KONJUNGTIVITIS VERNAL
Pembimbing :
Disusun oleh :
1112103000051
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan kasus yang berjudul “Kunjungtivitis
Vernal” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Supiyanti, Sp. M yang telah
membimbing dan mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat ketidaksempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penulisan ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
tentunya bagi penulis yang sedang menjalani kepaniteraan klinik Stase Mata
RSUD Kota Bekasi.
DAFTAR ISI .
…………………………………………
.
…………………………………………
.
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus).
a. Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari jaringan
ikat retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat limfosit diantaranya.
Lapisan ini paling berkembang di forniks. Tidak terdapat mulai dari lahir
tetapu berkembang setelah 3-4 bulan pertama kehidupan. Untuk alasan ini,
inflamasi konjungtiva pada bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi
folikuler.
b. Lapisan fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih tebal
daripada lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal dimana pada
tempat tersebut struktur ini sangat tipis. Lapisan ini mengandung pembuluh
darah dan saraf konjungtiva. Bergabung dengan kapsula tenon pada regio
konjungtiva bulbar. 2
2.2. Definisi
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata
semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical
dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan
infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi
imunosupresif 1
1. Hiperemia
Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi konjungtival
diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah konjungtival, yang
muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam perjalanannya menuju ke
limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk konjungtivitis. Tetapi,
penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia, lokasi mereka, dan
ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial diagnosa. Seseorang juga
dapat membedakan konjungtivitis dari kelainan lain seperti skleritis atau keratitis
berdasar pada injeksinya. 6 Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi:
● Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang distended
bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat
menuju ke arah limbus).
● Injeksi perikornea(pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed
pada tepi limbus).
● Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang
dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus).
● Injeksi komposit(sering).
Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea atau struktus
yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah menandakan konjungtivitis
bakterial, dan penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik.
Hiperemia tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti
angin, matahari, asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada
penyakit terkait dengan instabilitas vaskuler(contoh, acne rosacea). 6
Gambar 3. bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva
dikutip dari Lang GK, Lang GE. Conjunctiva. Dalam: Lang GK, Gareis O, Amann J, Lang GE,
Recker D, Spraul CW, Wagner P. Ophthalmology: a short textbook. New York: Thieme; 2000.
2. Discharge (sekret).
Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah
eksudat(mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya.6
3. Chemosis ( edema conjunctiva ).
Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik akut tetapi
dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau konjungtivitis
meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Chemosis dari
konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang,
chemosis mungkin timbul sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross.6
Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva
dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali
sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan
menggunakan slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan
mengitarinya. Terlihat paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada
semua kasus konjungtivitis klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada
beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan pada beberapa kasus konjungtivitis
toksik diinduksi oleh medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan miotik.
Folikel pada forniks inferior dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik
yang terbatas, tetapi ketika diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus
superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik
(mengikuti medikasi topikal). 6
7. Hipertrofi papiler.
Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva terikat
pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah yang
membentuk substansi dari papilla(bersama dengan elemen selular dan eksudat)
mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang
menutupi papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan
terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan.
Pada kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat
digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat. Ketika papila berukuran
kecil, konjungtiva biasanya mempunyai penampilan yang halus dan merah
normal. Konjungtiva dengan papila berwarna merah sekali menandakan kelainan
disebabkan bakteri atau klamidia(contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna merah
sekali merupakan karakteristik dari trakoma akut). Injeksi yang ditandai pada
tarsus superior, menandakan keratokunjungtivitis vernal dan konjungtivitis giant
papillary dengan sensitivitas terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior, gejala
tersebut menandakan keratokonjungtivitis atopik. Papila yang berukuran besar
juga dapat muncul pada limbus, terutama pada area yang secara normal dapat
terekspos ketika mata sedang terbuka(antara jam 2 dan 4 serta antara jam 8 dan
10). Di situ gejala nampak sebagai gundukan gelatin yang dapat mencapai kornea.
Papila limbal adalah tanda khas dari keratokonjungtivitis vernal tapi langka pada
keratokonjungtivitis atopik. 6
9. Phylctenules.
Dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5 th edition.
hal. 63-81
11. Granuloma.
Adalah nodus stroma konjungtiva yang meradang dengan area bulat merah dan
terdapat injeksi vaskular. Tanda ini dapat muncul pada kelainan sistemik seperti
tuberkulosis atau sarkoidosis atau mungkin faktor eksogen seperti granuloma
jahitan postoperasi atau granuloma benda asing lainnya. Granuloma muncul
bersamaan dengan bengkaknya nodus limfatikus preaurikular dan submandibular
pada kelainan seperti sindroma okuloglandular Parinaud. 1,6
Gambar 17 Granuloma konjungtiva disertai dengan folikel pada sindroma okuloglandular Parinaud.
dikutip dari
Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5 th edition. hal.
63-81
Suatu jenis konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu infeksi bakteri
Gonokok, Meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Hemophilis influenzae, dan Escherichia coli.4 Terdapat dua bentuk konjungtivitis
bakteri yaitu akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. Konjungtivitis
bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14
hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis yang dapat menimbulkan
komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya
sekunder terhadap penyakit pelpebra atau obstruksi ductus nasolacrimalis.5
Konjungtivitis virus atau viral adalah suatu penyakit umum yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat
yang dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri
dan dapat berlangsung lebih lama dari pada konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis
ini terutama disebabkan oleh adenovirus dan herpes simplex virus adalah virus
yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga disebabkan oleh virus
varicella zoster, piconavirus (enterovirus 70, coxsackie A24), poxvirus, dan
immunodeficiency virus.15
a. Keratokonjungtivitis Epidemika
dapat berupa bintik-bintik, mulai dari konjungtiva bulbaris superior dan menyebar
ke bawah. 1
2.4.4. Trachoma
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering, dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistim
imun.16 Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
konjungtiva adalah reaksi hipersensxitivitas tipe 1.17 . 1
a. Konjungtivitis Vernal
b. Konjungtivitis Flikten
c. Konjungtivitis Atopik
d. Konjungtivitis iatrogenik
Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan dokter. Berbagai obat dapat
memberikan efek sampng pada tubuh, demikian pula pada mata yang dapat terjadi
dalam bentuk konjungtivitis. 1
Sindrom Steven Johnson adalah suatu penyakit eritema multiform yang berat
(mayor). Penyakit ini sering ditemukan pada usia 35 tahun. Penyebabnya diduga
suatu alergi pada orang yang mempunyai predisposisi terhadap obat – obat
sulfonamid, barbiturat, salisilat. Ada pula yang beranggapan bahwa penyakit ini
idiopatik dan sering ditemukan sesudah suatu infeksi herpes simpleks. Terdsapat
trias gangguan : Kertokonjungtivitis sika, xerostomia, dan disfungsi jaringan ikat
(arttritis). Setidaknya dalam mendiagnosis diperlukan 2 dari tiga trias tersebut. 1
Kelainannya dapat berupa lesi pada kulit berupa lesi eritema yang dapat
timbul mendadak dan tersebar secara simetris. Mata merah dengan demam dan
kelemahan umum dan sakit pada sendi merupakan keluhan penderita dengan
sindrom Steven Johnson. Juga disertai dengan gejala vesikel pada kulit, bula, dan
stomatitis ulseratif. 1