Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata adalah motor kehidupan manusia yang merupakan alat indra penglihat yang di
dalamnya terdapat jaringan-jaringan indera penglihatan, jaringan-jaringan tersebut
berpotensi menimbulkan penyakit atau kelainan dalam penglihatan. Banyak manusia
yang memiliki mata normal tidak dijaga dengan baik, dan mengakibatkan mata
normalnya direnggut oleh penyakit yang membuat gangguan pada mata.

Penyakit yang menyerang mata, dikarenakan oleh hubungan manusia terhadap


lingkungan sekitar, terutama interaksi yang dilakukan manusia terhadap kemajuan
teknologi di era global ini, yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mata.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skenario
Anak x seorang balita berusia 25 bulan, dibawa keluarga ke rumah sakit “AMM’’.
Keluarga megatakan mata kanannya merah, anak x sering mengosok-gosok matanya, ada
bercak kecil putih dan mata agak menonjol sejak terjatuh tengkurap dari tempat tidur satu
minggu yang lalu. Sebelum ke rumah sakit keluarga hanya membawa anak ke tukang
pijat bayi karena anak sering rewel akibat jatuh tersebut. Keluarga juga menjelaskan
kepada perawat bahwa sebelum terjatuh anak x sudah sebulan sulit utuk diberi makan,
badannya terlihat kurus dari yang biasanya dan mata kanan anak x terlihat seperti mata
kucing dimalam hari. Setelah anamnesa perawat z melakukan pemeriksaan fisik mata
menggunakan penlight terhadap anak x dan dari hasil pencatatan perawat z bahwa anak x
mengalami strabismus, glaucoma, kongjungtivitis, palpebra agak hiperemis, kornea
tampak jernih, didapatkan kongjungtiva injeksi.

Selanjutnya dokter datang membantu dengan meggunakan loupe dan terlihat mata kanan
sedikit protosis atau eksoftalmus, abrasi kornea, anisocoria dan hypopion. Pada kamera
okuli anterior mata kanan dokter juga menemukan adanya darah setinggi tiga millimeter,
pupil terlihat leukokorioa. Pada pemeriksaan funduskopi dengan direct ophthalmoscope
dokter menemukan adanya massa berwarna putih kekuningan di intra okuler kaan. Pada
mata kiri tidak ditemukan papil edema. Dokter menyampaikan pada keluarga bahwa anak
x harus dirawat segera karena penyakit matanya tergolong serius. Penyakit mata anak x
selain mengancam penglihatannya juga dapat mengancam jiwanya. Sebelum ada
diagnosa medis dari dokter untuk sementara perawat z menduga bahwa peyakit anak x
adalah gejala penyakit retinoblastoma. Bagaimana anda menjelaskan tentang peyakit dan
asuhan keperawatan terhadap penyakit yang dialami oleh anak x ?
2.2 Step 1
2.2.1 Mencari Istilah yang Kurang Dimengerti
1. Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh adanya
penambahan tekanan dalam mata yang lama kelamaan dapat menghilangkan
daya penglihatan pada mata
2. Strabismus (mata juling) adalah salah satu masalah penglihatan dimana kedua
bola mata tidak dapat melihat pada satu titik yang sama dengan focus yang tepat
3. Anisocoria adalah ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata
4. Hypopion adalah akumulasi sel darah putih atau nanah diruang anterior mata
5. Retinoblastoma (kanker mata) adalah penyakit yang terjadi akibat sel- sel
jaringan mata tumbuh tanpa terkendali dan pertumbuhannya dapat menyebar ke
daerah lain
6. Leukokorioa (pupil putih) adalah setiap keadaan yang ditanai denga adanya
reflex atau masa keputihan pada daerah pupil dibelakang lensa
7. Palpebra (kelopak mata) adalah alat penutup mata yag berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma,trauma sinor dan pengeringan bola mata
8. Abrasi kornea adalah lapisan jernih yang berbentuk cairan tembus pandang
diluar bola mata yangbekerja untuk melindungi,menempatkan ruag aatar lensa
mata dan retina mengubah sinar terang yang menjadi sinyal saraf di mata
9. Konjungtivitis adalah suatu peradagan pada konjungtiva
10. Konjungtiva injeksi (hiperemis konjungtiva bulbi) adalah kemerahan paling
nyata di daerah forliks da berkurang kearah linbus, disebabkan dilatai arteri
kongjutiva posterior akaibatnya peradangan
11. Eksoftalmus adalah kondisi yang mana salah satu atau kedua bola mata
menonjol keluar hal ini dapat disebabkan oleh pembengkakan dari jaringan
halus dalam kantong mata
12. Loupe adalah lensa cembung yang dapat digunakan untuk memperbesar suatu
pandang mata sehingga benda kecil akan tampak besar dan jelas
13. Pemeriksaan funduskopi adalah tes untuk melihat dan menilai kelaina dan
keadaan pada fundus okuli, terutama retina dan pupil nervus optikus
14. Pupil adalah pembuka ditengah mata, cahaya masuk lewat pupil dan diteruskan
melalui lensa mata yang memusatka bayangan ke retina
15. Papil edema adalah pembengkakan diskus optikus, titikdimana saraf optic
memasuki retina yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam tengkorak
atau tekanan intracranial
16. Anamnesis adalah pegambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun
perawat degan cara melakukan wwancara dengan pasien atau keluarga pasien
17. Pemeriksaan fisk adalah sebuah proses dari seseorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit denga cara
inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultrasi
18. Opthalmoscope adalah alat yang digunakan utuk melihat media dan fundusmat
dan cara membiarkan praktisioner untuk memandang sepanjang sinar lampu

2.3 Step 2
2.3.1 Identifikasi Masalah
1. Mengapa mata kanan anak x mengalami:
a. Mata merah ?
b. Bercak putih ?
c. Mata menonjol ?
2. Mengapa anak x sering rewel setelah terjatuh?
3. Mengapa anak x sulit untuk makan dan terlihat lebih kurus sejak sebulan yang
lalu sebelum terjatuh?
4. Mengapa mata kanan anak x terlihat seperti mata kucing dimalam hari?
5. Bagaimana prosedur/ tata cara melakukan pemeriksaan fisik mata?
6. Mengapa anak x mengalami:
a. strabismus
b. glaucoma
c. konjungtivitis
d. palpebra hiperemis
e. kornea tampak tidak jernih
f. konjungtiva injeksi
7. Mengapa mata anak x mengalami sedikit :
a. Protosis atau eksoftalmus
b. Abrasi korea
c. Anisocoria
d. Hypopion
8. Mengapa mata kanan anak x terdapat darah setinggih 3mm?
9. Mengapa pupil anak x terlihat leukokoria?
10. Mengapa pada pemeriksaa funduskopi ditemukan adanya masa berwarna putih
kekuningan di intraokuler kanan?
11. Mengapa diduga anak x mengalami gangguan pada mata yaitu katarak
komplikata?
12. Mengapa anak x memiliki gejala penyakit retinoblastoma?

2.4 Step 3
2.4.1 Rumusan Masalah
1. a. Mata merah disebabkan pembuluh darah di dasar selaput putih atau sclera
mata mengalami pembengkakan dikarenakan masuknya debu kedalam mata,
infeksi, alergi, cedera, sering terpapar matahari
b. bercak putih pada mata disebabkan oleh adanya riwayat trauma pada mata
seperti terpapar debu, asap, angina, atau benda asing
c. mata menonjol disebabkan suatu kondisi autoimun di mana kelenjar tiroid
bermasalah akibat sel sel berbahaya dan melepaskan antibody yang kemudian
memutus otot mata dan menyebabkan peradangan
2. Balita biasanya mengekspresikan rasa sakit atau tidak nyaman yang ia derita
dengan cara menangis sehinggadia terus menerus rewel
3. Anak yang tidak mau makan biasanya karena penurunan nafsu makan
disebabkan oleh tubuh yang tidak sehat berdampak pada lidah yang pahit
sehingga nafsu makan turun drastic dan berat badan turun
4. Mata seperti mata kucing dimalam hari merupakan gejala dari penyakit
retinoblastoma yang merupakan keadaan dimana keadaan mata terlihat seperti
bayangan putih dan akan bersinar kekuningan saat ditempat gelap
5. Prosedur tata cara pemeriksaan fisik mata dimulai dari inspeksi: pemeriksaan
bola mata, palpebral, kongjungtiva dan sclera, pengamatan lapang pandang dan
palpasi: untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada mata
6. a. Strabismus (mata juling) disebabkan oleh tarikan yang tidak sama pada satu
atau beberapa otot yang menggerakkan mata
b. Glaucoma adalah peningkatan tekanan intraokuler akibat produksi cairan
mata berlebihan dan akibat terhalangnya saluran pembuangan cairan
c. Kongjungtivitis disebabkan karena infeksi bakteri maupun virus
d. Kornea tampak tidak jernih akibat adanya infeksi pada luar mata
e. Konjungtiva injeksi karena terjadi pelebaran pada pembuluh darah arteri
kongjungtiva posterior karena pengaruh mekanis alergi atau infeksi pada
jaringan kongjungtiva
7. a. Protosis atau esoftalmus disebabkan karena pembengkakan dari jaringan
halus dari mata
b. Abrasi kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata, sebuah
benda asing dimata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok-gosok.
c. Anisocoria terjadi karena ukuran pupil tidak sama
d. Hypopion terjadi karena adanya infeksi,bakteri,jamur, amuba maupun
herpes simplex
8. Mata yang mengeluarkan darah disebabkan karena trauma benturan saat
terjatuh. Selain karena trauma mata mengeluarkan cairan seperti darah juga
bisa disebabkan karena efek samping obat tertentu yang menyebabkan cairan
tubuh menjadi melar, efek samping obat mengenai darah, gangguan pembuluh
darah dan lain-lainnya
9. Pada kondisi leukokoria tidak terdapat pantulan kemerahan karena adanya
kondisi yang menyebabkan pantulan retina tersebut terganggu atau terhalang.
10. Massa berwarna putih kekuningan karena adanya peningkatan tekanan
intraokuler
11. Katarak komplikata dapat terjadi karena gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik dan kimiawi
12. Gejala retinoblastoma yang jelas adalah jika pupil terlihat putih ketika mata
terkena cahaya, retinoblastoma umumnya terjadi pada balita

2.5 Step 4
2.5.1 Hipotesis Masalah
Sistem sensori

Mata

Anatomi Anamnesa Asuhan


dan Gangguan
dan keperawatan pasien
fisiologi mata
pemeriksaan pada gangguan
mata fisik mata

-Retinoblastma
Organ Lapisan -Katarak komplikata
Organ mata inspeksi
mata luar bola mata palpasi -Abrasi kornea
dalam
-Konjungtivitis
-Glaucoma

- pengamatan bola
mata
- pemeriksaan
palpebral
- kongjungtiva Tujuan
pengkajian Diagnosa
- sclera dan intervensi
keperawatan
- gerakana mata kriteria
- pemeriksaan visus hasil
2.6 Step 5
2.6.1 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami tentang anatomi dan fisiologi mata
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan anamnesis dan
pemeriksaan fisik mata
3. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan retinoblastoma
4. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan katarak komplikata
5. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan konjungtivitis
6. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan abrasi kornea
7. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan glaucoma
8. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penglihatan retinoblastoma
2.7 Step 6
2.7.1 Referensi Pembelajaran
A. Anatomi dan Fisiologi Mata

1. Definisi Mata
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara
konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan
gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak yang
dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya
mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap
mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan
pengertian visual (Watson Roger, 2002).

Saraf optikus urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik utuk
penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang
bergabung untuk membentuk saraf optikus saraf ini bergerak ke
belakang medial dan melintasi kanalis optikus memasuki rongga
cranium lantas menuju kiasma optikum. Saraf penglihatan memiliki
tiga pembungkus yang serupa dengan yang ada pada maningen otak.
Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sklera.
Lapisan tengah halus seperti arknoid sementara lapisan dalam adalah
vaskuler (mengandung banyak pembuluh darah) (Pearce C
Evelyn,2009).

2. Otot, Saraf dan Pembuluh Darah pada Mata

Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot
penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu :
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak.
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh
saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung
berbagai saraf lainnya.

3. Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah:
a. Tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian
depan;
b. Tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di
bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan
c. Tunika nervosa, retina.

4. Bola Mata
Umumnya mata di lukiskan sebagai bola mata, tetapi sebetulnya lonjong dan
bukan bolat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5
sentimeter, bagian depannya bening, serta terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan luar, fibrus yang merupakan lapisan penyangga terdiri atas sclera
dan kornea
Sklera berwarna putih dan tidak tembus cahaya. Sedangkan kornea
berfungsi untuk mengandung banyak serabut saraf, tidak terdapat
pembuluh darah, dan tembus cahaya. Dan kornea juga berfungsi untuk
meneruskan cahaya ke lensa mata. Kornea juga dilindungi oleh selaput
pelindung konjungtivitis.

b. Lapisan tengah, vaskuler terdiri atas koroidea dan iris atau selaput pelangi
Koroidea banyak mengandung pembuluh darah dan berfungsi untuk
memberikan nutrisi pada retina. Sedangkan pada bagian depan koroidea
dan bagian belakang kornea terdapat iris. Sedangkan iris sendiri
mengandung pigmen warna, sehingga dapat mengakibatkan perbedaan
warna pada mata. Lubang bulat di tengah iris disebut dengan pupil.
Sedangkan pupil sendiri adalah merupakan jalan masuknya cahaya. Pupil
juga akan mengecil apabila cahaya terang. Dan juga sebaliknya pupil akan
membesar apabila cahaya redup.

c. Lapisan dalam, lapisan syaraf


Pada lapisan dalam terdapat retina. Pada retina inilah terdapat fotoreseptor.
Ada dua macam fotoreseptor yakni adalah sel batang dan sel kerucut.
Sedangkan sel batang mengandung redopsin dan diperlukan untuk melihat
dalam suasana remang. Sedangkan sel kerucut sendiri mengandung pigmen
oidopsin yang mampu menerima rangsang warna dan sinar terang. Pada
bagian lapisan dalam juga terdapat bintik kuning dan juga bintik buta.
Sedangkan bintik kuning adalah merupakan bagian retina yang
mengandung banyak fotoreseptor yang berupak kerucut. Dan pada bagian
ini bayangan benda dapat di interpretasikan oleh otak. Dan itu artinya
apabila bayangan benda jatuh pada bintik kuning, maka kita dapat melihat
benda tersebut. Sedangkan bintik buta adalah bagian mata tempat serabut
saraf yang berasal dari retina meninggalkan bola mata menuju ke otak.
Pada bagian bintik buta ini tidak ada sel sensorik. Apabila baying benda
jatuh di daerah ini, maka kita akan tidak dapat melihat benda tersebut.
Sklera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus, Sklera membentuk putih
mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membrane
yang bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat
halus serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.

Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan arteri
ranting-ranting oftalmika, cabang dari arteri korotis iterna. Lapisan
vaskuler ini membentuk iris, yang berlubang di tengahnya atau di sebut
pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebalah belakang iris
memancarkan warnanya, dan demikian menentukan apakah sebuah mata
itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Koroid bersambung
dengan depannya dengan iris, dan tepat belakang iris, selaput ini menebal
guna dan membentuk korpus siliare, sehingga korpus siliare terletak antara
koroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkular dan serabut-
serabut yang terletaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot
sirkular menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.

5. Bagian organ mata yaitu :

a. Organ luar
1) Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
2) Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
3) Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi
mata. 

b. Bagian Organ luar ( Organ Okuli Asesoria ) yaitu:


1) Bulu mata ( Siliae)
terletak dekat sekali dengan mata dan berfungsi menyaring sinar atau
cahaya yang akan diterima sebelum masuk ke bola mata
2) Rongga mata ( Cavum orbita )
yang berisi bola mata dan yang terkait otot, pembuluh, dan saraf. Pada
manusia, tujuh tulang membuat setiap orbit tulang: tulang frontal
rahang tulang zygomatic tulang sphenoid tulang ethmoid bone palatine
tulang lakrimal
3) Alis mata ( Supersilium )
berada tepat di atas kelopak mata dan memiliki fungsi untuk menahan
mata dari air jatuh dari atas seperti keringat dan saat hujan.
4) Kelopak mata ( Palpebra )
Membuka dan menutup mata yang berguna sebagai pelindung mata dari
partikel-partikel asing seperti debu.
5) Kelenjar air mata ( Aparatus lakrimalis )
Kelenjar di mata yang mengeluarkan air mata
6) Otot mata ( musculus okuli )
7) Selaput bening mata ( konjungtiva)

c. Organ Dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:

1. Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya
dari sumber cahaya.
2. Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya
rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3
milimeter.
3. Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan
kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam.
Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan
akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada
mata.
4. Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya
pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya,
sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk
melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata
akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya
datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
5. Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya,
khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah
retina, cahaya diteruskan ke saraf optik
6. Saraf optic
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina untuk
menuju ke otak.

7. Lensa
Lensa adalah salah satu kunci penting penglihatan pada sistem mata manusia.
Lensa mata manusia memiliki struktur bikonveks (memiliki permukaan
cembung di kedua sisi lensa), transparan, dan tidak memiliki pembuluh darah.
Pada sudut ujung atas dan bawah lensa, terkait dengan Zonula zinii yang
merupakan penggantung lensa.

Agar dapat merubah kecembungannya, lensa mata bersifat elastis. Karenanya,


kapsul lensa dibentuk utamanya oleh jaringan kolagen tipe IV. Jaringan lensa
mata dapat bersifat transparan, karena sel-selnya tidak memiliki inti sel pada
lensa akan kehilangan inti dan kemudian diisi dengan protein yang bernama
kristallin.

Sel yang memiliki inti ini bertujuan agar terwujudnya metabolisme yang
seminimal mungkin di dalam lensa mata. Hal ini juga dapat dilihat dari fakta
bahwa lensa mata tidak memiliki pembuluh darah untuk metabolisme. Oksidasi
sangat dihindari pada lensa mata, karena oksidasi akan mengubah struktur
protein kristalin, dan menjadikan lensa keruh. Keruhnya lensa mata inilah,
yang dinamakan katarak. Oleh karena itu, tubuh memberi kompensasi dengan
menyediakan konsentrasi tinggi akan substansi antioksidan pada mata.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Definisi pemeriksaan fisik
Definisi pemeriksaan fisik Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh
untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau
suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan.

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik


dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa
untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik
perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan


data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian
fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya
ketika klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka
perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak. (potter & perry,
2000)

2. Tujuan pemeriksaan fisik


a. Tujuan pemeriksaan fisik Secara umum, pemeriksaan fisik yang
dilakukan bertujuanUntuk mengumpulkan data dasar tentang
kesehatan klien.
b. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan.
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaan.
e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri,


maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
1) Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
2) Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3) Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4) Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik:
5) Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan.
6) Jagalah privasi pasien.
7) Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis.
8) Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan,
cara dan bagian yang akan diperiksa)
9) Beri instruksi spesifik yang jelas
10) Berbicaralah yang komunikatif
11) Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
12) Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien.
(potter & perry, 2000)

3. Indikasi pemeriksaan fisik


Pada pasien yang di duga mengalami gangguan pada sensori

4. Manfaat pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya:
a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
b. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan kerawatan
(potter & perry, 2000)

5. Metode dan langkah pemeriksaan fisik.


a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali
bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan
yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang
berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat
khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain.
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). Fokus inspeksi
pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian
tubuh lainnya. Contoh: mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan (sianosis), dan lain-lain.Merupakan metode pemeriksaan pasien
dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang
diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien dengan menggunakan
‘sense of sign’ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu).

Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang
dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk
mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh pasien.
Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat
pasien secara seksama, persistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan
fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman
untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih memvalidasi apa yang
dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau dari pasien.
Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang
diterima oleh semua indera tersebut yang akan membantu dalam membuat
keputusan diagnosis atau terapi. (suzanne, 2002)
Cara pemeriksaan:
1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri.
2) Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka
sendiri pakaiannya. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun
dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi
selimut).
3) Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan
abnormalitas.Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan(sianosis), dan lain-lain.
4) Catat hasilnya.

6. Hasil pemeriksaan fisik


a. Anamnesa
Perlu dilakukan pernyataan pada pasien yang meliputi:
1. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang
nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi
pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan
operasi.

2. Riwayat penyakit sekarang


Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata
tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.

3. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungnan dengan penyakit sekarang


Riwayat penyakit dahulu berkaitan dengan Kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal:
pernapasan

4. Riwayat penyakit keluarga


Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

b. Inspeksi mata
1. Pengamatan bola mata.
Pemeriksaan memegang senter:
a) Posisi bola mata: apakah ada juling.
b) Pterigium ada atau tidak.
c) Kornea ada parut atau tidak.
d) Lensa jernih atau keruh atau bewarna putih
Setelah melakukan uji penglihatan, lakukan teknik pengkajian berikut. Inspeksi
kelopak mata, bulu mata, bola mata, dan apartus lakrimal. Inspeksi juga
konjungitva, sklera, kornea, ruang anterior, iris dan pupil. Gunakan
oftalmoskop untuk mengkaji humor vitreous dan retina.

Gerak bola mata berfungsi untuk menempatkan stimuli visual dari lapang
pandangan perifer (retina perifer) ke titik pusat yang mempunyai tajam
penglihatan paling baik (fovea), dan juga mempertahankan fiksasi fovea pada
obyek yang bergerak. Fungsi ini bersama dengan fungsi mempertahankan
bayangan obyek di fovea serta stabilisasi bayangan di fovea selama gerakan
kepala adalah merupakan fungsi dasar gerakan mata pada manusia.
c. Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus lakrimal
1. Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan tanpa oedema
atau lesi. Lipatan palpebra harus simetris dengan tidak ada kelambatan
kelopa.
a. Bulu mata harus terdistribusi rata di sepanjang kelopak
b. Bola mata harus cerah dan jernih
c. Apartus lakrimal harus tidak mengalami inflamasi, pembengkakan atau air
mata yang berlebihan
(suzanne, 2002)
2. Inspeksi konjungitva dan sklera
Kunjungtiva dan sklera.
a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
b. Amati kunjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerah-merahan, keadaan
vaskularisasi dengan menarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan
menggunakan ibu jari.
c. Amati kunjungtiva dan kantong kunjungtiva paling bawah, catat bila terdapat
infeksi atu pus atau warnanya tidak normal, misalnya anemic.
d. Amati warna skelera saat memeriksa kunjungtiva yang pada keadaan tertentu
warnanya dapat terjadi ikterik (kuning), normalnya bewarna putih.
e. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil, lanjutkan dengan
mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya.
f. Normalnya bentuk pupil bulat, sama besa (isokor), diameternya kira-kira 3mm.
Bila disinari, diameternya akan mengecil kiri dan kanan yang disebut reflek
cahaya langsung dan tidak langsung.

1) Periksa konjungtiva palpebra hanya jika anda mencurigai adanya benda asing
atau jika klien mengeluh nyeri kelopak mata. Untuk memeriksa bagian dari
konjungtiva ini, minta klien untuk melihat ke bawah sementara anda menarik
dengan perlahan bulu mata tengah ke depan dan ke atas dengan ibu jari dan jari
telunjuk anda.
2) Sambil memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk
membalikkan kelopak mata keluar. Teknik ini membutuhkan keterampilan
untuk mencegah klien merasa tidak nyaman. Tahan bulu mata ke arah alis dan
periksa konjungtiva, yang seharusnya berwarna merah muda dan bebas dari
pembengkakan
3) Untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normalnya, lepaskan bulu mata
dan minta klien untuk melihat ke atas. Jika hal ini tidak membalikan kelopak
mata, pegang bulu mata dan tarik dengan perlhan ke arah depan.
4) Untuk menginspeksi konjungtiva bulbar, buka kelopak mata dengan perlahang
dengan ibu jari atau jari telunjuk anda. Minta klien untuk melihat ke atas, ke
bawah, ke kiri, dan ke kanan, sementara anda memeriksa keseluruhan kelopak
mata bagian bawah. (suzanne, 2002)

3. Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris


a. Untuk menginspeksi kornea dan ruang anterior, arahkan cahaya senter ke
dalam mata klien dari beberapa sudut sisi. Normalnya, kornea dan ruang
anterior bersih dan transparan. Hitung kedalaman ruang anterior dari samping
dengan menggambarkan jarak antara kornea dengan iris. Iris harus teriluminasi
dengan cahay dari samping. Permukaan kornea normalnya tampak bercahaya
dan terang tanpa adanya jaringan parut atau ketidakteraturan. Pada klien lansia,
arkus senilis (cincin abu-abu putih di sekeliling tepi kornea) merupakan hal
yang normal.
b. Uji sensitivitas korneal, yang menunjukkan keutuhan fungsi saraf kranial V
(saraf trigemeinus) dengan sedikit mengusapkan kapas di permukaan kornea.
Kelopak di kedua mata harus menutup ketika anda menyentuh kornea.
Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata untuk menghindari
kontaminasi silang.
c. Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika dipandang dari samping, dan
juga warnanya. (suzanne, 2002)

4. Inspeksi pupil
Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal maupun slit
lamp. Yang perlu dinilai saat melakukan pemeriksaan pupil adalah bentuk, letak,
ukuran, jumlah, warna, efek akomodasi, dan reaksi terhadap rangsangan sinar
langsung dan tidak langsung. Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter
normal ditempat gelap adalah 4,5 – 7 mm sedangkan ditempat terang 2,5 – 6 mm,
jumlahnya satu, warna gelap, miosis saat akomodasi, dan bereaksi ketika diberi
rangsang cahaya, Jumlah pupil lebih dari satu disebut polikoria.
Ukuran pupil kedua mata sama besar disebut isokoria.
Ukuran pupil kedua mata tidak sama besar disebut anisokoria.
Ukuran pupil lebih kecil dari normal disebut miosis.
Ukuran pupil lebih besar dari normal disebut midriasis.

1) Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada
pupil masing-masing mata. Untuk menguji reaksi pupil terhadap cahay,
gelapkan ruangan dan dengan klien menatap lurus ke arah titik yang sudah
ditentukan, sorotkan senter dari samping mata kiri ke tengah pupilnya. Kedua
pupil harus berespons; pupil yang menerima cahaya langsung berkonstriksi
secara langsung, sementara pupil yang lain berkonstriksi secara bersamaan dan
secara penuh.Sekarang uji pupil mata kanan. Pupil harus bereaksi segera,
seimbang, dan cepat (dalam 1 sampai 2 detik). Jika hasilnya tidak meyakinkan,
tunggu 15 sampai 30 detik dan coba lagi. Pupil harus bundar dan sama sebelum
dan sesudah kelihatan cahaya.
2) Untuk menguji akomodasi, minta klien menatap objek di seberang ruangan.
Normalnya pupil akan dilatasi. Kemudian minta klien untuk menatap jari
telunjuk anda atau pada pensil yang berjarak 60 cm. Pupil harus berkonstriksi
dan mengumpul seimbang pada objek. Ingat bahwa pada klien lansia,
akomodasi dapat berkurang. (suzannw, 2002)

2. PALPASI MATA
a. Definisi palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense
of touch’ Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan
jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini
dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya
getaran,pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan
dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi
dua:
1) Palpasi ringan atau Palpasi dengan perlahan adanya
pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata. Kemudian,
palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk
di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah.
Bola mata harus teras sama keras.
Caranya ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara
simultan. Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari
ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.
2) Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari
telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang paling dekat
dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya
regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan
pada punctum, yang dapat mengindikasikan adanya sumbatan
dalam duktus nasolacrimal

Caranya: untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk
merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah.
Dengan Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pad jari2 pertama.
Cara pemeriksaan:
a. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.
c. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
d. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi
otot.
e. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan dengan tekanan ringan.
f. Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan.
g. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
h. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
i. Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor
bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut,
ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan.
j. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
Untuk mengetahui tekanan bola mata dan untuk mengetahui adanya nyeri
tekan Palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dikerjakan
sebagai berikut:
Beritahu pasien untuk duduk Anjurkan pasien untuk memejamkan mata.
Lakukan palpasi pada kedua bola mata, bila tekanan bola mata meninggi
maka mata teraba keras. (Suzanne, 2002)

3. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)


a. Tujuan pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui visus seseorang
dan memberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada. Visus harus
diperiksa walaupun secara kasar untuk membandingkan visus kedua
mata. Kedua mata diperiksa sendiri-sendiri, karena dengan diperiksa
binokuler tidak dapat diketahui adanya kekaburan pada satu mata.

b. Pemeriksaan tajam pengelihatan (visus)


1. Gantung kartu snellen atau kartu E yang sejajar mata responden
dengan jarak 6 meter.
2. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.
3. Mata kiri responden ditutup dengan penutup mata atau telapak
tangan tanpa menekan bola mata.
4. Responden disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan setiap
baris katu snellen huruf yang paling besar sampai huruf yang paling
kecil.
5. Pengelihatan normal jika responden dapat membaca smpai huruf
terkecil 6/6m.
6. Hasil dapat sebagai berikut misalnya:
a) Atas VOD 6/6
b) Bawah V OS 6/6
c) 6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada
snellen chart.
d) 6/12 pasien dapat membaca smpai baris 6/12 pada snellen
chart.
e) 6/30 pasien dapat membaca smpai baris 6/30 pada snellen
chart.
f) 6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60 biasanya huruf
yang paling atas.
7. Apabila tidak bisa membaca huruf snellen pasien diminta menghitung
jari pemeriksa.
8. Jika pasien tidak dapat melihat huruf yang paling besar pada kartu
snellen dengan pasien dapat dikurangi hingga 1m.
9. Jika pasien juga tidak dapat melihat, lakukan pemeriksaan uji hitung
jari misalnya:
a) 5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5m.
b) 1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1m.

c. Pemeriksaan tajam penglihatan:


1) Lakukan uji penglihatan dalam ruangan yang cukup tenang, tetapi anda
dapat mengendalikan jumlah cahaya.
2) Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan
jarak 6 meter.
3) Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.
4) Mata kiri responden ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa
menekan bolamata.
5) Responden disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu
Snellen atau memperagakan posisi huruf E pada kartu E  dimulai baris
teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera
angka 20/20)
6) Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil
20/20 (tulis 020/020)
7) Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan
posisi huruf E KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah
baris yang tertera angka di atasnya.
8) Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan
posisi huruf E LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris
yang tertera angka tersebut. (Suzanne, 2002)

4. PEMERIKSAAN UJI PENGLIHATAN DENGAN HITUNG JARI


Pemeriksaan tajan pengelihatan dengan hitungan jari.
a. Mata normal dapat melihat hitungan jari pada jarak 60m.
b. Misalnya: hasil pemeriksaan VOS: 6/60
c. Interpretasinya:
Mata kiri: pada jarak 6m mampu menghitung jari yang pada orang
normal dapat dilihat pada jarak 60m.
1) Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu  
Snellen atau kartu E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis
03/060)
2) Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060),
bila belum terlihat maju 1 meter (tulis 01/060). Bila belum juga terlihat
maka lakukan GOYANGAN TANGAN pada jarak 1 meter (tulis 01/300)
3) Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan
apakah responden dapat melihat SINAR SENTER (jika ya tulis 01/888)
4) Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000)

Selanjutnya, uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak
jauh, persepsi warna dan penglihatan perifer.

Uji penglihatan perifer:

a. Duduk berhadapan dengan klien, dengan jarak 60 cm, dengan mata anda
sejajar dengan mata klien. Minta klien menatap lurus ke depan.
b. Tutupi satu mata anda dengan kertas buram atau tangan anda dan minta kien
untuk menutup matanya yang tepat bersebrangan dengan mata anda yang
ditutup
c. Kemudian, ambil sebuah objek, misalnya pensil dari bidang superior perifer
ke arah lapang pandang tengah. Objek tersebut harus berada pada jarak yang
sama di antara anda dan klien
d. Minta klien untuk mengatakan pada anda saat objek tersebut terlihat. Jika
penglihatan perifer anda utuh, anda dan klien akan melihat objek tersebut pada
waktu yang bersamaan.
e. Ulangi prosedur searah jarum jam pada sudut 45 derajat, periksa lapang
pandang superior, inferior, temporal, dan nasal. Ketika menguji lapang
pandang temporal, anak akan mengalami kesulitan menggerakkan objek
sampai cukup jauh sehingga anda dan klien tidak dapat melihatnya. Jadi
lakukan uji lapang pandang temporal ini dengan meletakkan pensil
sedemikian rupa di belakang klien dan di luar lapang pandang klien. Bawa
pensil tersebut berkeliling secara perlahan sampai klien dapat melihatnya.
(Suzanne, 2002)

5. Pemeriksaan tajan pengelihatan dengan lambayan tangan.


a. Jika tidak bisa menghitung jari lakukan lambayan tangan pada jarak
1/30m yang yang bearti jarak 1m mata masih dapat melihat lambayan
tangan yang pada mata normal masih dapat dilihat pada jarak 300m.
b. Jika uji lambaian tangan tidak dapat dilihat oleh pasien, diuji proyeksi
sinar 6/tak terhingga 1/tak terhingga.
c. Visus 1/tak terhingga bearti mata hanya dapat membedakan gelap
terang.
d. Jika uji proyeksi sinar tidak dapat dilihat oleh pasien maka disebut buta
total.

6. Uji pengelihatan warna (ishihara chart).


Instruksikan klien untuk menyebutkan gambar atau angka yang ada pada
kartu tersebut.

7. Uji penglihatan jarak jauh


Untuk menguji penglihatan jarak jauh pada klien yang dapat membaca
bahasa inggris, gunakan grafik alfabet Snellen yang berisi berbagai ukuran
huruf. Untuk klien yang buta huruf atau tidak dapat berbicara bahasa
inggris, gunakan grafik Snellen E, yang menunjukkan huruf-huruf dalam
berbagai ukuran dan posisi. Klien menunjukkan posisi huruf E dengan
menirukan posisi tersebut dengan jari tangannya.
a. Uji setiap mata secara terpisah dengan terlebih dahulu menutup satu
mata dan kemudian mata yang lain dengan kartu buram berukuran 3 x 5
atau penutup mata. Setelah itu, uji penglihatan binokular klien dengan
meminta klien membaca gambar dengan kedua mata terbuka. Klien
yang normalnya memakai lensa korektif untuk penglihatan jarak jauh
harus memakainya untuk uji tersebut
b. Mulai dengan baris yang bertanda 20/20. Jika klien salah membaca
lebih dari dua huruf, pindahlah ke baris berikutnya 20/25. Lanjutkan
sampai klien dapat membaca baris tersebut dengan benar dengan
kesalahan yang tidak lebih dari dua. Baris tersebut menunjukkan
ketajaman penglihatan jarak jauh klien.
8. Uji penglihatan jarak dekat
Uji penglihatan jarak dekat klien dengan memegang grafik Snellen atau
kartu dengan kertas koran berukuran 30,5 sampai 35,5 cm di depan mata
klien, klien yang normalnya memakai kacamata baca harus memakainya
untuk uji ini. Seperti pada penglihatan jarak jauh, uji setiap mata secara
terpisah dan kemudian bersamaan.
9. Uji persepsi warna
Minta klien untuk mengidentifikasi pola bulatan-bulatan warna pada plat
berwarna. Klien yang tidak dapat membedakan warna tidak akan
mendapatkan polanya.
10. Uji fungsi otot ekstraokuler
Untuk mengkaji fungsi otot ekstraokuler klien, perawat harus melakukan
tiga tes : enam posisi kardinal tes penglihatan, tes terbuka-tertutup, dan tes
refleks cahaya korneal.
11. Posisi kardinal tes penglihatan
a. Duduk langsung di depan klien, dan pegang objek silindris, seperti
pensil, tepat di depan hidung klien, dan menjauh sekitar 46 cm dari
hidung klien.
b. Minta klien untuk memperhatikan objek tersebut pada saat dan
menggerakkannya searah jarum jam melewati enam posisi kardinal-
medal superior, lateral superior, lateral, lateral inferior, dan medial-
kembalikan objek ke titik tengah setelah setiap gerakan.
c. Melalui tes ini, mata klien akan tetap paralel pada saat bergerak.
Perhatikan adanya temuan abnormal, seperti nistagmus, atau deviasi
salah satu mata yang menjauh dari objek. (Suszanne, 2002)
12. Tes tertutup-terbuka
a. Minta klien menatap suatu objek pada dinding yang jauh yang
berhadapan. Tutupi mata kiri klien dengan kartu buram dan observasi
mata kanan yang tidak ditutp akan adanya gerakan atau berputar-putar.
b. Kemudian, lepas kertas dari mata kiri. Mata harus tetap diam dan
berfokus pada objek, tanpa bergerak atau berputar-putar. Ulangi proses
tersebut dengan mata kanan

13. Tes refleks cahaya korneal


Minta klien untuk melihat lurus ke depan sementara anda mengarahkan
sinar senter ke batang hidung klien dari jarak 30,5 sampai 38 cm. Periksa
untuk memastikan apakah kornea memantulkan cahaya di tempat yang
tepat sama di kedua mata. Refleks yang tidak simetris menunjukkan
ketidakseimbangan otot yang menyebabkan mata menyimpang dari titik
yang benar.

14. Reflek pupil


a. Pasien disuruh melihat jauh
b. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter / diberi cahaya dan lihat
apakah ada reaksi pada pupil. Normal akan mengecil
c. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena
penyinaran pupil mata tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung
d. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh

15. Eversi kelopak mata


a. Pemeriksaan untuk menilai konyungtiva tarsalis
Cara Pemeriksaan:
1) Cuci tangan hingga bersih
2) Pasien duduk didepan slit lamp
3) Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan
pemeriksa.
4) Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas
dan meraba tarsus, lalu balikkan
5) Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata.
Biasakan memeriksa kedua mata.

16.  Pemeriksaan dengan oftalmoskop


Untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di
ruang yang digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh
memakai kacamata kecuali jika anda sangan miop atau astigmatis. Lensa
kontak boleh dipakai oleh anda atau klien. Duduk atau berdiri di depan
klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di depan dan sekitar 15
derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang
oftalmoskop dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat
mungkin dengan mata kanan anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata
kanan klien untuk mencegah memukul klien dengan oftalmoskop pada saat
anda bergerak mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada di
selektor lensa untuk menyesuaikan lensa seperlunya seperti yang
ditunjukkan di sini. (Suzanne, 2002)

a. Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah
ditentukan di dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun
berkedip selama pemeriksaan diperbolehkan, mata harus tetap diam.
Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar 38 cm dan dengan diopter
pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari
cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan jelas
melewati pupil. Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari
opasitas dan kabut.
b. Bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk
menjaga agar struktur retinal tetap dalam fokus.
c. Ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya
opasitas.
d. Kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari
pembuluh darah retina dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung
klien, rotasi selektor lensa untuk menjaga agar pembuluh darah tetap dalam
fokus. Karena fokus tergantung pada anda dan status refraktif klien maka
diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar klien. Periksa dengan
cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina, diskus
optikus, latar belakang retina, makula dan fovea.
e. Periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan
ukuran arteri dan vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan
arteriovenosa. Mangkuk fisiologis normalnya berwarna kuning-putih dan
dapat terlihat.
f. Periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.
C. GANGGUAN PADA SISTEM PENGLIHATAN

1. Rabun Dekat (Hipermetropi)


Seorang penderita rabun dekat tidak dapat melihat benda yang berada pada
jarak dekat (± 25 cm) dengan jelas. Hal ini dikarenakan bayangan yang
terbentuk jatuh di belakang retina sehingga bayangan yang jatuh pada retina
menjadi tidak jelas (kabur). Kacamata positif dapat menolong penderita
rabun dekat sebab lensa cembung mengumpulkan cahaya sebelum cahaya
masuk ke mata. Dengan demikian, kornea dan lensa dapat membentuk
bayangan yang jelas pada retina seperti ditunjukkan pada di bawah ini.

Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa terlalu pipih atau bola mata
terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena bayangan jatuh
didepan retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh di retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan lensa
cembung.
2. Rabun Jauh (Miopi)
Seorang penderita rabun jauh tidak dapat melihat benda yang berada pada
jarak jauh (tak hingga) dengan jelas. Hal ini dikarenakan bayangan yang
terbentuk jatuh di depan retina. Kacamata negatif dapat menolong penderita
rabun jauh karena lensa cekung akan dapat membuat cahaya menyebar
sebelum cahaya masuk ke mata. Dengan demikian, bayangan yang jelas
akan terbentuk di retina.

Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang. Dengan demikian,objek yang dekat akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh pada retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat kabur
karena bayangan didepan retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan
mata jenis cekung.

3. Buta Warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut mata untuk menangkap suatu warna tertentu. Penyakit ini bersifat
menurun. Buta warna ada yang buta warna total dan buta warna sebagian.
Buta warna total hanya mampu melihat warna hitam dan putih saja,

sedangkan buta warna sebagian tidak dapat melihat warna tertentu,


yaitumerah, hijau, atau biru.

Mata memiliki lebih kurang tujuh juta sel kerucut pada retina. Gelombang
cahaya dipantulkan dari benda masuk ke pupil dan ditangkap oleh retina.
Respon dari sel kerucut pada cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda
menyebabkan kamu dapat melihat benda yang berwarna. Sel kerucut
mengandung pigmen iodopsin, yaitu senyawa antara retina dan opsin.

Ada tiga jenis sel kerucut. Masing-masing jenis sel merespon panjang
gelombang cahaya yang berbeda. Tipe pertama dari sel kerucut merespon
cahaya dengan panjang gelombang merah dan kuning. Sel ini menyebabkan
kamu dapat melihat warna merah. Tipe kedua dari sel kerucut merespon cahaya
kuning dan hijau dan menyebabkan kamu dapat melihat warna hijau. Tipe sel
kerucut ketiga merespon cahaya biru dan ungu dan menyebabkan kamu dapat
melihat warna biru.
Alat yang dapat digunakan untuk uji buta warna dikenal dengan Uji Ishihara.
Uji tersebut didasarkan pada penentuan angka atau pola yang ada pada kartu
dengan berbagai ragam warna, dengan pola tertentu. Ada satu seri gambar titik
bola kecil dengan warna dan besar berbeda-beda, sehingga dalam keseluruhan
terlihat warna pucat dan menyulitkan pasien dengan kelainan penglihatan warna
untuk melihatnya.

Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat
sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan.
Pada pemeriksaan, pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang
diperlihatkan dalam waktu 10 detik

4. Presbiopi
Presbiopi disebut juga rabun jauh dan dekat atau rabun tua, karena kelainan
mata ini biasanya diderita oleh orang yang sudah tua. Kelainan jenis ini
membuat si penderita tidak mampu melihat dengan jelas benda-benda yang
berada di jarak jauh maupun benda yang berada pada jarak dekat.

Hal tersebut diakibatkan oleh berkurangnya daya akomodasi mata. Kelainan


ini biasanya diatasi dengan kaca mata rangkap, yaitu kaca mata cembung
dan cekung. Pada kacamata dengan lensa rangkap atau kacamata bifokal,
lensa negatif bekerja seperti pada kacamata untuk penderita miopi,
sedangkan lensa positif bekerja seperti pada kacamata untuk penderita
hipermetropi. Umumnya penderita akan melihat jelas bila objeknya jauh,
tetapi perlu kacamata cembung untuk melihat objek dekat.

5. Astigmatisma
Astigmatisma atau dikenal dengan istilah silinder adalah sebuah gangguan
pada mata karena penyimpangan dalam pembentukan bayangan pada lensa.
Hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran
atau bayangan garis vertikal dengan horisotal secara bersamaan. Penglihatan
si penderita menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat
menggunakan lensa silindris.

Mata astigmatisma adalah mata dengan lengkungan permukaan kornea atau


lensa yang tidak rata. Misalnya lengkung kornea yang vertikal kurang
melengkung dibandingkan yang horizontal.Bila seseorang melihat suatu
kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis horizontal terlihat jelas.Mata
orang tersebut menderita kelainan astigmatis reguler. Astigmatis reguler
dapat dikoreksi dengan mata silindris. Bila lengkung kornea tidak teratur
disebut astigmatis irregular dan dapat dikoreksi dengan lensa kotak.

6. Rabun Senja
Hemeralopi (rabun senja) Hemeralopi adalah gangguan mata yang
disebabkan kekurangan vitamin A . Penderita rabun senja tidak dapat
melihat dengan jelas pada waktu senja hari.Keadaan seperti itu apabila
dibiarkan berlanjut terus mengakibatkan kornea mata bisa rusak dan dapat
menyebabkan kebutaan.Oleh karena itu, pemberian vitamin A yang cukup
sangat perlu dilakukan. f) Katarak Katarak adalah cacat mata yang
disebabkan pengapuran pada lensa mata sehingga penglihatan menjadi
kabur dan daya akomodasi berkurang. Umumnya katarak terjadi pada orang
yang telah lanjut usia

7. Katarak

a) Pengertian katarak
Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada lensa mata
sehingga penglihatan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
Umumnya katarak terjadi pada orang yang telah lanjut usia.
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa
atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi
pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000)

b) Klasifikasi katarak
1. Katarak konginetal
Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang di dapatkan
sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio
intraterin.Katarak konginetal terbagi atas :
a. Katarak remetar dan zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan
kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa
b. Katarak polaris posterior
Katarak ini terjadi karena akibat arteri siloid yang menetap pada
saat tidak di butuhkan lagi oleh lensa untuk metabolismenya.
c. Katarak Polaris anterior
Katarak ini akibat gannguan perkembangan lensa pada saat mulai
terbentuknya plakoda lensa
d. Katarak sentral
Katarak ini merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian
nucleus embrional.

2. Katarak senile
Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg
terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 30 tahun,katarak senile
terbagi atas:
a. Katarak insipiens
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa
kekeruhan,akan mengeluh gangguan pengelihatan seperti melihat
ganda dengan satu matanya
b. Katarak ematur
Dimana pada stadium ini lensa yang degenerative mulai terserap
cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung
c. Katarak matur
Dimana merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana terjadi
kekeruhan seluruh lensa
d. Katarak traumatic
Adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,serta
robekan pada kapsul sebagai akibat taraum dari benda tajam
e. Katarak juvenil
Adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun,dapat terjadi
karena :
1. Lanjutan katarak konginetal yang semakin nyata.
2. Penyulit penyakit lain,katarak komplikata yang dapat
menjadi akibat:penyakit local pada mata seperti glaucoma
dan penyakit sistemik seperti diabetes
f. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa,factor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan
kejernihan lensa.
g. Katarak diabetika
Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes ( Sidarta  Ilyas,
dkk. 2003).   

c) Etiologi
a. Degeneratif
Biasanya di jumpai pada katarak senile di karenakan proses degenerasi
atau kemungkinan serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan
besar menurunnya penglihatan.
b. Trauma
Contohnya terjadi pada katarak traumatic,seperti trauma tembus pada
mata yang di sebabbkan oleh benda tajam atau tumpul,radiasi(terpapar
oleh sinar-X atau benda-benda radioaktif).

c. Penyakit sistemik diabetes mellitus


Contohnya terjadi pada katarak diabetika di karenakan gangguan
metabolisme tubuh secara umum dan di retina sehinnga
mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya
d. Efek congenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat infeksi virus prenatal dan
katarak developmentasi terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan
sebagai akibat dari defek konginetal. Kedua bentuk ini mungkin di
sebabkan oleh factor heredriter,toksis,nutrisional,dan proses
peradangan.

d) Maniefistasi klinis
a. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1) Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta  gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi
2) Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari

b. Gejala objektif biasanya meliputi:


1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan menjadi kabur atau redup
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif.

c. Gejala umum gangguan katarak meliputi: 


1) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2) Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari ).

e) Pemeriksaan diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea,lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi,  atau
penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV,
massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri
serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO) (NORMAL 12-
25 mm Hg)
4. Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau
sudut tertutup glaucoma
5. Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe
glaukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan
6. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atropi lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan
mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak
7. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia
sistemik/ infeksi
8. EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan arterosklerosis, PAK.
8. Katarak komplikata
a. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract,
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat kedua-duanya.

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009). Katarak


adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Brunner &
Suddart,2001)

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. (Sidarta Ilyas,2004).

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada
semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun


dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

b. Etiologi
Katarak dapat terjadi akibat :
1) Kelainan bawaan/ kongenital
2) Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun adalah sebanyak
50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75
tahun Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus,
galaktosemi dan distrofi miotonik genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin Bahan toksik : kimia dan fisik
bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis
dan retinitis pigmentosa keracunan beberapa jenis obat seperti eserin
0.25 – 0.5%, kortikosteroid ergot, antikolinesterase topical kelainan kaca
mata minus yang dalam.

c. Manifestasi klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu. Temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukan
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu
atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi (kaca mata) yang
sangat tebalpun tak akan memperbaiki penglihatan.
d. Klasifikasi
1. Berdasarkan  Penyebabnya :
a) Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda
asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru
senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-
kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa

b) Katarak toksika
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara
sistemik maupun dalam bentuk obat tetes mata dapat
meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang diduga
menyebabkan katarak antara lain : phenotiazine, chlorpromazine,
obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.

c) Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular
yang mempengaruhi fisiologis lensa. Katarak biasanya berawal
dari daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara
lain uveitis kronik atau rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan
ablation retinae. Katarak ini biasanya unilateral. Katarak
komplikata juga dapat disebabkan akibat gangguan sistemik seperti
diabetes mellitus, distrofi miotonik, dermatitis atopic,
hipoparatiroidisme, galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner dan
down
e. Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital : Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang
dari 1 tahun
2. Katarak juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile : Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999).

f. Diagnosa keperawatan katarak komplikata


a. Ketakutan berhubungan dengan kehilangan pandangan komplit,
jadwal pembedahan atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan
b. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler
(TIO)
c. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.

g. Tujuan dan intervensi keperawatan


1. Ketakutan berhubungan dengan kehilangan pandangan komplit,
jadwal pembedahan atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan
Kriteria hasil :
a. Tingkat ketakutan : keparahan manifestasi rasa
takut,ketegangan,atau kegelisahan berasal dari sumber yang di
ketahui
b. Pengendalian diri terhadap ketakutan : tindakan individu untuk
mengurangi atau menurunkan tidak mampu akibat rasa
takut.ketegangan atau kegelisahan berasal dari sumber yang di
kenali
c. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
d. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan ketakutan
Intervensi

a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


b. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress
c. Memberikan informasi yang actual tentang diagnosis,pengobatan,dan
prognosa
d. Tetap dengan pasien untuk meningkatkan keselamatan dan mengurangi
rasa takut
e. Dorong keluarga untuk tinggal dengan pasien
f. Menyediakan benda yang melambangkan keselamatan/keamanan
g. Mendengarkan dengan perhatian

2. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO)


Kriteria Hasil:
a. Klien terbebas dari cidera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cidera
c. Kllien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
d. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cidera
e. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

Intervensi
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
c. Menghindari lingkungan yang berbahaya
d. Memasang side rall tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Membatasi pengunjung
3. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan penerimaan
sensori/ perubahan status organ indera
Kriteria Hasil:
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap peru bahan,
mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi:
a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
c. Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar- benar sembuh.
d. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering,
dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana
dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
9. Retinoblastoma

a. Pengertian kanker mata (retinoblastoma)


Kanker mata (retinoblastoma) adalah kanker yang terjadi pada daerah
di belakang mata yang peka terhadap cahaya (pada retina). Kanker
mata dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia, namun pada
umumnya penyakit ini menyerang anak-anak yang berumur kurang
dari 5 tahun. Berdasarkan penelitian American Cancer Society,
banyaknya anak-anak yang didiagnosis terserang kanker mata
mencapai 200 ratus orang setiap tahun. Kanker dapat menyerang salah
satu maupun kedua mata dengan cara menyebar ke kantung mata dan
ke otak (melalui saraf penglihatan).

Retinoblastoma adalah penyakit salah satu jenis kanker mata yang


banyak menyerang anak-anak yaitu berupa sel tumor yang tumbuh
pada retina mata. Retina merupakan bagian mata yang berfungsi untuk
menerima bayangan visual yang dikirim ke otak
Retinoblastoma terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Unilateral, dimana kanker hanya menyerang satu mata
2. Bilateral, kanker menyerang kedua mata.
b. Penyebab kanker mata (retinoblastoma)
Penyebab terjadinya kanker mata adalah tidak adanya gen yang
bersifat menurunkan tumor. Pada umumnya, kanker mata diturunkan
berdasarkan gen keturunan
1) Kelainan genetik, yang menyebabkan pertumbuhan sel tidak
terkendali
2) Trauma atau cedera pada mata
3) Neoplasma, yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal
4) Kelainan metabolisme
5) Penyakit Vaskuler, yaitu kelainan pada sistem peredaran darah
6) Inflamasi intraokuler, yaitu peradangan pada lapisan tengah bola
mata, atau dinamakan juga Uveitis
7) Malformasi congenital (cacat lahir), yaitu kelainan bawaan lahir
yang disebabkan oleh faktor genetik dan atau faktor lingkungan
8) Perubahan pada retina atau vitreus
9) Kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan
protektif yang ada dalam pita kromosom
10) Robekan retina, entah itu karena faktor bawaan atau karena
benturan (cedera)
11) Ablasio vitreous posterior

c. Gejala kanker mata (retinoblastoma)


1. Pupil berwarna putih
2. Mata juling (strabismus)
3. Mata nyeri dan merah
4. Gangguan penglihatan
5. Iris pada kedua mata memiliki warna yang berlainan
6. Terjadi kebutaan
d. Tanda-tanda kanker mata
1. Iritasi mata yang ditandai dengan mata perih, merah dan atau
bengkak
2. Peradangan pada mata
3. Bintik putih pada bagian mata warna hitam (pupil mata)
4. Jika sudah parah, bintik putih akan membesar dan memantulkan
cahaya yang masuk ke mata, seperti layaknya mata kucing
5. Iris pada kedua mata memiliki warna yang berbeda
6. Mata juling (strabismus), dimana mata tidak dapat fokus ke arah
yang sama
7. Mata menonjol keluar

e. Lagkah-langkah mendiagnosa retinoblastoma


1. Pemeriksaan mata
2. CT scan pada kepala
3. USG mata
4. Pemeriksaan serebrospinal, yaitu cairan yang ada di otak dan
akord tulang belakang.
5. Pemeriksaan sumsum tulang

f. Pencegahan
sebanyak 10% pasien retinoblastoma memiliki saudara yang menderita
penyakit yang sama. Gen biasanya didapatkan dari orang tua mereka.
Tetapi selain itu, retinoblastoma dapat menyerang begitu saja
meskipun tidak ada riwayat genetik. Anjurannya adalah, jika terdapat
riwayat retinoblastoma dalam keluarga, sebaiknya mengikuti
konsultasi genetik. Konsultasi genetik adalah konsuultasi dengan
dokter ahli mengenai pengaruh kelainan genetik pada keturunan,
termasuk di dalamnya cara mengatasi serta cara mengobatinya. Selain
itu, berikut adalah upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan:
1. Jagalah kebersihan mata setiap saat
2. Melakukan deteksi dini dari gejala-gejala yang muncul. Jika
retinoblastoma ditangani lebih awal, maka mata dapat
dipertahankan serta kemungkinan sembuhnya lebih tinggi
3. Jagalah pola makan anak. Hindarkan anak anda dari makanan-
makanan yang mengandung banyak bahan kimia
4. Hindarkan kontak mata anak dengan segala zat atau bahan yang
beresiko, seperti sabun dan shampoo dengan kandungan yang
berbahaya
5. Hindarkan anak anda dari berbagai macam radiasi yang
berbahaya, seperti radiasi sinar X, radiasi komputer dan
handphone
6. Jagalah kebersihan anak setiap saat. Hal sederhana yang bisa
dilakukan adalah, seperti rajin mencuci tangan, sebelum makan
serta sebelum melakukan aktifitas lainnya. Tangan yang kotor
akan menjadi peluang bagi kuman untuk membuat mata iritasi.
7. Atur pemakaian soft lens. Pemakaian soft lens dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan iritasi pada mata serta
membuat mata sulit bernafas
8. Gunakan kacamata saat berkendara dan saat beraktifitas di luar
ruangan. Debu dan polusi udara akan menyebabkan iritasi
bahkan mengakibatkan kanker mata jika debu tersebut
terakumulasi dalam mata anda.
9. Lakukan pemeriksaan mata ke dokter mata secara teratur.

g. Pengobatan
Pengobatan pada penderita retinoblastoma tergantung pada ukuran
serta lokasi tumor. Tindakan pengobatan untuk retinoblastoma stadium
awal biasanya dengan cara pembedahan yang disertai
kemoterapi/radiasi atau pembedahan tanpa kemoterapi/radiasi.
Tindakan pembedahan yang dilakukan pada penderita kanker mata
stadium lanjut biasanya akan mengangkat mata yang terinfeksi. Untuk
tetap menjaga penampilan si anak, biasanya dokter akan menganjurkan
untuk memasang mata palsu (protesa).

Jika kanker menginfeksi kedua mata, biasanya akan dilakukan


tindakan bedah mikro khusus yang bertujuan untuk mengangkat atau
menghancurkan tumor. Hal ini dilakukan agar kedua mata tidak
diangkat. Jika harus diangkat, maka diusahakan agar tidak diangkat
dua-duanya. salah satu mata akan dilakukan tindakan terapi
penyinaran atau bedah mikro. Jika sudah sembuh, biasanya pasien
akan diminta untuk kontrol setiap 2-4 bulan. Kemoterapi ulang dapat
dilakukan jika ternyata kanker kambuh kembali.
Berikut uraian jenis pengobatan untuk penderita retinoblastoma :
1. Kemoterapi
Pengobatan dengan metode kemoterapi menggunakan bahan kimia
untuk membasmi sel-sel kanker. Hampir sama dengan jenis
kemoterapi lain, kemoterapi untuk retinoblastoma juga dilakukan
dengan cara memberikan pil kemoterapi untuk dikonsumsi oleh
pasien. Selain dikonsumsi langsung, obat tersebut juga dibuat
dalam bentuk lain yang dapat dimasukan melalui pembuluh darah
Kemoterapi akan membantu mengecilkan tumor. Hal ini sebagai
langkah awal pengobatan dimana pada tahap-tahap selanjutnya
penderita akan dibantu dengan terapi radiasi, cryotherapy,
thermotherapy atau terapi laser untuk memberantas sisa-sisa sel
kanker yang masih ada. Dengan kemoterapi, kemungkinan
dilakukannya tindakan pembedahan akan mengecil
2. Terapi Radiasi
Yang digunakan dalam terapi ini adalah sinar X. Sinar-X berguna
untuk merusak sel kanker sehingga petumbuhan sel menjadi
terhambat. Ada dua jenis terapi radiasi yang digunakan yaitu
radiasi internal dan radiasi eksternal.
3. Terapi Pembekuan (Cryotherapy)
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan jarum yang kecil dan
zat yang sangat dingin, seperti nitrogen cair. Cryotherapy dapat
membunuh sel kanker. Cryotherapy dilakukan dalam beberapa
sesi. Saat terapi, zat akan diaplikasikan tepat pada sel kanker atau
pada area dekat sel kanker.

4. Pembedahan
Tindakan pembedahan yang umum dilakukan adalah bedah
reseksi. Jaringan yang tidak normal akan dihancurkan serta
memutuskan saluran darah ke tumor dengan menggunakan
temperatur yang tinggi.

5. Imunoterapi
Teknik pengobatan Imunoterapi merupakan teknik pengobatan
dengan meningkatkan serta pengaturan fungsi daya tahan tubuh.

h. Diagosa keperawatan Retinoblastoma


a. Pra Operasi :
1)   Gangguan sensori-persepsi: penglihatan berhubungan
dengan kekeruhan lensa mata.
2) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan
3) Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi tentang prosedur tindakan pembedahan.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kekeruhan lensa

b. Post Operasi :
1) Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi
enukleasi bulbi prosedur.
2)  Gangguan sensori-persepsi : penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori organ mata dan
lingkungan secara terapetik dibatasi.
3) Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra okular.
4) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure
tindakan invasive insisi jaringan tubuh.
5) Kurang pengetahuan perawatan tentang mata berhubungan
dengan kurang informasi tentang perawatan diri.

i. Tujuan Kriteria Hasil dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan sensori-persepsi: penglihatan berhubungan dengan
kekeruhan lensa mata.
Tujuan/ kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situsi
individu
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
c. Mengidentifikasi memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan

Rencana keperawatan:
a. Gunakan alat bantu sensori seperti, kacamata
b. Tingkatkan stimuli untuk mencapai input sensori yang sesuai
(misalnya, peningkatan interaksi sosial, sediakan radio,
televisi, dan jam dinding dengan angka-angka)
c. Kuranginya jumlah stimulus untuk mencapai input sensori
yang sesuai (misalnya, lampu redup)
d. Orientasikan pada orang, tempat, waktu, dan situasi dalam
setiap interaksi
e. Yakinkan pasien/keluarga bahwa defisit persepsi/sensori
adalah sementara.
f. Identifikasi diri orang yang masuk ke area pasien
g. Jangan memindahkan barang-barang di dalam kamar pasien
tanpa memberitahukan pasien.

2. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan ketajaman


penglihatan
Tujuan/ kriteris evaluasi:
a. Tidak terjadi cedera

Rencana keperawatan:
a. Orientasikan kembali pasien terhadap realitas lingkungan bila dibutuhkan
b. Bantu pasien dengan ambulansi, sesuai dengan kebutuhan
c. Gunakan alarm untuk mengingatkan pemberi perawatan bila pasien
bangun dari tempat tidur atau meninggalkan ruangan.
d. Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah dujangkau
pasien
e. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan gerakan
f. Jauhi bahaya lingkungan, berikan pencahayaan yang adekuat
g. Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan fisik
h. Gunakan alas kaki yang sesuai, yang tidak tinggi dan tali terikat dengan
aman.
i. Naikkan penghalang tempat tidur   

3. Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi tentang


prosedur tindakan pembedahan.
Tujuan/kriteria evaluasi:
a. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
b. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya
berkurang
Rencana Keperawatan:
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan
nonverbal.
b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan
takutnya.
c. Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
d. Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan
akibatnya.
e. Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur
tindakan.
f. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas,
dan peralatan yang akan digunakan.
g. Kolaborasi : dengan dokter mata tentang penggantian lensa

4. Gangguan citra tubuh


Tujuan/ kriteria evaluasi:
a. Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
diri negatif.
b. Persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri

Rencana keperawatan:
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
b. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup
c. Diskusikan efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat
d. Anjurkan pasien memakai pakaian yang berwarna merah terang,
biru/hitam
10. Konjungtivitis

a. Pengertian konjungtivitis
Mata pink atau pink eye, dalam bahasa medis disebut konjungtivitis
adalah kemerahan dan pembengkakan pada selaput kelopak mata dan
permukaan mata. Lapisan ini disebut konjungtiva, dan radang
konjungtiva ini disebut konjungtivitis. Lapisan mata biasanya jernih
dan tidak berwarna.

Konjungtivitis sering terjadi dan menyebar dengan mudah, terutama


di kalangan anak-anak, di sekolah, apalagi lingkungan berasrama
Karena mata yang sakit sering menularkan dari mata ke tangan
(karena dikucek), cuci tangan penting untuk dilakukan. Berbagi kain
lap, handuk, atau benda lainnya dengan orang yang memiliki mata
sakit dapat menyebarkan infeksi

b. Penyebab konjungtivitis
Mata pink paling sering disebabkan oleh virus, namun kasus lain dari
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur meskipun
kurang sering terjadi. Udara kering, alergi, asap, dan bahan kimia juga
dapat menyebabkan penyakit mata ini
c. Gejala konjungtivitis
Gejala penyakit mata yang menular meliputi:
1. Mata kemerahan
2. Gatal pada mata
3. Rasa terbakar di mata
4. Air mata lebih banyak dari biasanya. Mata dapat “nyerocos”
dengan cairan bening atau cairan berwarna keputihan yang jelas
atau sedikit kental.
5. Bulu mata saling menempel
6. Sensitivitas ringan terhadap cahaya (photophobia) sehingga mata
mudah merasa silau
7. Pandangan tidak kabur, jika pandangan mulai kabur ada
kemungkinan peradangan telah mencapai lapisan mata yang lebih
dalam yaitu kornea

Anda mungkin memiliki gejala pada satu mata, kedua mata, atau
gejala dapat menyebar dari satu mata ke mata lainnya. Ketika mata
yang menular disebabkan oleh virus, gejala biasanya dimulai dari satu
mata kemudian dapat menyebar ke mata lainnya.

Jika Anda berpikir Anda memiliki mata yang menular, hubungi


dokter untuk mengetahui cara terbaik untuk mengobatinya. Dan
apabila Anda mengenakan lensa kontak, pastikan untuk segera
dilepaskan. Risiko tertentu dapat meningkatkan keseriusan gejala
karena pemakaian lensa kontak seperti peradangan yang semakin
dalam karena perlukaan permukaan lapisan mata kornea (lebih dalam
dari konjungtiva)
d. Patofisologi dan patogenesis
e. Pengobatan Konjungtivitis Virus

Tidak ada obat khusus untuk mengatasi keadaan ini. Penyakit ini
sering dimulai dari satu mata dan menyebar ke mata yang lain dalam
beberapa hari. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya secara
berangsur-angsur. Pemberian obat anti virus mungkin diberikan oleh
dokter bila ternyata diketahui penyakit ini disebabkan oleh Herpes
zoster virus.

f. Pengobatan Konjungtivitis Bakteri

Bila penyakit ini disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan


memberikan pengobatan tetes mata yang mengandung antibiotika.
Infeksi akan sembuh dalam beberapa hari. Salep mata antibiotika
biasanya diberikan untuk penderita anak-anak. Pemberian Salep mata
lebih mudah diberikan kepada anak-anak dari pada pemberian tetes
mata. Meskipun demikian, pemberian salep mata akan membuat
penglihatan kabur selama 20 menit setelah diberikan

g. Pengobatan Konjungtivitis Zat Kimia

Keadaan ini diatasi dengan  pencucian pada larutan larutan ringer


laktat atau cairan Garam fisiologis (NaCl 0,8%). Luka karena zat
kimia, terutama akibat bahan Alkali, merupakan keadaan gawat darurat
karena dapat menimbulkan kecacatan mata dan kerusakan di dalam
bola mata. Penderita dengan konjungtivitis zat kimia ini tidak boleh
menyentuh mata yang sakit karena dikhawatirkan dapat menyebar ke
mata yang lainnya.

h. Pengobatan Konjungtivitis Alergi

keadaan ini, dapat diberikan bermacam obat untuk mengatasi keadaan


alergi penderita, termasuk pemberian obat seperti tablet Anti Histamin,
obat untuk mengatasi kedaan peradangan seperti Decongestan, obat
steroid dan tetes mata yang mengandung anti peradangan. Penyakit
dapat diredakan dengan menghindari penyebab keadaan alergi, bila
memungkinkan dan diketahui penyebabnya.

Untuk mengurangi gejala konjungtivitis, ada beberapa hal yang dapat


dilakukan di rumah, seperti:

1. Berikan kompres kepada mata dengan menggunakan kain bersih


yang telah dibasahi dengan air bersih. Bila terdapat mata merah
pada satu mata, jangan pergunakan kain itu untuk mengompres
mata yang lainnya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi
resiko penyebaran mata merah.

2. Cobalah obat tetes mata. Obat tetes mata yang dijual di toko
farmasi (yang disebut tetes mata buatan) dapat mengurangi gejala
mata merah. Beberapa tetes mata mengandung Anti histamin atau
zat lain yang dapat membantu keadaan konjungtivitis akibat
alergi.

3. Hentikan penggunaan lensa kontak. Bila menggunakan lensa


kontak, maka berhentilah dahulu memakainya sebelum mata
terasa nyaman kembali. Waktu yang diperlukan untuk melepas
lensa konak ini tergantung dari penyebab konjungtivitis yang
diderita.

Untuk menghindari penyebaran konjungtivitis, perlu dilakukan tindakan


seperti:

1. Jangan menyentuh mata dengan tangan;


2. Cuci tangan seserring mungkin;
3. Gunakan handuk dan kain pembersih muka yang bersih setiap hari;
4. Jangan meminjamkan handuk atau kain pembersih muka;
5. Gantilah sarung bantal lebih sering;
6. Jangan menggunakan kosmetik untuk mata, misalnya mascara;
7. Jangan meminjamkan kosmetik untuk mata atau peralatan mata pribadi
kepada orang lain.

Pencegahan konjungtivitis pada bayi baru lahir juga perlu dilakukan. Mata
bayi yang baru lahir sangat peka terhadap bakteri yang secara normal berada
di dalam jalan lahir Ibu. Bakteri ini tidak menyebabkan gangguan kepada Ibu.
Pada keadaan yang jarang terjadi, bakteri ini dapat menyebabkan
konjungtivitis yang disebut sebagai Ophthalmia neonatorum, yang
membutuhkan pengobatan dengan segera. Oleh karena itu, segera setelah
dilahirkan, mata bayi diberikan salep mata Antibiotika untuk mencegah
infeksi mata.

11. Diagnose keperawatan Konjungtivitis


1) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva, ditandai dengan :
a. Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan
b. Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang atau terkontrol.

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.


b. Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas
dalam dan teratur.
c. Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
d. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya, ditandai dengan :
a. Klien mengatakan tentang kecemasannya
b. Klien terlihat cemas dan gelisah

Kriteria hasil :
Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang

Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
b. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
c. Beri dukungan moril berupa doa untuk klien.

3) Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses  peradangan


Kriteria hasil:
Penyebaran infeksi tidak terjadi

Intervensi:
a. Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (lakukan irigasi)
b. Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur
c. Pertahankan tindakan septik dan aseptic

4) Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya perubahan pada


kelopak mata (bengkak/edema)
Intervensi :
a. Kaji tingkat penerimaan klien.
b. Ajak klien mendiskusikan keadaan.
c. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
d. Jelaskan perubahan yang terjadi.
e. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
5) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
Kriteria hasil : Cedera tidak terjadi
Intervensi :
a. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membungkuk.
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang
dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
c. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat
menimbulkan kecelakaan.
d. Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas
12. Glaucoma

1. Pengertian glaucoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan
pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan
aliran darah sehingga saraf mata akan mati

Penyebab utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di


atas 20mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes
mellitus. Walaupun jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak
stabil, migrain, penyempitan pembuluh darah dan lain-lain.[Tekanan
bola mata di atas normal yang terus menerus akan merusak saraf
penglihatan, tetapi seringkali tidak disadari oleh pasien, karena
kerusakannya sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu pemeriksaan
mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas. Tekanan bola mata yang di
atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk
menurunkan tekanan bola mata menjadi normal

2. Factor resiko
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah
jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat
glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan
mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun.
Faktor risiko:
a. Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih beresiko
dibandingkan orang tua dan anaknya
b. Tekanan bola mata tinggi
c. Miopia (rabun jauh)
d. Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama
e. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
f. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
g. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya menggunakan steroid
(cortisone) dalam jangka waktu lama Lebih dari 45 tahun

3. Jenis-jenis glaucoma
a. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer (Primary Open-Angle
Glaucoma)
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum
dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi
bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan
berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari
saraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. :Pemeriksaan
mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan
seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah
kerusakan lebih lanjut

b. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut (Acute Angle-Closure Glaucoma)


Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena
keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,
pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.
Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat


mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda
merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata
Anda.

c. Glaukoma Sekunder (Secondary Glaukoma)


Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,
diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes
mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan
tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur
bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

d. Glaukoma Kongenital (Congenital Glaukoma)


Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera
setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan
cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan
bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi,
bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya

4. Gejala glaucoma
Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain: bila memandang lampu
neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon
tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak,
penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal, rasa
ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan. Hal
inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia
sudah menderita penyakit mata yang kronis. Penyakit mata glaukoma ini
dapat diderita kedua mata dari si penderita dan menurunkan tekanan bola
mata adalah suatu keharusan, sedangkan operasi diperlukan, jika
pengobatan tidak berhasil.

Seringkali Glaukoma tanpa gejala apapun (tanpa sakit), sehingga dijuluki si


“pencuri penglihatan” oleh karena kerusakan yang terjadi perlahan dan
umumnya tidak disadari oleh penderitanya, kerusakan saraf penglihatan
yang sudah terjadi tidak dapat dikembalikan menjadi normal. Oleh karena
itu screening perlu dilakukan berkala, walaupun tidak ada gejala apapun.
Pada beberapa orang dapat terjadi Glaukoma, walaupun tekanan bola
matanya rendah, sedangkan sebaliknya pada beberapa orang dengan
tekanan bola mata tinggi tidak merasakan sakit apapun yang bisa saja
penglihatannya tetap masih normal ataupun sudah ada Glaukomanya.
Kerusakan saraf mata yang masih sedikit ataupun berkurangnya Luas
Lapang Pandang yang masih sedikit tak dapat dideteksi dengan mata
telanjang bahkan oleh Dokter Mata sekalipun dan perlu dilakukan
Humprey Test untuk memastikan ada atau mulai berkurangnya Luas
Lapang Pandang

5. Penyebab glaucoma
Penyebab utama glaukoma yaitu kerusakan saraf mata. Pada kebanyakan
kasus saraf mata rusak akibat tingginya tekanan bola mata. Tekanan bola
mata yang meningkat dapat disebabkan menumpuknya cairan yang
terdapat di dalam mata. Normalnya, cairan mengalir melalui dasar mata
yang disebut dengan trabecular meshwork. Cairan yang menumpuk
disebabkan karena produksi yang berlebihan atau jika cairan tidak dapat
dialirkan keluar dengan lancar.
Penyebab glaukoma tergantung dari jenisnya. Berikut ini adalah beberapa
penyebab berdasarkan jenisnya:
a. Glaukoma sudut terbuka: Merupakan glaukoma yang paling sering
terjadi. Pada jenis ini, sudut drainase yang dibentuk oleh kornea dan iris
dalam keadaan terbuka. Penyebab glaukoma tipe ini adalah
penyumbatan parsial di trabecular meshwork. Hal ini menyebabkan
penumpukan cairan dan meningkatkan tekanan bola mata. Biasanya
glaukoma ini terjadi secara perlahan
b. Glaukoma sudut tertutup: Pada glaukoma jenis ini, penyumbatan terjadi
akibat sudut drainase yang tertutup atau iris menonjol dan menyumbat
drainase cairan. Biasanya glaukoma jenis ini terjadi perlahan namun
dapat terjadi mendadak pula
c. Glaukoma tekanan normal: penyebabnya bukan tekanan bola mata.
Kerusakan saraf mata biasanya disebabkan aliran darah yang buruk atau
hipersensitivitas. Penyebab pastinya belum diketahui. Aliran darah
yang buruk dapat diakibatkan adanya penumpukan deposit lemak, yang
disebut juga aterosklerosis
d. Glaukoma sekunder: glaukoma jenis ini disebabkan karena kondisi
kesehatan lain atau akibat obat-obatan. Kondisi tersebut dapat berupa
diabetes yang tidak terkontrol atau tekanan darah tinggi. Beberapa obat
yang dapat menyebabkan glaukoma yaitu obat golongan kortikosteroid
e. Glaukoma kongenital: glaukoma ini disebabkan adanya kelainan pada
saat bayi baru lahir. Defek tersebut dapat mengganggu drainase dan
membuat saraf mata lebih sensitive
f. Pigmentary glaucoma: glaukoma ini terjadi saat granula pigmen dari
iris menumpuk dan menyumbat drainase pada trabecular meshwork
6. Patofisiologi
7. Pengobatan
a. tetes mata: obat tersebut misalnya prostaglandin (latanoprost, bimatoprost),
beta blocker (timolol, betaxolol), alpha adrenergic agonists (apraclonidine,
brimonidine), carbonic anhydrase inhibitors (dorzolamide, brinzolamide) dan
agen miotik (pilocarpine). Obat – obat ini terutama bekerja menurunkan
tekanan bola mata
b. Obat-obatan oral: dokter Anda dapat memberikan obat oral yang diberikan
secara bersamaan dengan obat tetes mata yang bekerja menurunkan tekanan
bola mata. Obat tersebut yaitu asetazolamid, sebuah penghambat carbonic
anhydrase
c. Laser trabeculoplasty Merupakan prosedur untuk memudahkan drainase
cairan. Terapi ini dilakukan di klinik mata atau klinik dokter dengan cahaya
yang baik. Laser akan menargetkan trabecular meshwork dan membantu
membuka drainase
d. Trabekulektomi: terapi pembedahan ini biasanya dianjurkan saat semua
terapi lain gagal. Selama pembedahan dokter akan membuat bukaan baru
untuk meningkatkan drainase cairan. Biasanya prosedur ini dilakukan di
ruang operasi di rumah sakit. Biasanya pembedahan dilakukan pada satu
mata pada 1 operasi. Untuk pembedahan mata yang lain, membutuhkan
waktu jeda selama 4-6 minggu
e. Abrasi kornea

1. Pengertian
Abrasi kornea merupakan sebuah kondisi adanya goresan pada mata terutama
bagian kornea yang terjadinya bisa dalam sekejap. Bahkan ketika adanya pasir
atau kotoran di dalam mata yang Anda sodok karena terjebak di sana mampu
menyebabkan mata sakit dan akan mengakibatkan sensasi terbakar atau
menyengat ketika terkena cahaya.

Kornea sendiri adalah caran yang menjadi pelapis bola mata dan terlihat
transparan, bekerja sama dengan retina dan vitreous dalam memfokuskan cahaya
dari gambar yang masuk ke retina di dalam bola mata. Serangga kecil, butiran
pasir atau debu bisa saja masuk ke dalam mata lalu akhirnya malah menempel di
sana sehingga kerusakan kornea permanen dapat berkemungkinan terjadi bila tak
segera dirawat dengan tepat.

2. Penyebab
Karena kondisi abrasi kornea ini adalah suatu goresan pada kornea mata, maka
tentunya ada beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab timbulnya goresan
pada mata. Berikut ini adalah sejumlah faktor penyebab yang perlu untuk kita
ketahui dan waspadai bersama:
a) Penggunaan lensa kontak secara berlebihan.
b) Operasi mata tanpa adanya perlindungan yang tepat.
c) Memiliki jenis infeksi mata tertentu.
d) Menggunakan lensa kontak yang kurang sesuai.
e) Menggunakan lensa kontak yang kotor.
f) Mengucek mata terlalu kasar dan keras.
g) Mata terkena bahan kimia tertentu.
h) Benda asing, debu, serbuk, pasir atau kotoran masuk ke dalam mata.
i) Mata terkena kuku, kuas riasan wajah, atau pena.
j) Terlibat dalam aktivitas fisik tanpa perlindungan atau pengaman untuk mata.
k) Tinggal di wilayah yang berpasir.
l) Bekerja di lingkungan pabrik atau toko kayu.

Penyebab-penyebab tersebut adalah yang paling umum menjadi pemicu dibalik


goresan yang terjadi dan kita sebut dengan abrasi kornea dan hal tersebut bisa
terjadi secara tiba-tiba tanpa kita duga. Abrasi kornea lebih seirng terjadi justru
sewaktu kita melakukan kegiatan normal seperti olahraga, memperbaiki barang
tertentu, berkendara, atau menyenggol bagian kornea secara tak sengaja

Pada dasarnya, kondisi abrasi kornea dilihat dari penyebabnya merupakan kondisi
yang sangat umum terjadi di mana penyakit ini bisa dibatasi dengan cara
menurunkan faktor risikonya, jadi tentunya harus lebih dulu tahu apa saja
gejalanya dan segera membawa ke dokter untuk penanganan lebih cepat dan tepat.

e. Gejala

Pada rata-rata kasus abrasi kornea, apabila benda asing masuk ke dalam
kornea, maka ada sejumlah kondisi umum yang bakal dikeluhkan oleh
penderita. Di bawah ini merupakan hal-hal yang akan dirasakan oleh penderita
saat mata mengalami abrasi kornea yang disebabkan oleh benda asing

a) Mata iritasi
b) Mata pedih
c) Mata berair
d) Mata sakit
e) Mata memerah
f) Penglihatan terganggu
g) Otot di area mata bergerak terus-menerus
f. Patofisologi
g. Pengobatan
Setelah gejala diketahui, maka penderita gejala wajib untuk segera memeriksakan
ke dokter agar cepat ditangani. Sebelum dokter bisa memberikan penanganan
yang paling tepat, dokter spesialis mata yang kemungkinan besar akan
menganalisa luka pada kornea dengan cara menerapkan obat tetes mata lebih
dulu.

Obat tetes mata tersebut diketahui mengandung pigmen biologis untuk mata kecil
di mana hal ini adalah suatu cara yang memudahkan proses analisa agar lebih
akurat juga hasilnya. Baru setelah proses analisa atau diagnosa selesai, dokter
baru bisa menentukan apa saja perawatan yang paling baik dan sesuai

Obat tetes mata antibiotik – Obat jenis antibiotik ini biasanya diberikan untuk
melindungi bagian mata dari infeksi. Obat ini jugalah yang diyakini mampu
secara efektif mengurangi kemerahan dan luka pada mata

Penutup mata – Penggunaan penutup mata dapat disarankan pula oleh dokter
dan hal ini dianjurkan biasanya bertujuan supaya mata tidak terganggu.

Perawatan Alami ada sejumlah kiat yang juga perlu dilakukan sebagai langkah
perawatan dan pemulihan mata yang terserang abrasi kornea dan berikut di bawah
ini adalah sejumlah langkah yang bisa Anda lakukan :
a) Kompres Dingin – Apabila kornea yang terkena goresan menyebabkan rasa
sakit berlebihan, kompres dingin bisa menjadi penyelamat. Beberapa ahli
mata pun memberikan anjuran akan penggunaan solusi pembersih mata
khusus, namun diskusikan lebih dulu dengan dokter ahli mata bila tak begitu
mengerti dan coba gunakan kompres dingin saja.

b) Tidak Menggunakan Riasan Mata – Sama seperti saat terkena mata bintitan,
selama mata terkena abrasi kornea, ada baiknya untuk tak menggunakan
riasan mata. Zat kimia dari produk riasan mata dapat masuk ke dalam mata
dan berisiko memperburuk luka dan rasa sakitnya dan bahkan perlu
diwaspadai pula bahwa produk-produk make up juga biasanya di dalamnya
terkandung alergen.
c) Mengistirahatkan Mata – Karena kornea sedang terluka, maka
mengistirahatkan mata adalah solusi yang paling baik. Pastikan untuk sama
sekali tidak melakukan hal-hal yang memberikan tekanan bagi mata, seperti
menonton TV terlalu lama, menggunakan komputer, membaca buku,
mengemudi, dan lain sebagainya.
d) Menggunakan Kacamata Hitam – Apabila aktivitas Anda terlalu sering atau
mengharuskan untuk berada di luar ruangan, pastikan untuk mengenakan
kacamata hitam supaya tidak terpapar cahaya matahari terlalu lama. Sinar
matahari yang terlalu terang bisa jadi malah mengiritasi mata dan
memperburuk kondisinya.
e) Tidak Mengucek Mata – Ada kemungkinan kita akan terasa tergoda untuk
mengucek mata, namun hal ini harus dihindari atau bila tidak akan justru
memperparah kondisi kornea. Ketahui ada beberapa bahaya mengucek mata
dengan tangan agar Anda bisa lebih waspada.
f) Tidak Mengenakan Lensa Kontak – Abrasi kornea bisa menjadi lebih parah
ketika Anda tetap mengenakan lensa kontak; ingat akan bahaya lensa
kontak untuk mata ketika tak digunakan dengan tepat, jadi sementara waktu
hindarilah penggunaannya sampai mata benar-benar sembuh. Setelah
benar-benar dinyatakan sembuh, barulah Anda bisa menggunakan lensa
kontak lagi.
h. Diagnose keperawatan glaucoma

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler


2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan

Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan:
Nyeri terkontrol / tulang
Kriteria hasil
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan
nyeri

Intervensi :
a. Observasi derajat nyeri mata
b. Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang
c. Stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO
d. Ajarkan pasien teknik distraksi
e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan


perifer
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal

Kriteria hasil :
a.Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih
lanjut

Intervensi :
a. Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /
kemungkinan kehilangan penglihatan
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis.
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik
sistemik.
3. Resiko cedera berhubungan dengan kebutaan
Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal
Kriteria hasil : Tidak terjadi cedera

Intervensi :
a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah
penggunaan tetes mata dan salep mata.
Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan

RETINOBLASTOMA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian tgl. : 05 Februari 2018 Jam : 10.30 WIB


MRS tanggal : 05 Februari 2018 No. RM : 00436515
Diagnosa Masuk :-
Ruangan/kelas : Ruang Mawar

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. X Penanggung jawab biaya
Usia : 25 bulan Nama :-
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat :-
Suku/Bangsa : - Hub. Keluarga :-
Agama : Islam Telepon :-
Pendidikan :-
Status perkawinan : -
Pekerjaan :-
Alamat :-

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama
Mata kanan merah dan sering digosok-gosok, ada bercak putih dan mata agak
menonjol setelah terjatuh tengkurap dari tempat tidur sejak 1 minggu yang lalu,
sudah sebulan sulit untuk diberi makan, badan terlihat kurus, dan mata kanan
seperti mata kucing saat malam hari.

2. Keluhan Penyakit Sekarang


Mata kanan merah, ada bercak kecil putih dan mata agak menonjol sejak
terjatuh tengkurap dari tempat tidur satu minggu lalu.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat penyakit kronik dan menular
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik dan menular
2. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular, kronik ataupun alergi

E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Normal
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 99/65 mmHg
Pernapasan : 35x/menit
Nadi : 110 x/ menit
Suhu : 36 C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
1) Inspeksi
Rambut bersih, tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, ujung
rambut tidak bercabang dan tidak kusam, tidak ada lesi.
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan

b. Mata
1) Inspeksi
a) Pengamatan bola mata
 Strabismus (mata juling)
 Mata kanan terlihat merah
 Adanya bercak putih pada mata
 Mata kanan sedikit eksoftalmus
 Kornea mata tidak jernih
 Adanya glaucoma
b) Palpebra
 Palpebra hiperemis
c) Konjungtiva dan Sklera
 Kojungtiva injeksi
 Adanya konjungtivitis
 Abrasi kornea
 Pupil terlihat leukokoria
 Adanya hipopion
 Pupil mata anisocoria
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada bola mata

c. Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, tidak ada secret, tidak ada
pembesaran chonchanasalis, tidak ada poli
Palpasi: Tidak ada sinus

d. Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir kering, warna pucat, warna lidah pucat

e. Telinga
Inspeksi : daun telinga bagian belakang bersih, tidak ada secret yang
mengeras, tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam.

f. Leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, tidak ada bendungan vena
jugolaris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

g. Sistem respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak
ada retraksi otot-otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal
(22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris

A. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
.
1. DS: Otak Gangguan persepsi
Keluarga mengatakan menginterprestasikan sensori: penglihatan
mata merah, mata agak sebagai bayangan
menonjol berkabut sehingga
pandangan menjadi
DO: berdasarakan kabur
pemeriksaan fisik
perawat didapatkan
strabismus, leukokoria
2. DS: Akibat proses  Gangguan rasa nyaman
Keluarga mengatakan penyakit nyeri
anak rewel, menggosok- (kompresi/dekstruksi
gosok mata, mata agak jaringan saraf, inflamasi)
menonjol

DO: berdasarakan
pemeriksaan fisik
perawat didapatkan
Konjungtivitis, hipopion
3. DS: keluarga Ketidaktahuan klien Gangguan rasa aman
mengatakan mata kanan tentang keadaan/prosedur cemas
merah, ada bercak putih yang akan dilakukan
pada mata, terlihat mata
kucing pada malam hari

6. DS: keluarga Peningkatan tekanan Resiko tinggi cedera


mengatakan ada bercak intra okuler (TIO)
kecil putih pada mata

DO: berdasarakan
pemeriksaan fisik
perawat didapatkan
glaucoma, strabismus,
leukokoria, abrasi
kornea, hipopion
7. DS: keluarga gejala Kurangnya  informasi Kurangnya pengetahuan
mata merah, mata mengenai penyakit
menonjol pada anak anaknya
sudah terjadi selama satu
minggu, mata anaknya
terihat seperti mata
kucing pada malam hari
sejak 1 bulan lalu

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf) ditandai dengan anak rewel.
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan otak
menginterprestasikan sebagai bayangan berkabut sehingga pandangan menjadi
kabur ditandai dengan strabismus, leukokoria
3. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang
keadaan/prosedur yang akan dilakukan dengan mata kanan merah, ada bercak
putih pada mata, terlihat mata kucing pada malam hari.
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
ditandai dengan ada bercak kecil putih pada mata, glaucoma, strabismus,
leukokoria, hipopion.
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
infomasi mengenai penyakit anaknya ditandai dengan gejala mata merah, mata
menonjol pada anak sudah terjadi selama satu minggu, mata anaknya terihat
seperti mata kucing pada malam hari sejak 1 bulan lalu.
B. Format Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan persepsi NOC NIC
sensori: penglihatan Tujuan : Pencapaian Komunikasi: Defisit
berhubungan dengan Meningkatkan ketajaman Penglihatan
otak penglihatan dalam batas situasi
menginterprestasika individu, mengenal gangguan 1. Kaji reaksi pasien terhadap
n sebagai bayangan sensori dan berkompensasi penurunan penglihatan
berkabut sehingga terhadap perubahan. 2. Ajak pasien ntuk menentukan
pandangan menjadi tujuan dan belajar melihat
kabur ditandai Kriteria Hasil : dengan cara yang lain
strabismus, a. Mengenal gangguan sensori 3. Deskripsikan lingkungan
leukokoria. dan berkompensasi terhadap disekitar pasien
perubahan. 4. Jangan memindahkan sesuatu di
b. Mengidentifikasi/memperbaiki ruangan pasien tanpa memberi
potensial bahaya dalam informasi pada pasien
lingkungan. 5. Bacakan surat atau koran atau
info lainnya
6. Sediakan huruf braile
7. Informasikan letak benda-benda
yang sering diperlukan pasien

Manajemen Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien
2. Pindahkan benda-benda
berbahaya dari lingkungan pasien
3. Pasang side rail
4. Sediakan tempat tidur yang
rendah
5. Tempatkan benda +benda pada
tempat yang dapat dijangkau
pasien

2. Gangguan rasa NOC NIC


nyaman nyeri Tujuan : Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan dengan 1. Ansiety kecemasan)
proses penyakit 2. Fear level
(kompresi/dekstruksi 3. Sleep Deprivation 1. Gunakan pendekatan yang
jaringan saraf) 4. Comfort, Readines for menenangkan
ditandai dengan anak Enchanced 2. Nyatakan dengan jelas harapan
rewel. terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : 3. Jelaskan semua prosedur dan
1. Mampu mengontrol apa yang dirasakan selama
kecemasan prosedur
2. Status lingkungan yang 4. Pahami prespektif pasien
nyaman terhadap situasi stres
3. Mengontrol nyeri 5. Temani pasien untuk
4. Kualitas tidur dan istirahat memberikan keamanan dan
adekuat mengurangi takut
5. Agresi pengendalian diri 6. Dorong keluarga untuk
6. Respon terhadap pengobatan menemani anak
7. Control gejala 7. Lakukan back/neck rub
8. Status kenyamanan meningkat 8. Dengarkan dengan penuh
9. Dapat mengontrol ketakutan perhatian
10. Support social 9. Identifikasi tingkat kecemasan
11. Keinginan untuk hidup 10. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
Environment Management
Confort
Pain Management
3. Gangguan rasa aman NOC NIC :
cemas berhubungan Tujuan :  Environment Management
dengan Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
kemungkinan
kehilangan Kriteria Hasil : 1. Sediakan lingkungan yang aman
penglihatan ditandai 1. Klien terbebas dari cedera untuk pasien
dengan mata kanan 2. Klien mampu menjelaskan 2. Identifikasi kebutuhan
merah, ada bercak cara/metode untuk mencegah keamanan pasien, sesuai dengan
putih pada mata, injury/cedera kondisi fisik dan fungsi kognitif 
terlihat mata kucing 3. Klien mampu menjelaskan pasien dan riwayat penyakit
pada malam hari. factor resiko dari terdahulu pasien
lingkungan/perilaku personal 3. Menghindarkan lingkungan
4. Mampu memodifikasi gaya yang berbahaya (misalnya
hidup untuk mencegah injury memindahkan perabotan)
5. Menggunakan fasilitas 4. Memasang side rail tempat tidur
kesehatan yang ada 5. Menyediakan tempat tidur yang
6. Mampu mengenali perubahan nyaman dan bersih
status kesehatan 6. Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang
cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
4. Resiko tinggi cedera NOC NIC :
berhubungan dengan Tujuan : Environment Management
peningkatan tekanan Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
intra okuler (TIO) 1. Sediakan lingkungan yang aman
ditandai dengan ada Kriteria Hasil : untuk pasien
bercak kecil putih 1. Klien terbebas dari cedera 2. Identifikasi kebutuhan
pada mata, 2. Klien mampu menjelaskan keama\nan pasien, sesuai dengan
glaucoma, cara/metode untukmencegah kondisi fisik dan fungsi kognitif 
strabismus, injury/cedera pasien dan riwayat penyakit
leukokoria, hipopion 3. Klien mampu menjelaskan terdahulu pasien
factor resiko dari 3. Menghindarkan lingkungan yang
lingkungan/perilaku personal berbahaya (misalnya
4. Mampumemodifikasi gaya memindahkan perabotan)
hidup untukmencegah injury 4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menggunakan fasilitas 5. Menyediakan tempat tidur yang
kesehatan yang ada nyaman dan bersih
6. Mampu mengenali perubahan 6. Menempatkan saklar lampu
status kesehatan ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang
cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

5. Kurangnya NOC NIC :


pengetahuan Tujuan : Teaching : Disease Process
berhubungan dengan Kowlwdge: disease process 1. Berikan penilaian tentang
kurangnya infomasi Kowledge: health behavior tingkat pengetahuan pasien
mengenai penyakit tentang proses penyakit yang
anaknya ditandai Kriteria Hasil: spesifik
dengan gejala mata 1. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
merah, mata menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal ini
menonjol pada anak tentang penyakit, kondisi, berhubungan dengan anatomi
sudah terjadi selama prognosis dan program dan fisiologi, dengan cara yang
satu minggu, mata pengobatan tepat.
anaknya terihat 2. Pasien dan keluarga mampu 3. Gambarkan tanda dan gejala
seperti mata kucing melaksanakan prosedur yang yang biasa muncul pada
pada malam hari dijelaskan secara benar penyakit, dengan cara yang
sejak 1 bulan lalu. 3. Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang 4. Gambarkan proses penyakit,
dijelaskan perawat/tim dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mata adalah indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang membantu kita
dalam menyelesaikan segala aktivitas sehari-hari, maka dari itu menjaga kesehatan mata
kita sangatlah penting dan merupakan wujud syukur pada apa yang dimiliki oleh kita.
Tidak hanya itu dengan menjaga mata kita maka mata akan berfungsi dengan baik,
sehingga tidak mengganggu aktivitas kita.

3.2 Saran
Perawat harus mampu memahami tindakan yang tepat pada pasien dengan gangguan
sistem imunitas seperti pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Sangat diharapkan agar terhindar dari alergi dengan menghindari penyebab alergi
misalnya debu, dan makanan yang menyebabkan alergi.
Daftar Pustaka

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2005. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. EGC. Jakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) .
Edisi 8. Volume 3. EGC. Jakarta
Potter & perry (2000). Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC\Istiqomah, Indriana N. (2004). Klien dengan Gangguan Penglihatanedisi 3.Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai