Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pemeriksaan T3, T4 dan TSH dengan tepat waktu.
Makalah Pemeriksaan T3, T4 dan TSH disusun guna memenuhi tugas dr. Teguh Sarry
Hartono Sp. MK. pada mata kuliah interpretasi data laboratorium di Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang T3, T4 dam TSH. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dr. Teguh Sarry Hartono Sp. MK. selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. STRUKTUR KELENJAR TIROID ...................................................................... 3
B. FUNGSI KELENJAR TIROID ............................................................................. 4
i
BAB I
PENDAHULUAN
albumin 11 – 35%. Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam bentuk bebas yang
disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan
adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-tiroid,
karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3.
Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan tiroid.
Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat
dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan
prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas
yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk
mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar tiroid. Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah
hormon yang dihasilkan oleh hipofisa anterior. TSH berfungsi merangsang produksi hormon
tiroid seperti T4 dan T3 melalui reseptornya yang ada di permukaan sel tiroid. Sintesis dari
TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh
hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah. Bila kadar
T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3
dan T4.
Sebagaimana diketahui, hormon tiroid terikat pada protein yang disebut thyroxin
binding protein. Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat hormon tiroid
merupakan ukuran dari T-Uptake. Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat
pada beberapa protein seperti yang telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat
pada kehamilan, pengobatan dengan estrogen, hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau
kelainan bawaan pada tempat pengikatan T4. Pada keadaan ini, peningkatan T4 seolah-olah
menunjukkan gangguan fungsi tiroid yang berlebihan, yang sebenarnya peningkatan itu
bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk mengetahui fungsi tiroid yang baik dapat diperiksa
dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4, FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dilakukan dengan
metoda ELISA (biomedika.o.id).
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
dilepaskan dari hipofisi. Pembentukan TSH dihambat oleh tingginya kadar hormone
tiroid.49 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar:
Tiroksin. Hipotiroidisme yang terjadi pada bayi baru lahir, dapat memperlihatkan
gejala-gejala berupa nafsu makan rendah, sering tersedak saat menyusu, berat dan
tinggi badan tidak normal, sembelit, susah bernafas, tangis parau, kuning, lesu,
perut buncit, pusat bodong, alat kelamin, tangan dan kaki bengkak, dan kulit
teraba dingin. Selanjutnya, penderita kretinisme memiliki gejala klinis berupa
warna kulit kekuning-kuningan, suhu tubuh rendah, rambut dan kulit kering,
bicaranya lamban, perut buncit, tubuh lesu, denyut jantung lambat, karena
metabolisme karbohidrat yang lamban. Penanganan dapat dilakukan dengan
memberikan tiroksin sejak dini secara teratur. Apabila pengobatan terlambat
setelah gejala menjadi parah, maka pengobatan tidak banyak memberikan hasil.
Hipotiroidisme yang terjadi pada usia dewasa menyebabkan suatu keadaan yang
disebut myxedem. Tanda-tandanya adalah wajah sembab dan bengkak, denyut
nadi dan jantung lambat, suhu tubuh rendah, mudah demam, rambut dan kulit
kering, otot lemah, tubuh lesu dan efek jangka panjangnya adalah pembesaran
jantung akibat peningkatan kerja jantung secara berlebihan. Penderita myxedem
tidak mengalami kemunduran mental, tetapi pada kasus yang lebih parah,
penderita menjadi kurang aktif dan kurang responsive.
Keadaan hipotiroidisme pada masa dewasa ini seringkali disebabkan oleh
karena autoimunitas terhadap kelenjar tiroid, dimana kelenjar tiroid dirusak oleh
sistem imunitas tubuh. Pada awalnya kelenjar mengalami tiroiditis yang
menyebabkan kemunduran pada kelenjar itu, dan berlanjut pada terjadinya
fibrosis pada kelenjar dan berakhir pada ketidak mampuan kelenjar untuk
mensekresi hormon tiroid. Gejala hipotiroidisme ini dapat dikurangi dengan
pengaturan hormon tiroid.
2. Kelebihan Hormon Tiroid (Hipertiroidisme)
Hipertiroidisme dikenal juga dengan tirotoksikosis. Hipertiroidisme dapat
didefinisikan sebagai respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik akibat
peningkatan hormon tiroid secara berlebihan. Bentuk tersering adalah penyakit
grave (gondok eksoftalmik). Pada penyakit grave tiroid membesar dan
hiperplastik secara difus dan terjadi penonjolan bola mata yang disebut
eksoftalmus.
Hipertiroidisme terjadi bila terdapat sekresi tiroksin secara berlebihan. Kondisi
ini dapat menyebabkan pertumbuhan tubuh tidak dapat dikendalikan
(pertumbuhan raksasa, gigantisme). Apabila kelebihan hormon tiroksin terjadi
9
yang menjanjikan untuk analisis hormon. Kepekaan bergeser dari kadar µg/dL
menjadi ng/dL bahkan pg/gL. Cara ini sudah diterapkan pada otomasi (automated
analyzer). Dengan demikian, selain makin peka, juga ketelitian dan ketepatan analisis
hormon makin baik (Suryaatmadja 2010). Pada tutor ini akan dibahas mengenai
metode enzyme immunoassay (EIA), enzyme linked immunofluorescent assay
(ELFA) dan electrochemiluminescent assay (ECLIA). EIA adalah tes untuk
mendeteksi antigen dan antibodi dengan penambahan enzim yang dapat menkatalisis
substrat sehingga terjadi perubahan warna. Enzim berlabel yang sering digunakan
adalah horseradish peroxidase, alkaline phosphatase, Glucose-6-phosphatase
dehydrogenase dan b-galaktosidase. Pada tes EIA sebuah plate plastik dilapisi dengan
antigen yang akan bereaksi dengan antibodi pada serum pasien, kemudian diinkubasi
dengan gabungan enzim-antibodi pada plate. Jika terdapat antibodi, gabungan tersebut
bereaksi dengan kompleks antigen-antibodi pada plate. Aktivitas enzim diukur denga
spektrofotometer setelah penambahan substrat kromogenik spesifik yang akan
menyebabkan perubahan warna.
I. INTERPRETASI DATA LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk
membedakan diagnosis, mengkonfi rmasi diagnosis, menilai status klinik pasien,
mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan.
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan untuk:
• Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat,
kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat),
• Menilai efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui melalui
kadar kalium dalam darah, efektivitas warfarin diketahui melalui pemeriksaan
INR,
• Efektifi tas allopurinol di ketahui dari menurunnya kadar asam urat,
• Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (contoh:
penurunan dosis siprofl oksasin hingga 50% pada kondisi klirens kreatinin
<30mL/menit),
• Menilai kepatuhan penggunaan obat (contoh: kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan
penggunaan statin diketahui dari kadar kolesterol darah)
11
contoh: rentang nilai normal kolesterol adalah <200mg/dL (satuan konvensional) atau
<5,17 mmol/L (Satuan Internasional). Hasil pemeriksaan laboratorium dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor terdiri atas faktor terkait pasien atau laboratorium.
Faktor yang terkait pasien antara lain: umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan,
berat badan, kondisi klinik, status nutrisi dan penggunaan obat. Sedangkan yang
terkait laboratorium antara lain: cara pengambilan spesimen, penanganan spesimen,
waktu pengambilan, metode analisis, kualitas spesimen, jenis alat dan teknik
pengukuran. Kesalahan terkait hasil laboratorium patut dicurigai jika ditemukan
tingkat kesalahan pembacaan yang sangat besar dari hasil pemeriksaan tidak sesuai
dengan gejala dan tanda klinik pasien. Nilai klinik pemeriksaan laboratorium
tergantung pada sensitifi tas, spesifi sitas dan akurasi. Sensitifi tas menggambarkan
kepekaan tes, spesifi sitas menggambarkan kemampuan membedakan
penyakit/gangguan fungsi organ, sedangkan akurasi adalah ukuran ketepatan
pemeriksaan.Pemeriksaan laboratorium dapat dikelompokkan sebagai pemeriksaan
penapisan (screening) dan pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan penapisan
dimaksudkan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit sedini mungkin agar intervensi
dapat dilakukan lebih efektif. Umumnya pemeriksaan penapisan relatif sederhana dan
mempunyai kepekaan tinggi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan pada pasien yang
memiliki gejala, tanda klinik, riwayat penyakit atau nilai pemeriksaan penapisan yang
abnormal. Pemeriksaan diagnostik ini cenderung lebih rumit dan spesifi k untuk
pasien secara individual. Beberapa pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi satu
paket yang disebut profi l atau panel, contohnya: pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan fungsi hati. Tata nama, singkatan dan
rentang nilai normal hasil pemeriksaan yang biasa digunakan dapat berbeda antara
satu laboratorium dengan laboratorium lainnya, sehingga perlu diperhatikan dalam
menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
a. Pemeriksaan T3
Hormon Thyroxine (T4) dan 3,5,3’ Triiodothyronine (T3) berada dalam
sirkulasi darah, sebagian besar terikat pada protein plasma Thyroxine Binding
Globuline (TBG). Konsentrasi T3 jauh lebih kecil daripada T4, namun memiliki
potensi metabolik yang lebih besar. Pengukuran T3 merupakan faktor penting
untuk mendiagnosis penyakit tiroid. Pengukurannya dapat menentukan adanya
varian pada kelainan hipertiroid pada pasien tirotoksik dengan peningkatan kadar
T3 namun T4 nya normal. Peningkatan T3 tanpa adanya peningkatan T4
13
kebanyakan merupakan gejala awal dari tirotoksikosis rekuren pada pasien yang
telah mendapat terapi. Pemeriksaan T3 juga dapat digunakan untuk monitoring
pasien hipertiroid yang sedang mendapatkan terapi maupun pasien yang telah
berhenti menggunakan obat anti tiroid, dan sangat bermanfaat untuk
membedakan pasien eutiroid dan hipertiroid. Pada wanita, kadar T3 akan
meningkat selama kehamilan, terapi estrogen, dan pemakaian kontrasepsi
hormonal. Jika peningkatan T3 diikuti oleh peningkatan TBG dan T4, maka
perubahan ini tidak menggambarkan adanya kelainan tiroid.
b. Pemeriksaan T4
L-Thyroxine (T4) merupakan hormon yang disintesis dan disimpan dalam
kelenjar tiroid. Proses pemecahan proteolisis Thyroglobulin akan melepaskan T4
ke dalam aliran darah. Lebih dari 99% T4 terikat pada 3 protein plasma secara 27
reversibel, yaitu : Thyroxine binding globulin (TBG) 70%, thyroxine binding pre
albumin (TBPA) 20% dan albumin 10%. Sekitar 0,03% T4 yang berada dalam
keadaan tidak terikat. Penyakit yang mempengaruhi fungsi tiroid dapat
menimbulkan gejala yang sangat bervariasi. Pengukuran T4 total dengan
immunoassay merupakan metode skrining yang paling memungkinkan dan dapat
dipercaya untuk mengetahui adanya gangguan tiroid pada pasien. Peningkatan
kadar T4 ditemukan pada hipertiroidisme karena Grave’s disease dan Plummer’s
disease pada akut dan subakut tiroiditis. Kadar T4 yang rendah berhubungan
dengan hipotiroidisme kongenital, myxedema, tiroiditis kronis (Hashimoto’s
disease) dan beberapa kelainan genetik.
c. Pemeriksaan TSH
Pemeriksaan kadar TSH plasma atau serum merupakan metode yang
sensitif untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer atau sekunder. TSH disekresi
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis (pituitary) dan mempengaruhi produksi dan
pelepasan thyroxine dan triiodothyronine dari kelenjar tiroid. TSH merupakan
glikoprotein dengan berat molekul ± 28.000 dalton, terdiri dari 2 subunit yang
berbeda, alpha dan beta. Konsentrasi TSH dalam darah sangat rendah, namun
sangat penting untuk mengatur fungsi tiroid yang normal. Pelepasan TSH diatur
oleh TSH-releasing hormon (TRH) yang diproduksi oleh hipotalamus. Kadar
TSH dan TRH berbanding terbalik dengan kadar hormon tiroid. Jika kadar
hormon tiroid dalam darah meningkat, maka hipotalamus akan mensekresi sedikit
saja TRH sehingga TSH yang disekresi oleh hipofisis juga sedikit. Hal sebaliknya
14
akan terjadi jika ada penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Proses ini
dikenal sebagai mekanisme umpan balik (negative feed back mechanism) yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar hormon dalam darah yang
optimal. TSH dan glikoprotein hipofisis seperti : Luteinizing Hormon (LH),
follicle stimulating hormon (FSH), dan human chorionic gonadotropin (hCG),
memiliki rantai alpha yang identik. Rantai beta berbeda namun mengandung
regio dengan urutan asam amino yang identik. Regio yang homolog ini dapat
menyebabkan reaksi silang (cross reaction) dengan beberapa antisera TSH
poliklonal. Penggunaan antibodi monoklonal pada pemeriksaan TSH dengan
metode ELISA 33 akan dapat menghilangkan reaksi silang ini, sehingga
mencegah terjadinya hasil tinggi palsu pada wanita menopause atau wanita hamil.
J. OBAT-OBAT TIROID
a. hipertiroidisme
• Tionamid, golongan ini bekerja dengan menghambat sintesis hormon
PTU : Inhibisi proses deiodinase dengan 80%-90% mengikat albumin dan
t½ 75 menit dan Methimazole & carbimazole 2-6 jam,
• Penghambat Ion, inhibitor kompetitif untuk memblokade mekanisme
transport ion iodide (Perklorat atau CLO4, Perteknetat atau TcO4 dan
Tiosinat atau SCN) penggunaan ini untuk diagnostik
• Iodida, menghambat ambilan, organifikasi dan pelepasan hormone tiroid
• Iodium radioaktif, terapi ini dugunakan pada hipertiroidisme dan adjuvant
pada kanker tiroid terdiferensiasi
• Kontras media teriodinasi, Menghambat konversi T4 menjadi T3
contohnya Ipodate dan asam iopanoat/diatrizoa (digunakan apabila terdapat
kontraindikasi pada tiroid)
• Penghambat adrenoreseptor, meningkatkan perangsangan simpatis
contohnya guanetidin dan propanolol
b. Hipotiroid
• Levotiroksin, pilihan utama dan dapat digunakan pada oral, intravena dan
intra muscular
• Liothyronine
• Desiccated thyroid
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari pemeriksaan t3, t4 dan tsh berfungsi untuk mendeteksi kelainan hormon
tiroid. Pada keadaan tertentu, hormon ini terlalu banyak diproduksi sehingga jumlahnya
meningkat dalam tubuh dan menyebabkan hipertiroid. Sebaliknya, pada keadaan lain,
produksi hormon dapat terhambat sehingga jumlahnya menurun dan menyebabkan
hipotiroid.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan pemilihan obat-obat untuk pengobatan dalam gangguan tiroid.
16
DAFTAR PUSTAKA