Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUANPADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN KONJUNGTIVITIS

Disusun:

O
L
E
H

Nama :Mikhael Soinbala


Nim :11431117

AKADEMIK KEPERAWATAN MARANATHA KUPANG


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
dan rahmat-Nya yang dirasakan teristimewa dalam penulisan makalah ini dengan judul “
LAPORAN PENDAHULUAN KONJUNGTIVITIS. Pada mata kuliah KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH II, disadari bahwa tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan penulisan Makalah ini ditemukan begitu banyak kendala,
namun berkat kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun
spiritual maka tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada beberapa pihak.

Penulis,Mei 2020

Penyusun
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar belakang......................................................................................................
B. B.Tujuan...............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Konjungtivitis........................................................................................
B. Mengetahui Etiologi Konjungtivitis....................................................................
C. Mengetahui Maniftasi KlinisKonjungtivitis........................................................
D. Mengetahui Potofisiologis Konjungtivitis...........................................................
E. Mengetahui Pathway Konjungtivitis...................................................................
F. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Konjungtivitis...........................................
G. Mengetahui Penatalaksanaan Keperawatan Konjungtivitis..................................
H. Mengetahui Komplikasi Konjungtivitis...............................................................
I. Konsep asuhan keperawatan...............................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,


menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh
saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak
memungkinkan koordinasi gerakan mata.

Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan.


Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan
mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut
konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan
pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis.

A. Tujuan Umum
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
asuhan keperawatan dengan gangguan konjungtivitis.
B. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang definisi Konjungtivitis
2. Menjelaskan tentang etiologi pada Konjungtivitis
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinis pada pederita Konjungtivitis
4. Menjelaskan tentang patofisiologi Konjungtivitis
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada penderita Konjungtivitis
6. Menjelaskan tetang penatalaksanaan pada pasien penderita Konjungtivitis
7. Menjelaskan tetang asuhan keperawatan pada pasien penderita Konjungtivitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Konjungtivitis

Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak


dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus, di
mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea.

Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat vaskuler


(banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat dilihat kelenjar
sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal daripada konjungtiva
bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi kornea. Sclera dapat dilihat
lewat konjungtiva bulbi.

B. Etiologi

a. Konjungtivitis  Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi.

b. Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti
mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga
disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48
jam.
c. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan
disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan
mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat
dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama
dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan “hay fever”.
d. Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir)
disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu
yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.
e. Trachoma
Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan
Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma adalah 7 hari ( 5 – 14 hari ).
Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa muda dan anak-anak, yang
akut atau sub akut. Cara penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau
alat-alat pribadi.

Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri atau


virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral sangat menular
tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) setelah 2 minggu.
Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan degeneratif pada kelopak mata.
Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin merupakan ganguan mata yang paling
umum.

C. Manifestasi Klinis

a. Tanda

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

 Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

 produksi air mata berlebihan (epifora).

 kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan


menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel
konjungtiva bagian atas.

 pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi


nonspesifik peradangan.

 pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.


 terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).

 dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

b. Gejala

Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan


kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang
jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada
konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah:

 mata berair

 mata terasa nyeri

 mata terasa gatal

 pandangan kabur

 peka terhadap cahaya

 terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

D. Patofisiologi

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak


mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna,
karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan
konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan
ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya
secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat
kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan
kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata
sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

E. Pathway

Mikroorganisme(bakteri,
virus,jamur)

Masuk kedalam mata

Kelopak mata terinfeksi

Tdk bisa menutup dan


membuka dgn smprna

Mata kering (iritasi)

Konjungtivitis Mikroorganisme,
allergen, iritatif
peradangan
lakrimasi
Keljr air mata terinfeksi
Dilatasi pembuluh
darah Pengeluaran
cairan meningkat
Fungsi sekresi terganggu
nyeri Sclera merah edem
a hipersekresi
Granulasi disertai TIO meningkat
sensai benda asing
Kanal schlemm trsmbt Resiko infeksi

Gangguan rasa
nyaman Iskemia syaraf optik

Gangguan persepsi
sensori
Ulkus kornea

F. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada anak-


anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan dan demam.
 Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan konjungtival
jika konjungtivitis disebabkan virus.
 Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis disebabkan bakteri.
 Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial yang
menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.

G. Penatalaksanaan

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari


bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan
baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus
dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis
antar pasien.

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis


karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika
(Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang
sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin
(antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1
%). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene
kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan
salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
H. Komplikasi

Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok menyebabkan


perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septikemia
atau meningitis.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Konsep Pengkajian
1. Identitas Pasien:

1. Nama : Ny.M
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 35 Tahun
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT
7. Status Pernikahan : Menikah
8. Alamat : Oebofu
9. Nomor Register :-
10. Suku/Bangsa
11. Tanggal MRS : 25-03-2020

2. Riwayat Kesehatan

 Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata

 Riwayat Kesehatan Sekarang: Klien merasakan nyeri, gatal dan merasa seperti ada
benda asing dalam mata.

 Riwayat Kesehatan Dahulu: Klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

3. Pola Fungsi Kesehatan

 Psiko-Sosial
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan penyakitnya.

 Spiritual

Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas ibadahnya


sehubungan dengan penyakit yang klien derita.

 Istirahat tidur

Kaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah ada gangguan
tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan klien sewaktu bangun tidur.

4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit
Pemeriksaan Fisik:
 Sistem pernafasan: pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik.
 Sistem kardiovaskular: bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal.
 Sistem pencernaan: Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal.
 Sistem perkemihan: BAK dan BAK dalam batas normal.
 sistem endokrin: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
 sistem genetalia: Belum terkaji.
 Sistem musculoskeletal: Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal.
 Sistem integumen: Turgor kulit normal.
 Sistem persarafan: Dalam batas normal.

5. Pemeriksaan Laboraturium

1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram.

Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri


atau jamur penyebab konjungtivitis.

2. Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang
menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.

C. Analisa Data

TGL/ Pengelompokan Data Etiologi Masalah

JAM
27-03- DS: Pasien mengatakan nyeri pada kedua Konjungtivitis Nyeri
2020/ matanya
Peradangan
09.00 DO: mata klien tampak hiperemia, berair
wib dan kotor. TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 Dilatasi pembuluh

C darah

Nyeri
DS: ada purulen dan edema Konjungtivitis Resiko
infeksi
DO: mata klien tampak hiperemia, berair Mikroorganisme
dan kotor. TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 allergen, iritatif
C
Kelnjar air mata
terinfeksi

Fungsi sekresi
terganggu

Hipersekresi

Resiko infeksi
DS: Pasien mengatakan saat bangun tidur Konjungtivitis Ganggua
matanya lengket, dan pandangan klien n
sedikit kabur. Pengeluaran cairan persepsi
meningkat sensori
DO: Mata klien tampak hiperemia, berair
dan kotor. Terdapat purulent. TIO meningkat

Kanal schlemm
tersumbat

Iskemia syaraf optic

Ulkus kornea

Gangguan persepsi
sensori
DS : klien mengatakan mata gatal dan Konjungtivitis Ganggua
mata merah
n rasa
Peradangan nyaman
DO : mata merah

Dilatasi pembuluh
darah

Granulasi disertai
sensasi benda asing

Tidak nyaman

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada kelenjar air mata.
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori.
4. Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi benda asing.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl/ DK/Tujuan/KH Intervensi Rasional Paraf


Jam
27- DK : Nyeri a. Masukkan pada  Memberikan
03- berhubungan intruksi saat intruksi saat
dengan
2020/ pemulangan pemulangan
peradangan
09.00 konjungtiva pasien mengenai pasien mengenai
wib Tujuan : setelah
pengobatan pengobatan
dilakukan
tindakan khusus yang khusus yang
keperawatan
harus di harus di
selama 3x24
jam diharapkan konsumsi, konsumsi,
nyeri dapat
frekuensi frekuensi
teratasi
KH : pemberian, pemberian,
 Tidak nyeri kemungkinan kemungkinan
pada kedua
kelopak efek samping, efek samping,
mata pasien. kemungkinan kemungkinan
 Mata pasien
tidak interaksi obat, interaksi obat,
hiperemia. kewaspadaan kewaspadaan
 Mata pasien
tidak berair. khusus saat khusus saat
 Mata pasien mengkonsumsi mengkonsumsi
tidak kotor
obat tersebut obat tersebut
(misalnya, (misalnya,
pembatasan pembatasan
aktifitas fisik, aktifitas fisik,
pembatasan pembatasan
diet), dan nama diet), dan nama
orang yang harus orang yang harus
dihubungi bila dihubungi bila
dijumpai nyeri dijumpai nyeri
yang tidak yang tidak
tertahankan. tertahankan.
b. intruksikan  Mengintruksikan
pasien untuk pasien untuk
menginformasika menginformasika
n pada perawat n pada perawat
jika pengurang jika pengurang
nyeri tidak dapat nyeri tidak dapat
di capai. di capai.
c. Informasikan  Menginformasika
pada pasien n pada pasien
tentang prosedur tentang prosedur
yang dapat yang dapat
meningkatkan meningkatkan
nyeri dan nyeri dan
tawarkan saran tawarkan saran
koping. koping.
d. Perbaiki salah  Memperbaiki
persepsi tentang salah persepsi
analgesik tentang analgesik
narkotik atau narkotik atau
oploid (misalnya, oploid (misalnya,
resiko resiko
ketergantungan ketergantungan
atau overdosis). atau overdosis).
e. Berikan informasi  Memberikan
tentang nyeri, informasi tentang
seperti penyebab nyeri, seperti
nyeri, seberapa penyebab nyeri,
lama akan seberapa lama
berlangsung dan akan berlangsung
antisipasi dan antisipasi
ketidaknyamanan ketidaknyamanan
dari prosedur. dari prosedur.
f. Gunakan  Menggunakan
tindakan tindakan
pengendalian pengendalian
nyeri sebelum nyeri sebelum
jadi berat. jadi berat.
g. Ajarkan  Mengajarkan
penggunaan penggunaan
teknik non teknik non
farmakologi farmakologi
(relaksasi) (relaksasi)
sebelum, setelah sebelum, setelah
dan jika dan jika
memungkionkan, memungkionkan,
selama aktivitas selama aktivitas
yang
menyakitkan. yang
menyakitkan.

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TGL/JAM TIDAKAN PARAF


28-03-  Memberikan intruksi saat pemulangan
2020/ pasien mengenai pengobatan khusus
09.00 wib yang harus di konsumsi, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut (misalnya,
pembatasan aktifitas fisik, pembatasan
diet), dan nama orang yang harus
dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak
tertahankan.
 Mengintruksikan pasien untuk
menginformasikan pada perawat jika
pengurang nyeri tidak dapat di capai.
 Menginformasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan saran koping.
 Memperbaiki salah persepsi tentang
analgesik narkotik atau oploid (misalnya,
resiko ketergantungan atau overdosis).
 Memberikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa lama
akan berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
 Menggunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum jadi berat.
 Mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah
dan jika memungkionkan, selama aktivitas
yang menyakitkan.

F. EVALUASI

MASAKAH TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan 29-03- S: Pasien mengatakan nyeri
dengan 2020/ pada kedua matanya
peradangan O: mata klien tampak hiperemia,
09.00 wib
konjungtiva berair dan kotor.
A: nyeri belum teratasi
P : rencana 2-7 dilanjutkan
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh
saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak
memungkinkan koordinasi gerakan mata.

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian
berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis
terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu
cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat
hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah dan
dapat dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun sudah
terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat serta
penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan
mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan saran
dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

C. Smeltzer Suzanne dan Brenda G.Bare. 2001.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta:
EGC
Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Ilmu Keperawatan Mata. Sagung Seto, Jakarta
Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia
pustaka utama
http:// asuhan-keperawatan-pada-pasien-konjungtivitis.com

http://kelompok8fkep.wordpress.com/2009/10/12/kasus-2-konjungtivitis/
http:/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.com/2010/11/.html

http://dyny-nursedynygreat.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.html

Anda mungkin juga menyukai