Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara
Oleh:
Arvinnia Tanida Harefa, S.Ked
2106111014
Preseptor:
dr. Teuku Yudhi Iqbal, Sp. OG
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Kehamilan dengan Hipertiroid” sebagai salah satu tugas
dalam menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian/SMF Ilmu
Kebidanan dan Penyakit KandunganRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada dr. Teuku Yudhi Iqbal, Sp. OG sebagai pembimbing yang
telah meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti
KKS di bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit KandunganRumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga
referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1
2
3
4
asupan iodium pada ibu hamil harus ditingkatkan. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka kadar TSH akan meningkat dan kadar T4 akan menurun (9).
Selama masa kehamilan, tiroksin maternal ditransfer ke janin. Tiroksin
maternal sangat penting untuk perkembangan otak janin, dan terutama untuk
perkembangan kelenjar tiroid janin. Meskipun kelenjar tiroid janin mulai
mengonsentrasikan iodin dan menyintesis hormon tiroid setelah 12 minggu
gestasi, kontribusi tiroksin maternal tetap penting. Pada kenyataannya, tiroksin
maternal merupakan 30% dari tiroksin janin saat cukup bulan (3).
Selama masa kehamilan, kebutuhan sekresi hormon tiroid akan meningkat
secara pesat. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi fungsi tiroid dalam
kehamilan, yaitu (4,10):
1) Peningkatan sementara kadar hormon hCG yang diproduksi oleh plasenta
selama trimester pertama, yang akan merangsang produksi reseptor TSH;
2) Peningkatan TBG yang diinduksi oleh hormon estrogen selama trimester
pertama yang bekerja di hati, yang akan dipertahankan selama kehamilan,
dan terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar T3 dan T4;
3) Perubahan dalam sistem imunitas, yang menyebabkan reaksi eksaserbasi,
atau ameliorasi penyakit tiroid autoimun yang mendasarinya;
4) Peningkatan metabolisme hormon tiroid oleh plasenta; dan peningkatan
ekskresi iodida dalam urin yang disebabkan oleh tingginya kadar
idodotironin deiodinase tipe 3 (D3) yang men-degradasi tiroksin dan T3
menjadi bahan yang inaktif sehingga dapat menyebabkan gangguan dari
produksi hormon tiroid.
6
terhadap fertilitas secara umum fertilitas tidak ada, baik penurunan fungsi
kesuburan maupun peningkatan kesuburan dalam arti bisa mengakibatkan
kehamilan ganda (11, 12).
2.3.1 Etiologi
Penyebab hipertiroidisme pada wanita biasanya adalah Grave’s disease.
Beberapa tahun terakhir, juga ditemukan disebabkan oleh rangsangan β-hCG
secara langsung pada kelenjar tiroid yang dapat menimbulkan gestasional
transient thyrotoxicosis (GTT) (11).
Etiologi hipertiroidisme dalam kehamilan :
Grave’s disease (85-90% dari seluruh kasus)
Sub-acute thyroiditis
Toxic multinodular goiter
Toxic adenoma
TSH-dependent thyrotoxicosis
Exogenous T3 atau T4
Iodine-induced hyperthyroidism
Hubungan dengan kehamilan:
- Hiperemesis gravidarum
- Mola hidatidosa
Hipertiroidisme dalam kehamilan hampir selalu disebabkan karena
penyakit Grave yang merupakan suatu penyakit autoimun. Sampai sekarang
etiologi penyakit Grave tidak diketahui secara pasti. Sangat menarik perhatian
bahwa penyakit Grave sering menjadi lebih berat pada kehamilan trimester
pertama, sehingga insiden tertinggi hipertiroidisme pada kehamilan akan
ditemukan terutama pada kehamilan trimester pertama. Sampai sekarang faktor
penyebabnya belum diketahui dengan pasti (5).
Pada usia kehamilan yang lebih tua, penyakit Grave mempunyai
kecenderungan untuk remisi dan akan mengalami eksaserbasi pada periode
postpartum. Tidak jarang seorang penderita penyakit Grave yang secara klinis
tenang sebelum hamil akan mengalami hipertiroidisme pada awal kehamilan.
8
Sebaliknya pada usia kehamilan yang lebih tua yaitu pada trimester ketiga, respon
imun ibu akan tertekan sehingga penderita sering terlihat dalam keadaan remisi.
Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan sistem imun ibu selama kehamilan
(5).
2.3.2 Gejala Klinis
Hipertiroidisme ringan sulit untuk dikenali selama kehamilan, karena
beberapa gejala yang muncul juga sering ditemukan pada wanita hamil dengan
eutiroid. Sehingga perlu beberapa gejala seperti berikut ini (11,12):
1. Takikardi
2. Tiromegali
3. Eksoftalmus
4. Kegagalan penambahan berat badan dengan intake yang biasa atau
meningkat
5. Lid lag
6. Kelemahan otot-otot
7. Onikolisis
8. Pretibial edem
Pada kasus yang jelas, diagnosis klinis mudah dilakukan. Sebaliknya pada
kasus yang ringan, secara klinis maupun laboratorik kadang-kadang masih sulit
untuk menegakkan diagnosis. Adanya gambaran klinis khusus seperti oftalmopati,
edema pretibial dapat membantu diagnosis hipertiroid Graves secara klinis. Selain
itu nadi basal lebih 100/menit sangat mencurigakan hipertiroid. Disamping adanya
riwayat hipertiroid sebelumnya. Diagnosis hipertiroid secara klinis memang sulit,
oleh karena pada kehamilan dapat terjadi perubahan-perubahan baik gambaran
klinis maupun laboratorik yang mirip pada hipertiroid (11,12).
2.3.3 Diagnosis
Pada anamnesis hal yang perlu ditanyakan ialah gejala utama yang
dikeluhkan oleh pasien, riwayat penyakit pasien sebelumnya, dan riwayat
penyakit keluarga. Gejala yang sering dikeluhkan ialah gejala sering letih, mual,
muntah, kulit hangat, lembab dan berkeringat. Mencari informasi riwayat penyakit
secara mendetail diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis. Anamnesis
9
saat pemeriksaan USG anatomi janin di usia kehamilan 18-22 minggu dan diulang
setiap 4-6 minggu atau sesuai indikasi klinis. Bukti adanya disfungsi tiroid janin
meliputi pembesaran tiroid, hambatan pertumbuhan, hidrops, goiter, takikardia,
atau gagal jantung (15). Apabila diagnosis hipertiroid janin ditegakkan dan
dicurigai dapat membahayakan kehamilan, cordocentesis sebaiknya dilakukan
pada kondisi yang sangat jarang dan dilakukan dengan fasilitas yang sesuai.
Cordocentesis dapat dilakukan bila didapatkan adanya goiter janin pada ibu dalam
pengobatan ATD untuk menentukan apakah fetus hipertiroid atau hipotiroid (7).
2.3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertiroid dapat berupa penatalaksanaan medis atau
pembedahan. Pada kehamilan, ablasi dengan menggunakan zat radioaktif tidak
boleh dilakukan dan merupakan kontraindikasi mutlak. Akumulasi zat tersebut
sejak janin berusia 10 minggu dapat mengakibatkan hipotiroid, sehingga
pemberian zat tersebut pada wanita usia subur harus diikuti dengan anamnesis
menstruasi yang jelas untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (11, 12).
Secara umum, penggunaan terapi medikamentosa lebih disukai pada
kehamilan, karena cukup efektif mengontrol keadaan hipertiroid dan efek samping
yang minimal terhadap janin. Obat-obatan yang sering dipakai adalah
propiltiourasil (PTU) dan metimazol. Keduanya melewati plasenta dan bisa
mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid janin dan menimbulkan fetal goiter (11,12).
a) Obat Anti Tiroid
Obat Anti Tiroid/Anti Thyroid Drugs (ATDs) tetap menjadi pengobatan
pilihan untuk hipertiroid Grave selama kehamilan. Pada trimester pertama,
propylthiouracil (PTU) dapat diberikan dengan dosis 50-150 mg setiap 8 jam
tergantung pada tingkat keparahan gejala pasien. Ketika beralih dari methimazole
(MMI) ke PTU, rasio 1:20 digunakan (mis, MMI 15 mg = 300 mg PTU per hari
dengan dosis 100 mg PO setiap 8 jam). Setelah trimester pertama, MMI 5-20 mg
dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Kadang-kadang, pada pasien yang sangat
bergejala dapat diberikan hingga 30-40 mg dapat digunakan setiap hari (16).
TSH, FT4 / FT4I, atau TT4 harus diperiksa setiap 2-4 minggu seperti yang
ditunjukkan secara klinis dan dosis ATD dititrasi berdasarkan respon klinis dan
11
biokimiawi. ATD dapat dihentikan pada wanita dengan penyakit ringan yang
membutuhkan ATD dosis rendah dan TRAb yang sedikit meningkat. Pada 30-
40% wanita, ATD dapat dihentikan setelah usia kehamilan 30-34 minggu.
Hipotiroidisme janin merupakan indikasi untuk menurunkan atau menghentikan
ATD (16,17).
Meskipun toksisitas hati dapat muncul mendadak, pemantauan fungsi hati
dapat dipertimbangkan pada ibu hamil dalam pengobatan PTU setiap 3-4 minggu.
Klinisi perlu mengedukasi pasien untuk segera melaporkan bila gejala baru
muncul (7).
b) Beta Blocker
Propranolol sebelumnya telah banyak dipakai pada hipetiroid dengan
kehamilan. Penggunaan propranolol dalam jangka panjang pada wanita hamil
dikaitkan dengan pertumbuhan intrauterin yang buruk, bradikardia janin, dan
hipoglikemia neonatal. Atas dasar ini maka beta bloker tidak dianjurkan sebagai
obat pilihan pertama pada hipertiroid dengan kehamilan (12).
Walaupun demikian pada keadaan tertentu misalnya hipertiroid berat,
krisis tiroid maka propranolol dapat dipakai secara kombinasi misalnya dengan
iodida. Pemakaian jangka pendek tidak mempengaruhi janin (12,18).
c) Pembedahan
Tindakan tiroidektomi subtotal dapat diindikasikan saat kehamilan dalam
terapi penyakit Graves maternal bila (7):
1) Pasien memiliki efek samping berat terhadap ATD;
2) Pasien memerlukan dosis tinggi ATD terus menerus (MMI diatas 30
mg/hari atau PTU diatas 450 mg/hari); atau
3) Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi ATD buruk dan pasien memiliki
hipertiroid tidak terkontrol. Waktu pembedahan yang optimal ialah
trimester kedua.
Worley dan Crosbydari Oklahoma Universtiy meneliti secara restrospektif
kasus-kasus hipertiroid hamil selama 12 tahun. Didapatkan hasil pada penderita
hipertiroid hamil yang mendapat obat anti tiroid (pada penelitian ini dipergunakan
PTU) sebanyak 70% melahirkan bayi aterm. Oleh karena itu mereka
12
14
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Williams Obstetrics (25th ed). New York: McGraw-Hill, 2018; p.1118-32.
3. Gabbe SJ, Niebyl JR, Simson JL, Landon MB, Galan HL, Jauniaux ER, et
al. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies (7th ed). New York:
Elsevier, 2017; p.937- 985.
6. Renzo GC. Good clinical practice advice: thyroid and pregnancy. Int J
Gynecol Obstet. 2019;144(3):347-51.
11. Glioner D. The Thyroid Regulation and Function in the pregnancy .2016.
Available http://www.thyroidmanager.org/Chapter14.htm.
13. Ross DS, Burch HB, Cooper DS, Greenlee MC, Laurberg P, Maia AL, et
15
16
14. Bahn, RS, Burch, HB, Cooper, DS, Garber, JR, Greenlee, MC, Klein, I,
Lauberg, P, McDougall, R, Montori, VM, Rivkees, SA, Ross, DS, Sosa,
JA, Stan, MN 2011, ‘Hiperthyroidism and other causes of thyrotoxicosis:
Management guidelines of the American Thyroid Association and
American Association of Clinical Endocrinologists’, American Thyroid
Association, Vol. 17,https://www.aace.com/files/hyper-guidelines2011.pdf
16. Nguyen, C. T., Sasso, E. B., Barton, L., & Mestman, J. H. Graves ’
hyperthyroidism in pregnancy : a clinical review. Clinical Diabetes and
Endocrinology. 2018; 4(4): 1–9.
17. Kahaly, G. J., Bartalena, L., Hegedüs, L., Leenhardt, L., Poppe, K., &
Pearce, S. H. 2018 European Thyroid Association Guideline for the
Management of Graves ’ Hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2018; 7: 167–
186.
18. Greenspan FS, Baxter JD. The Thyroid Gland. Basic & Clinical
Endocrinology. 9th edition. New York. McGraw-Hill edition. New York.
McGraw-Hill.2011 : 205-206
19. Moskovitz JB, Bond MC. Molar pregnancy- induced thyroid storm. J
Emerg Med. 2010;38(5):71-76.