Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

KANDIDIASIS

Disusun oleh:

Hanifa Syafly

41181396100083

Pembimbing :

Dr. Retno Sawitri, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.CHASBULLAH ABDULMAJID
KOTA BEKASI

2021

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalh presentasi kasus ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga, para sahabat,
dan umatnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillahirabbil’alamin, selesainya presentasi kasus berjudul “Kandidiasis”


tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa memberi bimbingan,
petunjuk, serta motivasi kepada saya. Oleh sebab itu saya menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Retno Sawitri, Sp. KK selaku pembimbing selama di kepaniteraan klinik ilmu
penyakit kulit dan kelamin RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi yang
telah memberikan banyak ilmu, waktu, dan selalu sabar dalam membimbing.

2. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan, membimbing, memberi


semangat, kasih sayang, dan dukungan sepanjang hidup saya.

3. Teman-teman kepaniteraan klinik ilmu penyakit kulit dan kelamin di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi yang telah banyak memberikan masukan serta
dukungan kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan staf lainnya di RSUD Dr. Chasbullah Abdulmajid Kota
Bekasi.

5. Seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
pengerjaan makalah presentasi kasus ini yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.

Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses
kemajuan pendidikan selanjutnya.

Bekasi, 26 September 2021

Hanifa Syafly

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II ILUSTRASI KASUS...................................................................................................2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7

BAB IV ANALISIS KASUS..................................................................................................17

BAB V KESIMPULAN..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur candida,
paling sering jamur Candida albicans yang merupakan flora normal bagi tubuh manusia
yang tumbuh secara normal di rongga mulut, vagina, dan usus. Terdapat beberapa faktor
predisposes baik endogen maupun eksogen yang dapat menyebakan pertumbuhan Candida
menjadi abnormal dan menjadi kandidiasis, yaitu perubahan fisiologis, faktor mekanik,
faktor nutrisi, penyakit sistemik, dan iatrogeenik,

Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menginfeksi semua usia, baik laki-laki
maupun perempuan, dimana sumber agen utama penyebaran adalah pasien, tetapi transmisi
juga dapat terjadi melalui kontak langsung, dan fomites.

Kandidiasis pada kulit dapat menyerang segala usia tetapi kasus paling seirng
ditemukan pada bayi baru lahir atau orang lanjut usia, berkaitan dengan penurunan system
imun dan penggunaan antibiotik. Sebanyak 10-35% wanita mengalami candidial vaginitis
selama masa kehamilan tetapi kurang dari 1 % yang sampai mengalami chorioamnitis yang
dapat berdampak pada janin.

1
BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas Pasien


No. RM :-

Nama : Ny. HK

Tgl Lahir :-

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

2.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 September 2021


di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi
pukul 11.00 WIB.

2.2.1 Keluhan utama


Gatal pada area kemaluan sejak 6 bulan SMRS
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. H usia 25 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr.
Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi dengan keluhan gatal pada area kemaluan
sejak 6 bulan yang lalu saat pasien hamil anak ke-3 pada trimester ke 3. Keluhan
gatal awalnya dirasakan pada bagian dalam kemaluan, hilang timbul. Pasien
mencoba mengobati rasa gatal dengan beberapa obat krim dan salep (minyak
tawon, vaseline) keluhan gatal membaik sebentar kemudian rasa gatal kembali lagi.
Setelah melahirkan keluhan gatal tidak berkurang, dan mulai terasa gatal
pada area luar kemaluan sehingga pasien melanjutkan pengobatan gatal dengan
berbagai macam obat seperti (minyak tawon, pk, air sirih, dll) dan obat jamur dari
bidan pemakaian terakhir 2 bulan yang lalu, tetapi keluhan tidak membaik.
Keluhan juga disertai dengan nyeri saat BAK dan juga keputihan berwarna
putih, bergumpal tidak ada bau sejak pasien selesai nifas kurang lebih 2 bulan yang
lalu. Pasien juga sering cebok saat merasa kemaluannya kering, panas, dan gatal.
2
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa sebelumnya pernah dirasakan saat hamil anak pertama dan
kedua saat trimester ke 3 tetapi keluhan membaik dengan sendirinya. Riwayat
melahirkan anak ketiga 3 bulan yang lalu dengan ketuban berwarna hijau. Riwayat
alergi disangkal, alergi obat disangkal riwayat kencing manis, darah tinggi, jantung
dan kolesterol disangkal.

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa dikelurga disangkal, tidak ada riwayat alergi dikeluarga.


Riwayat suami dengan keluahan penyakit kelamin disangkal.

2.2.5 Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak. Pasien
sering mengenakan pakaian tertutup dan tebal sehari-harinya. Pasien sering
mengganti pakaian dalam 3-4x sehari karena area kemaluan sering terasa lembab.
Dirumah tidak saling meminjam handuk. Kondisi rumah tidak lembab tetapi panas
sehingga pasien mudah berkeringat. Riwayat berganti pasangan disangkal.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 26 September 2021 di poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi.

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

3
Status Gizi
Berat Badan : 61 kg
Tinggi Badan : Tidak dinilai
IMT : Tidak dapat dinilai
Tanda Vital
Tekanan darah : 109/70 mmHg
Nadi : 90x/mnt
Nafas : Tidak dinilai
Suhu : Tidak dinilai
Status Generalis
Kepala Tidak dinilai
Mata Tidak dinilai
THT Telinga : Tidak dinilai
Hidung : Tidak ada deviasi, secret (-)
Mulut : Bibir dan mukosa lembab
Tenggorok : Tidak dinilai
Leher Tidak dinilai
Paru Tidak dinilai
Jantung Tidak dinilai
Abdomen Tidak dinilai
Genitalia Tidak tampak hiperemis
Ektremitas Edema (-), sianosis (-)
Status Lokalis/Dermatologis

Pada regio genitalia externa


terdapat lesi eritematosus
multiform difuse dikelilingi
lesi satelit disertai erosi

Pada vulva tampak eritema


difuse disertai fluor albus
mukopurulen bergumpal.

Pemeriksaan Penunjang
4
Direncanakan pemeriksaan Gram dan KOH.

Resume

Ny. H usia 25 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr.
Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi dengan keluhan gatal pada area kemaluan
sejak 6 bulan yang lalu saat pasien hamil anak ke-3 pada trimester ke 3. Keluhan
gatal awalnya dirasakan pada bagian dalam kemaluan, hilang timbul. Pasien
mencoba mengobati rasa gatal dengan beberapa jenis obat krim dan salep, tetapi
keluhan tetap timbul kembali. Setelah melahirkan keluhan gatal tidak berkurang,
dan mulai terasa gatal pada area luar kemaluan sehingga pasien melanjutkan
berbagai macam pengobatan gatal lagi tetapi keluhan tidak membaik. Keluhan juga
disertai dengan nyeri saat BAK dan juga keputihan berwarna putih, bergumpal
tidak ada bau sejak pasien selesai nifas kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien juga
sering cebok saat merasa kemaluannya kering, panas, dan gatal. Keluhan serupa
sebelumnya saat hamil anak pertama dan kedua saat trimester ke 3 tetapi keluhan
membaik dengan sendirinya. Riwayat melahirkan anak ketiga 3 bulan yang lalu
dengan ketuban berwarna hijau.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan
umum tampak sakit ringan. Status dermatologis ditemukan pada Pada regio
genitalia externa terdapat lesi eritematosus multiform difuse dikelilingi lesi satelit
disertai erosi dan Pada vulva tampak eritema difuse disertai fluor albus
mukopurulen dan bergumpal.

Diagnosis

Diagnosis Kerja
Kandidiasis Vulvovaginitis
Kandidiasis kutis
Diagnosis Banding
Kandidiasis Vulvovaginitis : Vaginosis batekterialis
: Trikomonas vaginalis
Kandidiasis kutis : Eritrasma
: Dermatitis intertriginosa
: Tinea kruris

5
Tatalaksana
Non Medikamentosa

 Edukasi kepada pasien tentang penyakit kandidiasis, faktor predisposisi,


perjalanan penyakit, dan penyebabnya.
 Edukasi untuk menjaga higiene individu dan lingkungan agar tidak
lembab dan hangat.
Hindari pemakaian handuk dan pakaian bersama.
 Hindari garukan agar tidak memperburuk penyakit

 Menjaga agar area genitalia tidak lembab, dengan cara mengeringkan


dengan tissue setelah BAK, menggunakan dalaman bahan yang
menyerap keringat.

Medikamentosa

 Krim imidazole (mikonazole 2%, klotrimazol 1%) 14-28 hari untuk


kandidiasis kutis.
 Ketokonazole kapsul 2x200mg/hari oral selama 5 hari
 Cetirizine tab 1 x 10 mg, peroral, diminum saat malam hari, per oral
selama 7 hari

Prognosis

Ad Vitam : Bonam

Ad Sanasionam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : Bonam

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Kandidiasis

Definisi

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida Sp,


seperti Candida albicans dimana infeksi dapat mengenai kulit, kuku membrane
mukosa, traktur GI, juga dapat menyebabkan kelainan sistemik.1
Kandidiasis (USA) atau kandidosis (Eropa) merupakan kelompok penyakit
infeksi akut dan kronik di kulit atau diseminata yang disebabkan oleh ragi, yang
tersering adalah Candida albicans. 2

Epidemiologi

Jamur candida sering ditemukan akibat faktor lingkungan dan juga


merupakan jamur komensal pada permukaan kulit, orofaring, gastrointestinal,
pernafasan dan mukosa genitalia. Jenis yang paling sering ditemukan adalah
Candida albicans, sedangkan spesies non-albicans yang sering menimbulkan gejala
adalah C.dubliniensis, C.glabrata, C.guillermondii, C.krusei, C.lusitaniae,
C.parapsilosis, C.pseudotropicalis, dan C.tropicalis 1

Patogenesis
Jamur candida adalah patogen oportunistik pada beberapa kondisi seperti
ketidak seimbangan flora normal dan fungsi imun, kerusakan pada kulit atau
mukosa. Adanya faktor predisposisi pada pasien, baik secara endogen dan eksogen
berupa1:

1. Perubahan fisiologi, berupa usia, kehamilan dan haid

2. Faktor mekanik, seperti trauma (luka bakar, aberasi), oklusi local, kelembaban,
maserasi, kegemukan.

3. Faktor nutrisi, avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi.

4. Peyakit sistemik, seperti penyakit endokrin (diabetes mellitus, sindroma


cushing), down syndrome, acrodermatitis enteropatika, uremia, keganasaan, dan

7
imunodefisiensi

5. Iatrogenic, seperti penggunaan kateter, radiasi sinar x, penggunaan obat-obatan


yang bersifat imunosupresan dan antibiotik.

Candida sp.  penetrasi di mukosa vagina dan menyebabkan respon


inflamasi. Secara tipikal, sel polimorfonuklear (PMN) dan makrofag merupakan
sel inflamasi yang muncul dominan. Pada wanita usia reproduksi, flora normal
pada vagina sehat juga mengandung bakteri gram positif, gram negatif, aerob, dan
anaerob. Bakteri yang mendominasi adalah Lactobacillus dan Corynebacterium,
jika dibandingkan dengan Streptococcus, Bacteroides, Staphylococcus, dan
Peptostreptococcus yang menghasilkan asam laktat dan asetat dari glikogen,
sehingga pH vagina tetap rendah. Bakteri komensal ini membantu menjaga
lingkungan yang asam agar bebas dari bakteri dan jamur patogen. Keseimbangan
flora normal yang terganggu dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri
patogen secara berlebihan, dan menyebabkan vulvitis maupun vaginitis2.
Kondisi yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan itu di antaranya
perubahan hormon reproduksi, misalnya pada kehamilan atau penggunaan
kontrasepsi dengan hormon estrogen tinggi. Selain itu, karena gangguan respon
imun, seperti penderita HIV/AIDS, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, atau
penerima terapi imunosupresif 3.

Klasifikasi
1. Kandidiasis Oral

a. Oral thrush biasanya mengenai bayi, pasien HIV/AIDS. Gambaran berupa


pseudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum
molle, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi
dapat terpisah-terpisah, jika membrane terlepas tampak dasarnya merah
dan basah.1,2

8
Gambar 2.1 Oral Thrush4
b. Perleche

Lesi berupa fisura pada sudut mulut, lesi mengalami maserasi, erosi basah,
dan dasarnya eritematosa. Faktor predisposisinya yaitu defisiensi
ribovlavin dan kelainan gigi.1,3,4

Gambar 2.2 Perleche4


2. Kandidiasis kutis dan selaput lender genital
a. Lokalisata

 Kandidiasis intertriginosa

Lesi berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan


eritematosa dengan lesi dikelilingi satelit berupa vesikel-vesikel
pustul-pustul kecil atau bula yang jika pecah menyebabkan daerah
erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi
primer pada daerah lipatan kulit ketiak, genitokrural, intergluteal,
lipat payudara, interdigital, dan umbilicus, serta lipatan dinding

perut.1,3,4

9
Gambar 2.3 Kandidiasis Kutan4

 Kandidiasis perianal

Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah, dapat


menimbulkan pruritus ani1,3,5,kloiiiiiiiiiii

Gambar 2.4 Kandidiasis Perianal4


b. Vulvovaginitis
Sering terjadi pada penderita diabetes mellitus dan perubahan hormonal
(kehamilan dan siklus haid). Penggunaan cairan pembersih genital,
antibiotik, dan imunosupresi. Keluhan utama yaitu gatal didaerah vulva
dengan gambaran klinis pada gejala ringan tampak hyperemia pada labia
minora, introitus vagina terutama 1/3 bagian bawah vagina. Sering juga
terdapat kelainan khas berupa bercak putih kekuningan.

Pada gejala berat didapatkan gambaran edema pada labia minora dan ulkus
yang dangkal hingga introitus vagina. gejala bisa disertai rasa panas, nyeri
saat miksi, dan dispareuni.1,3,7

10
Gambar 2.5 dan 2.6 Vulvovaginitis4
3. Paronikia candida dan onikomikosis candida

Sering terjadi pada orang yang bekerja dengan air. Lesi berupa kemerahan,
pembengkakan tanpa nanah, dan nyeri di area penonikia disertai retraksi
kutikula kea rah lipat kuku proksimal. Kelainan kuku berupa onikolisis,
terdapat lekukan transversal dan pewarnaan kecoklatan.1,3,6

Gambar 2.7 Paronikia candida dan onikomikosis candida4

4. Kandidiasis kongenital

Lesi khas berupa vesikel atau pustul dengan dasar eritematosa pada wajah, dada
dan meluas generalisata. 1

5. Kandidiasis mukokutan kronik

Penyakit ditandai dengan sindrom klinis candida superfisial pada kulit, kuku dan
orofaring, bersifat kronis, dan resiten terhadap pengobatan. Pada banyak kasus
kelainan imunitas dapat spesifik pada system imun selular atau bersifat global. 1

6. Reaksi Id
Reaksi alergi terhadap jamur atau antigen lain yang terbentuk selama proses
inflamasi dengan klinis berupa vesikel eritematosa yang bergerombol, terdapat
pada lateral jari dan telapak tangan. Jika etiologi diobati, kelainan kulit akan
sembuh. 1

Penunjang Diagnosis

 Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan


11
larutan KOH 20% atau dengan pewarnaan gram, tampak sel ragi, blastospora,
atau hifa semu. 1,9
 Pemeriksaan biakan: bahan hasil kerokan ditanam di agar dekstrosa glukosa
sabaroud, dapat ditambahkan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan
bakteri disedian. Pembenihan disimpan di suhu ruangan (37 derajat celcius)
dan koloni akan tumbuh setelah 2-5 hari berupa koloni mucoid putih. 1,9

Diagnosis Banding
Keluhan gatal dan lesi lokalisata pada region genitalia, dapat didiagnosis banding
dengan eritrasma, dermatitis intertriginosa, dan tinea kruris. Dan untuk duh pada vagina di
diagnosis banding dengan vaginosis batekterialis dan trikomonas vaginalis. 1, 4,5

1. Eritrasma
Eritrasma ialah infeksi kulit superfisial, ditandai dengan macula eritematosa
hingga kecoklatan, berbatas tegas didaerah lipatan (intertriginosa), atau berbentuk
fisura dengan maserasi putih disela-sela jari. Penyebabnya infeksi bakteri
Corynobacterium minutisimum (bakteri batang pendek Gram positif). Faktor
predisposisi adalah iklim lembab dan hangat, hygiene yang buruk, hyperhidrosis,
obesitas, diabetes mellitus, usia lanjut, keadaan imunosupresi. 1,9
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lampu woods pada area yang
terinfeksi, tampak flueresensi berwarna merah coral, karena adanya porifin, pada
pemeriksaan mikroskopik langsung dengan pewarnaan Gram tampak bakteri
batang pendek Gram positif di stratum korneum. 1,9

Gambar 2.8 Eritrasma4


2. Dermatitis intertriginosa
Dermatitis intertriginosa (intertrigo) adalah suatu keadaan inflamasi pada
lipatan kulit yang disebabkan oleh udara hangat, kelembapan, gesekan, dan
kurangnya sirkulasi udara. Biasanya diperparah oleh imfeksi, paling sering oleh
12
infeksi spesies Candida, dan bisa juga oleh bakteri dan virus. 1
Predileksinya pada bagian aksillla, perineum, lipatan mammae, dan lipatan
perut dengan keluhan berupa patch kemerahan pada lipatan kulit, dimana lesi
kemudian berubah menjadi erosi, fisura, maserasi atau krusta disertai sensasi
gatal, terbakar, nyeri pada lipatan kulit. 1

3. Tinea kruris
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, perineum, dan sekitar
anus. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitokrural saja, atau meluas ke
daerah anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.
1,9

Gambaran lesi yaitu skuama berbatas tegas di pinggiran lesi, peradangan


pada bagian tepi lebih nyata dari pada bagian tengah, polimorfik, kadang disertai
vesikel dan papul ditepinya dengan adanya central healing. jika keluhan
menahun, dapat menjadi bercak kehitaman disertai sedikit sisik. Adanya erosi

akibat garukan.1,9
Gambar 2.9 Tinea Kruris4

4. Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah suatu sindrom klinis akibat pertumbuhan
berlebih organisme komensal di vagina (Gardnella vaginalis, Prevotela,
Mobiluncus ssp.) serta berkurangnya organisme lactobacillus yang menghasilkan
hydrogen peroksida sehingga pertumbuhan G. vaginallis terhambat. 1,10
Gejala klinis bisa asimptomatik, beberapa mengeluhkan duh tubuh vagina
yang berbau amis, seringkali saat hubungan seksual tanpa kondom. Jarang ada
keluhan gatal, dysuria ataupun dyspareunia.duh vagina berwarna abu-abu
homogeny dengan viskositas rendah atau normal, berbau amis, melekat di
13
dinding vagina dengan pH 4,5-5,5. Tidak ada tanda-tanda peradangan. 1,10
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran clue-cell pada duh
vagina, timbul bau amis pada duh vagina yang diteteskan larutan KOH 10% (tes
amin positif). 1
Kriteria AMSEL untuk diagnosis bacterial vaginosis:
 pH vagina > 4,5
 ditemukan clue cell pada sediaan basah
 amin test / sniff test (+)
 Duh tubuh vagina menempel pada dinding vagina, homogeny, putih keabu-
abuan.

Gambar 2.10 Bakterial Vaginosis4

5. Trikomonas vaginalis
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital bagian bawah, bersifat akut
atau kronis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Tricomonas vaginalis dan
penularannya melalui kontak seksual, bisa juga melalui pakaian, handuk basah,
atau akrena berenang. 1,9,10
T. vaginallis menimbulkan peradangan pada dinding slauran urogenital
dengan cara menginvasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub-epitel. Pada
perempuan terjadi peradangan hebat hingga ke ektoserviks menyebabkan sekresi
yang banyak dan mukopurulen. 1,9,10
Gejala klinis pada perempuan, 50% bersifat asimptomatik. Pada kasus akut
dapat terlihat secret vagina seropurulen sampai mukopurulen kekuningan hingga
kehijauan, dengan bau yang tidak enak (malodor) dan berbusa. Dinding vahina
tampak kemerahan dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil di dinding vagina
dan serviks disebut strawberry appearance, disertai gejala dispareria. 10

14
Gambar 2.11 Trikomoniasis4

Alur Diagnosis

Bagan 2.1 Alur diagnosis dan tatalaksana duh wanita11


Tatalaksana
a. Non Farmakologi
 Hindari bahan iritan lokal, misalnya produk berparfum
 Hindari pemakaian bilas vagina
 Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintesis
 Hilangkan faktor predisposisi: hormonal, pemakaian kortikosteroid dan antibiotik
yang terlalu lama, kegemukan

15
b. Farmakologi

Prinsip tatalaksana candida tergantung pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap


obat anti jamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, status imun dari pasien.: 9
Kandidiasis kutis
 Topikal
 Krim imidazol (mikonazol 2%, klotrimazol 1%) selama 14-28
 Bedak nistatin atau mikonazol selanjutnya dapat untuk pencegahan.
 Sistemik
 Flukonazol 50 mg/hari atau 150 mg/minggu.
 Itrakonazol 100-200 mg/hari.

Kandidiasis vulvovagina:
Obat pilihan
• Klotrimazol 500mg intravaginal dosis tunggal
• Klotrimazol 200mg intravaginal selama 3 hari
• Nistatin 100.000 IU intravaginal selama 7 hari
• Flukonazol 150mg per oral dosis tunggal *
• Itrakonazol 2x200mg per oral selama 1 hari *
• Itrakonazole 1x200mg/hari per oral selama 3 hari *
• Ketoconazole kapsul 2x200mg/hari per oral Selama 5 hari
Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren (kambuh ≥4x/tahun )
Flukonazol topikal atau oral selama 10-14 hari dilanjutkan dengan flukonazol 150
mg/minggu selama 6 bulan.

Catatan:
1. Wanita hamil sebaiknya tidak diberikan obat sistemik
2. * tidak boleh diberikan pada ibu hamil, menyusui, atau anak dibawah 12 tahun
3. Pada penderita dengan imunokompeten jarang terjadi komplikasi, sedangkan
penderita dengan status imun rendah infeksi jamur dapat bersifat sistemik
4. Ketokonazol tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang

16
BAB IV

ANALISIS KASUS

Diagnosis kerja pada Ny. H usia 25 tahun perempuan dengan keluhan gatal pada
kemaluan sejak 6 bulan yang lalu, didapatkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
telah dilakuka di poliklinik. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa keluhan awal berupa gatal
pada area kemaluan, hilang timbul dan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu saat pasien sedang
hamil di trimester ketiga. Pasien juga memiliki kebiasaan mengganti pakaian dalam 3-4x
sehari karena area kemaluan terasa lembab. Menurut buku ajar ilmu penyakit kulit dan
kelamin, infeksi candida dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi endogen maupun
eksogen berupa perubahan fisiologis, faktor mekanik, faktor nutrisi, penyakit sistemik, dan
iatrogenic. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa faktor predisposisi endogen dari pasien
yaitu perubahan fisiologi akibat kehamilan dan faktor eksogen yaitu kelembapan pada area
genitalia.
Pasien mengeluhkan rasa gatal di area kemaluan disertai adanya nyeri pada saat buang
air kecil. Rasa gatal dan nyeri yang dialami pasien akibat Candida sp. penetrasi di mukosa
vagina dan menyebabkan respon inflamasi. Secara tipikal, sel polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag merupakan sel inflamasi yang muncul dominan.
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan serupa pada saat kehamilan anak pertama
dan kedua, keluhan membaik sendiri setelah melahirkan. Pada keadaaan tertentu dapat terjadi
perubahan sifat jamur tersebut dari saprofit menjadi patogen sehingga oleh karena itu jamur
kandida disebut sebagai jamur oportunistik. Jamur kandida bersifat dimorfik, sehingga jamur
kandida pada tubuh manusia mungkin ditemukan dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan
phasenya. Bentuk blastopsora (Blastoconida) merupakan bentuk yang berhubungan dengan
kolonisasi yang asimptomatik. Pada koloni asimptomatik jumlah organisme hanya sedikit,
dapat ditemukan bentuk blaspora atau budding tapi tidak ditemukan bentuk pseudohypa. Pada
beberapa penelitian dikatakan bahwa peningkatan hormone seks wanita selama kehamilan
berhubungan dengan peningkatan virulensi jamur.
Pasien juga mengluhkan adanya keputihan berwarna putih, bergumpal tidak ada bau
sejak pasien selesai nifas kurang lebih 2 bulan yang lalu dan dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan fluor albus mucopurulent.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan efloresensi berupa pada regio genitalia
externa terdapat lesi eritematosus multiform difuse dikelilingi lesi satelit disertai erosi dan

17
pada vulva didapatkan eritema disertai fluor albus mucopurulent bergumpal. Pada kandidiasis
kutis, lesi muncul pada area lipatan yang sering lembab dan memiliki sirkulasi udara yang
tidak baik. Ciri khas dari infeksi jamur adalah adanya lesi satelit berupa vesikel atau pustula
kecil di tepi lesi eritema. Dan pada vulvovaginitis pada candida ditemukan vulva eritema dan
adanya fluor albus mucopurulent bergumpal yang tidak berbau.

Dari keluhan utama pasien yang mengeluhkan gatal dengan lokasi predileksi pada
area genitalia disertai gambaran efloresensi yang sudah dipaparkan sebelumnya, diagnosis
lain yang dapat dipirkirkan pada kelainan kulitnya adalah eritasma, dermatitis intertriginosa,
dan tinea kruris. Sedangkan untuk keluhan gatal, nyeri, iritasi disertai discharge dan adanya
dysuria, dapat dipikirkan diagnosis lainnya berupa bacterial vaginosis dan trikomoniasis.

Eritrasma, dermatitis intertriginosa, dan tinea kruris memiliki beberapa faktor


predisposisi, gejala klinis, dan predileksi pada tempat yang sama dengan kandidiasis kutis
yaitu pada daerah lipatan. Eritrasma memiliki gambaran lesi macula eritematosa hingga
kecoklatan sirkumskrip atau berbentuk fisura dengan maserasi putih, untuk menegakkan
diagnosisnya dilakukan pemeriksaan lampu woods. Dermatitis intertriginosa memiliki
gambaran klinis berupa patch eritematosa yang kemudian dapat menjadi erosi fisura,
maserasi atau krusta. Tinea kruris memiliki gambaran lesi berupa peradangan eritema dengan
pinggiran berupa skuama berbatas tegas, kadang disertai papul atau vesikel di tepi lesi dan
adanya erosi. Namun pada pasien ini adanya lesi satelit dan tidak ada fisura di lesi dan
skuama pada pinggiran lesi.

Diagnosis bacterial vaginosis dan tricomoniasis juga harus dipikirkan karena pasien
mengeluhkan adanya secret yang keluar dari vagina disertai keluhan gatal, dan dysuria. Pada
pasien fluor albus berupa gumpalan putih, dan tidak berbau. Pada bacterial vaginosis secret
berupa duh vagina berwarna abu-abu homogen dengan viskositas rendah atau normal dan
berbau amis. Diperlukan penegakan diagnosis secara kriteria AMSEL untuk menegakkan
diagnosis BV. Pada trikomoniasis secret vagina seropurulen hingga mukopurulen kekuningan
hingga kehijauan dan adanya bau malodor dan berbusa. Pada pasien tidak ditemukan keluhan
tersebut

Tatalaksana pada pasien ini berupa medikamentosa dan non-medika mentosa. Pada
pasein ini diberikan Krim imidazole (mikonazole 2%, klotrimazol 1%) 14-28 hari untuk
kandidiasis kutis sebagai anti jamurnya, ketoconazole kapsul 2x200mg/hari per oral selama 3
hari untuk KVV karena pasien saat ini sedang menyusui dan menurut PPK Perdoski 2017
bahwa flukonazol dan itrakonzol tidak dapat diberikan pada ibu yang sedang menyusui
18
karena dapat disekresikan melalui ASI. Cetrizine tab 1 x 10 mg, peroral, diminum saat malam
hari, per oral selama 7 hari sebagai obat anti pruritus mengurangi kejadian garukan dan rasa
tidak nyaman pada area genitalia.

Prognosis ad sanationam pada pasien dubia ad bonam dikarenakan kejadian


kandidiasis berkaitan dengan faktor predisposisi pernyebabnya, pasien masih diusia
reproduktif. Dan juga faktor hygine seperti menjaga kelembapan area genitalia. Oleh karena
itu, penting untuk memberikan edukasi yang baik kepada pasien untuk mencegah
kekambuhan.

19
BAB V
KESIMPULAN

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida Sp, seperti
Candida albicans dimana infeksi dapat mengenai kulit, kuku membrane mukosa,
traktur GI, juga dapat menyebabkan kelainan sistemik. Jamur candida adalah
pathogen oportunistik pada beberapa kondisi seperti ketidak seimbangan flora
normal dan fungsi imun, kerusakan pada kulit atau mukosa. Tampilan Klinis pada
kulit berupa lesi berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan
eritematosa dengan lesi dikelilingi satelit berupa vesikel-vesikel pustul-pustul kecil
atau bula yang jika pecah menyebabkan daerah erosif dengan pinggir yang kasar
dan berkembang seperti lesi primer. Klinis pada genitalia berupa gatal didaerah
vulva dengan gambaran klinis pada gejala ringan tampak hyperemia pada labia
minora, introitus vagina terutama 1/3 bagian bawah vagina. Sering juga terdapat
kelainan khas berupa bercak putih kekuningan.

Ny. HK, perempuan 25 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD
dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi dengan keluhan gatal pada area kemaluan
sejak 6 bulan yang lalu saat pasien hamil anak ke-3 pada trimester ke 3. Keluhan
gatal awalnya dirasakan pada bagian dalam kemaluan, hilang timbul. Setelah
melahirkan keluhan gatal tidak berkurang, dan mulai terasa gatal pada area luar
kemaluan. Keluhan juga disertai dengan nyeri saat BAK dan juga keputihan
berwarna putih, bergumpal tidak ada bau. Status dermatologis ditemukan pada
Pada regio genitalia externa terdapat lesi eritematosus multiform difuse dikelilingi
lesi satelit disertai erosi dan Pada vulva tampak eritema difuse disertai fluor albus
mukopurulen bergumpal.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Diagnosis pada pasien ini adalah kandidiasis kutis dan kandidiasis vulvovaginalis.
Tatalaksana yang diberikan adalah menangani faktor predisposisi, mengobati
infeksi jamur dengan anti fungal topical, dan mengobati simptom klinis pada
pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi et al, 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam cetakan
kedua. FK UI : Jakarta.
2. Faraji R, Rahimi MA, Rezvanmadani F, Hashemi M. Prevalence Of Vaginal
Kandidiasis Infection In Diabetic Women. African Journal Of Microbiology Research.
2012;6(11):2773-8
3. Prabha. Vaginal yeast Infection. Updated: 2012. Available from: URL:
http://ehealthadvice.info.
4. Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller AS, Leffell D. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, 9th Edition. 2019
5. Duldulao, Phillip M. et al. Mycotic and bacterial infections. Clin colon rectal surg. 2019.
doi: 10.1055/s-0039-1687828
6. Budimulja U, dkk. 2005. Dermatomikosis superfisial. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hal
58-72
7. Jeanmonod, R. Vaginal candidiasis. 2020.
https://www.ncbi.nih.gov/books/NBK459317/
8. Center for Disease Control and Prevention, 2013. Incidence, Prevalence, and Cost of
Sexually Transmitted Infections in the United States. Available from
http://www.cdc.gov/std/stats/sti-estimates-fact-sheet-feb-2013
9. Panduan Praktis Klinis PERDOSKI. Jakarta. 2017.

10. Daill SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual. Edisi keempat. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.
11. Buku Pedoman Nasional Tatalaksana IMS. Kemenkes. Jakarta. 2016.

21

Anda mungkin juga menyukai