PENDAHULUAN
2.1 Skenario
Anak x seorang balita berusia 25 bulan, dibawa keluarga ke rumah sakit “AMM’’.
Keluarga megatakan mata kanannya merah, anak x sering mengosok-gosok matanya, ada
bercak kecil putih dan mata agak menonjol sejak terjatuh tengkurap dari tempat tidur satu
minggu yang lalu. Sebelum ke rumah sakit keluarga hanya membawa anak ke tukang
pijat bayi karena anak sering rewel akibat jatuh tersebut. Keluarga juga menjelaskan
kepada perawat bahwa sebelum terjatuh anak x sudah sebulan sulit utuk diberi makan,
badannya terlihat kurus dari yang biasanya dan mata kanan anak x terlihat seperti mata
kucing dimalam hari. Setelah anamnesa perawat z melakukan pemeriksaan fisik mata
menggunakan penlight terhadap anak x dan dari hasil pencatatan perawat z bahwa anak x
mengalami strabismus, glaucoma, kongjungtivitis, palpebra agak hiperemis, kornea
tampak jernih, didapatkan kongjungtiva injeksi.
Selanjutnya dokter datang membantu dengan meggunakan loupe dan terlihat mata kanan
sedikit protosis atau eksoftalmus, abrasi kornea, anisocoria dan hypopion. Pada kamera
okuli anterior mata kanan dokter juga menemukan adanya darah setinggi tiga millimeter,
pupil terlihat leukokorioa. Pada pemeriksaan funduskopi dengan direct ophthalmoscope
dokter menemukan adanya massa berwarna putih kekuningan di intra okuler kaan. Pada
mata kiri tidak ditemukan papil edema. Dokter menyampaikan pada keluarga bahwa anak
x harus dirawat segera karena penyakit matanya tergolong serius. Penyakit mata anak x
selain mengancam penglihatannya juga dapat mengancam jiwanya. Sebelum ada
diagnosa medis dari dokter untuk sementara perawat z menduga bahwa peyakit anak x
adalah gejala penyakit retinoblastoma. Bagaimana anda menjelaskan tentang peyakit dan
asuhan keperawatan terhadap penyakit yang dialami oleh anak x ?
2.2 Step 1
2.2.1 Mencari Istilah yang Kurang Dimengerti
1. Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh adanya
penambahan tekanan dalam mata yang lama kelamaan dapat menghilangkan
daya penglihatan pada mata
2. Strabismus (mata juling) adalah salah satu masalah penglihatan dimana kedua
bola mata tidak dapat melihat pada satu titik yang sama dengan focus yang tepat
3. Anisocoria adalah ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata
4. Hypopion adalah akumulasi sel darah putih atau nanah diruang anterior mata
5. Retinoblastoma (kanker mata) adalah penyakit yang terjadi akibat sel- sel
jaringan mata tumbuh tanpa terkendali dan pertumbuhannya dapat menyebar ke
daerah lain
6. Leukokorioa (pupil putih) adalah setiap keadaan yang ditanai denga adanya
reflex atau masa keputihan pada daerah pupil dibelakang lensa
7. Palpebra (kelopak mata) adalah alat penutup mata yag berguna untuk melindungi
bola mata terhadap trauma,trauma sinor dan pengeringan bola mata
8. Abrasi kornea adalah lapisan jernih yang berbentuk cairan tembus pandang
diluar bola mata yangbekerja untuk melindungi,menempatkan ruag aatar lensa
mata dan retina mengubah sinar terang yang menjadi sinyal saraf di mata
9. Konjungtivitis adalah suatu peradagan pada konjungtiva
10. Konjungtiva injeksi (hiperemis konjungtiva bulbi) adalah kemerahan paling
nyata di daerah forliks da berkurang kearah linbus, disebabkan dilatai arteri
kongjutiva posterior akaibatnya peradangan
11. Eksoftalmus adalah kondisi yang mana salah satu atau kedua bola mata
menonjol keluar hal ini dapat disebabkan oleh pembengkakan dari jaringan
halus dalam kantong mata
12. Loupe adalah lensa cembung yang dapat digunakan untuk memperbesar suatu
pandang mata sehingga benda kecil akan tampak besar dan jelas
13. Pemeriksaan funduskopi adalah tes untuk melihat dan menilai kelaina dan
keadaan pada fundus okuli, terutama retina dan pupil nervus optikus
14. Pupil adalah pembuka ditengah mata, cahaya masuk lewat pupil dan diteruskan
melalui lensa mata yang memusatka bayangan ke retina
15. Papil edema adalah pembengkakan diskus optikus, titikdimana saraf optic
memasuki retina yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam tengkorak
atau tekanan intracranial
16. Anamnesis adalah pegambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun
perawat degan cara melakukan wwancara dengan pasien atau keluarga pasien
17. Pemeriksaan fisk adalah sebuah proses dari seseorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit denga cara
inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultrasi
18. Opthalmoscope adalah alat yang digunakan utuk melihat media dan fundusmat
dan cara membiarkan praktisioner untuk memandang sepanjang sinar lampu
2.3 Step 2
2.3.1 Identifikasi Masalah
1. Mengapa mata kanan anak x mengalami:
a. Mata merah ?
b. Bercak putih ?
c. Mata menonjol ?
2. Mengapa anak x sering rewel setelah terjatuh?
3. Mengapa anak x sulit untuk makan dan terlihat lebih kurus sejak sebulan yang
lalu sebelum terjatuh?
4. Mengapa mata kanan anak x terlihat seperti mata kucing dimalam hari?
5. Bagaimana prosedur/ tata cara melakukan pemeriksaan fisik mata?
6. Mengapa anak x mengalami:
a. strabismus
b. glaucoma
c. konjungtivitis
d. palpebra hiperemis
e. kornea tampak tidak jernih
f. konjungtiva injeksi
7. Mengapa mata anak x mengalami sedikit :
a. Protosis atau eksoftalmus
b. Abrasi korea
c. Anisocoria
d. Hypopion
8. Mengapa mata kanan anak x terdapat darah setinggih 3mm?
9. Mengapa pupil anak x terlihat leukokoria?
10. Mengapa pada pemeriksaa funduskopi ditemukan adanya masa berwarna putih
kekuningan di intraokuler kanan?
11. Mengapa diduga anak x mengalami gangguan pada mata yaitu katarak
komplikata?
12. Mengapa anak x memiliki gejala penyakit retinoblastoma?
2.4 Step 3
2.4.1 Rumusan Masalah
1. a. Mata merah disebabkan pembuluh darah di dasar selaput putih atau sclera
mata mengalami pembengkakan dikarenakan masuknya debu kedalam mata,
infeksi, alergi, cedera, sering terpapar matahari
b. bercak putih pada mata disebabkan oleh adanya riwayat trauma pada mata
seperti terpapar debu, asap, angina, atau benda asing
c. mata menonjol disebabkan suatu kondisi autoimun di mana kelenjar tiroid
bermasalah akibat sel sel berbahaya dan melepaskan antibody yang kemudian
memutus otot mata dan menyebabkan peradangan
2. Balita biasanya mengekspresikan rasa sakit atau tidak nyaman yang ia derita
dengan cara menangis sehinggadia terus menerus rewel
3. Anak yang tidak mau makan biasanya karena penurunan nafsu makan
disebabkan oleh tubuh yang tidak sehat berdampak pada lidah yang pahit
sehingga nafsu makan turun drastic dan berat badan turun
4. Mata seperti mata kucing dimalam hari merupakan gejala dari penyakit
retinoblastoma yang merupakan keadaan dimana keadaan mata terlihat seperti
bayangan putih dan akan bersinar kekuningan saat ditempat gelap
5. Prosedur tata cara pemeriksaan fisik mata dimulai dari inspeksi: pemeriksaan
bola mata, palpebral, kongjungtiva dan sclera, pengamatan lapang pandang dan
palpasi: untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada mata
6. a. Strabismus (mata juling) disebabkan oleh tarikan yang tidak sama pada satu
atau beberapa otot yang menggerakkan mata
b. Glaucoma adalah peningkatan tekanan intraokuler akibat produksi cairan
mata berlebihan dan akibat terhalangnya saluran pembuangan cairan
c. Kongjungtivitis disebabkan karena infeksi bakteri maupun virus
d. Kornea tampak tidak jernih akibat adanya infeksi pada luar mata
e. Konjungtiva injeksi karena terjadi pelebaran pada pembuluh darah arteri
kongjungtiva posterior karena pengaruh mekanis alergi atau infeksi pada
jaringan kongjungtiva
7. a. Protosis atau esoftalmus disebabkan karena pembengkakan dari jaringan
halus dari mata
b. Abrasi kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata, sebuah
benda asing dimata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok-gosok.
c. Anisocoria terjadi karena ukuran pupil tidak sama
d. Hypopion terjadi karena adanya infeksi,bakteri,jamur, amuba maupun
herpes simplex
8. Mata yang mengeluarkan darah disebabkan karena trauma benturan saat
terjatuh. Selain karena trauma mata mengeluarkan cairan seperti darah juga
bisa disebabkan karena efek samping obat tertentu yang menyebabkan cairan
tubuh menjadi melar, efek samping obat mengenai darah, gangguan pembuluh
darah dan lain-lainnya
9. Pada kondisi leukokoria tidak terdapat pantulan kemerahan karena adanya
kondisi yang menyebabkan pantulan retina tersebut terganggu atau terhalang.
10. Massa berwarna putih kekuningan karena adanya peningkatan tekanan
intraokuler
11. Katarak komplikata dapat terjadi karena gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik dan kimiawi
12. Gejala retinoblastoma yang jelas adalah jika pupil terlihat putih ketika mata
terkena cahaya, retinoblastoma umumnya terjadi pada balita
2.5 Step 4
2.5.1 Hipotesis Masalah
Sistem sensori
Mata
-Retinoblastma
Organ Lapisan -Katarak komplikata
Organ mata inspeksi
mata luar bola mata palpasi -Abrasi kornea
dalam
-Konjungtivitis
-Glaucoma
- pengamatan bola
mata
- pemeriksaan
palpebral
- kongjungtiva Tujuan
pengkajian Diagnosa
- sclera dan intervensi
keperawatan
- gerakana mata kriteria
- pemeriksaan visus hasil
2.6 Step 5
2.6.1 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami tentang anatomi dan fisiologi mata
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan anamnesis dan
pemeriksaan fisik mata
3. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan retinoblastoma
4. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan katarak komplikata
5. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan konjungtivitis
6. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan abrasi kornea
7. Mahasiswa mampu memahami tentang gangguan glaucoma
8. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penglihatan retinoblastoma
2.7 Step 6
2.7.1 Referensi Pembelajaran
A. Anatomi dan Fisiologi Mata
1. Definisi Mata
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara
konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan
gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak yang
dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya
mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap
mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan
pengertian visual (Watson Roger, 2002).
Saraf optikus urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik utuk
penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang
bergabung untuk membentuk saraf optikus saraf ini bergerak ke
belakang medial dan melintasi kanalis optikus memasuki rongga
cranium lantas menuju kiasma optikum. Saraf penglihatan memiliki
tiga pembungkus yang serupa dengan yang ada pada maningen otak.
Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sklera.
Lapisan tengah halus seperti arknoid sementara lapisan dalam adalah
vaskuler (mengandung banyak pembuluh darah) (Pearce C
Evelyn,2009).
Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot
penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu :
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak.
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh
saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung
berbagai saraf lainnya.
3. Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah:
a. Tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian
depan;
b. Tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di
bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan
c. Tunika nervosa, retina.
4. Bola Mata
Umumnya mata di lukiskan sebagai bola mata, tetapi sebetulnya lonjong dan
bukan bolat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5
sentimeter, bagian depannya bening, serta terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan luar, fibrus yang merupakan lapisan penyangga terdiri atas sclera
dan kornea
Sklera berwarna putih dan tidak tembus cahaya. Sedangkan kornea
berfungsi untuk mengandung banyak serabut saraf, tidak terdapat
pembuluh darah, dan tembus cahaya. Dan kornea juga berfungsi untuk
meneruskan cahaya ke lensa mata. Kornea juga dilindungi oleh selaput
pelindung konjungtivitis.
b. Lapisan tengah, vaskuler terdiri atas koroidea dan iris atau selaput pelangi
Koroidea banyak mengandung pembuluh darah dan berfungsi untuk
memberikan nutrisi pada retina. Sedangkan pada bagian depan koroidea
dan bagian belakang kornea terdapat iris. Sedangkan iris sendiri
mengandung pigmen warna, sehingga dapat mengakibatkan perbedaan
warna pada mata. Lubang bulat di tengah iris disebut dengan pupil.
Sedangkan pupil sendiri adalah merupakan jalan masuknya cahaya. Pupil
juga akan mengecil apabila cahaya terang. Dan juga sebaliknya pupil akan
membesar apabila cahaya redup.
Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan arteri
ranting-ranting oftalmika, cabang dari arteri korotis iterna. Lapisan
vaskuler ini membentuk iris, yang berlubang di tengahnya atau di sebut
pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebalah belakang iris
memancarkan warnanya, dan demikian menentukan apakah sebuah mata
itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Koroid bersambung
dengan depannya dengan iris, dan tepat belakang iris, selaput ini menebal
guna dan membentuk korpus siliare, sehingga korpus siliare terletak antara
koroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkular dan serabut-
serabut yang terletaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot
sirkular menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
a. Organ luar
1) Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
2) Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
3) Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi
mata.
c. Organ Dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
1. Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya
dari sumber cahaya.
2. Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya
rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3
milimeter.
3. Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan
kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam.
Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan
akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada
mata.
4. Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya
pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya,
sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk
melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata
akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya
datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
5. Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya,
khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah
retina, cahaya diteruskan ke saraf optik
6. Saraf optic
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina untuk
menuju ke otak.
7. Lensa
Lensa adalah salah satu kunci penting penglihatan pada sistem mata manusia.
Lensa mata manusia memiliki struktur bikonveks (memiliki permukaan
cembung di kedua sisi lensa), transparan, dan tidak memiliki pembuluh darah.
Pada sudut ujung atas dan bawah lensa, terkait dengan Zonula zinii yang
merupakan penggantung lensa.
Sel yang memiliki inti ini bertujuan agar terwujudnya metabolisme yang
seminimal mungkin di dalam lensa mata. Hal ini juga dapat dilihat dari fakta
bahwa lensa mata tidak memiliki pembuluh darah untuk metabolisme. Oksidasi
sangat dihindari pada lensa mata, karena oksidasi akan mengubah struktur
protein kristalin, dan menjadikan lensa keruh. Keruhnya lensa mata inilah,
yang dinamakan katarak. Oleh karena itu, tubuh memberi kompensasi dengan
menyediakan konsentrasi tinggi akan substansi antioksidan pada mata.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Definisi pemeriksaan fisik
Definisi pemeriksaan fisik Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh
untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau
suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan.
Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang
dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk
mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh pasien.
Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat
pasien secara seksama, persistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan
fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman
untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih memvalidasi apa yang
dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau dari pasien.
Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang
diterima oleh semua indera tersebut yang akan membantu dalam membuat
keputusan diagnosis atau terapi. (suzanne, 2002)
Cara pemeriksaan:
1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri.
2) Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka
sendiri pakaiannya. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun
dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi
selimut).
3) Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan
abnormalitas.Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan(sianosis), dan lain-lain.
4) Catat hasilnya.
b. Inspeksi mata
1. Pengamatan bola mata.
Pemeriksaan memegang senter:
a) Posisi bola mata: apakah ada juling.
b) Pterigium ada atau tidak.
c) Kornea ada parut atau tidak.
d) Lensa jernih atau keruh atau bewarna putih
Setelah melakukan uji penglihatan, lakukan teknik pengkajian berikut. Inspeksi
kelopak mata, bulu mata, bola mata, dan apartus lakrimal. Inspeksi juga
konjungitva, sklera, kornea, ruang anterior, iris dan pupil. Gunakan
oftalmoskop untuk mengkaji humor vitreous dan retina.
Gerak bola mata berfungsi untuk menempatkan stimuli visual dari lapang
pandangan perifer (retina perifer) ke titik pusat yang mempunyai tajam
penglihatan paling baik (fovea), dan juga mempertahankan fiksasi fovea pada
obyek yang bergerak. Fungsi ini bersama dengan fungsi mempertahankan
bayangan obyek di fovea serta stabilisasi bayangan di fovea selama gerakan
kepala adalah merupakan fungsi dasar gerakan mata pada manusia.
c. Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus lakrimal
1. Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan tanpa oedema
atau lesi. Lipatan palpebra harus simetris dengan tidak ada kelambatan
kelopa.
a. Bulu mata harus terdistribusi rata di sepanjang kelopak
b. Bola mata harus cerah dan jernih
c. Apartus lakrimal harus tidak mengalami inflamasi, pembengkakan atau air
mata yang berlebihan
(suzanne, 2002)
2. Inspeksi konjungitva dan sklera
Kunjungtiva dan sklera.
a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
b. Amati kunjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerah-merahan, keadaan
vaskularisasi dengan menarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan
menggunakan ibu jari.
c. Amati kunjungtiva dan kantong kunjungtiva paling bawah, catat bila terdapat
infeksi atu pus atau warnanya tidak normal, misalnya anemic.
d. Amati warna skelera saat memeriksa kunjungtiva yang pada keadaan tertentu
warnanya dapat terjadi ikterik (kuning), normalnya bewarna putih.
e. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil, lanjutkan dengan
mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya.
f. Normalnya bentuk pupil bulat, sama besa (isokor), diameternya kira-kira 3mm.
Bila disinari, diameternya akan mengecil kiri dan kanan yang disebut reflek
cahaya langsung dan tidak langsung.
1) Periksa konjungtiva palpebra hanya jika anda mencurigai adanya benda asing
atau jika klien mengeluh nyeri kelopak mata. Untuk memeriksa bagian dari
konjungtiva ini, minta klien untuk melihat ke bawah sementara anda menarik
dengan perlahan bulu mata tengah ke depan dan ke atas dengan ibu jari dan jari
telunjuk anda.
2) Sambil memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk
membalikkan kelopak mata keluar. Teknik ini membutuhkan keterampilan
untuk mencegah klien merasa tidak nyaman. Tahan bulu mata ke arah alis dan
periksa konjungtiva, yang seharusnya berwarna merah muda dan bebas dari
pembengkakan
3) Untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normalnya, lepaskan bulu mata
dan minta klien untuk melihat ke atas. Jika hal ini tidak membalikan kelopak
mata, pegang bulu mata dan tarik dengan perlhan ke arah depan.
4) Untuk menginspeksi konjungtiva bulbar, buka kelopak mata dengan perlahang
dengan ibu jari atau jari telunjuk anda. Minta klien untuk melihat ke atas, ke
bawah, ke kiri, dan ke kanan, sementara anda memeriksa keseluruhan kelopak
mata bagian bawah. (suzanne, 2002)
4. Inspeksi pupil
Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal maupun slit
lamp. Yang perlu dinilai saat melakukan pemeriksaan pupil adalah bentuk, letak,
ukuran, jumlah, warna, efek akomodasi, dan reaksi terhadap rangsangan sinar
langsung dan tidak langsung. Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter
normal ditempat gelap adalah 4,5 – 7 mm sedangkan ditempat terang 2,5 – 6 mm,
jumlahnya satu, warna gelap, miosis saat akomodasi, dan bereaksi ketika diberi
rangsang cahaya, Jumlah pupil lebih dari satu disebut polikoria.
Ukuran pupil kedua mata sama besar disebut isokoria.
Ukuran pupil kedua mata tidak sama besar disebut anisokoria.
Ukuran pupil lebih kecil dari normal disebut miosis.
Ukuran pupil lebih besar dari normal disebut midriasis.
1) Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada
pupil masing-masing mata. Untuk menguji reaksi pupil terhadap cahay,
gelapkan ruangan dan dengan klien menatap lurus ke arah titik yang sudah
ditentukan, sorotkan senter dari samping mata kiri ke tengah pupilnya. Kedua
pupil harus berespons; pupil yang menerima cahaya langsung berkonstriksi
secara langsung, sementara pupil yang lain berkonstriksi secara bersamaan dan
secara penuh.Sekarang uji pupil mata kanan. Pupil harus bereaksi segera,
seimbang, dan cepat (dalam 1 sampai 2 detik). Jika hasilnya tidak meyakinkan,
tunggu 15 sampai 30 detik dan coba lagi. Pupil harus bundar dan sama sebelum
dan sesudah kelihatan cahaya.
2) Untuk menguji akomodasi, minta klien menatap objek di seberang ruangan.
Normalnya pupil akan dilatasi. Kemudian minta klien untuk menatap jari
telunjuk anda atau pada pensil yang berjarak 60 cm. Pupil harus berkonstriksi
dan mengumpul seimbang pada objek. Ingat bahwa pada klien lansia,
akomodasi dapat berkurang. (suzannw, 2002)
2. PALPASI MATA
a. Definisi palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense
of touch’ Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan
jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini
dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya
getaran,pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan
dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi
dua:
1) Palpasi ringan atau Palpasi dengan perlahan adanya
pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata. Kemudian,
palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk
di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah.
Bola mata harus teras sama keras.
Caranya ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara
simultan. Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari
ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.
2) Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari
telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang paling dekat
dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya
regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan
pada punctum, yang dapat mengindikasikan adanya sumbatan
dalam duktus nasolacrimal
Caranya: untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk
merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah.
Dengan Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pad jari2 pertama.
Cara pemeriksaan:
a. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.
c. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
d. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi
otot.
e. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan dengan tekanan ringan.
f. Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan.
g. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
h. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
i. Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor
bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut,
ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan.
j. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
Untuk mengetahui tekanan bola mata dan untuk mengetahui adanya nyeri
tekan Palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dikerjakan
sebagai berikut:
Beritahu pasien untuk duduk Anjurkan pasien untuk memejamkan mata.
Lakukan palpasi pada kedua bola mata, bila tekanan bola mata meninggi
maka mata teraba keras. (Suzanne, 2002)
Selanjutnya, uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak
jauh, persepsi warna dan penglihatan perifer.
a. Duduk berhadapan dengan klien, dengan jarak 60 cm, dengan mata anda
sejajar dengan mata klien. Minta klien menatap lurus ke depan.
b. Tutupi satu mata anda dengan kertas buram atau tangan anda dan minta kien
untuk menutup matanya yang tepat bersebrangan dengan mata anda yang
ditutup
c. Kemudian, ambil sebuah objek, misalnya pensil dari bidang superior perifer
ke arah lapang pandang tengah. Objek tersebut harus berada pada jarak yang
sama di antara anda dan klien
d. Minta klien untuk mengatakan pada anda saat objek tersebut terlihat. Jika
penglihatan perifer anda utuh, anda dan klien akan melihat objek tersebut pada
waktu yang bersamaan.
e. Ulangi prosedur searah jarum jam pada sudut 45 derajat, periksa lapang
pandang superior, inferior, temporal, dan nasal. Ketika menguji lapang
pandang temporal, anak akan mengalami kesulitan menggerakkan objek
sampai cukup jauh sehingga anda dan klien tidak dapat melihatnya. Jadi
lakukan uji lapang pandang temporal ini dengan meletakkan pensil
sedemikian rupa di belakang klien dan di luar lapang pandang klien. Bawa
pensil tersebut berkeliling secara perlahan sampai klien dapat melihatnya.
(Suzanne, 2002)
a. Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah
ditentukan di dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun
berkedip selama pemeriksaan diperbolehkan, mata harus tetap diam.
Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar 38 cm dan dengan diopter
pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari
cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan jelas
melewati pupil. Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari
opasitas dan kabut.
b. Bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk
menjaga agar struktur retinal tetap dalam fokus.
c. Ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya
opasitas.
d. Kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari
pembuluh darah retina dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung
klien, rotasi selektor lensa untuk menjaga agar pembuluh darah tetap dalam
fokus. Karena fokus tergantung pada anda dan status refraktif klien maka
diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar klien. Periksa dengan
cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina, diskus
optikus, latar belakang retina, makula dan fovea.
e. Periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan
ukuran arteri dan vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan
arteriovenosa. Mangkuk fisiologis normalnya berwarna kuning-putih dan
dapat terlihat.
f. Periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.
C. GANGGUAN PADA SISTEM PENGLIHATAN
Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa terlalu pipih atau bola mata
terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena bayangan jatuh
didepan retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh di retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan lensa
cembung.
2. Rabun Jauh (Miopi)
Seorang penderita rabun jauh tidak dapat melihat benda yang berada pada
jarak jauh (tak hingga) dengan jelas. Hal ini dikarenakan bayangan yang
terbentuk jatuh di depan retina. Kacamata negatif dapat menolong penderita
rabun jauh karena lensa cekung akan dapat membuat cahaya menyebar
sebelum cahaya masuk ke mata. Dengan demikian, bayangan yang jelas
akan terbentuk di retina.
Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang. Dengan demikian,objek yang dekat akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh pada retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat kabur
karena bayangan didepan retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan
mata jenis cekung.
3. Buta Warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut mata untuk menangkap suatu warna tertentu. Penyakit ini bersifat
menurun. Buta warna ada yang buta warna total dan buta warna sebagian.
Buta warna total hanya mampu melihat warna hitam dan putih saja,
Mata memiliki lebih kurang tujuh juta sel kerucut pada retina. Gelombang
cahaya dipantulkan dari benda masuk ke pupil dan ditangkap oleh retina.
Respon dari sel kerucut pada cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda
menyebabkan kamu dapat melihat benda yang berwarna. Sel kerucut
mengandung pigmen iodopsin, yaitu senyawa antara retina dan opsin.
Ada tiga jenis sel kerucut. Masing-masing jenis sel merespon panjang
gelombang cahaya yang berbeda. Tipe pertama dari sel kerucut merespon
cahaya dengan panjang gelombang merah dan kuning. Sel ini menyebabkan
kamu dapat melihat warna merah. Tipe kedua dari sel kerucut merespon cahaya
kuning dan hijau dan menyebabkan kamu dapat melihat warna hijau. Tipe sel
kerucut ketiga merespon cahaya biru dan ungu dan menyebabkan kamu dapat
melihat warna biru.
Alat yang dapat digunakan untuk uji buta warna dikenal dengan Uji Ishihara.
Uji tersebut didasarkan pada penentuan angka atau pola yang ada pada kartu
dengan berbagai ragam warna, dengan pola tertentu. Ada satu seri gambar titik
bola kecil dengan warna dan besar berbeda-beda, sehingga dalam keseluruhan
terlihat warna pucat dan menyulitkan pasien dengan kelainan penglihatan warna
untuk melihatnya.
Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat
sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan.
Pada pemeriksaan, pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang
diperlihatkan dalam waktu 10 detik
4. Presbiopi
Presbiopi disebut juga rabun jauh dan dekat atau rabun tua, karena kelainan
mata ini biasanya diderita oleh orang yang sudah tua. Kelainan jenis ini
membuat si penderita tidak mampu melihat dengan jelas benda-benda yang
berada di jarak jauh maupun benda yang berada pada jarak dekat.
5. Astigmatisma
Astigmatisma atau dikenal dengan istilah silinder adalah sebuah gangguan
pada mata karena penyimpangan dalam pembentukan bayangan pada lensa.
Hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran
atau bayangan garis vertikal dengan horisotal secara bersamaan. Penglihatan
si penderita menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat
menggunakan lensa silindris.
6. Rabun Senja
Hemeralopi (rabun senja) Hemeralopi adalah gangguan mata yang
disebabkan kekurangan vitamin A . Penderita rabun senja tidak dapat
melihat dengan jelas pada waktu senja hari.Keadaan seperti itu apabila
dibiarkan berlanjut terus mengakibatkan kornea mata bisa rusak dan dapat
menyebabkan kebutaan.Oleh karena itu, pemberian vitamin A yang cukup
sangat perlu dilakukan. f) Katarak Katarak adalah cacat mata yang
disebabkan pengapuran pada lensa mata sehingga penglihatan menjadi
kabur dan daya akomodasi berkurang. Umumnya katarak terjadi pada orang
yang telah lanjut usia
7. Katarak
a) Pengertian katarak
Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada lensa mata
sehingga penglihatan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
Umumnya katarak terjadi pada orang yang telah lanjut usia.
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa
atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi
pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000)
b) Klasifikasi katarak
1. Katarak konginetal
Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang di dapatkan
sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio
intraterin.Katarak konginetal terbagi atas :
a. Katarak remetar dan zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan
kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa
b. Katarak polaris posterior
Katarak ini terjadi karena akibat arteri siloid yang menetap pada
saat tidak di butuhkan lagi oleh lensa untuk metabolismenya.
c. Katarak Polaris anterior
Katarak ini akibat gannguan perkembangan lensa pada saat mulai
terbentuknya plakoda lensa
d. Katarak sentral
Katarak ini merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian
nucleus embrional.
2. Katarak senile
Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg
terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 30 tahun,katarak senile
terbagi atas:
a. Katarak insipiens
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa
kekeruhan,akan mengeluh gangguan pengelihatan seperti melihat
ganda dengan satu matanya
b. Katarak ematur
Dimana pada stadium ini lensa yang degenerative mulai terserap
cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung
c. Katarak matur
Dimana merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana terjadi
kekeruhan seluruh lensa
d. Katarak traumatic
Adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,serta
robekan pada kapsul sebagai akibat taraum dari benda tajam
e. Katarak juvenil
Adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun,dapat terjadi
karena :
1. Lanjutan katarak konginetal yang semakin nyata.
2. Penyulit penyakit lain,katarak komplikata yang dapat
menjadi akibat:penyakit local pada mata seperti glaucoma
dan penyakit sistemik seperti diabetes
f. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa,factor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan
kejernihan lensa.
g. Katarak diabetika
Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes ( Sidarta Ilyas,
dkk. 2003).
c) Etiologi
a. Degeneratif
Biasanya di jumpai pada katarak senile di karenakan proses degenerasi
atau kemungkinan serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan
besar menurunnya penglihatan.
b. Trauma
Contohnya terjadi pada katarak traumatic,seperti trauma tembus pada
mata yang di sebabbkan oleh benda tajam atau tumpul,radiasi(terpapar
oleh sinar-X atau benda-benda radioaktif).
d) Maniefistasi klinis
a. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1) Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi
2) Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari
e) Pemeriksaan diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea,lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV,
massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri
serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO) (NORMAL 12-
25 mm Hg)
4. Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau
sudut tertutup glaucoma
5. Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe
glaukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan
6. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atropi lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan
mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak
7. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia
sistemik/ infeksi
8. EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan arterosklerosis, PAK.
8. Katarak komplikata
a. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract,
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat kedua-duanya.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. (Sidarta Ilyas,2004).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada
semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
b. Etiologi
Katarak dapat terjadi akibat :
1) Kelainan bawaan/ kongenital
2) Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun adalah sebanyak
50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75
tahun Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus,
galaktosemi dan distrofi miotonik genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin Bahan toksik : kimia dan fisik
bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis
dan retinitis pigmentosa keracunan beberapa jenis obat seperti eserin
0.25 – 0.5%, kortikosteroid ergot, antikolinesterase topical kelainan kaca
mata minus yang dalam.
c. Manifestasi klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu. Temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukan
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu
atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi (kaca mata) yang
sangat tebalpun tak akan memperbaiki penglihatan.
d. Klasifikasi
1. Berdasarkan Penyebabnya :
a) Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda
asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru
senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-
kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa
b) Katarak toksika
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara
sistemik maupun dalam bentuk obat tetes mata dapat
meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang diduga
menyebabkan katarak antara lain : phenotiazine, chlorpromazine,
obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.
c) Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular
yang mempengaruhi fisiologis lensa. Katarak biasanya berawal
dari daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara
lain uveitis kronik atau rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan
ablation retinae. Katarak ini biasanya unilateral. Katarak
komplikata juga dapat disebabkan akibat gangguan sistemik seperti
diabetes mellitus, distrofi miotonik, dermatitis atopic,
hipoparatiroidisme, galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner dan
down
e. Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital : Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang
dari 1 tahun
2. Katarak juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile : Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999).
Intervensi
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
c. Menghindari lingkungan yang berbahaya
d. Memasang side rall tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Membatasi pengunjung
3. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan penerimaan
sensori/ perubahan status organ indera
Kriteria Hasil:
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap peru bahan,
mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
c. Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar- benar sembuh.
d. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering,
dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana
dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
9. Retinoblastoma
f. Pencegahan
sebanyak 10% pasien retinoblastoma memiliki saudara yang menderita
penyakit yang sama. Gen biasanya didapatkan dari orang tua mereka.
Tetapi selain itu, retinoblastoma dapat menyerang begitu saja
meskipun tidak ada riwayat genetik. Anjurannya adalah, jika terdapat
riwayat retinoblastoma dalam keluarga, sebaiknya mengikuti
konsultasi genetik. Konsultasi genetik adalah konsuultasi dengan
dokter ahli mengenai pengaruh kelainan genetik pada keturunan,
termasuk di dalamnya cara mengatasi serta cara mengobatinya. Selain
itu, berikut adalah upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan:
1. Jagalah kebersihan mata setiap saat
2. Melakukan deteksi dini dari gejala-gejala yang muncul. Jika
retinoblastoma ditangani lebih awal, maka mata dapat
dipertahankan serta kemungkinan sembuhnya lebih tinggi
3. Jagalah pola makan anak. Hindarkan anak anda dari makanan-
makanan yang mengandung banyak bahan kimia
4. Hindarkan kontak mata anak dengan segala zat atau bahan yang
beresiko, seperti sabun dan shampoo dengan kandungan yang
berbahaya
5. Hindarkan anak anda dari berbagai macam radiasi yang
berbahaya, seperti radiasi sinar X, radiasi komputer dan
handphone
6. Jagalah kebersihan anak setiap saat. Hal sederhana yang bisa
dilakukan adalah, seperti rajin mencuci tangan, sebelum makan
serta sebelum melakukan aktifitas lainnya. Tangan yang kotor
akan menjadi peluang bagi kuman untuk membuat mata iritasi.
7. Atur pemakaian soft lens. Pemakaian soft lens dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan iritasi pada mata serta
membuat mata sulit bernafas
8. Gunakan kacamata saat berkendara dan saat beraktifitas di luar
ruangan. Debu dan polusi udara akan menyebabkan iritasi
bahkan mengakibatkan kanker mata jika debu tersebut
terakumulasi dalam mata anda.
9. Lakukan pemeriksaan mata ke dokter mata secara teratur.
g. Pengobatan
Pengobatan pada penderita retinoblastoma tergantung pada ukuran
serta lokasi tumor. Tindakan pengobatan untuk retinoblastoma stadium
awal biasanya dengan cara pembedahan yang disertai
kemoterapi/radiasi atau pembedahan tanpa kemoterapi/radiasi.
Tindakan pembedahan yang dilakukan pada penderita kanker mata
stadium lanjut biasanya akan mengangkat mata yang terinfeksi. Untuk
tetap menjaga penampilan si anak, biasanya dokter akan menganjurkan
untuk memasang mata palsu (protesa).
4. Pembedahan
Tindakan pembedahan yang umum dilakukan adalah bedah
reseksi. Jaringan yang tidak normal akan dihancurkan serta
memutuskan saluran darah ke tumor dengan menggunakan
temperatur yang tinggi.
5. Imunoterapi
Teknik pengobatan Imunoterapi merupakan teknik pengobatan
dengan meningkatkan serta pengaturan fungsi daya tahan tubuh.
b. Post Operasi :
1) Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi
enukleasi bulbi prosedur.
2) Gangguan sensori-persepsi : penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori organ mata dan
lingkungan secara terapetik dibatasi.
3) Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra okular.
4) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure
tindakan invasive insisi jaringan tubuh.
5) Kurang pengetahuan perawatan tentang mata berhubungan
dengan kurang informasi tentang perawatan diri.
Rencana keperawatan:
a. Gunakan alat bantu sensori seperti, kacamata
b. Tingkatkan stimuli untuk mencapai input sensori yang sesuai
(misalnya, peningkatan interaksi sosial, sediakan radio,
televisi, dan jam dinding dengan angka-angka)
c. Kuranginya jumlah stimulus untuk mencapai input sensori
yang sesuai (misalnya, lampu redup)
d. Orientasikan pada orang, tempat, waktu, dan situasi dalam
setiap interaksi
e. Yakinkan pasien/keluarga bahwa defisit persepsi/sensori
adalah sementara.
f. Identifikasi diri orang yang masuk ke area pasien
g. Jangan memindahkan barang-barang di dalam kamar pasien
tanpa memberitahukan pasien.
Rencana keperawatan:
a. Orientasikan kembali pasien terhadap realitas lingkungan bila dibutuhkan
b. Bantu pasien dengan ambulansi, sesuai dengan kebutuhan
c. Gunakan alarm untuk mengingatkan pemberi perawatan bila pasien
bangun dari tempat tidur atau meninggalkan ruangan.
d. Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah dujangkau
pasien
e. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan gerakan
f. Jauhi bahaya lingkungan, berikan pencahayaan yang adekuat
g. Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan fisik
h. Gunakan alas kaki yang sesuai, yang tidak tinggi dan tali terikat dengan
aman.
i. Naikkan penghalang tempat tidur
Rencana keperawatan:
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
b. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup
c. Diskusikan efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat
d. Anjurkan pasien memakai pakaian yang berwarna merah terang,
biru/hitam
10. Konjungtivitis
a. Pengertian konjungtivitis
Mata pink atau pink eye, dalam bahasa medis disebut konjungtivitis
adalah kemerahan dan pembengkakan pada selaput kelopak mata dan
permukaan mata. Lapisan ini disebut konjungtiva, dan radang
konjungtiva ini disebut konjungtivitis. Lapisan mata biasanya jernih
dan tidak berwarna.
b. Penyebab konjungtivitis
Mata pink paling sering disebabkan oleh virus, namun kasus lain dari
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur meskipun
kurang sering terjadi. Udara kering, alergi, asap, dan bahan kimia juga
dapat menyebabkan penyakit mata ini
c. Gejala konjungtivitis
Gejala penyakit mata yang menular meliputi:
1. Mata kemerahan
2. Gatal pada mata
3. Rasa terbakar di mata
4. Air mata lebih banyak dari biasanya. Mata dapat “nyerocos”
dengan cairan bening atau cairan berwarna keputihan yang jelas
atau sedikit kental.
5. Bulu mata saling menempel
6. Sensitivitas ringan terhadap cahaya (photophobia) sehingga mata
mudah merasa silau
7. Pandangan tidak kabur, jika pandangan mulai kabur ada
kemungkinan peradangan telah mencapai lapisan mata yang lebih
dalam yaitu kornea
Anda mungkin memiliki gejala pada satu mata, kedua mata, atau
gejala dapat menyebar dari satu mata ke mata lainnya. Ketika mata
yang menular disebabkan oleh virus, gejala biasanya dimulai dari satu
mata kemudian dapat menyebar ke mata lainnya.
Tidak ada obat khusus untuk mengatasi keadaan ini. Penyakit ini
sering dimulai dari satu mata dan menyebar ke mata yang lain dalam
beberapa hari. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya secara
berangsur-angsur. Pemberian obat anti virus mungkin diberikan oleh
dokter bila ternyata diketahui penyakit ini disebabkan oleh Herpes
zoster virus.
2. Cobalah obat tetes mata. Obat tetes mata yang dijual di toko
farmasi (yang disebut tetes mata buatan) dapat mengurangi gejala
mata merah. Beberapa tetes mata mengandung Anti histamin atau
zat lain yang dapat membantu keadaan konjungtivitis akibat
alergi.
Pencegahan konjungtivitis pada bayi baru lahir juga perlu dilakukan. Mata
bayi yang baru lahir sangat peka terhadap bakteri yang secara normal berada
di dalam jalan lahir Ibu. Bakteri ini tidak menyebabkan gangguan kepada Ibu.
Pada keadaan yang jarang terjadi, bakteri ini dapat menyebabkan
konjungtivitis yang disebut sebagai Ophthalmia neonatorum, yang
membutuhkan pengobatan dengan segera. Oleh karena itu, segera setelah
dilahirkan, mata bayi diberikan salep mata Antibiotika untuk mencegah
infeksi mata.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
b. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
c. Beri dukungan moril berupa doa untuk klien.
Intervensi:
a. Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (lakukan irigasi)
b. Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur
c. Pertahankan tindakan septik dan aseptic
1. Pengertian glaucoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan
pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan
aliran darah sehingga saraf mata akan mati
2. Factor resiko
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah
jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat
glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan
mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun.
Faktor risiko:
a. Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih beresiko
dibandingkan orang tua dan anaknya
b. Tekanan bola mata tinggi
c. Miopia (rabun jauh)
d. Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama
e. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
f. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
g. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya menggunakan steroid
(cortisone) dalam jangka waktu lama Lebih dari 45 tahun
3. Jenis-jenis glaucoma
a. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer (Primary Open-Angle
Glaucoma)
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum
dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi
bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan
berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari
saraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. :Pemeriksaan
mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan
seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah
kerusakan lebih lanjut
4. Gejala glaucoma
Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain: bila memandang lampu
neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon
tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak,
penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal, rasa
ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan. Hal
inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia
sudah menderita penyakit mata yang kronis. Penyakit mata glaukoma ini
dapat diderita kedua mata dari si penderita dan menurunkan tekanan bola
mata adalah suatu keharusan, sedangkan operasi diperlukan, jika
pengobatan tidak berhasil.
5. Penyebab glaucoma
Penyebab utama glaukoma yaitu kerusakan saraf mata. Pada kebanyakan
kasus saraf mata rusak akibat tingginya tekanan bola mata. Tekanan bola
mata yang meningkat dapat disebabkan menumpuknya cairan yang
terdapat di dalam mata. Normalnya, cairan mengalir melalui dasar mata
yang disebut dengan trabecular meshwork. Cairan yang menumpuk
disebabkan karena produksi yang berlebihan atau jika cairan tidak dapat
dialirkan keluar dengan lancar.
Penyebab glaukoma tergantung dari jenisnya. Berikut ini adalah beberapa
penyebab berdasarkan jenisnya:
a. Glaukoma sudut terbuka: Merupakan glaukoma yang paling sering
terjadi. Pada jenis ini, sudut drainase yang dibentuk oleh kornea dan iris
dalam keadaan terbuka. Penyebab glaukoma tipe ini adalah
penyumbatan parsial di trabecular meshwork. Hal ini menyebabkan
penumpukan cairan dan meningkatkan tekanan bola mata. Biasanya
glaukoma ini terjadi secara perlahan
b. Glaukoma sudut tertutup: Pada glaukoma jenis ini, penyumbatan terjadi
akibat sudut drainase yang tertutup atau iris menonjol dan menyumbat
drainase cairan. Biasanya glaukoma jenis ini terjadi perlahan namun
dapat terjadi mendadak pula
c. Glaukoma tekanan normal: penyebabnya bukan tekanan bola mata.
Kerusakan saraf mata biasanya disebabkan aliran darah yang buruk atau
hipersensitivitas. Penyebab pastinya belum diketahui. Aliran darah
yang buruk dapat diakibatkan adanya penumpukan deposit lemak, yang
disebut juga aterosklerosis
d. Glaukoma sekunder: glaukoma jenis ini disebabkan karena kondisi
kesehatan lain atau akibat obat-obatan. Kondisi tersebut dapat berupa
diabetes yang tidak terkontrol atau tekanan darah tinggi. Beberapa obat
yang dapat menyebabkan glaukoma yaitu obat golongan kortikosteroid
e. Glaukoma kongenital: glaukoma ini disebabkan adanya kelainan pada
saat bayi baru lahir. Defek tersebut dapat mengganggu drainase dan
membuat saraf mata lebih sensitive
f. Pigmentary glaucoma: glaukoma ini terjadi saat granula pigmen dari
iris menumpuk dan menyumbat drainase pada trabecular meshwork
6. Patofisiologi
7. Pengobatan
a. tetes mata: obat tersebut misalnya prostaglandin (latanoprost, bimatoprost),
beta blocker (timolol, betaxolol), alpha adrenergic agonists (apraclonidine,
brimonidine), carbonic anhydrase inhibitors (dorzolamide, brinzolamide) dan
agen miotik (pilocarpine). Obat – obat ini terutama bekerja menurunkan
tekanan bola mata
b. Obat-obatan oral: dokter Anda dapat memberikan obat oral yang diberikan
secara bersamaan dengan obat tetes mata yang bekerja menurunkan tekanan
bola mata. Obat tersebut yaitu asetazolamid, sebuah penghambat carbonic
anhydrase
c. Laser trabeculoplasty Merupakan prosedur untuk memudahkan drainase
cairan. Terapi ini dilakukan di klinik mata atau klinik dokter dengan cahaya
yang baik. Laser akan menargetkan trabecular meshwork dan membantu
membuka drainase
d. Trabekulektomi: terapi pembedahan ini biasanya dianjurkan saat semua
terapi lain gagal. Selama pembedahan dokter akan membuat bukaan baru
untuk meningkatkan drainase cairan. Biasanya prosedur ini dilakukan di
ruang operasi di rumah sakit. Biasanya pembedahan dilakukan pada satu
mata pada 1 operasi. Untuk pembedahan mata yang lain, membutuhkan
waktu jeda selama 4-6 minggu
e. Abrasi kornea
1. Pengertian
Abrasi kornea merupakan sebuah kondisi adanya goresan pada mata terutama
bagian kornea yang terjadinya bisa dalam sekejap. Bahkan ketika adanya pasir
atau kotoran di dalam mata yang Anda sodok karena terjebak di sana mampu
menyebabkan mata sakit dan akan mengakibatkan sensasi terbakar atau
menyengat ketika terkena cahaya.
Kornea sendiri adalah caran yang menjadi pelapis bola mata dan terlihat
transparan, bekerja sama dengan retina dan vitreous dalam memfokuskan cahaya
dari gambar yang masuk ke retina di dalam bola mata. Serangga kecil, butiran
pasir atau debu bisa saja masuk ke dalam mata lalu akhirnya malah menempel di
sana sehingga kerusakan kornea permanen dapat berkemungkinan terjadi bila tak
segera dirawat dengan tepat.
2. Penyebab
Karena kondisi abrasi kornea ini adalah suatu goresan pada kornea mata, maka
tentunya ada beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab timbulnya goresan
pada mata. Berikut ini adalah sejumlah faktor penyebab yang perlu untuk kita
ketahui dan waspadai bersama:
a) Penggunaan lensa kontak secara berlebihan.
b) Operasi mata tanpa adanya perlindungan yang tepat.
c) Memiliki jenis infeksi mata tertentu.
d) Menggunakan lensa kontak yang kurang sesuai.
e) Menggunakan lensa kontak yang kotor.
f) Mengucek mata terlalu kasar dan keras.
g) Mata terkena bahan kimia tertentu.
h) Benda asing, debu, serbuk, pasir atau kotoran masuk ke dalam mata.
i) Mata terkena kuku, kuas riasan wajah, atau pena.
j) Terlibat dalam aktivitas fisik tanpa perlindungan atau pengaman untuk mata.
k) Tinggal di wilayah yang berpasir.
l) Bekerja di lingkungan pabrik atau toko kayu.
Pada dasarnya, kondisi abrasi kornea dilihat dari penyebabnya merupakan kondisi
yang sangat umum terjadi di mana penyakit ini bisa dibatasi dengan cara
menurunkan faktor risikonya, jadi tentunya harus lebih dulu tahu apa saja
gejalanya dan segera membawa ke dokter untuk penanganan lebih cepat dan tepat.
e. Gejala
Pada rata-rata kasus abrasi kornea, apabila benda asing masuk ke dalam
kornea, maka ada sejumlah kondisi umum yang bakal dikeluhkan oleh
penderita. Di bawah ini merupakan hal-hal yang akan dirasakan oleh penderita
saat mata mengalami abrasi kornea yang disebabkan oleh benda asing
a) Mata iritasi
b) Mata pedih
c) Mata berair
d) Mata sakit
e) Mata memerah
f) Penglihatan terganggu
g) Otot di area mata bergerak terus-menerus
f. Patofisologi
g. Pengobatan
Setelah gejala diketahui, maka penderita gejala wajib untuk segera memeriksakan
ke dokter agar cepat ditangani. Sebelum dokter bisa memberikan penanganan
yang paling tepat, dokter spesialis mata yang kemungkinan besar akan
menganalisa luka pada kornea dengan cara menerapkan obat tetes mata lebih
dulu.
Obat tetes mata tersebut diketahui mengandung pigmen biologis untuk mata kecil
di mana hal ini adalah suatu cara yang memudahkan proses analisa agar lebih
akurat juga hasilnya. Baru setelah proses analisa atau diagnosa selesai, dokter
baru bisa menentukan apa saja perawatan yang paling baik dan sesuai
Obat tetes mata antibiotik – Obat jenis antibiotik ini biasanya diberikan untuk
melindungi bagian mata dari infeksi. Obat ini jugalah yang diyakini mampu
secara efektif mengurangi kemerahan dan luka pada mata
Penutup mata – Penggunaan penutup mata dapat disarankan pula oleh dokter
dan hal ini dianjurkan biasanya bertujuan supaya mata tidak terganggu.
Perawatan Alami ada sejumlah kiat yang juga perlu dilakukan sebagai langkah
perawatan dan pemulihan mata yang terserang abrasi kornea dan berikut di bawah
ini adalah sejumlah langkah yang bisa Anda lakukan :
a) Kompres Dingin – Apabila kornea yang terkena goresan menyebabkan rasa
sakit berlebihan, kompres dingin bisa menjadi penyelamat. Beberapa ahli
mata pun memberikan anjuran akan penggunaan solusi pembersih mata
khusus, namun diskusikan lebih dulu dengan dokter ahli mata bila tak begitu
mengerti dan coba gunakan kompres dingin saja.
b) Tidak Menggunakan Riasan Mata – Sama seperti saat terkena mata bintitan,
selama mata terkena abrasi kornea, ada baiknya untuk tak menggunakan
riasan mata. Zat kimia dari produk riasan mata dapat masuk ke dalam mata
dan berisiko memperburuk luka dan rasa sakitnya dan bahkan perlu
diwaspadai pula bahwa produk-produk make up juga biasanya di dalamnya
terkandung alergen.
c) Mengistirahatkan Mata – Karena kornea sedang terluka, maka
mengistirahatkan mata adalah solusi yang paling baik. Pastikan untuk sama
sekali tidak melakukan hal-hal yang memberikan tekanan bagi mata, seperti
menonton TV terlalu lama, menggunakan komputer, membaca buku,
mengemudi, dan lain sebagainya.
d) Menggunakan Kacamata Hitam – Apabila aktivitas Anda terlalu sering atau
mengharuskan untuk berada di luar ruangan, pastikan untuk mengenakan
kacamata hitam supaya tidak terpapar cahaya matahari terlalu lama. Sinar
matahari yang terlalu terang bisa jadi malah mengiritasi mata dan
memperburuk kondisinya.
e) Tidak Mengucek Mata – Ada kemungkinan kita akan terasa tergoda untuk
mengucek mata, namun hal ini harus dihindari atau bila tidak akan justru
memperparah kondisi kornea. Ketahui ada beberapa bahaya mengucek mata
dengan tangan agar Anda bisa lebih waspada.
f) Tidak Mengenakan Lensa Kontak – Abrasi kornea bisa menjadi lebih parah
ketika Anda tetap mengenakan lensa kontak; ingat akan bahaya lensa
kontak untuk mata ketika tak digunakan dengan tepat, jadi sementara waktu
hindarilah penggunaannya sampai mata benar-benar sembuh. Setelah
benar-benar dinyatakan sembuh, barulah Anda bisa menggunakan lensa
kontak lagi.
h. Diagnose keperawatan glaucoma
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan:
Nyeri terkontrol / tulang
Kriteria hasil
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan
nyeri
Intervensi :
a. Observasi derajat nyeri mata
b. Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang
c. Stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO
d. Ajarkan pasien teknik distraksi
e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program
Kriteria hasil :
a.Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih
lanjut
Intervensi :
a. Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /
kemungkinan kehilangan penglihatan
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis.
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik
sistemik.
3. Resiko cedera berhubungan dengan kebutaan
Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal
Kriteria hasil : Tidak terjadi cedera
Intervensi :
a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah
penggunaan tetes mata dan salep mata.
Asuhan Keperawatan Gangguan Penglihatan
RETINOBLASTOMA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. X Penanggung jawab biaya
Usia : 25 bulan Nama :-
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat :-
Suku/Bangsa : - Hub. Keluarga :-
Agama : Islam Telepon :-
Pendidikan :-
Status perkawinan : -
Pekerjaan :-
Alamat :-
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Inspeksi
Rambut bersih, tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, ujung
rambut tidak bercabang dan tidak kusam, tidak ada lesi.
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
b. Mata
1) Inspeksi
a) Pengamatan bola mata
Strabismus (mata juling)
Mata kanan terlihat merah
Adanya bercak putih pada mata
Mata kanan sedikit eksoftalmus
Kornea mata tidak jernih
Adanya glaucoma
b) Palpebra
Palpebra hiperemis
c) Konjungtiva dan Sklera
Kojungtiva injeksi
Adanya konjungtivitis
Abrasi kornea
Pupil terlihat leukokoria
Adanya hipopion
Pupil mata anisocoria
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada bola mata
c. Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, tidak ada secret, tidak ada
pembesaran chonchanasalis, tidak ada poli
Palpasi: Tidak ada sinus
d. Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir kering, warna pucat, warna lidah pucat
e. Telinga
Inspeksi : daun telinga bagian belakang bersih, tidak ada secret yang
mengeras, tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam.
f. Leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, tidak ada bendungan vena
jugolaris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
g. Sistem respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak
ada retraksi otot-otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal
(22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
A. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
.
1. DS: Otak Gangguan persepsi
Keluarga mengatakan menginterprestasikan sensori: penglihatan
mata merah, mata agak sebagai bayangan
menonjol berkabut sehingga
pandangan menjadi
DO: berdasarakan kabur
pemeriksaan fisik
perawat didapatkan
strabismus, leukokoria
2. DS: Akibat proses Gangguan rasa nyaman
Keluarga mengatakan penyakit nyeri
anak rewel, menggosok- (kompresi/dekstruksi
gosok mata, mata agak jaringan saraf, inflamasi)
menonjol
DO: berdasarakan
pemeriksaan fisik
perawat didapatkan
Konjungtivitis, hipopion
3. DS: keluarga Ketidaktahuan klien Gangguan rasa aman
mengatakan mata kanan tentang keadaan/prosedur cemas
merah, ada bercak putih yang akan dilakukan
pada mata, terlihat mata
kucing pada malam hari
DO: berdasarakan
pemeriksaan fisik
perawat didapatkan
glaucoma, strabismus,
leukokoria, abrasi
kornea, hipopion
7. DS: keluarga gejala Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan
mata merah, mata mengenai penyakit
menonjol pada anak anaknya
sudah terjadi selama satu
minggu, mata anaknya
terihat seperti mata
kucing pada malam hari
sejak 1 bulan lalu
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf) ditandai dengan anak rewel.
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan otak
menginterprestasikan sebagai bayangan berkabut sehingga pandangan menjadi
kabur ditandai dengan strabismus, leukokoria
3. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang
keadaan/prosedur yang akan dilakukan dengan mata kanan merah, ada bercak
putih pada mata, terlihat mata kucing pada malam hari.
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
ditandai dengan ada bercak kecil putih pada mata, glaucoma, strabismus,
leukokoria, hipopion.
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
infomasi mengenai penyakit anaknya ditandai dengan gejala mata merah, mata
menonjol pada anak sudah terjadi selama satu minggu, mata anaknya terihat
seperti mata kucing pada malam hari sejak 1 bulan lalu.
B. Format Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan persepsi NOC NIC
sensori: penglihatan Tujuan : Pencapaian Komunikasi: Defisit
berhubungan dengan Meningkatkan ketajaman Penglihatan
otak penglihatan dalam batas situasi
menginterprestasika individu, mengenal gangguan 1. Kaji reaksi pasien terhadap
n sebagai bayangan sensori dan berkompensasi penurunan penglihatan
berkabut sehingga terhadap perubahan. 2. Ajak pasien ntuk menentukan
pandangan menjadi tujuan dan belajar melihat
kabur ditandai Kriteria Hasil : dengan cara yang lain
strabismus, a. Mengenal gangguan sensori 3. Deskripsikan lingkungan
leukokoria. dan berkompensasi terhadap disekitar pasien
perubahan. 4. Jangan memindahkan sesuatu di
b. Mengidentifikasi/memperbaiki ruangan pasien tanpa memberi
potensial bahaya dalam informasi pada pasien
lingkungan. 5. Bacakan surat atau koran atau
info lainnya
6. Sediakan huruf braile
7. Informasikan letak benda-benda
yang sering diperlukan pasien
Manajemen Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien
2. Pindahkan benda-benda
berbahaya dari lingkungan pasien
3. Pasang side rail
4. Sediakan tempat tidur yang
rendah
5. Tempatkan benda +benda pada
tempat yang dapat dijangkau
pasien
3.1 Kesimpulan
Mata adalah indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang membantu kita
dalam menyelesaikan segala aktivitas sehari-hari, maka dari itu menjaga kesehatan mata
kita sangatlah penting dan merupakan wujud syukur pada apa yang dimiliki oleh kita.
Tidak hanya itu dengan menjaga mata kita maka mata akan berfungsi dengan baik,
sehingga tidak mengganggu aktivitas kita.
3.2 Saran
Perawat harus mampu memahami tindakan yang tepat pada pasien dengan gangguan
sistem imunitas seperti pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Sangat diharapkan agar terhindar dari alergi dengan menghindari penyebab alergi
misalnya debu, dan makanan yang menyebabkan alergi.
Daftar Pustaka