mencegah
mata kekurangan cairan yang dapat menyebabkan mata menjadi merah dan iritasi. Cendo
Lubricen juga digunakan untuk membantu meredakan iritasi dan kemerahan pada mata.
6. Uveitis : peradangan yang terjadi pada uvea atau lapisan tengah mata. Kondisi ini ditandai
dengan salah satu atau kedua mata terlihat sangat merah, yang dapat disertai rasa nyeri
pada mata dan penglihatan menjadi kabur.
7. Glaukoma : kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata.
Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem aliran cairan mata.
Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala berupa gangguan penglihatan,
nyeri pada mata, hingga sakit kepala.
8. Panoftalmitis : radangan supuratif intraokular yang melibatkan rongga mata hingga lapisan
luar bola mata, kapsul tenon dan jaringan bola mata.

STEP 2 & 3 : Identifikasi Masalah & Brainstorming

1. Mengapa Neni mengeluhkan mata kanan merah dan nyeri sejak 3 hari yang lalu?

Kemungkinan :

a. Herpes Zoster Oftalmikus

Tidak banyak yang tahu bahwa virus varicella-zoster yang menimbulkan herpes zoster atau cacar
ular, ternyata juga dapat menyebabkan sakit mata yang disebut dengan herpes zoster
oftalmikus. Kondisi ini dapat terjadi pada orang yang pernah terkena cacar air saat masih anak-
anak. Beberapa kondisi yang dapat menjadi gejala sakit mata herpetik ini, antara lain:

- Mata merah.
- Rasa sakit parah pada mata atau di sekitar salah satu mata disertai pembengkakan.
- Ruam kemerahan dan rasa sakit pada kelopak mata. Terkadang hingga di ujung hidung.
- Sensitif terhadap cahaya.

b. Keratitis Herpes Simpleks

Penyakit mata ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 yang menimbulkan infeksi pada
kornea. Kornea menjadi berkabut dan membengkak. Virus ini sama dengan penyebab luka
herpes pada mulut dan bibir. Gejala-gejala yang dapat dirasakan, antara lain:

- Mata merah.
- Rasa sakit pada mata atau di sekitar salah satu mata.
- Air mata yang terus-menerus keluar.
- Mata terasa kotor.
- Mata terasa perih saat melihat cahaya

Setelah infeksi, virus herpes akan berdiam pada serat saraf tanpa menimbulkan gangguan.
Namun jika sistem kekebalan tubuh sedang melemah, penyakit herpetik ini dapat kembali
muncul. Kemunculannya diawali dengan berpindah atau berkembangnya virus-virus ini.

Penularan virus herpes simpleks 1 ini bisa terjadi melalui kontak langsung dengan penderita,
seperti ciuman dari anggota keluarga yang menderita penyakit herpes pada bibir atau cold sore.
Pada sepertiga kasus, orang yang sudah pernah mengalami penyakit ini akan terserang kembali,
karena virus dapat kembali aktif (reaktivasi). Jika terjadi pada bayi baru lahir, penyakit ini dapat
menyerang sistem saraf pusat di otak dan membahayakan nyawa bayi.

Penyakit ini dapat ditangani dengan obat topikal (obat luar) yang dioleskan pada kelopak mata,
obat antivirus oral (obat minum), ataupun obat tetes mata kortikosteroid untuk meredakan
peradangan. Kalau tidak segera ditangani, lama-kelamaan penyakit ini dapat mengakibatkan
penurunan kualitas penglihatan.

c. Konjungtivitis oleh Bakteri, Virus, dan Klamidia

Konjungtivitis atau disebut juga pink eye adalah peradangan konjungtiva, yaitu jaringan tipis
yang melapisi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Alergi debu, iritasi akibat
sampo, ataupun asap dapat menyebabkan konjungtivitis. Konjuntivitis yang menular adalah yang
disebabkan oleh virus (misalnya virus influenza atau herpes) dan bakteri (seperti klamidia dan
gonore). Konjungtivitis akibat bakteri dan virus inilah yang dapat menular dengan mudah dari
penderita ke orang lain. Pada infeksi terhadap bayi baru lahir, penyakit ini dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang berbahaya.

Cermati gejala-gejala berikut untuk mendeteksi kemungkinan konjungtivitis:

- Mata lebih berair dari biasanya.


- Area putih pada mata menjadi merah.
- Mata terasa gatal atau perih.
- Lebih sensitif terhadap cahaya.
- Penglihatan menjadi lebih buram atau pandangan mata kabur.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari memburuknya gejala ini, antara lain dengan
menghindari pemakaian make up dan lensa kontak, lindungi mata dari debu dengan kacamata,
dan periksakan diri ke dokter mata untuk mendapatkan pengobatan dengan obat tetes mata,
salep mata, atau obat oral, sesuai penyebab konjungtivitis.

Untuk mencegah atau mengurangi risiko penularan konjungtivitis, berikut ini beberapa cara yang
bisa dilakukan:

- Cuci tangan secara teratur dengan air hangat dan sabun.


- Hindari menyentuh mata yang sedang infeksi.
- Basuh mata yang berair beberapa waktu sekali menggunakan tisu halus atau kapas. Buang
segera kapas atau tisu ini dan cuci kembali tangan Anda dengan air hangat dan sabun.
- Hindari mengenakan lensa kontak dan riasan wajah, apalagi berbagi alat make up dengan
orang lain.
- Hindari berbagi obat tetes mata dan berbagi pakai benda lain, seperti handuk atau
kacamata.
- Dianjurkan istirahat di rumah lebih dulu selama penyakit belum pulih.

Konjungtivitis atau pink eye umumnya akan membaik dalam 3-7 hari. Penyakit ini dapat menular
ke orang lain selama keluhan masih dirasakan. Apabila merasakan gejala pada mata, terutama
mata terasa sakit atau penglihatan terganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter mata
agar dapat diketahui penyebabnya dan diberikan penanganan yang tepat.

 Mekanisme terjadinya mata merah

Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtifa yang terjadi pada
perdangan mata akut, hyperemia terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran seperti pada pembendungan pembuluh darah, pelebaran pembuluh
daran ataupun perdarahan antara konjungtifa dan sklera inilah yang menyebabkan mata terlihat
merah

 Mekanisme nyeri

Ketika terjadi kerusakan jaringan pada mata, maka respon tubuh adalah dengan mengeluarkan
sel sel radang, sel sel radang seperti prostaglanding menambah kepekaan nosireseptor , sinyal
nyeri yang didapat dari nosireseptor tersebut kemudian disalurkan ke saraf afferen melalui
serabut saraf alfa dan c, dengan perantara substantia P yang dikeluarkan oleh serat serat nyeri
afferen rangsangan di kirim ke thalamus dan kemudian memicu respon tubuh terhadap nyeri
yang dirasakan pada mata.

2. Mengapa mata kanan Neni terasa kabur dan mengeluarkan sekret serous yang banyak?

Berbagai penyebab mata kabur

a. Gangguan mata refraktif

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gangguan mata refraktif bisa menyebabkan
penglihatan kabur. Kondisi ini membuat penderita perlu untuk menggunakan kacamata agar
dapat melihat dengan jelas. Gangguan mata refraktif terjadi karena perubahan bentuk bola
mata, bentuk kornea, atau terdapat gangguan lensa mata.

b. Katarak

Katarak adalah kondisi yang membuat bagian lensa mata menjadi buram dan menghalangi
cahaya mencapai retina, sehingga mengakibatkan penglihatan mata menjadi kabur. Kondisi ini
bisa terjadi akibat faktor penuaan ataupun cedera pada mata.

c. Degenerasi makula

Degenerasi makula adalah gangguan penglihatan yang umumnya dialami lansia. Kondisi ini dapat
menyebabkan penderita kehilangan penglihatan di lapang pandang bagian tengah akibat
rusaknya makula, yaitu daerah di sekitar retina mata yang berfungsi untuk meningkatkan tajam
penglihatan.

d. Glaukoma

Glaukoma merupakan penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan berlebih pada bola mata.
Kondisi ini mengakibatkan saraf mata menjadi rusak secara permanen dan menyebabkan mata
kabur.

e. Infeksi mata

Biasanya infeksi mata terjadi akibat virus, bakteri, atau jamur yang masuk ke dalam mata. Infeksi
ini dapat terjadi karena cedera mata atau tertular dari orang lain. Contoh penyakit infeksi mata
yang paling umum adalah konjungtivitis.

Kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Meski biasanya tidak serius, namun
konjungtivitis mudah menular dan terkadang dapat menyebabkan pandangan mata menjadi
kabur.

f. Penggunaan lensa kontak

Lensa kontak yang kotor dan rusak dapat membuat penglihatan menjadi terganggu. Pemakaian
dan perawatan lensa kontak yang tidak benar dapat menyebabkan luka dan infeksi pada kornea
mata (keratitis).

g. Diabetes

Jika mengalami diabetes tipe 1 atau tipe 2, berisiko terkena retinopati diabetik. Pada kondisi ini,
terjadi kerusakan pada pembuluh darah dan saraf di retina mata, sehingga pandangan mata
menjadi kabur.
h . Tekanan darah tinggi

Memiliki tekanan darah tinggi tidak hanya menyebabkan stroke, namun juga mengakibatkan
stroke mini pada mata yang disebut oklusi vena. Orang yang mengalami oklusi vena biasanya
mengalami pandangan mata kabur dan hanya menyerang satu mata saja.

i. Konsumsi obat tertentu

Mata kabur juga dapat disebabkan oleh faktor lain, misalnya obat-obatan atau suplemen, baik
yang diresepkan atau pun yang dijual bebas. Beberapa obat-obatan yang mungkin dapat
membuat penglihatan menjadi kabur adalah:

- Obat antikolinergik tertentu


- Beberapa jenis obat antihipertensi
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Obat antidepresan
- Obat untuk penyakit jantung

Mata kabur biasanya bukan menjadi masalah yang serius jika keluhannya timbul dan hilang
begitu saja.

Namun, jika keluhan mata kabur yang Anda derita disertai dengan gejala lain seperti kepekaan
terhadap cahaya (photophobia), muncul bintik-bintik saat melihat objek (floaters), nyeri pada
mata, penglihatan menjadi ganda, hingga perdarahan pada mata, ada baiknya untuk
berkonsultasi ke dokter spesialis mata.

3. Bagaimana interpretasi pemeriksaan oftalmologi Neni?


4. Mengapa Neni tidak diperbolehkan memakai lensa kontak untuk sementara?

 Lensa kontak adalah alat bantu penglihatan yang diletakkan di permukaan kornea untuk
memperbaiki gangguan refraksi. Pemakaian lensa kontak memberi kenyamanan beraktivitas,
tidak membatasi lapang pandang, dan lebih baik secara estetik. Meskipun demikian, penggunaan
lensa kontak dapat menimbulkan komplikasi ringan sampai kebutaan.

Berdasarkan lama penggunaan, lensa kontak diklasifikasikan menjadi disposable dan extended
wear. Tipe disposable hanya digunakan untuk satu kali pemakaian. Tipe extended wear dapat
digunakan berulang kali sampai waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan. Tipe
extended wear dikembangkan menjadi tipe overnight continuous wear sehingga lensa kontak
dapat dipakai sepanjang hari hingga malam tanpa perlu dilepas saat tidur. Lensa kontak tipe
extended dan overnight continuous wear memiliki risiko infeksi lebih tinggi karena
mikroorganisme dapat melekat dan berpindah ke permukaan mata. Oleh karena itu hanya
dianjurkan bagi individu dengan gangguan penglihatan derajat berat yang memerlukan koreksi
penglihatan sepanjang hari.

Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak Kontraindikasi absolute

- Radang akut atau subakut di bagian depan bola mata

- Infeksi bola mata akut atau kronik

- Setiap kelainan yang memengaruhi kelopak mata, konjungtiva, dan kornea.

- Gangguan sensasi di kornea


- Glaukoma tidak terkontrol

- Tidak dapat mentoleransi pemasangan benda asing di mata

- Penyakit sistemik atau alergi

Jika tidak merawat kebersihan lensa kontak dengan baik, pemakainya akan lebih berisiko
mengalami infeksi dan gangguan pada mata lainnya. Berikut ini beberapa kondisi dan hal-hal
yang perlu diperhatikan pengguna lensa kontak.

a. Konjungtivitis

Kondisi ini ditandai dengan lapisan paling luar mata yang menjadi merah. Konjungitivitis atau
‘mata merah’ bisa disebabkan oleh infeksi bakteri atau iritasi dari lensa kontak. Selain merah,
mata juga menjadi berair

b. Keratitis

Keratitis merupakan peradangan pada kornea mata. Penyebabnya antara lain cedera ringan
akibat penggunaan lensa kontak terlalu lama, infeksi bakteri, virus, jamur atau parasit akibat
proses pembersihan lensa kontak yang tidak benar. Menggunakan lensa kontak terus-menerus,
saat berenang atau menggunakan air untuk membersihkan lensa kontak dapat meningkatkan
risiko terkena keratitis.

Gejala keratitis berupa mata merah, terasa perih, sulit membuka kelopak mata, penglihatan
buram, sensitif terhadap cahaya, dan terasa seperti ada sesuatu di dalam mata.

Jika tidak segera diobati, keratitis dapat berujung pada gangguan penglihatan permanen atau
bahkan kebutaan.

c. Sindrom Mata Kering

Menggunakan lensa kontak terlalu lama, atau berada di ruangan dengan pendingin, dan
mengabaikan petunjuk penggunaan lensa kontak dapat memicu sindrom mata kering.

Sindrom mata kering merupakan kondisi umum ketika mata tidak memproduksi cukup air mata,
atau air mata menjadi terlalu cepat kering. Hal ini memicu peradangan dan iritasi pada mata.
Pada tahap yang tidak serius, Anda dapat memberikan tetes mata. Namun pada tahap serius,
Anda mungkin membutuhkan penanganan medis.

Kondisi ini bisa terjadi pada kedua mata dan memiliki gejala berikut:

- Mata merah.
- Mata terasa kering, berpasir, atau rasa sakit yang memburuk sepanjang hari.
- Penglihatan buram yang dapat membaik bila mengedipkan mata.
- Sulit membuka mata ketika bangun tidur.

d. Abrasi Kornea

Lensa kontak yang kotor dapat menyebabkan kornea mata tergores atau abrasi. Hal ini
menyebabkan rasa sakit yang parah dan tidak nyaman. Jika tidak segera ditangani, abrasi dapat
menjadi ulkus kornea dan dapat menyebabkan penurunan penglihatan menetap.

5. Mengapa Neni dianjurkan untuk dirujuk ke RS untuk dilakukan pemeriksaan fluoresens


dan kultur mikrobiologi?
6. Mengapa dokter memberikan obat tetes mata antibiotika sebagai pengobatan awal?
7. Mengapa Neni mengalami mata merah ini terutama jika dia memakai lensa kontak dalam
waktu yang lebih lama, namun setelah diteteskan dengan obat tetes mata lubrikan yang
pernah diberikan dokter sebelumnya, mata sudah sembuh kembali?
a. Keratitis

Keratitis adalah peradangan akibat infeksi pada kornea mata. Kornea mata adalah bagian bening
paling luar dari mata yang bersentuhan langsung dengan softlens. Bagian mata ini adalah salah
satu yang rentan mengalami gangguan.

Keratitis adalah salah satu komplikasi penggunaan lensa kontak yang mengancam penglihatan.
Penggunaan lensa kontak adalah faktor risiko utama terjadinya keratitis. Terlebih jika Anda tidur
dengan menggunakan lensa kontak. Salah satu penyebab infeksi pada kornea adalah bakteri
stafilokokus dan pseudomonas.

Pada keadaan yang lebih berat, peradangan pada kornea dapat berlanjut menjadi ulkus kornea,
di mana lapisan epitel kornea hilang. Jika kondisi infeksi pada kornea tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, dapat menyebabkan perforasi, atau berlubangnya kornea.

Pada akhirnya, bakteri dapat masuk ke dalam bola mata dan menyebabkan infeksi bola mata,
atau dikenal dengan istilah endophthalmitis.

b. Konjungtivitis

Konjungtiva adalah selaput jernih dan tipis yang membentang di antara kelopak mata dan mata
Anda. Konjungtiva sebenarnya dapat mencegah lensa kontak hilang di belakang bola mata
pemakai. Konjungtivitis adalah peradangan selaput mata ini (konjungtiva) dan pengguna softlens
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami konjungtivitis.

Penderita konjungtivitis akan mengalami berbagai gejala, seperti adanya perasaan berpasir pada
mata, sensasi gatal atau terbakar, mata berair, dan juga kelopak mata bengkak. Jika mata Anda
merah, segera hentikan penggunaan softlens. Penggunaan lensa kontak dapat memperparah
gejala yang terjadi dan menyebabkan gangguan kesehatan mata yang lebih berat.

c. Mata kering

Sindrom mata kering adalah masalah umum yang sering dikeluhkan banyak orang, khususnya
para pemakai softlens. Gejala yang dapat dialami adalah mata merah, mata terasa berpasir, dan
penglihatan buram yang kembali membaik dengan mengedip.

Keluhan ini dapat ditangani dengan pemberian tetes mata. Akan tetapi, pada tahap serius
mungkin memerlukan penanganan medis.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya berbagai gangguan
mata di atas, yaitu:

- Selalu jaga kebersihan softlens. Simpan pada tempat khusus yang bersih dan hindari
menyentuh softlens dengan tangan yang kotor.
- Biasakan mencuci tangan sebelum menggunakan softlens.
- Jangan menggunakan softlens saat tidur.
- Jika mengalami gejala iritasi atau infeksi pada mata, lepaskan softlens. Jangan lupa untuk
memeriksakan diri ke dokter mata untuk mendapat diagnosis dan penanganan yang tepat.
8. Uveitis

Uveitis terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

- Uveitis di uvea bagian depan (iritis atau uveitis anterior), yaitu peradangan yang terjadi di
bagian iris
- Uveitis di uvea bagian tengah (uveitis intermedia atau cyclitis), yaitu peradangan yang terjadi
di antara iris dan koroid
- Uveitis di uvea bagian belakang (choroiditis atau posterior uveitis), yaitu peradangan yang
terjadi di bagian koroid
- Uveitis di seluruh uvea (panuveitis), yaitu ketika seluruh lapisan uvea mengalami peradangan

Uveitis juga terbagi berdasarkan lamanya penyakit ini diderita. Berikut adalah penjelasannya:

- Uveitis akut, yaitu jenis uveitis yang berkembang dengan cepat dan membaik dalam jangka
waktu kurang dari 3 bulan
- Uveitis kronis, yaitu ketika peradangan terjadi secara berkelanjutan selama lebih dari 3 bulan

Penyebab Uveitis

Uveitis sering kali tidak diketahui penyebabnya dan bahkan terkadang dialami oleh orang sehat.
Akan tetapi, sebagian besar uveitis dikaitkan dengan gangguan autoimun. Beberapa kondisi atau
penyakit autoimun yang diduga dapat memicu uveitis adalah:

- Rheumatoid arthritis, yaitu peradangan sendi


- Psoriasis, yaitu peradangan kulit
- Ankylosing spondylitis, yaitu peradangan sendi pada tulang belakang
- Sarkoidosis, yaitu peradangan yang muncul di berbagai bagian tubuh, seperti paru-paru,
kelenjar getah bening, mata, dan kulit
- Penyakit Kawasaki, yaitu peradangan dinding pembuluh darah
- Kolitis ulseratif, yaitu peradangan usus besar
Crohn’s Disease, yaitu peradangan yang terjadi di dalam saluran percernaan, mulai dari
mulut hingga anus

Pada sebagian kasus lainya, uveitis diduga juga terjadi akibat adanya infeksi virus atau bakteri di
dalam tubuh, seperti:

- Herpes
- Tuberkulosis
- Toksoplasmosis
- Sifilis
- HIV/AIDS
- Histoplasmosis

Selain gangguan autoimun dan infeksi, uveitis juga diduga terkait dengan sejumlah faktor di
bawah ini:

- Cedera atau operasi mata


- Kanker mata
- Paparan racun pada mata

Gejala Uveitis
Gejala uveitis dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dalam jangka
waktu beberapa hari. Gejala-gejala uveitis antara lain:

- Mata merah
- Nyeri pada mata
- Penglihatan kabur
- Mata menjadi sensitif terhadap cahaya
- Ada bintik-bintik hitam yang muncul di dalam lapang pandang
- Penurunan fungsi penglihatan

Diagnosis Uveitis

Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan dan menanyakan
gejala yang pasien rasakan, kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada
mata pasien.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan agar mendapatkan hasil diagnosis
yang lebih akurat. Pemeriksaan lanjutan tersebut dapat berupa:

- Tes penglihatan
- Tonometri untuk mengukur tekanan dalam bola mata
- Pemeriksaan slit-lamp untuk melihat adanya sel-sel peradangan di bagian depan mata
- Funduskopi untuk memeriksa kondisi bagian belakang mata
- Tes darah
- Tes pemindaian dengan CT scan atau MRI
- Analisis cairan mata
- Angiografi mata untuk melihat adanya sel-sel peradangan di dalam sistem pembuluh darah
di mata
- Pencitraan fotografi mata (optical coherence tomography) untuk mengukur ketebalan dan
melihat adanya sel-sel peradangan di retina dan koroid

Pengobatan Uveitis

Fokus pengobatan uveitis adalah untuk mengurangi peradangan pada mata. Ada beberapa
pilihan pengobatan yang mungkin dilakukan oleh dokter, yaitu:

Obat-obatan

Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menangani uveitis:

- Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi peradangan.

- Antibiotik atau antivirus

Jika uveitis disebabkan oleh infeksi, maka dokter akan memberikan obat antibiotik atau antivirus
untuk mengendalikan infeksi.

- Obat imunosupresif
Obat imunosupresif atau sitotoksik umumnya diberikan ketika uveitis terjadi pada kedua mata,
atau pengobatan dengan kostikosteroid gagal atau uveitis semakin parah dan pasien terancam
mengalami kebutaan.

Operasi

Prosedur operasi dilakukan jika gejala yang muncul sudah cukup parah atau penanganan dengan
obat tidak efektif. Beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan adalah:

- Vitrektomi, yaitu operasi bedah mata untuk mengambil cairan vitreus pada mata
- Operasi penanaman alat pelepas obat, yaitu operasi untuk menanam alat khusus pada mata
yang berfungsi menyalurkan obat kortikosteroid secara perlahan ke dalam mata

Pada banyak kasus, operasi penanaman alat pelepas obat dilakukan untuk menangani uveitis
posterior yang sulit diobati. Pengobatan dengan alat ini umumnya berlangsung selama 2–3
tahun. Kendati demikian, pada dasarnya, lama pengobatan uveitis tergantung pada jenis dan
tingkat keparahan uveitis yang diderita.

Komplikasi Uveitis

Jika tidak segera diobati, uveitis dapat menimbulkan komplikasi berupa:

- Katarak, yaitu perubahan yang terjadi pada lensa mata dan menyebabkan penglihatan kabur
- Glaukoma, yaitu kerusakan saraf yang menghubungkan mata dengan otak, yang dapat
berujung pada kebutaan
- Ablasi retina, yaitu kondisi ketika retina lepas dari lapisan pembuluh darah yang memberi
oksigen dan nutrisi
- Edema makula kistoid, yaitu pembengkakan pada retina
- Sinekia posterior, yaitu peradangan yang menyebabkan iris melekat pada lensa mata

9. Glaukoma

Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata.
Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem aliran cairan mata.
Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala berupa gangguan penglihatan,
nyeri pada mata, hingga sakit kepala.

Pada dasarnya, mata memiliki sistem aliran cairan mata (aqueous humour) ke dalam pembuluh
darah. Aqueous humour itu sendiri adalah cairan alami yang berfungsi menjaga bentuk mata,
memasok nutrisi, dan membersihkan kotoran pada mata. Ketika terjadi gangguan pada sistem
aliran cairan ini akan menyebabkan penimbunan cairan aqueous humour dan meningkatkan
tekanan pada bola mata (hipertensi okular). Meningkatnya tekanan pada bola mata kemudian
dapat merusak saraf optik.

Berdasarkan gangguan yang terjadi pada sistem aliran cairan mata, glaukoma terbagi menjadi
beberapa jenis, yakni:

- Glaukoma sudut terbuka. Glaukoma jenis ini merupakan kondisi yang paling banyak terjadi.
Pada glaukoma sudut terbuka, saluran pengalir cairan aqueous humour hanya terhambat
sebagian karena trabecular meshwork mengalami gangguan. Trabecular meshwork adalah
organ berupa jaring yang terletak di saluran pengalir cairan aqueous humour.
- Glaukoma sudut tertutup. Pada tipe ini, saluran pengalir cairan aqueous humour tertutup
sepenuhnya. Glaukoma sudut tertutup akut atau yang terjadi secara tiba-tiba merupakan
kondisi darurat dan membutuhkan penanganan dengan segera.

Glaukoma menjadi penyebab kebutaan terbanyak kedua di dunia setelah katarak. Data yang
dihimpun WHO pada 2010 menunjukan, 39 juta orang di dunia menderita kebutaan dan 3,2 juta
di antaranya disebabkan oleh glaukoma. Glaukoma dapat terjadi pada orang dewasa dan juga
pada bayi. Glaukoma yang terjadi pada bayi baru lahir ini disebut glaukoma kongenital.

Meskipun glaukoma bukanlah kondisi yang dapat dicegah, tapi gejalanya akan lebih mudah
diredakan jika kondisi tersebut dapat dideteksi dan ditangani lebih awal.

Gejala Glaukoma

Gejala yang muncul akan berbeda-beda pada setiap penderita glaukoma. Akan tetapi penderita
glaukoma umumnya mengalami gangguan penglihatan. Beberapa gangguan penglihatan yang
muncul dapat berupa:

- Penglihatan kabur
- Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
- Memiliki sudut buta (blind spot)
- Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.

Penyebab Glaukoma

Diduga kelainan gen merupakan faktor utama terjadinya glaukoma. Ditambah lagi ada beberapa
faktor sekunder yang menjadi penyebab glaukoma seperti:

- Cedera akibat paparan zat kimia


- Infeksi
- Peradangan
- Penyumbatan pembuluh darah

Pengobatan Glaukoma

Glaukoma bisa ditangani oleh dokter mata atau dokter mata ahli glaukoma. Pengobatan
glaukoma dilakukan untuk mencegah kebutaan total dan mengurangi gejalanya. Pengobatan
tersebut dapat berbeda-beda, karena disesuaikan dengan kondisi pasien. Metode pengobatan
glaukoma meliputi:

- Pemberian obat tetes


- Terapi laser
- Operasi

Anda mungkin juga menyukai