Anda di halaman 1dari 25

Skenario 1: Bayi Ny.

Ema yang Mungil

Ny. Ema, perempuan berusia 24 tahun datang ke IGD puskesmas karena bayi yang
dikandungnya sudah terasa mau lahir padahal kehamilannya baru berjalan 7 bulan. Tim
PONED puskesmas melakukan pertolongan segera karena bayi lahir “brojol”. Lahirlah
seorang bayi laki- laki dengan berat badan 1200 gram dan panjang badan 40 cm, bayi tampak
letargis. Tim resusitasi neonatus melakukan tindakan sesuai alur resusitasi neonatus. Setelah
dilakukan ventilasi tekanan positif, bayi mulai menunjukkan usaha bernafas. Tim berusaha
agar bayi tidak mengalami asfiksia. Pada pasien dilakukan tindakan STABLE dan didapatkan
kadar gula darah bayi 50 mg/dl. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lainnya sekaligus untuk
menyingkirkan adanya kelainan kongenital. Berdasarkan pemeriksaan neurologis dan kriteria
fisik luar diperkirakan usia kehamilan 30-31 minggu. Bayi terlihat sesak dan merintih,
tampak retraksi pada dinding dada sehingga mendapatkan early CPAP sejak dari kamar
bersalin. Dokter merujuk bayi ke rumah sakit karena di puskesmas tidak mempunyai fasilitas
NICU.

Di NICU, dokter melakukan pemasangan CPAP dan kateter vena umbilicalis untuk
jalur pemberian cairan nutrisi dan obat-obatan seperti pemberian antibiotik intravena. Selain
itu, pada pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin, gula darah, analisis gas darah dan kultur
darah. Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan kesan hyaline membrane disease grade 1-2.
Dokter melakukan pemantauan vital sign berkala pada pasien.

Pada hari ketiga rawatan, kulit bayi tampak kuning hingga tungkai dan dilakukan
pemeriksaan bilirubin serum dengan hasil bilirubin total 12 mg/dl. Bayi kemudian diberikan
blue light therapy. Selama dalam pemantauan, bayi diberi minum secara bertahap, diawali
dengan TPN dan ASI dengan cara trophic feeding yang dinaikkan volumenya secara berkala
melalui OGT. Pada minggu ketiga rawatan, CPAP sudah bisa dilepaskan dan bayi mulai
belajar minum serta KMC. Setelah 1 bulan rawatan, bayi sudah mencapai berat 1800 gram
dan ibu sudah siap untuk perawatan di rumah. Dokter meminta ibu membawa bayinya kontrol
setelah 3 hari, untuk melakukan skrining lebih lanjut.

Bagaimana Anda menjelaskan apa yang dialami bayi Ny. Ema tersebut?

STEP I – TERMINOLOGI
1. Tim PONED: Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan
layanan kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas rawat inap terkait kasus
emergensi obstetri dan neonatus tingkat dasar selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam
seminggu. Tim inti terdiri atas dokter, perawat, dan bidan.
2. Bayi lahir “brojol”: brojol berasal dari bahasa jawa yang berarti proses kelahiran
yang cepat, keluar sebelum waktunya.
3. Letargis: Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan
pemusatan perhatian serta kesiagaan à tampak mengantuk
4. Tim resusitasi neonatus: resusitasi neonatus à usaha yang dilakukan pada neonatus
dengan gangguan transisi kehidupan, yang awalnya tergantung pada plasenta ibu
menjadi proses pernapasan secara independen.
Tindakan resusitasi neonatus bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan
menurunkan mortalitas neonatus.
Resusitasi neonatus diindikasikan pada bayi baru lahir yang mengalami gangguan
pernapasan pada saat kelahiran.
Gangguan pernapasan pada neonatus sering terjadi pada persalinan preterm,
presentasi bokong, kehamilan multipel, sepsis pada ibu, dan gangguan antepartum
lainnya.
5. Ventilasi tekanan positif: Teknik ventilasi tekanan positif (VTP) à ventilasi yang
dilakukan dengan menggunakan sungkup wajah dan inflation bag, disertai pemberian
oksigen 100%.

6. Asfiksia: keadaan dimana bayi tidak bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir
7. Tindakan STABLE: tindakan pemeriksaan dan stabilisasi pasca resusitasi neonatus
yang bertujuan memastikan kondisi bayi dalam keadaan baik selama proses rujukan
guna mencegah meningkatnya angka kesakitan dan timbul nya jejas (sequele) akibat
asfiksia bayi baru lahir à biasanya bayi prematur. 
 S – Sugar: usaha untuk menstabilkan gula darah neonatus à pada neonatus
kadar GD harus dipertahankan 50-110 mg/dl
 T – Temperature: usaha untuk mempertahankan suhu normal bayi à mencegah
hipotermia pada bayi khususnya bayi prematur
 A – Airway: usaha untuk mempertahankan pernapasan bayi à cegah gagal
napas/distress pernapasan pada bayi
 B – Blood pressure: usaha untuk mempertahankan sirkulasi bayi à curah
jantung yang cukup
 L – Laboratory studies: pemantauan elektrolit à kadar natrium, kalium,
kalsium; dilakukan juga pemeriksaan tanda infeksi; pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan:
o Sebelum transportasi à pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan
sebelum dilakukan transportasi:
 Blood count (pemeriksaan darah rutin)
 Blood culture (kultur darah)
 Blood glucose (kadar glukosa darah)
 Blood gas (analisis gas darah)
o Setelah transportasi
 Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari
riwayat, faktor risiko, dan gejala klinis dari bayi.
 Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya à pemeriksaan C-
reactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium, kalsium),
fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT,
bilirubin, pT, aPTT, fibrinogen, D-dimer)
 E – Emotional support: memberi dukungan emosional kepada keluarga pasien
dalam menghadapi kondisi bayinya
8. NICU: Ruang NICU atau neonatal intensive care unit adalah ruang perawatan intensif
di rumah sakit yang disediakan khusus untuk bayi baru lahir yang mengalami
gangguan kesehatan. Umumnya bayi dimasukkan ke ruang NICU pada masa 24 jam
pertama setelah lahir. Berikut adalah beberapa alasan kenapa bayi baru lahir harus
masuk ke ruang NICU:
 Bayi lahir prematur, yaitu sebelum memasuki minggu ke-37.
 Bayi mengalami masalah saat persalinan berlangsung.
 Bayi menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan saat dilahirkan.
 Bayi lahir dengan berat badan rendah, yaitu kurang dari 2500 gram atau di atas
4000 gram.
9. CPAP: Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) à merupakan suatu alat untuk
mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonatus selama pernafasan
spontan.
 CPAP merupakan suatu alat yang sederhana dan efektif untuk tatalaksana
respiratory distress pada neenatus.
 Dapat menurunkan kesulitan bernafas, mengurangi ketergantungan terhadap
oksigen, membantu memperbaiki dan mempertahankan kapasitas residual
paru, mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mecegah kollaps
paru, mengurangi apneu, bradikardia, dan episode sianotik, serta mengurangi
kebutuhan untuk dirawat di ruangan intensif
10. Hyaline membrane disease: Penyakit membran hialin (PMH) juga disebut
respiratory distress syndrome à gangguan pernapasan pada bayi baru lahir à biasanya
terjadi pada bayi kurang bulan dengan tanda klinis takipnea ( frekuensi napas > 60
kali/menit), retraksi dinding dada dan sianosis pada udara kamar
11. Blue light therapy: Blue light therapy / Fototerapi atau terapi sinar adalah salah satu
metode perawatan yang umum dilakukan untuk menangani kondisi bayi kuning
(infant jaundice).
 Berubahnya warna kulit bayi menjadi kuning sering kali disebabkan oleh
peningkatan kadar bilirubin.
 Panjang gelombang cahaya tertentu dapat memecah bilirubin menjadi bentuk
yang dapat dibuang oleh tubuh melalui urin dan tinja.
 Bayi baru lahir diletakkan di bawah lampu tanpa pakaian atau hanya memakai
popok. Mata tertutup untuk melindungi mereka dari cahaya terang.
 Kondisi bayi kuning dapat muncul pada hari ketiga setelah dilahirkan dan
menghilang dengan sendirinya saat bayi berusia 2 minggu.
 Bayi lahir prematur umumnya lebih rentan mengalami kondisi ini.
12. TPN: Total Parenteral Nutrition adalah metode pemberian nutrisi parenteral yang
dilakukan pada pasien yang sama sekali tidak bisa mencerna seluruh jenis nutrisi,
sehingga seluruh asupan nutrisinya diberikan sepenuhnya melalui infus.
13. Trophic feeding: Pemberian nutrisi enteral dini pada bayi prematur yang diawali
dengan pemberian dalam jumlah minimal.
 Pemberian awal dalam jumlah minimal à akan memfasilitasi adaptasi saluran
cerna melalui stimulasi peningkatan aktivitas enzim laktase, pengeluaran
hormon usus à mendorong efek trofik sel-sel proliferatif usus dan peningkatan
aliran darah à mencegah atrofi usus, dan maturasi saluran cerna dapat tercapai
14. OGT: Oral Gastric Tube (OGT) à pemberian makanan kepada pasien dari mulut
melalui selang OGT; bisa juga digunakan untuk mengeluarkan gas atau cairan dari
dalam lambung
15. KMC: Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan bayi lekat adalah cara
perawatan untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) terutama dengan berat lahir <2000
gram yang dilakukan dengan metode kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayinya
dimulai di tempat perawatan dan diteruskan dirumah, dikombinasi dengan pemberian
ASI à Tujuannya agar bayi tetap hangat.

STEP II – IDENTIFIKASI MASALAH


1. Apa saja kemungkinan penyebab Ny. Ema merasakan bayi yang dikandungnya sudah
terasa mau lahir padahal kehamilannya baru berjalan 7 bulan?
2. Bagaimana interpretasi berat badan, panjang badan, dan kondisi bayi Ny. Ema yang
baru lahir?
3. Mengapa dilakukan resusitasi neonatus pada bayi Ny. Ema? Apa indikasinya?
4. Bagaimana alur resusitasi neonatus?
5. Mengapa dilakukan ventilasi tekanan positif pada bayi Ny. Ema? Apa indikasinya?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir?
7. Bagaimana mekanisme tindakan STABLE yang dilakukan pada pasien dan apa
tujuannya?
8. Bagaimana interpretasi kadar gula darah bayi Ny. Ema?
9. Apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi Ny. Ema?
10. Mengapa bayi Ny. Ema terlihat sesak dan merintih, serta tampak adanya retraksi pada
dinding dada?
11. Apa indikasi bayi harus dirawat di NICU?
12. Mengapa dilakukan pemeriksaan darah rutin, gula darah, analisis gas darah dan kultur
darah pada pasien? Apa indikasinya?
13. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan foto toraks pasien?
14. Mengapa kulit bayi tampak kuning hingga tungkai pada hari ketiga rawatan?
15. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin serum bayi?
16. Mengapa dilakukan blue light therapy pada bayi? Apa indikasinya?
17. Mengapa selama dalam pemantauan, bayi diberi minum secara bertahap, diawali
dengan TPN dan ASI dengan cara trophic feeding yang dinaikkan volumenya secara
berkala melalui OGT?
18. Bagaimana interpretasi berat badan bayi setelah 1 bulan rawatan?
19. Mengapa dokter meminta ibu membawa bayinya kontrol setelah 3 hari untuk
melakukan skrining lebih lanjut dan apa saja skrining yang dilakukan?

STEP III – BRAINSTORMING


1. Apa saja kemungkinan penyebab Ny. Ema merasakan bayi yang dikandungnya
sudah terasa mau lahir padahal kehamilannya baru berjalan 7 bulan?
 Ny. Ema à melahirkan prematur/persalinan preterm (usia gestasi <37 minggu)
 Persalinan preterm à kontraksi reguler yang terjadi pada usia gestasi <37
minggu dan terdapat perubahan pada serviks
 Penyebab bayi lahir prematur/faktor risiko:
o Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
o Ketuban pecah dini
o IUGR à intra uterine growth restriction
o Gemeli
o Polihidramnion
o Ibu DM
o Preeklampsia
o ISK
o Infeksi selama hamil
o Stres
o Abortus berulang
o Incompetent cervix
o Trauma, dll
 Diagnosis ancaman persalinan preterm:
o Kontraksi berulang minimal setiap 7-8 menit atau 2-3x dalam 10 menit
o Low back pain
o Bercak darah
o Perasaan menekan di daerah serviks
o Pembukaan minimal 2 cm dan penipisan 50-80%
o Presentasi janin rendah hingga spina isiadika
o Ketuban pecah
o Pada usia kehamilan 22-37 minggu

2. Bagaimana interpretasi berat badan, panjang badan, dan kondisi bayi Ny. Ema yang
baru lahir?
 BB neonatus: 1200 gram à bayi BBLSR (berat badan lahir sangat
rendah) à 1000-1500 gram tanpa memandang usia kehamilan

o
o Klasifikasi BBLR:
 NKB-SMK (Neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan)
à bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan
masa kehamilan.
 NKB-KMK (Neonatus kurang bulan – kecil masa kehamilan) à
bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal
menurut usia kehamilan.
 NCB-KMK (Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa
kehamilan) à bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan
lahir kurang dari normal.
o
o Bayi Ny. Ema à 1200 gram, usia kehamilan 31-32 minggu à NKB-
SMK (berdasarkan kurva pertumbuhan janin Lubchenco di atas)

o
o
 Panjang neonatus: 40 cm à dibawah normal (48-53 cm) à bayi kecil
 Bayi tampak letargi à kemungkinan: syok, asfiksia
o Gejala syok à pucat, sianosis, akral dingin, sesak napas, letargi,
oliguria, anuria
o Asfiksia à hipoksia dan/atau iskemia à kerusakan jaringan à misal:
otak à hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) à perubahan
kesadaran à iritabel, letargi, koma
 Evaluasi pada neonatus à cek Apgar score à untuk cek kondisi neonatus
o Terdiri dari:
 Activity (aktivitas otot).
 Skor 2 à bayi tampak bergerak aktif dan kuat.
 Skor 1 à bayi bergerak, namun lemah dan tidak aktif.
 Skor 0 à bayi tidak bergerak sama sekali.
 Pulse (denyut jantung).
 Skor 2 à jantung bayi berdetak lebih dari 100x per
menit.
 Skor 1 à jantung bayi berdetak kurang dari 100x per
menit.
 Skor 0 à detak jantung tidak terdeteksi.
 Grimace (respons dan refleks bayi).
 Skor 2 à bayi meringis, batuk, atau menangis secara
spontan dan dapat menarik kaki atau tangan ketika
diberi rangsang nyeri, seperti cubitan ringan atau
sentilan di kaki.
 Skor 1 à bayi hanya meringis atau menangis hanya saat
diberikan rangsangan.
 Skor 0 à bayi tidak menunjukkan respons sama sekali
terhadap rangsangan yang diberikan.
 Appearance (penampilan, terutama warna tubuh bayi).
 Skor 2 à warna tubuh bayi kemerahan, ini merupakan
warna tubuh bayi yang normal.
 Skor 1 à warna tubuh normal, tetapi tangan atau kaki
kebiruan.
 Skor 0 à seluruh tubuh bayi sepenuhnya berwarna
keabu-abuan, kebiruan, atau pucat.
 Respiration (pernapasan).
 Skor 2 à bayi menangis kuat dan dapat bernapas secara
normal.
 Skor 1 à bayi menangis lemah disertai rintihan dan pola
napas yang tidak teratur.
 Skor 0 à bayi tidak bernapas sama sekali.
o Skor akhir dijumlah à interpretasi:
 Skor >7 à bahwa bayi dalam kondisi baik atau sempurna.
 Skor 5-6 à bayi kurang sehat atau bugar dan mungkin perlu
bantuan pernapasan.
 Skor di <5 à keadaan gawat pada bayi yang mengindikasikan
bahwa bayi membutuhkan resusitasi segera.

3. Mengapa dilakukan resusitasi neonatus pada bayi Ny. Ema? Apa indikasinya?
 Resusitasi neonatus à untuk mencegah asfiksia
 Bayi prematur à organ pernapasan belum matur à risiko tinggi asfiksia
 Kriteria diagnosis asfiksia:
o Gangguan metabolisme menetap/mixed asidosis (pH < 7.0)
o Nilai APGAR =< 3 pada menit ke 3-5
o Manifestasi neurologis pada bayi baru lahir (BBL)
o Disfungsi multi-sistem organ
 Penatalaksanaan asfiksia harus SEGERA à pencegahan merupakan
penatalaksanaan terbaik:
o Penilaian perinatal
 Pemeriksaan antenatal yang teratur
 Antisipasi komplikasi selama persalinan
 Intervensi segera à SC
o Penatalaksanaan perinatal
 Resusitasi bayi baru lahir
 Rujukan yang tepat à intrauterin
 Penatalaksanaan komplikasi maternal

4. Bagaimana alur resusitasi neonatus?


5. Mengapa dilakukan ventilasi tekanan positif pada bayi Ny. Ema? Apa
indikasinya?
 Indikasi VTP à apabila bayi tidak bernapas/megap-megap/HR <100x/menit

6. Bagaimana mekanisme terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir?


7. Bagaimana mekanisme tindakan STABLE yang dilakukan pada pasien dan apa
tujuannya?
 Tindakan pemeriksaan dan stabilisasi pasca resusitasi neonatus yang bertujuan
memastikan kondisi bayi dalam keadaan baik selama proses rujukan guna
mencegah meningkatnya angka kesakitan dan timbul nya jejas (sequele) akibat
asfiksia bayi baru lahir à biasanya bayi prematur. 
 S – Sugar: usaha untuk menstabilkan gula darah neonatus à pada neonatus
kadar GD harus dipertahankan 50-110 mg/dl
 T – Temperature: usaha untuk mempertahankan suhu normal bayi à mencegah
hipotermia pada bayi khususnya bayi prematur – suhu tubuh normal 36,5 –
37,5 C
 A – Airway: usaha untuk mempertahankan pernapasan bayi à cegah gagal
napas/distress pernapasan pada bayi
 B – Blood pressure: usaha untuk mempertahankan sirkulasi bayi à curah
jantung yang cukup
 L – Laboratory studies: pemantauan elektrolit à kadar natrium, kalium,
kalsium; dilakukan juga pemeriksaan tanda infeksi; pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan:
o Sebelum transportasi à pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan
sebelum dilakukan transportasi:
 Blood count (pemeriksaan darah rutin)
 Blood culture (kultur darah)
 Blood glucose (kadar glukosa darah)
 Blood gas (analisis gas darah)
o Setelah transportasi
 Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari
riwayat, faktor risiko, dan gejala klinis dari bayi.
 Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya à pemeriksaan
C- reactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium,
kalsium), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (SGOT,
SGPT, bilirubin, pT, aPTT, fibrinogen, D-dimer)
 E – Emotional support: memberi dukungan emosional kepada keluarga pasien
dalam menghadapi kondisi bayinya

8. Bagaimana interpretasi kadar gula darah bayi Ny. Ema?


 Gula Darah Sewaktu (GDS) normal à 45 –120 mg/dl
 Gula darah bayi Ny. Ema 50 mg/dl à normal
 Periksa GDS à Heel Prick à kaki harus hangat, merah, usap pakai alkohol 70%
dan tunggu sampai kering

9. Apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi Ny. Ema?
 Berikut ini adalah beberapa macam pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
dapat dilakukan dokter atau bidan:
 Pemeriksaan Apgar
o Pemeriksaan Apgar atau Apgar score dapat dilakukan segera setelah
bayi baru lahir.
o Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan warna kulit, detak jantung,
refleks dan kekuatan otot, serta pernapasan bayi. Apgar score
tergolong baik jika nilainya lebih dari 7.
 Pemeriksaan usia gestasional, lingkar kepala, dan berat badan
o Pemeriksaan usia gestasional dilakukan menggunakan penilaian new
Ballard score, dengan tujuan untuk mengetahui apakah bayi terlahir
prematur atau sudah cukup bulan.
 Pemeriksaan antropometri
o Pemeriksaan ini termasuk penghitungan berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, bentuk kepala, leher, mata, hidung, dan telinga bayi.
o Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
kelainan pada bentuk kepala atau anggota tubuh bayi baru lahir.
 Pemeriksaan mulut
o Pemeriksaan fisik bayi baru lahir selanjutnya adalah pemeriksaan
mulut, yang meliputi pemeriksaan gusi dan langit-langit mulut.
o Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi kelainan,
seperti bibir sumbing.
 Pemeriksaan jantung dan paru
o Dalam pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan stetoskop untuk
mengetahui apakah detak dan suara jantung bayi dalam kondisi
normal atau sebaliknya.
o Begitu juga dengan pemeriksaan paru, dokter akan memeriksa laju
pernapasan, pola pernapasan, dan mengevaluasi fungsi pernapasan
bayi.
 Pemeriksaan perut dan kelamin
o Pemeriksaan perut bayi meliputi bentuk, lingkar perut, dan
pemeriksaan organ-organ di dalam perut seperti hati, lambung, dan
usus hingga lubang anus. Pemeriksaan tali pusat bayi juga termasuk
dalam pemeriksaan fisik ini.
o Sementara pada pemeriksaan organ kelamin, dokter akan
memastikan saluran kencing terbuka dan berada di lokasi yang tepat.
Dokter juga akan mengevaluasi testis dalam kantong zakar, serta
bentuk labia dan cairan yang keluar dari vagina bayi.
 Pemeriksaan tulang belakang
o Ini juga merupakan salah satu pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
penting dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bayi
Anda memiliki kelainan, seperti spina bifida atau cacat tabung saraf.
 Pemeriksaan tangan dan kaki
o Dokter akan memeriksa denyut nadi di setiap lengan bayi, serta
memastikan tangan dan kakinya dapat bergerak dengan optimal dan
memiliki ukuran berikut jumlah jari-jari yang normal.
 Pemeriksaan pendengaran
o Pemeriksaan pendengaran bertujuan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui hal ini, dokter
akan menggunakan alat berupa otoacoustic emissions (OAE) atau
automated auditory brainstem response (AABR).
 Pemeriksaan hipotiroid kongenital
o Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah bayi mengalami
hipotiroid bawaan. Pemeriksaan ini dilakukan saat bayi berusia 48–
72 jam dengan pengambilan sampel darah untuk memeriksa kadar
hormon thyroid stimulating hormone (TSH).

10. Mengapa bayi Ny. Ema terlihat sesak dan merintih, serta tampak adanya
retraksi pada dinding dada?
 Kondisi tersebut menandakan bayi mengalami gangguan pernapasan


11. Apa indikasi bayi harus dirawat di NICU?


 Risiko bayi untuk masuk ke ruang NICU dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor ibu, bayi, dan persalinan.
 Faktor ibu
o Melahirkan di usia kurang dari 16 tahun atau di atas 40 tahun.
o Memiliki Riwayat kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang.
o Memiliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi, atau penyakit menular
seksual.
o Kelebihan atau kekurangan cairan ketuban.
o Cairan ketuban pecah lebih cepat.
o Mengalami perdarahan.
o Melahirkan bayi kembar.
 Faktor bayi
o Bayi lahir prematur (<37 minggu)
o Bayi lahir dengan berat badan rendah (<2500 gram) atau berat badan lebih
(>4000 gram)
o Mengalami cacat lahir.
o Menderita gangguan pernapasan.
o Mengalami kejang.
o Terkena hipoglikemia.
o Membutuhkan pasokan oksigen, infus, obat-obatan, atau transfusi darah.
o Mengalami infeksi, seperti herpes, B streptococcus, atau klamidia.
 Faktor persalinan
o Bayi lahir sungsang.
o Terjadinya gawat janin (bayi mengalami kekurangan oksigen).
o Terjadinya gangguan pembuangan mekonium (bayi membuang kotoran
pertamanya di dalam cairan ketuban).
o Leher bayi terlilit tali pusar.

12. Mengapa dilakukan pemeriksaan darah rutin, gula darah, analisis gas darah
dan kultur darah pada pasien? Apa indikasinya?
 Darah rutin à Hemoglobin/Hematokrit untuk menentukan anemia dan
polisitemia, Hitung sel darah putih untuk menentukan neutropenia/sepsis,
Hitung trombosit dan apusan untuk menentukan koagulasi intravaskular
disseminata.
 Gula darah à Untuk menentukan adanya hipoglikemia/hiperglikemia terkait
stress.
 Analisis gas darah à Untuk menentukan derajat keparahan gangguan
pernapasan.
 Kultur darah à Untuk menemukan patogen potensia.

13. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan foto toraks pasien?


 Foto toraks à kesan hyaline membrane disease grade 1-2

 Grade 1 à ground glass shadowing yang homogen
 Grade 2 à bronchogram udara yang meluas dan terlihat lebih jelas
 Penyakit membran hialin (PMH) juga disebut respiratory distress syndrome à
gangguan pernapasan pada bayi baru lahir à biasanya terjadi pada bayi kurang
bulan dengan tanda klinis takipnea ( frekuensi napas > 60 kali/menit), retraksi
dinding dada dan sianosis pada udara kamar.
 Faktor risiko PMH:
o Prematuritas
o Jenis kelamin laki-laki
o BBL dari ibu dengan diabetes

14. Mengapa kulit bayi tampak kuning hingga tungkai pada hari ketiga rawatan?
 Kulit bayi tampak kuning à Hiperbilirubinemia à Infant Jaundice / Ikterus
Neonatorum
 Ikterus pada bayi cukup umur dapat berupa ikterus fisiologis atau ikterus non-
fisiologis
o Ikterus fisiologis à menghilang sendiri pada hari ke-7 à neonatus cukup
bulan (NCB) memiliki kadar bilirubin serum puncak 5-6 mg/dl
 Ikterus fisiologis berlebihan à ketika bilirubin serum puncak 7-15
mg/dl pada NCB
 Bayi mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan, hal ini
terjadi karena :
 Meningkatnya produksi bilirubin
 Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
 Penurunan umur sel darah merah
 Penurunan ekskresi bilirubin
 Penurunan uptake dalam hati
 Penurunan konjugasi oleh hati
 Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik

o Ikterus non-fisiologis à Ikterus yang nyata akan terlihat pada kadar
bilirubin serum > 5 mg/dl
 Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
 Tingkat kenaikan bilirubin serum à > 0,5 mg/dl/jam atau 5 mg/dl/hari
 Ikterus bertahan à > 8 hari pada bayi cukup umur & > 14 hari pada
bayi prematur
 Tanda-tanda penyakit lain, seperti :
 Gangguan toleransi imun
 Berat badan menurun drastis
 Apnea
 Instabilitas suhu
 Gangguan napas, dll
 Bayi Ny. Ema à usia 30-31 minggu à bayi prematur à hasil bilirubin serum 12
mg/dl à hiperbilirubinemia à ikterus non fisiologis pada bayi prematur
 Ikterus pada bayi prematur à awitan terjadi lebih dini, puncak lebih lambat &
lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak waktu untuk menghilang (sampai 2
minggu)
 Penyebab ikterus pada bayi prematur
o Jumlah eritrosit lebih banyak
o Usia eritrosit lebih pendek
o Fungsi hati belum matur
o Uptake dan konjugasi lebih lambat
o Gangguan sirkulasi enterohepatik à masukan oral tertunda & kurangnya
kolonisasi bakteri saluran cerna

15. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin serum bayi?


 Bayi Ny. Ema à usia 30-31 minggu à bayi prematur à hasil bilirubin serum 12
mg/dl à hiperbilirubinemia à ikterus non fisiologis pada bayi prematur

16. Mengapa dilakukan blue light therapy pada bayi? Apa indikasinya?
 Blue light therapy/Phototherapy adalah salah satu metode perawatan yang umum
dilakukan untuk menangani kondisi bayi kuning (infant jaundice).
o Panjang gelombang cahaya tertentu dapat memecah bilirubin menjadi
bentuk yang dapat dibuang oleh tubuh melalui urin dan tinja.
 Panjang gelombang cahaya 450 – 460 nm
 Gelombang sinar biru à 425 – 275 nm
 Gelombang sinar putih à 380 – 700 nm
o Bayi baru lahir diletakkan di bawah lampu tanpa pakaian atau hanya
memakai popok. Mata tertutup untuk melindungi mereka dari cahaya
terang.
o Kondisi bayi kuning dapat muncul pada hari ketiga setelah dilahirkan dan
menghilang dengan sendirinya saat bayi berusia 2 minggu.
o Bayi lahir prematur umumnya lebih rentan mengalami kondisi ini.
 Panduan untuk fototerapi pada bayi dengan usia kehamilan >/ 35 minggu menurut
American Academy of Pediatrics, Juli 2004

 Tidak ada pedoman berbasis bukti yang tersedia tentang indikasi untuk fototerapi
pada bayi prematur (<35 minggu).
 Aturan praktis yang umum digunakan di NICU untuk memulai fototerapi ketika
kadar bilirubin serum total > 5 kali berat lahir. Jadi, pada bayi 1 kg, fototerapi
dimulai pada tingkat bilirubin 5 mg/dL; pada bayi 2 kg, fototerapi dimulai pada
tingkat bilirubin 10 mg/dL dan seterusnya.
 Bayi Ny. Ema à BB 1,2 kg à 5 x 1,2 = 6 (indikasi dimulai fototerapi) à bilirubin
serum bayi Ny. Ema 12 mg/dl à dilakukan fototerapi

17. Mengapa selama dalam pemantauan, bayi diberi minum secara bertahap,
diawali dengan TPN dan ASI dengan cara trophic feeding yang dinaikkan
volumenya secara berkala melalui OGT?
 Trophic feeding: Pemberian nutrisi enteral dini pada bayi prematur yang
diawali dengan pemberian dalam jumlah minimal.
o Pemberian awal dalam jumlah minimal à akan memfasilitasi adaptasi
saluran cerna melalui stimulasi peningkatan aktivitas enzim laktase,
pengeluaran hormon usus à mendorong efek trofik sel-sel proliferatif
usus dan peningkatan aliran darah à mencegah atrofi usus, dan
maturasi saluran cerna dapat tercapai
18. Bagaimana interpretasi berat badan bayi setelah 1 bulan rawatan?
 BB bayi Ny. Ema 1800 gram à masih dibawah normal (3800 gram)

19. Mengapa dokter meminta ibu membawa bayinya kontrol setelah 3 hari untuk
melakukan skrining lebih lanjut dan apa saja skrining yang dilakukan?
 Skrinning bayi prematur:
o Rontgen thorax dan abdomen à memeriksa sistem pernapasan dan
pencernaan à biasanya dilakukan 6 jam setelah lahir
o Pemeriksaan mata à Retinopathy of Prematurity (ROP)
 Bayi lahir pada usia gestasi <30 minggu à pemeriksaan
ROP dilakukan setelah usia bayi 4 minggu
 Bayi lahir pada usia gestasi >30 minggu à pemeriksaan ROP
dilakukan saat bayi usia 2 minggu
o Pemeriksaan pendengaran à Otto Acoustic Emission (OAE) à usia 0-
1 bulan
o USG kepala à bayi prematur berisiko mengalami intraventricular
hemorrhage (perdarahan otak) à dilakukan sejak usia bayi 2 minggu,
diulangi pada usia 4-8 minggu post natal

Anda mungkin juga menyukai