Anda di halaman 1dari 12

Lapkas

VITILIGO

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :

Viola Septina, S.Ked


2006112007

Preseptor :
dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV), Sp. DV

BAGIAN ILMU/SMF PENYAKIT KULIT KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan
kesempatan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul "Vitiligo". Penyusunan laporan kasus ini merupakan pemenuhan syarat
untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF/Ilmu
Penyakit Kulit Kelamin Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya laporan kasus ini, dengan rasa hormat
dan rendah hati saya sampaikan terimakasih kepada:
1. Pembimbing, dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV), Sp. DV atas
arahan dan bimbingannya dalam penyusunan laporan kasus ini.
2. Sahabat-sahabat kepaniteraan klinik senior di Bagian/SMF/Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara, yang telah membantu dalam bentuk
motivasi dan dukungan semangat.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, saya menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat
mengharapkan banyak kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
laporan kasus. Semoga Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Lhokseumawe, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB II HASIL DAN DISKUSI............................................................................2
A. IDENTITAS PASIEN...................................................................................2
B. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN........................................................2
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen. Yang
berperan pada penentuan warna kulit adalah karoten, melanin, oksihemoglobin
dan hemoglobin bentuk reduksi. Diantara berbagai pigmen tersebut yang
paling berperan adalah pigmen melanin. Pigmen yang memberikan warna hitam
pada kulit dan sekaligus sebagai salah satu faktor pelindung kulit terhadap
paparan sinar ultraviolet.1
Vitiligo merupakan suatu kelainan pigmentasi kulit yang didapat yang
ditandai dengan ketiadaan sel pigmen (melanosit) dari epidermis sehingga
menghasilkan makula putih dan bercak pada tubuh.2 kondisi ini sering dikaitkan
dengan beberapa penyakit autoimun, dengan kelainan tiroid adalah yang paling
umum. Ada beberapa teori yang berbeda mengenai patogenesis vitiligo, seperti
hipotesis autoimun, hipotesis neurohormonal, autositotoksik, dan pajanan
terhadap bahan kimia. Tetapi etiologi yang tepat masih belum diketahui.1,3
Asal mula kata vitiligo tidak diketahui. Pada abad ke 16 Hieronemyus
mercurialis menduga bahwa vitiligo berasal dari bahasa latin yaitu kata vitium
atau vitellum yang berarti cacat. Pada sumber yang lain menyebutkan bahwa
vitiligo berasal dari kata vitellus yang berarti veal dalam bahasa inggris yaitu
daging sapi muda (pucat, berwarna pink).4
Vitiligo dapat terjadi disemua tingkatan usia, insiden puncak dilaporkan
pada dekade kedua dan ketiga. Usia onset biasanya bervariasi antara jenis kelamin
Prevalensi sekitar 0,1% hingga 2% orang termasuk dewasa dan anak-anak
diseluruh dunia dan mempengaruhi semua ras secara merata.5

1
BAB II
HASIL DAN DISKUSI
HASIL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 01 Juli 1950 (71 tahun)
Pekerjaan : Petani Sawah
Alamat : Syamtalira Aron
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 9 November 2021

B. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN


Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cut
Meutia pada tanggal 9 November 2021.
Keluhan Utama
Bercak putih pada kedua tangan dan ujung jari kaki sejak 3 tahun yang
lalu.

Keluhan Tambahan
Tidak ada

Riwayat Penyakit
Pasien perempuan, Ny R 71 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Cut Meutia dengan keluhan muncul bercak putih pada kedua tangan dan
ujung jari kaki sejak 3 tahun yang lalu. Menurut pengakuan pasien, bercak putih
ini awalnya hanya muncul pada tangan kanan. Bercak berbentuk bulat, berbatas
tegas, dan berukuran sebesar biji jagung. Namun seiring berjalannya waktu,
bercak putih tersebut bertambah besar dan bertambah banyak. Selama perjalanan
penyakit, pasien menyangkal adanya rasa gatal, rasa nyeri, rasa baal pada bagian
kulit tersebut. Pasien juga menyangkal adanya luka sebelumnya dibercak kulit
yang memutih tersebut.

2
3

Dari autoanamnesis diketahui, ternyata pasien juga pernah mengalami


keluhan serupa 5 tahun yang lalu. Pasien berobat ke RSUD Cut Meutia dan
sembuh. Sakit DM, hipertensi dan penyakit lain disangkal. Pasien juga
menyangkal adanya alergi terhadap makanan, debu, cuaca dll. Untuk keluahan
bercak putih yang sekarang, sampai waktu wawancara dilakakukan (9 November
2021) diketahui pasien sudah berobat dan kontrol sebanyak 4 kali ke dokter
spesialis kulit yang ada di poliklinik RSUD Cut Meutia.
Pada pemeriksaan status dermatologi didapatkan lesi regio manus dan
pedis. Lesi berupa makula hipopigmentasi bilateral, susunan multipel, berbatas
tegas (sirkumkripta) dan berukuran miliar, lentikular sampai numular. Skuama(-).
Diagnosis banding pasien ini adalah pityriasis versicolor, pityriasis alba,
kusta, hipopigmentasi postinflamasi.1
Gambar 2.1 Lesi secara berurutan (tangan kanan, kiri, dan kaki)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis, maka pasien ini
didiagnosis hipopigmentasi ec Vitiligo. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah
desoximetasone cream 2x1. Pasien juga diberikan penjelasan mengenai penyakit
ini, seperti : menghindari paparan sinar matahari yang terlalu, trauma, dan stres
emosional. Serta mengenai progresifitas penyakitnya yang bisa saja bertambah
luas serta pengobatan yang memakan waktu yang cukup lama, sehingga
dibutuhkan kepatuhan dan kerajinan pasien untuk kontrol ke poliklinik kulit dan
kelamin.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam : ad bonam; quo ad functionam :
dubia ad malam; quo ad sanactionam : dubia ad malam
DISKUSI
1. Pasien perempuan, Ny R 71 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Cut Meutia dengan keluhan muncul bercak putih pada kedua tangan
dan ujung jari kaki sejak 3 tahun yang lalu.
Secara epidemiologi, vitiligo merupakan gangguan depigmentasi kulit
yang paling sering ditemukan dengan prevalensi 0,5–2% dari populasi umum.
Vitiligo dapat terjadi pada individu dengan berbagai usia. Biasanya onset muncul
pada masa kanak-kanak atau remaja dengan onset puncak pada usia 10–30 tahun.
Prevalensi vitiligo pada anak-anak adalah 0–2,2%. Vitiligo dapat terjadi pada
semua ras di seluruh dunia dan pada populasi anak maupun dewasa. Pada
beberapa penelitian seperti di India bahkan ditemukan prevalensi vitiligo sampai
8,8%. Perbedaan data tersebut kemungkinan diakibatkan oleh stigma kultural atau
penampakan lesi yang lebih jelas pada individu berkulit gelap.5–7
Vitiligo terjadi pada laki-laki dan perempuan secara merata. Namun,
beberapa penelitian menunjukkan angka kejadian yang lebih besar pada
perempuan. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh pengaruh sosial yang lebih
dirasakan oleh pasien perempuan, sehingga kelompok ini lebih banyak mencari
konsultasi medis.5,6 Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung, dilaporkan bahwa dari total 4.675 pasien di poli kulit, terdapat
242 pasien (5,01%) yang menderita vitiligo dan 66,12% di antaranya adalah
perempuan.8
2. Menurut pengakuan pasien, bercak putih ini awalnya hanya muncul pada
tangan kanan. Bercak berbentuk bulat, berbatas tegas, dan berukuran sebesar
biji jagung. Namun seiring berjalannya waktu, bercak putih tersebut
bertambah besar dan bertambah banyak.
Vitiligo secara klinis ditandai dengan gejala bintik-bintik putih pada tubuh
yang sering simetris dan lebih jelas pada orang dengan kulit gelap. Lesi dicirikan
dengan makula hipopigmentasi atau depigmentasi yang berbentuk bulat, lonjong
atau linier yang berbatas tegas. Ukuran berkisar dari beberapa milimeter hingga
sentimeter yang membesar secara sentrifugal. Lesi awal paling sering terjadi pada
tangan, lengan, bawah, kaki dan wajah.1,9 Lesi membesar secara sentrifugal dari
waktu ke waktu dengan kecepatan yang tidak terduga.10
3. Selama perjalanan penyakit, pasien menyangkal adanya rasa gatal, rasa nyeri,
rasa baal pada bagian kulit tersebut. Pasien juga menyangkal adanya luka
sebelumnya dibercak kulit yang memutih tersebut.
Aspek penting pada vitiligo adalah efek psikologis, terutama bila terlihat
oleh orang lain. Pasien sering mengalami efek sosial dan emosional, misalnya
percaya diri kurang, kecemasan sosial, depresi, stigmatisasi, dan yang paling luar
biasa adalah penolakan lingkungan. Sehingga penyakit vitiligo ini tidak boleh
sekadar dianggap sebagau penyakit kosmetik atau “tidak penting”. Dampak ini
sedikit dijumpai pada pasien kulit putih, karena kulit normalnya tidak berbeda
mencolok dengan warna vitiligo.11,12
4. Dari autoanamnesis diketahui, ternyata pasien juga pernah mengalami keluhan
serupa 5 tahun yang lalu. Pasien berobat ke RSUD Cut Meutia dan sembuh.
Sakit DM, hipertensi, tiroid dan penyakit lain disangkal. Pasien juga
menyangkal adanya alergi terhadap makanan, debu, cuaca dll.
Etiologi pasti vitiligo belum diketahui. Prinsipnya adalah tidak adanya
melanosit pada kulit vitiligo dengan hilangnya melanosit, karena
penghancurannya mengakibatkan melanosit menurun secara progresif. Beberapa
teori yang berkembang ialah mekanisme autoimun, autositotoksik,
neurohormonal, pajanan terhadap bahan kimiawi dll. Dimana hipotesis autoimun
berhubungan dengan kejadian tiroiditis hashimoto.1,13
5. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis ditegakkan diagnosa
vitiligo.
Diagnosis vitiligo umumnya dibuat atas dasar temuan klinis. biopsi
kadang-kadang membantu untuk membedakan vitiligo dari gangguan
hipopigmentasi lainnya. Karena hubungannya dengan penyakit autoimun lain dan
endokrinopati, pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan pada pasien dengan
tanda atau gejala sugestif untuk menyingkirkan kondisi yang mendasarinya.
Vitiligo mungkin berhubungan dengan penyakit tiroid, diabetes mellitus, anemia
pernisiosa, penyakit Addison, dan alopecia areata. Tes yang tepat harus dilakukan
hanya dengan adanya tanda atau gejala penyakit terkait. 14,15 Pemeriksaan lain yaitu
histopatologi. Dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE) tampaknya normal
kecuali tidak ditemukan melanosit.1
6. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah desoximetasone cream 2x1
Tujuan pengobatan vitiligo adalah untuk mengontrol kerusakan autoimun
pada melanosit dan merangsang migrasi dari kulit sekitarnya dan reservoir
adneksa. Perawatan untuk vitiligo dapat dibagi menjadi terapi farmakologis, fisik,
pembedahan, yang terkadang dapat digabungkan.16
1. Terapi farmakologis
a. Topikal
 Kortikosteroid
Merupakan first-line terapi pada vitiligo, karna murah dan mudah
untuk diaplikasikan. Pada beberapa penderita kortikosteroid
potensi tinggi, misal betametason valerat 0,1% atau Clobetasol
propionat 0,05% efektif menimbulkan pigmen.1
 Calcineurin inhibitor (takrolimus, pimekrolimus)
 Kombinasi kortikosteroid topikal dengan analog vitamin D3
topikal (Calcipotriol)
b. Terapi Sistemik
Digunakan untuk menahan penyebaran lesi aktif dan progresif pada VNS yang
akut/aktif) berupa pemberian betametason 5 mg dosis tunggal, dua hari berturut-
turut per minggu selama 16 minggu.
2. Terapi fisik/ fototerapi
 Narrowband ultraviolet B (NBUVB, 311 nm)
 Phototherapy with UVA and psoralens (PUVA therapy)
 Excimer lamp atau laser 308 nm
3. Terapi pembedahan
Transplantasi menosit adalah pilihan terapi untuk pasien vitiligo stabil yang
dimana dia tersebut gagal berespon dengan terapi klasik.
BAB III
KESIMPULAN
Ny. R 71 tahun telah didiagnosis vitiligo. Pada pemeriksaan status
dermatologi didapatkan lesi regio manus dan pedis. Lesi berupa makula
hipopigmentasi bilateral, susunan multipel, berbatas tegas (sirkumkripta) dan
berukuran miliar, lentikular sampai numular. Skuama(-). Pengobatan yang
diberikan yaitu kortikosteroid topikal (desoximetasone 2x1) .Pasien juga
diberikan penjelasan mengenai penyakit ini, seperti : menghindari paparan sinar
matahari yang terlalu, trauma, dan stres emosional. Serta mengenai progresifitas
penyakitnya yang bisa saja bertambah luas serta pengobatan yang memakan
waktu yang cukup lama, sehingga dibutuhkan kepatuhan dan kerajinan pasien
untuk kontrol ke poliklinik kulit dan kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaidi SLS. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Badan
Penerbit FKUI Jakarta; 2017.
2. Weiss MEM. Vitiligo: To Biopsy or Not To Biopsy? 2020.
3. N A jan, S. M. Vitiligo. StatPearls. 2021;
4. Hidayat D. Tinjauan Kepustakaan dalam : Cermin Dunia Kedokteran. 1997;
5. C B, K E. Vitiligo: A Review. 2020;
6. Halder RM, Chappell JL. Vitiligo Update. Elsevier. 2009;
7. Salim YF, Lestari S. Terapi bedah pada vitiligo. Maj Kedokt Andalas.
2018;
8. Dwiyana RF, Marindani V, AGustina R, Setiawan. Cinico-Epidemiological
Profile of Vitiligo Patients in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung.
Maj Kedokt Bandung. 2017;
9. Geel N van, Passeron T. Reliability and validity of the Vitiligo Signs of
Activity Score (VSAS). Br J Dermatol. 2020;
10. Roncone K. Vitiligo Clinical Presentation. Medscape. 2020;
11. Ezzedine K, Grimes P. Living with vitiligo: results from a national survey
indicate differences between skin phototypes. Br J Dermatol. 2015;
12. Mawu FO. Buku Ajar : Gangguan Sistem Integumen : Kelainan Pigmen.
2020.
13. SW H, Jaishankar, LW Ba. The relationship between stress and vitiligo:
Evaluating perceived stress and electronic medical record data. PLoS One.
2020;
14. H M, E T. Vitiligo. Curr Probl Dermatolgy Medlin. 2007;
15. AM D, SF T. Comorbidities in vitiligo: comprehensive review. Int J
Dermatol. 2018;
16. Faria AR, Mira2 MT, Tarle RG. Vitiligo - Part 2 classification,
histopathology and treatment. An Bras Dermatol. 2014;

Anda mungkin juga menyukai