Anda di halaman 1dari 15

KONJUNGTIVITIS VERNAL

Disusun oleh:

Aji Dwi Syahputra


41191396100089

Pembimbing:
dr. Erfira, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK MATA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul konjungtivitis
vernal ini. Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir.
Makalah referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di stase Mata RSUP Fatmawati. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada:
1. dr. Erfira, Sp.M selaku pembimbing referat yang telah memberikan
bimbingan, pengetahuan, serta saran sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Seluruh konsulen dan staff stase Mata RSUP Fatmawati.
3. Teman-teman ko-asistensi kepaniteraan klinik Mata.
Penulis menyadari bahwa makalah referat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga makalah referat ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh kepaniteraan
klinik ilmu penyakit dalam dan bagi para peserta didik selanjutnya.

Jakarta, 7 Mei 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDA HULUAN...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
2.1 Anatomi dan Histologi Konjungtiva.....................................................................5
2.2 Konjungtivitis.........................................................................................................6
2.3 Konjungtivitis Vernal.............................................................................................7
2.3.1 Epidemiologi....................................................................................................7
2.3.2 Klasifikasi.........................................................................................................8
2.3.3 Etiologi dan Patogenesis..................................................................................8
2.3.4 Menifestasi Klinis............................................................................................9
2.3.5 Diagnosis........................................................................................................10
2.3.6 Tatalaksana....................................................................................................11
2.3.7 Diagnosis banding..........................................................................................12
2.3.8 Komplikasi.....................................................................................................12
2.3.9 prognosis........................................................................................................12
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

3
BAB I
PENDA HULUAN

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang


membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebra dan dengan epitel kornea di limbus. Secara
anatomi, konjungtiva dibagi menjadi konjungtiva palpebralis/tarsal, konjungtiva
bulbi dan konjungtiva forniks.1 Konjungtiva atau selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata ini dapat mengalami inflamasi (konjungtivitis),
dalam bentuk akut maupun kronik. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri,
klamidia, alergi, virus dan toksik yang berkaitan dengan penyakit sistemik.
Konjungtivitis vernal adalah salah satu bentuk dari konjungtivitis alergi.2

Konjungtivitis vernal merupakan konjungtivitis alergi, penyakit yang


dapat rekuren dan bilateral terutama pada musim panas, yang dihubungkan
dengan reaksi hipersensitif (tipe I dan IV), dengan gambaran spesifik hipertropi
papil di canaltarsus dan limbus.1,2 Konjungtivitis vernal merupakan penyakit
infeksi mata yang masih belum diketahui pasti penyebabnya, allergen spesifiknya
sulit dilacak, namun pasien konjungtivitis vernal biasanya menampilkan
menifestasi alergi lainnya, yang diketahui berhubungan dengan sensitivitas
terhadap tepung sari rumput.1,3 Konjungtivitis vernal mengenai pada anak-anak
dan usia muda (antara 3
– 25 tahun) dan lebih sering pada laki-laki, umur rata-rata 7 tahun. Gambaran
klinis konjungtivitis vernal yaitu gatal yang hebat, berair, rasa terbakar, mata
merah dan seperti ada benda asing pada mata.4 Gejala-gejala ini tentunya
menyebabkan rasa tidak nyaman dan akan sangat mengganggu sehari-hari,
terutama pada anak-anak sehingga diperlukan penatalaksanaan untuk mengatasi
keluhannya dan mencegah terjadinya komplikasi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi Konjungtiva


Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebra dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan ini memunkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

Secara anatomi, konjungtiva dibagi menjadi konjungtiva palpebralis/tarsal,


konjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks.1,2

1. konjungtiva tarsal melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat


erat ke tarsus
2. konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera
dibawahnya
3. konjungtiva forniks merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal
dengan konjungtiva bulbi

5
Secara histologis lapisan konjungtiva terdiri dari epithel konjungtiva dan
stroma. Epitel konjungtiva terbagi menjadi ephitel superfisial yang mengandung
sel goblet yang meproduksi mucin dan epithel basal didekat limbus yang
mengandung pigmen. Dibawah epithel terdapat stroma konjungtiva. Stroma terdiri
atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang
mengandung jaringan ikat padat (tarsus) serta jaringan yang lain. Pada tepi atas
tarsus terdapat kelenjar Krause yang merupakan kelenjar air mata.1
Konjungtiva berfungsi menghasilkan air mata dan mensuplai oksigen pada
kornea, serta berfungsi sebagai pertahanan spesifik. Konjungtiva selalu dibasahi
oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di foorniks atas. Air mata yang
merupakan bagian dari tearfilm ini akan mengalir dipermukaan belakang kelopak
mata dan dengan kedipan mata, air mata akan terus mengalir membasahi
konjungtiva dan kornea sehingga konjungtiva dan kornea selalu basah dan untuk
selanjutnya air mata mengalir keluar melalui saluran lakrimali

2.2 Konjungtivitis
Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di
Dunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan banyak secret purulent kental.1 Gejala utama
konjungtivitis antara lain rasa seperti kemasukan benda asing, sakit sekitar mata,
bengkak, dan gatal. Berdasarkan perjalanannya konjungtivitis dibedakan menjadi
konjungtivitis akut, subakut, subkronis, dan kronis. Berdasarkan sifat eksudatnya
dibedakan menjadi mucus, serosa, purulent, dan hemoragis. Berdasarkan
penyebabnya dibedakan menajdi infeksi, alergi, dll.4

6
Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan etiologi, gejala dan tanda

Gambar 2. Gambaran beberapa konjungtivitis


2.3 Konjungtivitis Vernal
Konjungtivitis vernal dikenal juga sebagai “konjungtivitis musiman” atau
“konjungtivitis musim kemarau” merupakan penyakit yang rekuren, bersifat
bilateral, berulang menurut musim, sebagai akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I
dan IV) dengan gambaran spesifik hipertropi papil di canaltarsus dan limbus.
Konjungtivitis vernal merupakan salah satu bentuk konjungtivitis alergi yang
dapat menyebabkan kerusakan kornea yg berpengaruh pada kebutaan.1,2, 3

2.3.1 Epidemiologi
Konjungtivitis vernal mengenai anak-anak serta dewasa muda,(antara 3-25
tahun) dan lebih sering pada anak laki-laki, umur rata-rata 7 tahun dan cenderung
berkurang setelah usia 10 tahun.2,3 Prevalensi konjungtivitis vernal tinggi pada
wilayah panas dan kering, pada daerah beriklim sedang penyakit ini jarang
ditemukan, dan hampir tidak ada di daerah dingin. Konjungtivitis tipe limbal
banyak terjadi di negara afrika tengah dan selatan. Sedangkan tipe palpebral
banyak terjadi di Eropa dan Amerika. 1,5

7
2.3.2 Klasifikasi
Konjungtivitis vernal dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:2,6

1. Tipe palpebral, terutama mengenai konjungtiva palpebra superior.


Terdapat pertmbuhan papil yang besar (coble stone) yang diliputi sekret
yang mukoid. Konjungtiva tarsal inferior hiperemia, edema terdapat papil
halus dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara
klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan berbentuk poligonal dengan
permukaan yang ratadan dengan kapiler di tengahnya.
2. Tipe limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan
degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea,
terbentuknya panus, dengan sediikit eosinofil. Tipe limbal biasanya
menyerang pasien kulit hitam dan orang Asia.
3. Tipe campuran

2.3.3 Etiologi dan Patogenesis


Allergen spesifik penyebab konjungtivitis vernal sulit dilacak, tetapi pasien
konjungtivitis vernal biasanya menampilkan manifestasi alergi lainnya, yang
diketahui berhubungan dengan sensitivitas terhadap tepung sari rumput.1 Beberapa
faktor penyebab diduga adalah alergen serbuk sari, debu, tungau debu rumah, bulu
kucing, makanan, faktor fisik berupa panas sinar matahari atau angin.7
Konjungtivitis vernal kambuh secara musiman. Pada pemeriksaan kerakan getah
mata didapatkan eosinophil. Sehingga, berdasarkan beberapa hal di atas, dapat
disimpulkan penyebab utama konjungtivitis vernal adalah reaksi alergi.

Mekanisme dasar terbentuknya konjungtivitis vernal yang merupakan


salah satu bentuk konjungtivitis alergi, sebagai berikut:5

8
Gambar 3. Pathogenesis konjungtivitis alergi

2.3.4 Menifestasi Klinis


Pasien dengan konjungtivitis vernal sering datang dengan gejala gatal yang
hebat, mata berair (lakrimasi), rasa terbakar dan seperti ada benda asing di mata.
Terdapat papilla pada konjungtiva tarsalis superior dan bentuk papil besar-besar
menyerupai batu kali yang dikenal sebagai “cobble stone”. Papil besar ini
berbentuk polygonal dengan atap rata, injeksi konjungtiva, pada daerah limbus
atau perilimbus terdapat titik-titik keputihan terutama pada orang afrika yang
disebut “Horner Trantas Dot”.5

Gambar 3. Cobble stone appearance pada konjungtiva palpebra superior pada


konjungtivitis vernal

9
Gambar 4. Trantas dot (tanda panah) pada limbus kornea pada konjungtivitis
vernal
2.3.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan anamnesis, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, ditanyakan terkait gejala.
Keluhan utama pasien adalah mata terasa gatal terus menerus, sering berair, rasa
terbakar dan seperti ada benda asing di mata. Serta ditanyakan riwayat atopi.
Pemeriksaan klinis palpebra pada penyakit awal-ringan didapatkan konjungtiva
hiperemis, dan hipertrofi papiler. Makropapil (< 1 mm) berbentuk polygonal datar
(gambaran cobble stone) dengan focal inflammatory infiltrates atau makropapil
dengan diffuse infiltrates. Makropapil dapat berprogesi menjadi giant papillae (>1
mm). Pemeriksaan pada limbus didapatkan trantas dot. Pada pemeriksaan
penunjang seperti kerakan konjungtiva didapatkan eosinophil yang berlimpah.6

Gambar 5. Palpebral vernal disease. (a) makropapil dengan focal


inflammatory infiltrates; (b) makropapil dengan diffuse
infiltrates.

10
Gambar 6. Giant papillae pada palpebra superior pada konjungtivitis vernal

2.3.6 Tatalaksana
Umumnya konjungtivitis vernal bersifat self-limiting yaitu dapat sembuh
sendiri. Tujuan penatalaksanaan konjungtivitis vernal yaitu untuk mengatasi
gejala dan menghindari efek iatrogenic dari obat yang diberikan. Penatalaksanaan
konjungtivitis vernal meliputi:1,3,6

1. Langkah utama. Menghindari allergen penyebab jika memungkinkan


2. Terapi topikal
 Mast cell stabilizer yaitu natrium kromoglikat 2% atau sodium
kromolyn 4% atau iodoksamid trometamin dapat mencegah
degranulasi dan lepasnya substansi vasoaktif, sehingga dapat
mengurangi kebutuhan akan kortikosteroid topikal. Iodoxamide
telah terbukti lebih unggul daripada cromolyn sodium dalam
meredakan gejala dan tanda klinis konjungtivitis vernal. Pemberian
obat 4-6 kali/hari selama 2 minggu.
 Anti histamin topikal (emedastine, epinastine, levocabastine,
bepotastine) digunakan untuk mengurangi gejala pada
konjungtivitis vernal ringan
 Kombinasi obat vasokonstriktor dan antihistamin topikal
(antazoline dengan xylometazoline) mempunyai efek yang lebih
efektif dibanding pemberian terpisah.
 Non-steroid anti inflammatory (diklofenak atau ketorolak tipikal)
 Steroid topikal (fluorometholone 0.1%, rimexolone 1%,
prednisolone 0.5%, loteprednol etabonate 0.2% or 0.5%). Bila
obat- obatan topikal seperti antihistamin, vasokonstriktor, dan mast
cell stabilizer tidak adekuat.

11
3. Terapi sistemik
 Oral antihistamin. Misalnya loratadin, bermanfaat untuk
menambah efektivitas pengobatan topikal.
4. kompres dingin/kompres es (vasokonstriktor) bermanfaat mengurangi
keluhan pada pasien, tidur atau bekerja di ruang sejuk ber-AC membuat
pasien nyaman.
2.3.7 Diagnosis banding
Diagnosis banding konjungtivitis vernal adalah:

1. konjungtivitis atopi, pada konjungtivitis atopi tidak ada perbedaan usia


atau kelamin, adanya sekret yang jernih, letak kelainan lebih sering di
palpebra inferior.
2. Giant papillary conjunctivitis, kelainan juga terdapat di konjungtiva tarsal
superior namun dengan ukuran diameter papila yang lebih dari 0,3 mm,
penyebab tersering iritasi mekanik yang lama terutama karena penggunaan
lensa kontak.
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat diakibatkan oleh perjalanan penyakitnya
atau efek samping pengobatan yang diberikan. Bila proses penyakit meluas ke
kornea, dapat terjadi parut kornea, astigmatisme, keratokonus, dan kebutaan.
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan glaukoma, katarak
dan infeksi bakteri sekunder. Apabila penyakit meluas sampai ke kornea disebut
keratokonjungtivitis vernalis, dan digolongkan ke dalam penyakit yang lebih
berat, karena dapat menyebabkan penurunan visus
2.3.9 prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan. Walaupun penyakit ini termasuk self-limiting, namun bila proses
keratokonjungtivitis tidak dapat teratasi maka prognosisnya menjadi buruk

12
BAB III
KESIMPULAN

Konjungtivitis vernal merupakan penyakit yang rekuren, bersifat bilateral,


berulang menurut musim, sebagai akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I dan IV).
Konjungtivitis vernal mengenai anak-anak serta dewasa muda antara 3-25 tahun.
Prevalensinya tinggi pada daerah yg kering dan panas seperti Afrika, India,
Amerika. Pasien dengan konjungtivitis vernal sering datang dengan gejala gatal
yang hebat, mata berair (lakrimasi), rasa terbakar dan seperti ada benda asing di
mata. Terdapat papil besar “cobble stone” berbentuk polygonal, injeksi
konjungtiva, pada daerah limbus atau perilimbus terdapat titik-titik keputihan
“Horner Trantas Dot”. Penatalaksanaan diberikan mast cell stabilizer,
antihistamin, vasokonstriktor, dan steroid untuk mengatasi gejala. Konjungtivitis
vernal dapat menyebabkan komplikasi seperti kebutaan bila tidak diobati dengan
baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury Ed.


17. Jakarta : EGC. 2009.
2. Sidharta I, Yuliati SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.
3. Jun J, Bielory L, Raizman MB. Vernal Conjuctivitis. Tersedia :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18282546/. 2008.
4. Suhardjo. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada. 2017
5. Syawal, Rukiah St, et.al. Buku Ajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata.
Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. 2018
6. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophtalmology. 8th Edition. Sydney :
Elsevier. 2016.
7. Widyastuti SB, Siregar SP. Konjungtivitis Vernalis. Tersedia :
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/914/847. 2004.
8. Leonardi, andrea. 2002. Vernal Keratoconjunctivits:Pathogenesis and
Treatment. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12052387/
9. Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/
Indonesia Edisi 6. Indonesia: Elsevier

14
15

Anda mungkin juga menyukai