Anda di halaman 1dari 15

PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata
terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata
menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah
disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah,
edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.

Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme,
bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu
menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan
berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran
air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan
iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan
lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur
dan rasa pusing

Klinik&sitologi Bakteri Viral Alergi


Gatal Minim Minim Hebat
Hiperemia Merah Cerah Profuse Merah Tua
Eksudasi ++ Minim Minim
Nyeri

Sakit tenggorokan Kadang Kadang Tak pernah


Lakrimasi + ++ +

Penatalaksanaan Konjungtivitis

2.8.1 Non Farmakologi

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien.

2.8.2 Farmakologi

 Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen


mikrobiologinya.
 Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.

3.8.2.1  Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakteri

Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic


tunggal seperti

ü  Kloramfenikol

ü  Gentamisin

ü  Tobramisin

ü  Eritromisin

ü  Sulfasetamid

Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 – 5 hari maka pengobatan dihentikan dan
ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan
pemeriksaan sediaan langsung  (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya.
Bila ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau
salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata
(sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan
pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus
nasolakrimal.

PENATALAKSANAAN
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi
antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata,
atau kompres hangat.

Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
instruksipada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang

sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah

Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakterial Akut Pada Pasien Laki-laki Usia 21 Tahun

Abstrak

Pasien laki-laki 21 tahun datang dengan keluhan mata kanan dan kiri pasien merah, bengkak,
gatal, berair, mengeluarkan kotoran berwarna keputihan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
pasien didiagnosis konjungtivitis bakterial akut. Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening
yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian antibiotik topikal, pemberian artificial tears,
dan edukasi.

Kata kunci : konjungtivitis bakterial akut, penatalaksanaan.

History
Pasien laki-laki usia 21 tahun sejak 2 hari mata kanan dan kiri pasien merah dan bengkak. Mata
merah disertai dengan keluhan gatal sedikit, berair terus, tidak nyeri, terasa lengket kedua
kelopak mata terutama saat bangun pagi. Kedua mata mengeluarkan kotoran berwarna
keputihan. Pasien mengeluh kurang jelas saat melihat, namun tidak silau terhadap cahaya. Pasien
sempat menggunakan obat tetes mata yang dibeli sendiri dari apotik, digunakan 3 kali sehari
namun tidak ada perubahan. Pasien tidak mengalami demam dan riwayat trauma sebelumnya.
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit/gejala-gejala yang sama seperti yang diderita
oleh pasien saat ini. Namun di lingkungan kerja pasien terdapat teman pasien yang menderita
penyakit dengan gejala yang sama. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik,
compos mentis. Pemeriksaan subjektif OD (visus 5/10, PS/PW tidak dilakukan), OS (visus 5/5,
PS/PW tidak dilakukan). Pemeriksaan objektif ODS (Palpebra spasme, edema, dan hiperemis.
Konjungtiva hiperemis, sekret (+), inj.konjungtiva (+). Kornea jernih. COA dalam, jernih.
Iris/pupil bentuk bulat, reguler, letak sentral, refleks cahaya direk/indirek (+/+). Lensa jernih,
letak sentral, TIO Normal).

Diagnosis

ODS konjungtivitis bakterial akut

Terapi

 Ciprofloksasin tetes mata 6 DD ODS selama 7 hari


 Air mata buatan (artificial tears) 4-8 X sehari
 Diberikan instruksi kepada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit, mencuci
tangan setiap kali selesai memegang mata yang sakit.

Diskusi

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian
dalam kelopak mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak
dengan benda asing, misalnya kontak lensa.

Tanda dan gejala konjungtivitis, yakni :


konjungtiva berwarna merah (hiperemi), produksi air mata berlebihan (epifora), kelopak mata
bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan
konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas, pembesaran pembuluh darah di
konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan, konjungtiva yang mengalami
iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.

Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada

Konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah: mata berair, mata terasa nyeri, mata terasa
gatal, pandangan kabur, peka terhadap cahaya, terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika
bangun pada pagi hari.

Terapi utama untuk konjungtivitis bakterial adalah dengan menggunakan antibiotic topical.
Antibiotik sistemik terutama diperlukan untuk konjungtivitis yang disebabkan oleh N
gonorrhoeae dan infeksi chlamydial. Sodium sulfacetamide, gentamicin, tobramycin, neomycin,
trimethoprim dan kombinasi polymyxin B, ciprofloxacin, ofloxacin, gatifloxacin, dan
eerythromycin merupakan obat topikal yang sering digunakan sebagai terapi lini pertama.

Tetes mata mempunyai keuntungan tidak mempengaruhi penglihatan. Salep mata mempunyai
keuntungan obat kontak lebih lama dengan permukaan ocular dan mempunyai efek nyaman pada
mata. Dapat pula digunakan artificial tears untuk membantu membersihkan mata.

Pada pasien ini, selain diberikan obat tetes mata juga perlu diberitahukan

bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Pasien diminta
untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan
sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.

Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian
dalam kelopak mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak
dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi terapi
utama dengan antibiotik topikal, pemberian artificial tears untuk membantu membersihkan mata,
dan edukasi pada pasien.
KERATITIS

Keratitis Bakterial
Penyebab: Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas dan Enterobakteriacea.
Faktor Predisposisi : Pemakaian kontak lens, trauma, kontaminasi obat tetes.
Pengobatan: Batang Gram (-): Tobramisin, Ceftazidime, Fluoroquinolone. Batang Gram (+):
Cefazoline, Vancomycin, Moxifloxacin/Gatofloxacin. Kokus Gram (-): Ceftriaxone,
Ceftazidime, Moxifloxacin/Gatofloxacin.

Gambar 2.4. Keratitis Bakterial

Keratitis Jamur
Penyebab : trauma kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan. Dapat
juga akibat efek samping penggunaan antibiotik dan kortikosteroid yang tidak cepat.
Keluhan timbul setelah 3 minggu kemudian. Keluhan sakit mata hebat, berair dan silau. Pada
mata terlihat infiltrat berhifa dan satelit bila terletak didalam stroma, disertai cincin endotel
dengan plaque bercabang-cabang dengan endotelium plaque, gambaran satelit pada kornea dan
lipatan Descemet.
Pengobatan : Natamisin 5% setiap 1-2 jam saat bangun untuk keratitis jamur filamentosa seperti
miconazole, amphoterisin, nistatin dan lain-lain dan sikloplegik disertai obat oral anti glaukoma
jika disertai peningkatan tekanan intraokular. Keratolasti jika tidak ada perbaikan.
Gambar 2.5. Keratitis Jamur

Keratitis Virus
Keratitis Pungtata Superfisial dengan gambaran Infiltrat halus bertitik-titik pada dataran
depan kornea yang dapat terjadi pada herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus, vaksinia dan
trakoma. Keratitis terkumpul di daerah membran Bowman, bilateral dan kronis tanpa terlihat
kelainan konjungtiva.
Jenis Keratitis Virus: Keratitis herpetik, Keratitis dendritik, Keratitis Disformis, Infeksi
Herpes Zoster, Keratokonjuntivitis Epidemi.
a) Keratitis Herpetik
Disebabkan herpes simpleks dan herpes zoster. Keratitis karena herpes Simpleks dibagi 2
bentuk :
Epitelial adalah Keratitis dendritik. Pada epitelial terjadi pembelahan virus di dalam sel
epitel yang mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superfisial.Pengobatan :
pada pembelahan virus.
Stromal adalah Keratitis diskiformis. Pada Stromal diakibat reaksi imunologik tubuh terhadap
virus yang menyerang. Antigen (virus) dan antibodi (tubuh pasien) bereaksi di dalam stroma
kornea dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan bahan proteolitik
untuk merusak antigen (virus) yang juga merusak jaringan stromal di sekitarnya. Pengobatan :
pada virus dan reaksi radangnya. Biasanya infeksi Herpes Simpleks berupa campuran antara
Epitelial dan Stromal.
Pengobatan: IDU (Iodo 2 dioxyuridine). Murah, kerja tidak stabil, bekerja menghambat
sintesis DNA virus dan manusia sehingga toksik untuk epitel normal dan tidak boleh digunakan
lebih dari 2 minggu. Bentuk : larutan 1% diberikan setiap jam. Salep 0,5% diberikan setiap 4
jam. Vibrabin sama dengan IDU, hanya ada dalam bentuk salep. Trifluorotimidin (TFT) sama
dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam. Acyclovir bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus.
Bentuk salep 3% diberikan setiap 4 jam. Efektif dengan Efek samping kurang.

Gambar 2.6. Keratitis herpetik


b) Keratitis Dendritik
Merupakan Keratitis Superfisial yang membentuk garis infiltrate pada permukaan kornea
kemudian membentuk cabang.
Disebabkan oleh virus Herpes Simpleks.
Gejala : Fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva hiperemia disertai
sensibilitas kornea yang hipestesia. Karena gejala ringan, pasien terlambat berkonsultasi.
Dapat menjadi tukak kornea
Pengobatan : Dapat sembuh spontan. Dapat juga diberikan antivirus (IDU 0,1% salep tiap 1 jam
atau Asiklovir) dan sikloplegik dan antibiotik dengan bebat tekan.

Gambar 2.7. Keratitis Dendritik


c) Keratitis Disiformis
Merupakan keratitis yang membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam
jaringan kornea.
Penyebab: Infeksi virus Herpes Simpleks. Merupakan reaksi alergi atau imunologik terhadap
virus Herpes Simpleks pada permukaan kornea.

Gambar 2.8. Keratitis Disiformis

d) Infeksi Herpes Zoster


Merupakan keratitis vesikular karena infeksi Herpes Zoster di mata. Biasanya pada usia
lanjut. Gejalanya rasa sakit di daerah yang terkena, badan terasa hangat, merah dan penglihatan
berkurang. Pada kelopak terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea. Vesikel juga tersebar pada
dermatom yang dipersarafi saraf Trigeminus, progresif dan tidak melewati garis meridian.
Pengobatan tidak spesifik, hanya simptomatik Bisa dengan Asiklovir dan pada usia lanjut
diberikan Steroid. Penyulit berupa Uveitis, Parese otot penggerak mata, Glaukoma dan Neuritis
Optik.

Gambar 2.9. Infeksi Herpes Zoster


Keratokonjungtivitis epidemi
Merupakan keratitis akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan
adenovirus tipe 8. Biasanya unilateral, suatu epidemi.
Gejalanya demam, gangguan nafas, penglihatan menurun, merasa ada benda asing,bberair,
kadang nyeri.
Pada mata berupa edema kelopak dan folikel konjungtiva, pseudomembran pada konjungtiva
tarsal yang membentuk jaringan parut, pada kornea terdapat Keratitis Pungtata pada minggu
pertama. Kelenjar preaurikel membesar. Kekeruhan subepitel kornea menghilang sesudah 2
bulan sampai 3 tahun / lebih.
Pengobatan : Pada yang akut : kompres dingin, cairan air mata dan supportif lainnya.
Jika terjadi penurunan visus berat dapat diberikan Steroid tetes mata 3 kali per hari.

Gambar 2.10. Keratokonjungtivitis epidemi

Keratitis Dimmer atau Keratitis Numularis


Merupakan keratitis numularis dengan infiltrate bundar berkelompok dan tepi berbatas
tegassehingga ada gambaran halo. Keratitis berjalan lambat dan sering unilateral.

Keratitis Filamentosa
Merupakan keratitis yang disertai filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada
permukaan kornea. Penyebab tidak diketahui. Disertai penyakit lain seperti keratokonjungtivitis
sika, sarkoidosis, trakoma, pempigoid okular, pemakaian lensa kontak, edema kornea,
keratokonjuntivitis limbik superior DM, trauma dasar otak dan pemakaian antihistamin.
Ditemukan pada dry eyes, DM, Post op Katarak, keracunan kornea oleh zat tertentu.
Gambaran : filamen mempunyai dasar bentuk segitiga yang menarik epitel, epitel pada filamen
terlihat tidak melekat pada epitel kornea. Di dekat filamen terdapat defek filamen dan kekeruhan
epitel berwarna abu abu.
Gejala : rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme dan epiforia. Mata merah dan terdapat defek
kornea.
Pengobatan : larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik. Mengangkat filamen dan
memasang lensa kontak lembek.

Gambar 2.11. Keratitis Filamentosa

Keratitis Alergi
a) Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva sebagai suatu reaksi imun yang mungkin sel
mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
Gejala :Terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan
dengan atau tanpa neovaskularisasi menuju ke arah benjolan tersebut. Bilateral, pada limbus
tampak benjolan putih kemerahan dikelilingi konjungtiva hiperemis. Terdapat papul dan pustula
pada kornea dan konjungtiva. Lakrimasi dan fotofobia disertai rasa sakit. Hiperemis konjungtiva,
menebalnya epitel kornea, perasaan panas disertai gatal dan tajam penlihatan berkurang.
Pengobatan : Pemberian steroid.
1) Tukak atau ulkus fliktenular
Tukak Flikten berbentuk benjolan abu abu terlihat sebagai :
Ulkus Fasikular (ulkus menjalar melintas kornea dengan pembuluh darah di belakangnya),
Flikten multiple di sekitar limbus, Ulkus Cincin merupakan gabungan ulkus.
Pengobatan : Steroid.
Flikten menghilang tanpa bekas, tetapi jika terjadi ulkus akibat infeksi sekunder maka akan
menjadi parut kornea.
2) Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah
kornea. Berupa tukak kornea akibat flikten yang berjalan membawa jalur pembuluh darah baru
sepanjang permukaan kornea.
3)Keratokonjungtivitis vernal
Merupakan Peradangan tarsus dan konjungtiva yang rekuren.
Muncul pada musim panas, anak laki laki lebih sering terkena dibanding perempuan.
Gejala : Gatal, disertai riwayat alergi, blefarospasme, fotofobia, penglihatan buram, dan kotoran
mata serat-serat.
Hipertrofi papil kadang berbentuk cobble stone pada kelopak atas dan konjungtiva daerah
limbus. Pengobatan : obat topikal antihistamin dan kompres dingin.

Keratitis Lagoftalmus
Keratitis yang terjadi akibat lagoftalmus dimana kelopak mata tidak bisa menutup dengan
sempurna sehingga menyebabkan kekeringan pada kornea dan konjungtiva sehingga rentan
terkena infeksi.
Lagoftalmus dapat disebabkan tarikan jaringan parut pada tepi kelopak, eksoftalmus, paralise
saraf fasial, atoni orbikularris okuli dan proptosis karena tiroid.
Pengobatan : mengatasi penyebab, air mata buatan. Untuk cegah infeksi sekunder diberikan salep
mata.

Keratitis Neuroparalitik
Merupakan keratitis akibat kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea
yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea.
Gangguan persarafan dapat terjadi akibat herpes zoster, tumor fossa posterior kranium,
peradangan sehingga kornea menjadi anestetis. Kemudian kornea menjadi kehilangan
pertahanannya terhadap iritasi luar. Kornea menjadi mudah infeksi dan terbentuk tukak kornea.
Gejalanya : tajam penglihatan menurun, silau, tidak nyeri. Refleks berkedip hilang, injeksi siliar,
permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea.
Pengobatan : air mata buatan dan salep untuk menjaga kornea tetap basah.
Untuk cegah infeksi sekunder : pengobatan keratitis, tarsorafi, dan menutup pungtum lakrimal.

Gambar 2.12. Keratitis Neuroparalitik

Keratokonjungtivitis Sika
Merupakan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Gejala : mata berpasir, gatal,
silau, penglihatan kabur, sekresi mukus mata yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak
mata, mata kering karena ada erosi kornea, Edema kojungtiva bulbi, filamen (benang) di kornea.
Pemeriksaan yang dilakukan :
Tes Schimer : resapan air mata pada kertas Schimer normal 10-25 mm dalam waktu 5 menit.
Abnormal < 10 mm.
Tes zat warna Rose Bengal konjungtiva zat warna ini akan mewarnai sel epitel kornea. Terdapat
titik merah di konjungtiva bila mata kering.
Tear film break up time.
Pengobatan tergantung penyebabnya. Pemberian air mata tiruan bila kurang adalah komponen
air. Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang. Penutupan pungtum
lakrimal bila terjadi penguapan yang berlebihan.
Gambar 2.13. Keratokonjungtivitis Sika

2 Keratitis Sklerotikan
Merupakan kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai skleritis.
Penyebabnya diduga perubahan susunan serat kolagen yang menetap.
Gejala : kekeruhan kornea terlokalisasi dan berbatas jelas, unilateral, kadang mengenai seluruh
limbus, kornea putih menyerupai sklera.
Pengobatan : steroid dan fenil butazon.

Anda mungkin juga menyukai