PENDAHULUAN
Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan sediaan sterilyang digunakan sebagai antibakteri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Membuatformulasibentuksediaan steril
2. Mengaplikasikansediaan steril
3. Mengevaluasisediaan steril
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfat bagi mahasiswa
1. Mampu membuat sediaan
2. Mampu memahami sediaan steril
3. Mampu memahami tahapan pembuatan sediaan steril
1.3.2 Manfaat bagi masyarakat
1. Mengurangiresiko matamerahyang mungkin terjadi dimasyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merah harus segera diobati. Mata merah dapat menular kepada orang lain
selama 2 minggu setelah dimulai adanya gejala-gejala. Diagnosis dini dan pengobatan
secepatnya dapat melindungi penularan terhadap orang lain.
Mata merah memperlihatkan adanya:
1. Kemerahan pada satu mata atau kedua mata;
2. Rasa gatal pada satu mata atau kedua mata;
3. Rasa mengganjal pada satu mata atau kedua mata;
4. Pengeluaran kotoran mata dari satu mata atau kedua mata yang dapat membentuk kerak
pada malam hari sehingga pada pagi pagi hari kelopak mata tidak dapat dibuka;
5. Pengeluaran air mata;
6. Reflex pupil (anak mata) masih normal;
7. Ketajaman penglihatan masih normal.
Mata merah harus segera diobati. Mata merah dapat menular kepada orang lain
selama 2 minggu setelah dimulai adanya gejala-gejala. Diagnosis dini dan pengobatan
secepatnya dapat melindungi penularan terhadap orang lain.
PENYEBAB
Penyebab mata merah yang disebabkan oleh bakteri adalah:
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Streptococcus pneumoniae
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Moraxella lacunate
Pseudomonas pycocyanea
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
Corynebacterium diphtheriae
Bila penyakit ini disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan memberikan
pengobatan tetes mata yang mengandung antibiotika.
Pencegahan Penyakit
Farmakokinetik
Kloromfenikol digunakan secara topikal pada terapi infeksi mata karena
spektrumnya luas dan penetrasinya pada jaringan mata dan aquaeous tumor.
Berdasarkan penelitian, penggunaan kloramfenikol pada penyakit mata yaitu
konjungtivis katarak memberi hasil yang baik namun hasil sangat dipengaruhi oleh
dosis dan bagaimana cara mengaplikasikan sediaan tersebut ( Mc. Evoy. 2004:14553).
Mekanisme kerja
Kloramfenikol merupakan penghambat sintesis protein mikroba yang poten
yang berikatan reversibel pada sub unit 50s ribosom bakteri dan menghambat tahapan
peptidil transferase dalam sintesis protein. Kloromfenikol adalah antibiotic
bakteriostatik berspektrum luas (katzung. 2012 :775).
Kontra Indikasi
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan pada mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata atau bola
mata.
2. Scovilles ; 231
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid, garam-
garam alkaloid, antibiotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan
kedalam mata. Ketika cairan, larutan harus isotonis larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anestetik, midriatik, miotik atau maksud diagnosa larutan ini disebut juga
tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Pembuatan suspensi dapat dilakukan jika obatnya tidak larut dalam penyangga
yang coco, misalnya kortikosteroid. Syarat utama suspensi air atau minyak adalah
ukuran partikel yang sangat dibatasi. Pada dasarnya, suspensi menggunakan serbuk
yang telah dimikronisasi untuk menghindari terjadinya rangsangan melanid pada mata
ukuran partikel pada mata < 30nm. Untuk mestabilkan suspensi kita tambahkan
viskositas.
3.3 Praformulasi
3.3.1 Definisi
Praformulasi menggambarkan proses optimisasi suatu obat melalui penentuan
atau definisi sifat-sifat fisika dan kimiayang dianggap penting dalam menyusun sediaan
yang stabil, efektif, dan aman.
3.3.2 Tujuan
1. Kloramfenikol ( Chloramphenicolum )
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih
sampai kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit; dalam
larutan asam lemah
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol
95% p dan dalam tujuh bagian propilenglicol p, sukar larut dalam klorofom p
dan dalam eter p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : antibioticum
3. Natrium Tetraborat
BM : 381,37
Pemerian : Hablur traspara tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu
mekar di udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan
dalam gliserin, tidak larut dalam etanol.
4. Phenylhydrargyri Nitras
Pemerian : serbuk hablur, putih, dipengaruhi oleh cahaya. Larutan jenuh
memberikan reaksi asam pada lakmus.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam
gliserin lebih mudah larut dalam adanya asam nitrat atau alkali hidroksida
5. Tonisitas
Karenakandunganelektrolitdankoloiddidalamnya, cairan air matamemilikitekanan
osmotic yang nilainyasama. Tonisitascairan air matasebandingdenganlarutan 0,9%
NaCl. Larutan yang diteteskanpadamataharusmenjukkantekanan osmotic yang
samadengantekanan osmotic air matasehinggatidakmerangsang membrane mukosamata.
6. Peningkat Viskositas
Viskositas untuk larutan obat mata dikatakan baik jika berkisar antar 15-25 cps.
Peningkatan viskositas yang biasa dipakai adalah metilselulosa 4000 cps sebanyak
0,25% atau 25 cps sebanyak 1%, HPMC atau polivinil alkohol (Ansel, 548-552).
Menurut Codex, dapat digunakan metil selulosa, polivinil alkohol, PVP, dekstran and
makrogol.
CMC Na jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit sehingga
kekentalan menurun, kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif. Pada umumnya
penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi obat dalam tetes mata,
demikian juga dengan PVP dan dekstran. Jadi, pemilihan bahan pengental dalam obat
tetes mata didasarkan pada:
a) Ketahanan pada saat sterilisasi
b) Kemungkinan dapat disaring
c) Stabilitas
d) Ketidak bercampuran dengan bahan-bahan lain.
Contoh peningkat viskositas:
a) Hidroksipropil metilselulosa = hypromellose (HPMC)
b) Metilselulosa
c) Polivinil alkohol
7. Antioksidan
Bahan antioksidan digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi bahan oleh
udara. Contoh antioksidan yang dapat diguanakan adalah :
a) Natrium metabisulfit (0,3%)
b) Natrium bisulfit
c) Natrium sulfit
d) Asam askorbat
8. Surfaktan
Bahan surfaktan ditambahkan dalam formula berfungsi :
1) Sebagai antimikroba
2) Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea.
3) Meningkatkan kontak antara zat aktif dengan kornea mata. Sehingga
zat aktif akan menempel lebih lama.
Bahan bahan surfaktan yang digunakan adalah
1) Kationik
a) Benzalkonium klorida
b) Etil piridinium klorida, dll
2) Non Ionik
a) Polisorbat 80 (Tween 80)
b) Benzetonium klorida
c) Miristil-gamma-picolinium klorida
d) Polioxil 40-stearat
e) Alkil-aril-polietil alkohol
f) Dioktil sodium sulfosuksinat, dll.
2.6 Produksi
2.6.1 Definisi
Produksi adalah serangkaian kegiatan untuk membuat, merubah bentuk,
menambah bahan, menambah daya guna suatu bahan awal ( raw material ) menjadi
suatu sediaaan ruahan ataupun sediaan jadi sesuai dengan spesifikasi standar nasional
maupun internasional.
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah
bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu
benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.
B. Berdasarkan kelas
1. Ruang kelas I
2. Ruang kelas II
4. Ruang kelas IV
C. Berdasarkan abjad
1. Kelas A
Zona ruanhan untuk kegiatan berisiko tinggi, misal pengisian wadah, tutup karet, ampul
dan vial terbuka, serta pengembangan (pelarutan) secara aseptik. Umunya kondisi ini
dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) ditempat kerja.
Sistem udara laminar haruslah mengalirkan udara dengan kecepatan teratur dan rata-rata
berkisar antara 0,36-0,54 m/ s (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruabg bersih
terbuka. Aliran udaran searag berkecepatan lebih rendah dapat digunakan pada isolator
tertutup dan atau kotak sarung tangan. Keadaan laminar yang selalu terjaga haruslah
dibuktikan dan divalidasi.
2. Kelas B
3. Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat resiko lebih
rendah.
Sterilisasi dengan memaparkan uap jenug pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu
tertentu pada suatu objek sehingga tidak terjadi pelepasan energi laten uap yang
mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara ireversible akibat denaturasi atau
koagulasu protein sel.
Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena uap
merupakan pembawa energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar
mikroorganismr dapat dilunakan sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi dan
bersifat nontoksik, mudah diperoleh, relatif mudah dikontrol.
Suhu jenuh uap air 100C pada tekanan 1 atm ternyata masih kurang untuk membunuh
kuman yang resisten. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan agar suhu jenuh uap
ditingkatkan dengan cara meningkatkan tekanannya. Kemudian, kita dapat
melakukannya dalam wadah tertutup rapat agar dapat tercapai suhu sterilisasi, yaitu
121C atau lebih.
waktu
Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu
yang konstan maka semua mikroorganisme tidak terbunuh pada sat bersamaan.
suhu
kelembapan
Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkam kelembapam akan
menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi protein.
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan
diabsorbsi oleh permukaan luar alat yang disterilisasi, lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kerinh
biasa digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan uap yang tidak dapat berpenetrasi
secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering
pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai terjadi
koagulasi proterin sel. Karena panas kering kurang efektif dalam membunuh mikroba
dari autoklaf maka sterilisasi memerlukan temperatur yang lebih tinggu dan waktu yang
lebih panjang. Pada umumnya, kita harus mesterilkan masing-masing unit dalam unit
sekecil mungkin dan memakai alat sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi
bebas udara dalam seluruh ruang. Sterilisasi panas kering umumnya. Sterilisasi panas
kering biasa ditetapkan pada suhu 160*C dengan waktu satu jam untuk alat logan dan
gelas. Sebaliknya untuk larutan minyak atau parafin atau salep ditetapkan minimum
150* selama satu jam. Temperatur yang lebih tinggi memungkinkan waktu sterilisasi
yang lebih pendek dan sebaliknya.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan autoklaf. Senyawa yang demikian meliputi minyak lemak, gliserin,
petrolatum, minyak mineral, parafin, dan berbagai serbuk yang stabil dalam pemanasan
sperti ZnO. Metode pilihannya adalah menggunakan alat yang kering ( metal) atau
wadah yang kering (porselin) seperti pada pengemasan zat-zat kimia kering atau larutan
bukan air.
Sterilisasi ini digunakan untuk alat yang sensitif terhadap panas. Etilen oksida
berada pada fase gas dengan suhu diatas 10,75*C dalam 1 atm. Etilen oksida
membunuh mikroorganisme melaui reaksi kimia yang dikenal sebagai reaksi alkilasi.
Pada reaksi alkilasi akibatnya proses metabolisme dan reproduksi sel terganggu. Siklus
Etilen oksidasi melalui fase vakum(pemvakuman chamber?), injeksi (gas Etilen oksida
diinjeksikan sehingga terjadi kenaikan tekanan oada chamber), pemaparan ( terjadi
pemaparan Etilen okside selama waktu tertentu), dan aerasi (udara segar masuk melalui
filter dan mendorong Etilen oksida keluar melalu pipa pengeluara).
4. Sterilisasi radiasi
ultraviolet
ion
Sinar langsung menghantam pusat kehidupan mikroba atau secara tidak langsung
dengan sinar terlebih dahulu membentur molekul air dan mengubahnya menjadi bentuk
radikalnya yang menyebabkan terjadi reaksi sekunder pada bagian molekul DNA
mikroba.
Gamma
Gamma digunakan mesterilkan alat kedokteran yang terbuat dari logam, karet serta
bahan sintesis.
5. Sterilisasi plasma
Plasma terdiei atas elektron-elektron, ion-ion, maupun partikel netral. Plasma berasal
daro beberapa gad seperti argon, nitrogen, dan oksigen yang menunjukan aktivitad
sporisidal. Pada plasma yang terbentuk dari hidrigen periksida proses pembentukannya
ada dua fase yakni fase difusi hidrogen peroksida dan fase plasma. Pembentukan plasma
dimulai dengan pembentukan vakum chamber. Uap hidrogem peroksida yang
dihasilkan dari larutan 58% hidrogen peroksida masuk kedalam chamber kemudian
terpaparkan oleh uap hidrogen peroksida selama 50 menit pada konsentarasi 6mg/l.
Hidrogen periksida yang dasarnya mempunyai aktivitas mematikan mikroorganisme
berfungsi sebagai prekusor pembentukan radikal bebss pada pebentukan plasma. Fase
plasma berlangsung selama 15 menit pada 400 wattm. Setelah plasma selasai. Setiap zat
aka bergabung lagi menjadi senyawa yang stabil berupa air dan oksigen. Aktivitas
mematikan organisme hidrogen peroksida belum diketau secars pasti namus proses
pembentukan plasma membentuj zat reaktif seperti redikal bebas.
6. Sterilisasi filtrasi
filter adsorbsi dalam hal ini filter terbuat dari selulosa, abses, gelas sinter,
keramik, dan kieselguhr serta karbon aktif. Filter dapat membebaskan pirogen
dan virus.
Sterilisasi dapat dilakukan menurut salah satu cara yang diuraikan berikut ini.
Modisifikasi atau kombinasi dari cara-cara laini dapat dilakukan dengan kententuan
bahwa prosedur yang dipilih divalidasi dengan memperhatikan efektivitas dan intregitas
produk termasuk kontener dam kemasan menyeluruh. Untuk semua metode sterilisasi
bahwa kondisi yang dipersyaratkan sesuai.
Penyiapan komponen dan sebagian besar produk yang memungkinkan untuk disaring
dan sterilisasi harus dilakukan minimal diLingkungan kelas D untuk mengurangi resiko
cemaran mikroba dan cemaran partikel partikulat. Bila ada resiko terhadap produk
duluar kebiasaan, yaitu akibat cemaran mikroba, misalnya produk yang secara aktif
mendukung pertumbuhan mikroba atau harus diamkan selama beberapa saat sebelum
disterilisasi atau terpaksa diproses dilingkungan kelas C. Pengisian produk yang
sterilisasi dilakukan di kelas C. Bila ada resiko terhadap produk diluar kebiasaan yaitu
karena cemaran lingkungan pengiisian hendaklah dilakukan dizona A. Dalam metode
sterilisasi akhir menurut PDA technical Monograph (2005) dibagi menjadi dua, yaitu
overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan uap panas pada suhu
121 C selama 15 menit.
2. Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan steril menggunakan saringan dengan filter
khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang difirmulasikan dan diisikan
kedalam kontainer steril serta dilakukan dengan lingkungan terkontrol. Suplai udara,
Material, peralatan, dan petugastelas terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi
mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (acceptable) dalam cleane zone
grade A atau grade B. Persyaratannya adalah Limit of Media Fill 1:10,000 unit dapat
dikatakan produk bebas mikroorganisme. Proses demikian dipilih bila obat atau bahan
obat yang akan diproduksi tidak tahan panas
Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptik haruslah dilakukan di
lingkungan kelas A latar belakang kelas B
Transfer wadah setengah tertutup yang akan digunakan dalam proses beku kering
(liofilisasi, freeze drying) haruslah dilakukan sebelum proses penutupan dengan
penutup(stopper) selesai dan dilakukan dilingkungan kelas A dengan latar belakang
kelas B atau dalam nampan (tray) transfer tertutup dilingkungan kelad B. Pembuatan
dan pengisian salep krom, suspensi, dan emulsi haruslag dilakukan dengankelas A latar
belakang kelas B apabila produk terpapar atau tersaring.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Formulasi
Tiap 10 ml
Clorampenicol 50mg
Acidum Boricum 150 mg
Natrii Tetraborat 30 mg
Phenylhydrargyri Nitras 200 g
Aqua Destillata ad 10 ml
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
Catatan. 1. Disterilkan dengan Cara Sterilisasi B atau C
Untuk 10 ml :
R/
Kloramfenikol 50 mg
Acidum Boricum 150 mg
Benzaniumklorida 0,01 %
Aqua Destillata ad 10 ml
V= w x E x 111,1
V = 50 x 0,14 111,1
V = 777,7 ml
Pendaparan
Perhitungan bahan
Kloramfenikol = 50 mg x 10 ml = 500mg
NaOH =
Kalium fosfat =
Prosedur Kerja
2 Menyiapkan Aqudest
4. Melakukan sterilisasi alat-alat dan bahan yang akan digunakan. Hal ini dilakukan
pada area bersih atau kelas d
5. Menimbang masing-masing bahan pada neraca timbangan dengan kaca arloji yang
sudah disterilkan.
6. Melarutkan natrium hidroksida dan kalium dengan aquades secukupnya sampai larut
sempurna.Dilakukan pada lingkungan kelas A dengan latar belakang kelas B
Mengecek pHnya
9.