Anda di halaman 1dari 21

Referat

KEHAMILAN DENGAN HIPERTIROID

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara

Oleh:
Arvinnia Tanida Harefa, S.Ked
2106111014

Preseptor:
dr. Teuku Yudhi Iqbal, Sp. OG

BAGIAN/SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Kehamilan dengan Hipertiroid” sebagai salah satu tugas
dalam menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian/SMF Ilmu
Kebidanan dan Penyakit KandunganRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada dr. Teuku Yudhi Iqbal, Sp. OG sebagai pembimbing yang
telah meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti
KKS di bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit KandunganRumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga
referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Lhokseumawe, Januari 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3


2.1 Kelenjar Tiroid...................................................................................3
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Tiroid.............................................................3
2.2 Fisiologi Tiroid dalam Kehamilan.....................................................4
2.3 Hipertiroid dalam Kehamilan............................................................6
2.3.1 Etiologi...............................................................................................7
2.3.2 Gejala Klinis......................................................................................8
2.3.3 Diagnosis............................................................................................8
2.3.4 Diagnosis Prenatal..............................................................................9
2.3.5 Penatalaksanaan...............................................................................10
2.3.6 Konseling Pra Kehamilan................................................................12
2.3.7 Komplikasi.......................................................................................13

BAB III KESIMPULAN..............................................................................14


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kelenjar Tiroid dan Paratiroid............................................................3


Gambar 2. 2 Hubungan antara hormon hCG,TBG,TSH, Total T4 dan fT4............6
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Konsentrasi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) pada Kehamilan.....9


BAB I
PENDAHULUAN

lodin dari sumber makanan penting dalam proses sintesis pembentukan


hormon tiroid. Dalam beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa kelompok
risiko tertinggi kurangnya asupan iodin adalah wanita hamil dan menyusui, serta
anak usia kurang dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi iodisasi
garam universal. Selama masa kehamilan, terjadi beberapa perubahan fisiologis
yang berpengaruh terhadap kelenjar tiroid dari ibu. Perubahan fisiologi dari
kelenjar tiroid ini untuk memastikan kondisi tiroid optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Hormon tiroid dari seorang ibu memiliki peran yang sangat
penting dalam perkembangan serta fungsi dari janin dan plasenta (1).
Selama kehamilan, terjadi peningkatan metabolisme tubuh dan
peningkatan sekresi hormon-hormon demi memenuhi kebutuhan janin
intrauterine, salah satu hormon yang meningkat ialah hormon tiroid (2,3,4).
Hipertiroid dalam kehamilan merupakan sebuah kondisi tingginya hormon tiroid
oleh tingginya β-hCG selama trimester pertama dalam kehamilan, yang dapat
merupakan kondisi hipertiroid yang telah ada sebelum kehamilan, atau kondisi
yang didapatkan selama masa kehamilan (2,4). Hipertiroid dalam kehamilan
dicirikan oleh adanya peningkatan kadar free T4 (fT4) atau T4 dan penurunan
kadar TSH, tanpa disertai penanda serum autoimunitas tiroid (TR-ab). Sekitar
90% dari hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Grave, struma nodosa toksik
baik soliter maupun multipel dan adenoma toksik. Penyakit Grave pada umumnya
ditemukan pada usia muda yaitu antara 20 sampai 40 tahun, sedang
hipertiroidisme akibat struma nodosa toksik ditemukan pada usia yang lebih tua
yaitu antara 40 sampai 60 tahun. Oleh karena penyakit Grave umumnya
ditemukan pada masa subur, maka hampir selalu hipertiroidisme dalam kehamilan
adalah hipertiroidisme Grave, walaupun dapat pula disebabkan karena tumor
trofoblas, molahidatidosa, dan struma ovarii (5). Selama masa kehamilan, ukuran
kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran sebesar 10%-40% dan peningkatan
sebanyak 50% dalam sekresi tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) (6).

1
2

Insidensi hipertiroid dalam kehamilan bervariasi, yaitu sekitar 2-17 dalam


1000 kelahiran, dan merupakan 1%-3% dari jumlah kasus hipertiroid (1, 4). Data
lain menunjukkan bahwa hipertiroid dalam kehamilan terjadi sebesar 0,05%-3%
dari seluruh jumlah kehamilan. Hipertiroidisme lebih sering ditemukan pada
wanita daripada laki-laki dengan rasio 5:1 (5).
Gejala klinis dari hipertiroid dalam kehamilan sangat bervariasi (2,3).
Pada kondisi hipertiroid dalam kehamilan yang ringan, mungkin akan terdapat
kesulitan dalam menegakkan diagnosis mengingat gejala-gejala dan tanda-tanda
normal yang muncul saat terjadi kehamilan (3,7). Penatalaksanaan hipertiroid
yang tepat selama kehamilan sangat penting bagi ibu dan janin. Hipertiroid yang
tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi terkait kehamilan seperti
preeklamsia, kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan, bahkan kematian janin
(2).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelenjar Tiroid


2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus
tersebut dihubungkan oleh istmus terletak di bagian anterior leher setinggi
vertebra servikal 5, 6, 7, dan thorakal 1. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior
trakea dan beratnya diperkirakan 10-20 gram. Lobus kanan biasanya lebih besar
dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh
darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaan hipertiroid, aliran
darah dapat meningkat sampai 1ml/menit/gram sehingga dapat didengarkan
dengan stetoskop yang disebut bruit. Setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala
kapiler dan limpatik. Folikel mengandung koloid yang dikelilingi selapis epitel
tiroid. Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel
dalam tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya,
yaitu triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin (8).

Gambar 2. 1 Kelenjar Tiroid dan Paratiroid


Aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid mengatur fungsi kelenjar tiroid dan
pertumbuhan. Produksi dan pelepasan hormon tiroid diatur oleh thyroid-releasing

3
4

hormone (TRH) dari hipotalamus. TRH mencapai hipofisis anterior melalui


sistem portal, dimana sel tirotropik dirangsang tirotropik dirangsang untuk
menghasilkan menghasilkan thyroid-stimulating hormone (TSH) atau thyrotropin.
TSH dilepaskan ke aliran darah sistemik kemudian dibawa sampai ke kelenjar
tiroid. Di sini, TSH merangsang pengambilan iodida, dan semua proses semua
proses yang mendorong pembentukan yang mendorong pembentukan dan
pelepasan T4 dan T3. TSH mengaktivasi adenilsiklase yang berbatasan dengan
membran sel folikel dan meningkatkan kerja cAMP. T3 memiliki efek inhibisi
kuat terhadap sekresi TRH. Hampir semua T3 dalam sirkulasi berasal dari T4.
TSH juga merangsang konversi T4 menjadi T3 yang secara biologis lebih aktif.
Sebagian besar hormon tiroid terikat pada protein plasma agar hormon tersebut
terlindungi selama diangkut. Terdapat keseimbangan antara hormon yang terikat
protein dengan hormon yang bebas. Hormon tiroid larut dalam lemak dan dapat
dengan mudah melintasi membran sel melalui  proses difusi (8).
2.2 Fisiologi Tiroid dalam Kehamilan
Konsentrasi thyroid-binding globulin (TBG) pada serum ibu meningkat
setara dengan kadar hormon tiroid total maupun hormon tiroid terikat. Kadar
thyroid-stimulating hormone (TSH) serum pada masa awal kehamilan menurun
karena adanya stimulasi tiroid oleh hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
yang secara lemah juga memiliki efek agonis pada TSH. Perlu diketahui bahwa
TSH tidak melewati plasenta dan kadar TSH memegang peran utama dalam
skrining dan diagnosis gangguan tiroid (4).
Hormon hCG mencapai kadar maksimal pada usia gestasi 12 minggu.
Selama masa tersebut, kadar hormon tiroid meningkat untuk menekan sekresi
TSH oleh kelenjar hipofisis. Total T3 dan T4 serum meningkat hingga 1,5 kali
lipat dibandingkan sebelum masa kehamilan. Kadar T4 bebas (fT4) meningkat
pada trimester pertama hingga ssebelum usia gestasi 20 minggu, kemudian terus
menurun hingga aterm (4).
Thyrotropin-releasing hormone (TRH) pada janin dapat terdeteksi pada
midpregnancy, tetapi tidak meningkat. Pada masa kehamilan, dibutuhkan sekresi
T4 yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena itu
5

asupan iodium pada ibu hamil harus ditingkatkan. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka kadar TSH akan meningkat dan kadar T4 akan menurun (9).
Selama masa kehamilan, tiroksin maternal ditransfer ke janin. Tiroksin
maternal sangat penting untuk perkembangan otak janin, dan terutama untuk
perkembangan kelenjar tiroid janin. Meskipun kelenjar tiroid janin mulai
mengonsentrasikan iodin dan menyintesis hormon tiroid setelah 12 minggu
gestasi, kontribusi tiroksin maternal tetap penting. Pada kenyataannya, tiroksin
maternal merupakan 30% dari tiroksin janin saat cukup bulan (3).
Selama masa kehamilan, kebutuhan sekresi hormon tiroid akan meningkat
secara pesat. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi fungsi tiroid dalam
kehamilan, yaitu (4,10):
1) Peningkatan sementara kadar hormon hCG yang diproduksi oleh plasenta
selama trimester pertama, yang akan merangsang produksi reseptor TSH;
2) Peningkatan TBG yang diinduksi oleh hormon estrogen selama trimester
pertama yang bekerja di hati, yang akan dipertahankan selama kehamilan,
dan terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar T3 dan T4;
3) Perubahan dalam sistem imunitas, yang menyebabkan reaksi eksaserbasi,
atau ameliorasi penyakit tiroid autoimun yang mendasarinya;
4) Peningkatan metabolisme hormon tiroid oleh plasenta; dan peningkatan
ekskresi iodida dalam urin yang disebabkan oleh tingginya kadar
idodotironin deiodinase tipe 3 (D3) yang men-degradasi tiroksin dan T3
menjadi bahan yang inaktif sehingga dapat menyebabkan gangguan dari
produksi hormon tiroid.
6

Gambar 2. 2 Hubungan antara hormon hCG,TBG,TSH, Total T4 dan fT4*4


Kelenjar tiroid dalam fungsi normal dapat mengompensasi kebutuhan
hormon tiroid yang meningkat selama masa kehamilan dan mempertahankan
kadarnya dalam batas normal. Jika terdapat abnormalitas fungsi kelenjar tiroid,
maka kompensasi ini tidak akan terjadi dalam batas normal (2,3).
Hormon hCG merupakan stimulan lemah yang akan berikatan dengan
reseptor -hCG akan mengalamiTSH. Kadar hormon puncak pada usia gestasi 9-
12 minggu. Perubahan yang diinduksi oleh peningkatan kadar hCG pada fungsi
tiroid dapat menyebabkan terjadinya kondisi hipertiroid dalam kehamilan yang
bersifat sementara (2,3).
2.3 Hipertiroid dalam Kehamilan
Hipertiroid didefinisikan oleh tingginya kadar hormon tiroid yang
disebabkan oleh peningkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar
tiroid. Istilah "tirotoksikosis", di sisi lain, digunakan untuk menggambarkan
"kelebihan hormon tiroid", dan dapat disebabkan oleh peningkatan sintesis
hormon tiroid dalam kelenjar tiroid (hipertiroidisme), tetapi juga dapat terjadi
tanpa adanya hipertiroidisme, misalnya, pada pasien dengan kebocoran hormon
tiroid dari kelenjar tiroid (tiroiditis) atau pada pasien dengan kelebihan asupan
hormon tiroid (10).
Angka kejadian hipertiroidisme selama kehamilan diperkirakan 1-2 per
1000 kehamilan. Terdapat beberapa kelainan pada wanita yang menderita
hipertiroid, misalnya siklus haid yang tidak teratur. Meskipun demikian, pengaruh
7

terhadap fertilitas secara umum fertilitas tidak ada, baik penurunan fungsi
kesuburan maupun peningkatan kesuburan dalam arti bisa mengakibatkan
kehamilan ganda (11, 12).
2.3.1 Etiologi
Penyebab hipertiroidisme pada wanita biasanya adalah Grave’s disease.
Beberapa tahun terakhir, juga ditemukan disebabkan oleh rangsangan β-hCG
secara langsung pada kelenjar tiroid yang dapat menimbulkan gestasional
transient thyrotoxicosis (GTT) (11).
Etiologi hipertiroidisme dalam kehamilan :
 Grave’s disease (85-90% dari seluruh kasus)
 Sub-acute thyroiditis
 Toxic multinodular goiter
 Toxic adenoma
 TSH-dependent thyrotoxicosis
 Exogenous T3 atau T4
 Iodine-induced hyperthyroidism
 Hubungan dengan kehamilan:
- Hiperemesis gravidarum
- Mola hidatidosa
Hipertiroidisme dalam kehamilan hampir selalu disebabkan karena
penyakit Grave yang merupakan suatu penyakit autoimun. Sampai sekarang
etiologi penyakit Grave tidak diketahui secara pasti. Sangat menarik perhatian
bahwa penyakit Grave sering menjadi lebih berat pada kehamilan trimester
pertama, sehingga insiden tertinggi hipertiroidisme pada kehamilan akan
ditemukan terutama pada kehamilan trimester pertama. Sampai sekarang faktor
penyebabnya belum diketahui dengan pasti (5).
Pada usia kehamilan yang lebih tua, penyakit Grave mempunyai
kecenderungan untuk remisi dan akan mengalami eksaserbasi pada periode
postpartum. Tidak jarang seorang penderita penyakit Grave yang secara klinis
tenang sebelum hamil akan mengalami hipertiroidisme pada awal kehamilan.
8

Sebaliknya pada usia kehamilan yang lebih tua yaitu pada trimester ketiga, respon
imun ibu akan tertekan sehingga penderita sering terlihat dalam keadaan remisi.
Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan sistem imun ibu selama kehamilan
(5).
2.3.2 Gejala Klinis
Hipertiroidisme ringan sulit untuk dikenali selama kehamilan, karena
beberapa gejala yang muncul juga sering ditemukan pada wanita hamil dengan
eutiroid. Sehingga perlu  beberapa gejala seperti berikut ini (11,12):
1. Takikardi
2. Tiromegali
3. Eksoftalmus
4. Kegagalan penambahan berat badan dengan intake yang biasa atau
meningkat
5. Lid lag 
6. Kelemahan otot-otot
7. Onikolisis
8. Pretibial edem
Pada kasus yang jelas, diagnosis klinis mudah dilakukan. Sebaliknya pada
kasus yang ringan, secara klinis maupun laboratorik kadang-kadang masih sulit
untuk menegakkan diagnosis. Adanya gambaran klinis khusus seperti oftalmopati,
edema pretibial dapat membantu diagnosis hipertiroid Graves secara klinis. Selain
itu nadi basal lebih 100/menit sangat mencurigakan hipertiroid. Disamping adanya
riwayat hipertiroid sebelumnya. Diagnosis hipertiroid secara klinis memang sulit,
oleh karena pada kehamilan dapat terjadi perubahan-perubahan baik gambaran
klinis maupun laboratorik yang mirip pada hipertiroid (11,12).
2.3.3 Diagnosis
Pada anamnesis hal yang perlu ditanyakan ialah gejala utama yang
dikeluhkan oleh pasien, riwayat penyakit pasien sebelumnya, dan riwayat
penyakit keluarga. Gejala yang sering dikeluhkan ialah gejala sering letih, mual,
muntah, kulit hangat, lembab dan berkeringat. Mencari informasi riwayat penyakit
secara mendetail diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis. Anamnesis
9

dapat memberikan informasi apakah keadaan ini merupakan keadaan fisiologik


ibu hamil atau suatu hal patologik (2). Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi
pemeriksaan tanda-tanda hipertiroid secara sistemik dan keadaan kelenjar tiroid
secara spesifik.
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan ialah pemeriksaan kadar
serum TSH dilanjutkan dengan kadar T4 dan fT4. Kadar serum TSH biasanya
lebih rendah pada kehamilan trisemester pertama, terutama pada usia gestasi 9-13
minggu (3). Menurut American Thyroid Association (ATA) dan Endocrine
Society (ES), kadar TSH yang direkomendasikan pada trisemester pertama
kehamilan ialah sebesar 0,1 mIU/L sampai 1,5 mIU/L, dan pada trisemester kedua
dan ketiga 0,3 mIU/L sampai 3 mIU/L. Penurunan kadar TSH dalam kehamilan
merupakan akibat stimulasi tiroid oleh tingginya kadar hCG (13). Diagnosis
hipertiroid dalam kehamilan terlihat dengan adanya penurunan kadar TSH dan
peningkatan kadar T3 dan/atau T4 (10).
Tabel 2. 1 Konsentrasi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) pada Kehamilan*13

Gestasi TSH (mIU/L)


Trimester 1 0,1-2,5
Trimester 2 0,2-3,0
Trimester 3 0,3-3,0
2.3.4 Diagnosis Prenatal
Berdasarkan rekomendasi American Thyroid Association (2011),
pemantauan janin dengan ultrasonografi (USG) serial sebaiknya dilakukan pada
wanita dengan hipertiroid tidak terkontrol dan/atau wanita dengan kadar TRAb
tinggi (lebih dari tiga kali batas atas normal). Konsultasi dengan spesialis
kandungan atau dengan konsultan fetomaternal sebaiknya dilakukan. Pemantauan
meliputi ultrasonografi untuk denyut jantung, pertumbuhan, volum cairan amnion,
dan goiter janin (14).
Berdasarkan rekomendasi dari Endocrine Society (2012), pada wanita
dengan peningkatan TRAb atau thyroid-stimulating Immunoglobulin setidaknya 2
hingga 3 kali kadar normal dan pada wanita dalam pengobatan dengan antithyroid
drug (ATD), T4 bebas maternal dan disfungsi tiroid janin perlu dilakukan skrining
10

saat pemeriksaan USG anatomi janin di usia kehamilan 18-22 minggu dan diulang
setiap 4-6 minggu atau sesuai indikasi klinis. Bukti adanya disfungsi tiroid janin
meliputi pembesaran tiroid, hambatan pertumbuhan, hidrops, goiter, takikardia,
atau gagal jantung (15). Apabila diagnosis hipertiroid janin ditegakkan dan
dicurigai dapat membahayakan kehamilan, cordocentesis sebaiknya dilakukan
pada kondisi yang sangat jarang dan dilakukan dengan fasilitas yang sesuai.
Cordocentesis dapat dilakukan bila didapatkan adanya goiter janin pada ibu dalam
pengobatan ATD untuk menentukan apakah fetus hipertiroid atau hipotiroid (7).
2.3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertiroid dapat berupa penatalaksanaan medis atau
pembedahan. Pada kehamilan, ablasi dengan menggunakan zat radioaktif tidak
boleh dilakukan dan merupakan kontraindikasi mutlak. Akumulasi zat tersebut
sejak janin berusia 10 minggu dapat mengakibatkan hipotiroid, sehingga
pemberian zat tersebut pada wanita usia subur harus diikuti dengan anamnesis
menstruasi yang jelas untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (11, 12).
Secara umum, penggunaan terapi medikamentosa lebih disukai pada
kehamilan, karena cukup efektif mengontrol keadaan hipertiroid dan efek samping
yang minimal terhadap janin. Obat-obatan yang sering dipakai adalah
propiltiourasil (PTU) dan metimazol. Keduanya melewati plasenta dan bisa
mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid  janin dan menimbulkan fetal goiter (11,12).
a) Obat Anti Tiroid
Obat Anti Tiroid/Anti Thyroid Drugs (ATDs) tetap menjadi pengobatan
pilihan untuk hipertiroid Grave selama kehamilan. Pada trimester pertama,
propylthiouracil (PTU) dapat diberikan dengan dosis 50-150 mg setiap 8 jam
tergantung pada tingkat keparahan gejala pasien. Ketika beralih dari methimazole
(MMI) ke PTU, rasio 1:20 digunakan (mis, MMI 15 mg = 300 mg PTU per hari
dengan dosis 100 mg PO setiap 8 jam). Setelah trimester pertama, MMI 5-20 mg
dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Kadang-kadang, pada pasien yang sangat
bergejala dapat diberikan hingga 30-40 mg dapat digunakan setiap hari (16).
TSH, FT4 / FT4I, atau TT4 harus diperiksa setiap 2-4 minggu seperti yang
ditunjukkan secara klinis dan dosis ATD dititrasi berdasarkan respon klinis dan
11

biokimiawi. ATD dapat dihentikan pada wanita dengan penyakit ringan yang
membutuhkan ATD dosis rendah dan TRAb yang sedikit meningkat. Pada 30-
40% wanita, ATD dapat dihentikan setelah usia kehamilan 30-34 minggu.
Hipotiroidisme janin merupakan indikasi untuk menurunkan atau menghentikan
ATD (16,17).
Meskipun toksisitas hati dapat muncul mendadak, pemantauan fungsi hati
dapat dipertimbangkan pada ibu hamil dalam pengobatan PTU setiap 3-4 minggu.
Klinisi perlu mengedukasi pasien untuk segera melaporkan bila gejala baru
muncul (7).
b) Beta Blocker
Propranolol sebelumnya telah banyak dipakai pada hipetiroid dengan
kehamilan. Penggunaan propranolol dalam jangka panjang pada wanita hamil
dikaitkan dengan pertumbuhan intrauterin yang buruk, bradikardia janin, dan
hipoglikemia neonatal. Atas dasar ini maka beta bloker tidak dianjurkan sebagai
obat pilihan pertama pada hipertiroid dengan kehamilan (12).
Walaupun demikian pada keadaan tertentu misalnya hipertiroid berat,
krisis tiroid maka propranolol dapat dipakai secara kombinasi misalnya dengan
iodida. Pemakaian jangka pendek tidak mempengaruhi janin (12,18).
c) Pembedahan
Tindakan tiroidektomi subtotal dapat diindikasikan saat kehamilan dalam
terapi penyakit Graves maternal bila (7):
1) Pasien memiliki efek samping berat terhadap ATD;
2) Pasien memerlukan dosis tinggi ATD terus menerus (MMI diatas 30
mg/hari atau PTU diatas 450 mg/hari); atau
3) Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi ATD buruk dan pasien memiliki
hipertiroid tidak terkontrol. Waktu pembedahan yang optimal ialah
trimester kedua.
Worley dan Crosbydari Oklahoma Universtiy meneliti secara restrospektif
kasus-kasus hipertiroid hamil selama 12 tahun. Didapatkan hasil  pada penderita
hipertiroid hamil yang mendapat obat anti tiroid (pada penelitian ini dipergunakan
PTU) sebanyak 70% melahirkan bayi aterm. Oleh karena itu mereka
12

menyimpulkan bahwa pengobatan yang terbaik untuk wanita hamil dengan


hipertiroid ialah dengan obat anti tiroid. Pembedahan hanya dilakukan pada
keadaan-keadaan tertentu (11,12).
Tirotoksikosis post-partum akibat penyakit Graves’ dapat ditangani
dengan radioiodin, tetapi tindakan ini memerlukan pengukuran keamanan radiasi
untuk bayi dan dikontraindikasikan pada ibu menyusui (13).
2.3.6 Konseling Pra Kehamilan
Konseling prakehamilan diperlukan pada hal-hal terkait fungsi tiroid
sebelum atau sedang dalam masa kehamilan, antara lain (3):
1) adanya riwayat penggunaan rutin obat hipertiroid atau terdiagnosis
hipertiroid dalam kehamilan
2) riwayat karsinoma tiroid dengan penggobatan menggunakan iodine-131.
3) riwayat hipotiroid Wanita dengan riwayat hipotiroid biasanya
membutuhkan dosis L-tiroksin yang lebih besar setelah terjadi konsepsi
4) riwayat tiroiditis Hashimoto.
Terdapat tiga pilihan tatalaksana kondisi hipertiroid dalam kehamilan,
yaitu:
1) terapi ATD jangka panjang,
2) terapi radioaktif dengan menggunakan ablasi iodine-131,
3) total tiroidektomi;
Sebaiknya proses konsepsi dilakukan dalam waktu 6 bulan hingga satu
tahun setelah pengobatan selesai.
Terdapat beberapa indikasi dilakukannya uji fungsi tiroid dalam
kehamilan, yaitu (3):
1) Riwayat disfungsi tiroid atau riwayat operasi tiroid;
2) Terdapat gejala terkait fungsi tiroid atau adanya goiter;
3) Ditemukan antibodi tiroid peroksidase;
4) Terdapat kondisi DM tipe 1 atau kondisi autoimun lain;
5) Riwayat terapi radiasi yang berlokasi di kepala dan leher;
6) Riwayat keluarga dengan disfungsi tiroid;
7) Obesitas (BMI >40 kg/m2);
13

8) Penggunaan amiodaron atau litium atau riwayat penggunaan kontras yang


mengandung iodine dalam waktu dekat;
9) Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan; dan
10) Bertempat tinggal di area dengan masalah insufisiensi iodin.
2.3.7 Komplikasi
Pada keadaan hipertiroid terdapat kemungkinan pasien terjun ke dalam
badai tiroid yang ditandai dengan keadaan hipermetabolik dalam kehamilan.
Krisis tiroid adalah suatu keadaan emergensi endokrin, dimana terjadi suatu status
hipermetabolik yang ditandai oleh hiperpireksia, takikardi dan agitasi. Dampak
badai tiroid ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi jantung dan diikuti dengan
keadaan hipertensi pulmonal dan gagal jantung (19).
Hipertiroid dalam kehamilan yang tidak dikendalikan dengan baik
dikaitkan dengan insidensi preeklampsia yang lebih tinggi, gagal jantung, krisis
tiroid, dan hasil perinatal yang buruk. Hasil perinatal yang buruk berupa
persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), IUGR, stillbirth, hydrops
fetalis, hipotiroidism, dan goiter. Penelitian eksperimental memperlihatkan bahwa
kadar hormon tiroid ibu yang tinggi berhubungan dengan abnormalitas
perkembangan otak fetus, kejadian kejang pada anak pasca kelahiran, dan
kejadian anak dengan hiperaktivitas (10,20).
BAB III
KESIMPULAN

Hipertiroid dalam kehamilan merupakan suatu kondisi tingginya sekresi


hormon tiroid yaitu free T4 (fT4), T4, dan T3 disertai penurunan kadar TSH yang
disebabkan oleh -hCG selama tingginya sekresi hormon trimester pertama
kehamilan. Gejala klinis bervariasi mulai dari takikardia, tiromegali, eksoftalmos,
dan tidak bertambahnya berat badan meskipun asupan makan adekuat. Sebagai
etiologi tersering ialah adanya kondisi hiperemesis gravidarum dan penyakit
Graves. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis menyeluruh, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang laboratorium serta pencitraan dengan USG
thyroid pada janin secara serial. Pengobatan lini pertama ialah propiltiourasil
(PTU) dengan alternatif methimazole (MMI) jika PTU tidak tersedia atau terdapat
kontraindikasi. Bila kondisi ini tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan
insidensi preeklampsia, gagal jantung, krisis tiroid, dan luaran perinatal yang
buruk seperti persalinan prematur, BBLR, IUGR, dan stillbirth. Terkait skrining
dan pencegahan, pada konseling prenatal disarankan untuk melakukan uji fungsi
tiroid agar tatalaksana dapat diberikan secara cepat dan tepat.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Ari D, Hermina. Gangguan Tiroid dan Kehamilan. Buku ajar ilmu


penyakit dalam. Ed. 2: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya.2015.

2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Williams Obstetrics (25th ed). New York: McGraw-Hill, 2018; p.1118-32.

3. Gabbe SJ, Niebyl JR, Simson JL, Landon MB, Galan HL, Jauniaux ER, et
al. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies (7th ed). New York:
Elsevier, 2017; p.937- 985.

4. Casanova R, Chuang A, Goepfert AR, Hueppchen NA, Weiss PM.


Beckmann and Ling's Obstetrics and Gynecology (8th ed). Philadelphia:
Wolters Kluwer, 2018; p.177-183.

5. Garry, D.. Penyakit Tiroid Pada Kehamilan. CDK-206, 2013.

6. Renzo GC. Good clinical practice advice: thyroid and pregnancy. Int J
Gynecol Obstet. 2019;144(3):347-51.

7. Alamdari S, Azizi F, Delshad H, Sarvghadi F, Amouzegar A, Mehran L.


Management of hyperthyroidism in pregnancy: comparison of
recommendations of American thyroid association and endocrine society. J
Thyroid Res. 2013;2013: 878467.

8. Djokomoeljanto. Ilmu Penyakit Dalam. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme,


dan hipertiroidisme. Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Penyakit Dalam. Jakarta. 2009.

9. Callahan TL, Caughey AB. Obstetrics & Gynecology (7th ed).


Philadelphia: Lippincott WilliamWilkins, 2018; p.399

10. Andersen SL, Lauberg P. Managing hyperthyroidism in pregnancy: current


perspectives. Int J Womens Health. 2016:8; 497-504.

11. Glioner D.  The Thyroid Regulation and Function in the pregnancy .2016.
Available http://www.thyroidmanager.org/Chapter14.htm.

12. Ogunyemi DA. Autoimmune Thyroid Disease and Pregnancy. E Medicine


World . Medical Library.2016

13. Ross DS, Burch HB, Cooper DS, Greenlee MC, Laurberg P, Maia AL, et

15
16

al. 2016 American thyroid association guidelines for diagnosis and


management of hyperthyroidism and other causes of thyrotoxicosis.
Thyroid. 2016;26(10): 1343-1421

14. Bahn, RS, Burch, HB, Cooper, DS, Garber, JR, Greenlee, MC, Klein, I,
Lauberg, P, McDougall, R, Montori, VM, Rivkees, SA, Ross, DS, Sosa,
JA, Stan, MN 2011, ‘Hiperthyroidism and other causes of thyrotoxicosis:
Management guidelines of the American Thyroid Association and
American Association of Clinical Endocrinologists’, American Thyroid
Association, Vol. 17,https://www.aace.com/files/hyper-guidelines2011.pdf

15. The Indonesian Society of Endocrinology. Indonesian clinical practice


guidelines for hyperthyroidism. Journal of the ASEAN Federation of
Endocrine Societies. 2012; 27(1): 1–5.

16. Nguyen, C. T., Sasso, E. B., Barton, L., & Mestman, J. H. Graves ’
hyperthyroidism in pregnancy : a clinical review. Clinical Diabetes and
Endocrinology. 2018; 4(4): 1–9.

17. Kahaly, G. J., Bartalena, L., Hegedüs, L., Leenhardt, L., Poppe, K., &
Pearce, S. H. 2018 European Thyroid Association Guideline for the
Management of Graves ’ Hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2018; 7: 167–
186.

18. Greenspan FS, Baxter JD. The Thyroid Gland. Basic & Clinical
Endocrinology. 9th edition. New York. McGraw-Hill  edition. New York.
McGraw-Hill.2011 : 205-206

19. Moskovitz JB, Bond MC. Molar pregnancy- induced thyroid storm. J
Emerg Med. 2010;38(5):71-76.

20. Andersen SL, Laurberg P, Wu CS, Olsen J. Attention deficit hyperactivity


disorder and autism spectrum disorder in children born to mothers with
thyroid dysfunction: a Danish nationwide cohort study. BJOG.
2014;121(11):1365-1374.

Anda mungkin juga menyukai