Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN AKIBAT PATOLOGIS ENDOKRIN

GANGGUAN TIROID, PARATIROID DAN STRAUMA ENDEMIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Yosep Rohyadi, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Gita Nurhayani P17320118014

Mutiara Nurul I P17320118093

Hanna Hamidah P17320118094

Wildan Muhammad M P17320118108

Kelompok 1

Kelas 2C

JURUSAN D3 KEPERAWATAN BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
[judul makalah] ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
[dosen/guru] pada [bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah].
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang [topik
makalah] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yosep R S.Kp., Mkes., selaku
koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 23 Maret 2020

Penulis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TIROID

2.1.1 Pengertian Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm


dan terletak di leher, tepat dibawah jakun.Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh
ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam
keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila
membesar, dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak
dibawah atau di samping jakun

2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih
kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang
dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan
lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai
lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam
folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana homon-homon disintesa
kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri
tiroidea inferior.

Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal


dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus
kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan
dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Saraf
adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus
vagus.

2.1.3 Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler.Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini
adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang
dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke
dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut
pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.

Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin


yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan
Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan
DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan
membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,
dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma
dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).

Fungsi Hormon-Hormon Tiroid Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:

a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya


meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan
produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testi
b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya
tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan
dari folikel kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f. Merangsang pembentukan sel darah merah
g. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h. Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsi tonin mempunyai jaringan
sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum
dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar
kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan
sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran
tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di
lambung.

2.1.4 Mekanisme Kerja Hormon

Mekanisme Kendali yang Teliti Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur
telah diciptakan untuk mengatur jumlah tiroksin yang dilepaskan.Pelepasan
tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel tak sadar yang
disusun dalam hirarki yang amat tertib.Saat cukup hormone tiroid telah
dihasilkan, hipotalamus menghentikan pembentukan hormone pelepas tiroid. Saat
tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal hipotalamus mengirimkan sebuah
perintah (TRH, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai
titik akhir rantai perintah ini, segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh melalui darah.

Saat tiroksin dibutuhkan, hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar


pituiari (TRH). Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini memahami bahwa
kelenjar tiroid harus diaktifkan. Kelenjar pituitari segera mengirimkan perintah ke
kelenjar tiroid (TSH). Sesuai dengan perintah yang diterima, kelenjar tiroid segera
menghasilkan tiroksin, dan menyebarkannya ke seluruh tubuh lewat aliran darah.
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sebuah sistem khusus, Sistem ini
didasarkan pada dua mekanisme arus balik negatif, Saat jumlah tiroksin dalam
darah naik di atas normal, homon tiroksin mempengaruhi kelenjar pituitari dan
terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan kelenjar
pituitari terhadap hormon TRH. Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan
kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah (berbentuk hormon TSH) ke kelenjar
tiroid.Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai perintah produksi hormon
tiroksin.
2.1.5 Proses Pembentukan Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan
bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan
pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan
kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I. Pada
minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch
melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus. Kelenjar tiroid akan mencapai
kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan menghilang.
Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7. Namun
pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di
pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang
lain.

2.1.6 Penyakit Yang Menyerang Tiroid

Ada beberapa penyakit yang menyerang tiroid, yang utama adalah


hipertiroidisme, hipotiroidisme, Penyakit Graves, Penyakit Hashimoto,
peradangan, atau kanker tiroid.

a) Hipertiroidisme (Hyperthyroidism)
Ketika seseorang mengalami hipertiroidisme, kelenjar tiroid menghasilkan
terlalu banyak hormon. Gejala hipertiroidisme bisa memicu masalah
kecemasan.Gejala-gejala kecemasan ini meliputi kegugupan, keringat
berlebih, tangan gemetar, dan denyut jantung tidak teratur. Penderita pria
mungkin mengalami disfungsi ereksi, sedangkan wanita berpontesi
mengalami gangguan siklus menstruasi.Gejala umum lainnya termasuk
penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan dan diare. Hipertiroidism
paling sering mempengaruhi wanita berusia antara 20 hingga 40 tahun.
b) Hipotiroidisme (Hypothyroidism)
Hipotiroidism terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid
yang cukup. Sebagian besar gejala hipotiroidisme merupakan kebalikan dari
gejala hipertiroidisme, meskipun tidak selalu demikian. Misalnya, sescorang
dengan hipotiroidisme menemukan detak jantungnya melambat, alih-alih
meningkat. Pasien mungkin juga merasa sangat lesu, kedinginan, mengalami
peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan sembelit. Pasien
pria mungkin mengalami disfungsi ereksi, dan wanita mengalami gangguan
pada siklus menstruasi.
c) Penyakit Graves
Penyakit Graves terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar
timid. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada wanita antara usia 20 hingga
40 tahun. Beberapa gejala penyakit Graves mirip dengan hipertiroidisme
seperti kecemasan dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Penyakit Graves sering disebut pula sebagai gondok karena kelenjar tiroid
membesar dan berpotensi menimbulkan kesulitan bernapas. Gejala lain
penyakit Graves meliputi mata bengkak atau gatal, keringat berlebihan,
sensitivitas panas, dan kelemahan otot.
d) Penyakit Hashimoto
Hashimoto merupakan penyakit dimana sistem kekebalan tubuh menyerang
kelenjar tiroid, seperti penyakit Graves. Perbedaannya, pada penyakit
Hashimoto produksi hormon tiroid menjadi turun, bukan meningkat.
Beberapa gejala penyakit Hashimoto meliputi intoleransi terhadap cuaca
dingin, gondok, kesulitan menelan, penambahan berat badan, dan
kelelahan.Tanda-tanda lain akan termasuk sembelit, rambut beruban,
ketidakteraturan menstruasi pada wanita, dan kesulitan berkonsentrasi.
e) Penyakit Tiroid Lain Sekitar 5 persen wanita mengalami bengkak kelenjar
tiroid selama beberapa bulan setelah melahirkan. Kebanyakan wanita pada
awalnya mengalami gejala seperti hipertiroidisme, dan kemudian berubah
mengalami gejala mirip hipotiroidisme. Penyakit tiroid lain adalah kanker
tiroid. Karena gejala kanker tiroid umumnya hanya berupa pembengkakan
tiroid yang tidak spesifik, penting memeriksakan kelenjar tiroid secara teratur
untuk mendeteksi adanya gangguan atau ketidaknormalan.

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon
dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada
karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin
(HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

Pemeriksaan Radiologi, seperti :

a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi
pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma
dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan
pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis
pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal
perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhna dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT- Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan
juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang
adekuat.

2.1.8 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis dengan cara :


- Terapi Radiasi (khemotherapi)
- Operasi : Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidektomi Partial),
maupun seluruhnya (Tiroidektomi Total)
b. Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif
dan Post Operasi.
Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai
berikut:
 Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani
oleh penderita atau penanggung jawab penderita
 Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori
dan cardiovasculer
 Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
 Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang
jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
 Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
 Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan
dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.

2.2 PARATIROID

2.2.1 Kelenjar Paratiroid (PTH)

Kelenjar paratiroid adalah kelenjar penghasil hormon paratiroid yang berperan


penting dalam mengatur kadar kalsium dalam darah. Jika kelenjar ini mengalami
gangguan, maka Anda berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, salah
satunya adalah gangguan tulang.
Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid.
Terdapat 2 pasang (4 buah) yang terletak di belakang tiap lobus dari kelenjar
tiroid‚ dua sebelah kiri dan dua sebelah kanan. Besarya setiap kelenjar kira-kira 5
x 5 x 3 mm, dengan berat antara 25 - 30mg.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroksin. Hormon paratiroksin


adalah suatu peptide yang terdiri dari 84 asam amino yang berfungsi mengatur
kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Produksi hormon paratiroid akan
meningkat apabila kadar kalsium di dalam plasma menurun dalam keadaan
fisiologis normal. Kadar kalsium dalam plasma berada dalam pengawasan
homeostatis dalam batas yang sangat sempit.

Mineral lain selain kalsium yang memengaruhi fungsi kelenjar paratiroid


adalah magnesium. Hambatan kerja kelenjar paratiroid mengakibatkan penurunan
kadar magnesium di dalam darah atau sebaliknya. Konsentrasi magnesium sangat
diperlukan temadap fungsi fisiologis kelenjar paratiroid sehingga kelenjar ini
menghasilkan hormon yang diperlukan tubuh.

Pengaturan sekresi hormon paratiroid yaitu :

a. Kadar Ca plasma, peningkatan Ca plasma menghambat sekresi hormon.

b. Kadar magnesium plasma, penurunan magnesium plasma merangsang


sekresi hormon paratiroid.

Hormon kalsitonin (CTH) adalah suatu hormon yang turut berperan dalam
metabolism kalsium dan metabolisme fosfor. Hormon ini merupakan hasil sekresi
sel parafolikel kelenjar tiroid dan bukan oleh kelenjar paratiroid. Secara kimiawi
hormon ini adalah suatu rantai peptida dari 32 asam amino. Kalsitonin bekerja
sama dengan hormon paratiroid untuk hipokalsemik dan hipofosfat yang
memengaruhi tulang dan ginjal lewat reseptor dalam tulang dan ginjal.

Fungsi hormon kalsitonin adalah :

a. Menurunkan kadar kalsium dengan hambatan resorpsi tulang (menekan


aktifntas dan jumlah osteoblast, dan menghambat permeabilitas sel-sel
pada tulang.
b. Menghambat pelepasan kalsium dan tulang. Vitamin D merupakan
metabolisme dan mekanisme dalam banyak hal dengan hormon steroid,
menambah absorpsi kalsium dan fosfor dari traktus intestinalis. Vitamin D
mempunyai efek langsung terhadap proses kalsitikasi, membantu
pembentukan tulang, menambah ekskresi fosfat, dan membantu
menurunkan konsentrasi fosfat dalam serum.

Fungsi Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Memeliham konsentrasi ion kalsium plasma dalam baths yang sempit


meskipun terdapat variasi-variasi yang luas. Fungsi ion kalsium yaitu :

 Penting dalam cairan intrasel dan ekstrasel.

 Komponen utama dalam tulang.

 Penting dalam pembekuan darah dan kegiatan berbagai sistem enzim.

 Pelepasan kalsium (Ca) immsel untuk mengaktitkan sel (proses sekresi dan
kontraksi otot).

 Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan kecil pada konsentrasi untuk


perubahan kepekaan sel (hipokalscmia) yang menimbulkan epilespi dan
tetani.

b. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfor oleh ginjal, mempunyai efek


terhadap reabsopsi Iuhuler dari kalsium dan sekresi fosfor.

c. Mempercepat absorbsi kalsium di intestinum.

d. Jika pemasukan kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi


resorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah.

e. Dapat menstimulasi tmnspon kalsium dan fosfat melalui membran dari


mitokondria.

2.2.2 Ganguan Fungsi Kelenjar Paratiroid.


Pada kasus tertentu, dapat terjadi gangguan pada kelenjar paratiroid yang
membuat kelenjar ini memproduksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon
paratiroid. Hal ini tentu saja dapat mengganggu keseimbangan kadar kalsium
dalam darah. Masalah kesehatan yang mungkin terjadi akibat gangguan pada
hormon dan kelenjar paratiroid antara lain:
a. Hiperfungsi paratiroid. Suatu keadaan ketika kelenjar paratiroid
memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Jika diekskresi
lebih banyak yang di butuhkan disebut hiperparatiroidisme primer. Bila
lebih banyak karena dibutuhkan disebut hiperparatiroidisme sekunder.

Hiperparatiroidisme primer

1) Berkurangnya kalsium dalam tulang sehingga timbul fraktur spontan,


sehingga sering nyeri pada tulang, tumor tulang , yang sering terkena
adalah tulang panjang.

2) Kelainan traktus urinarius. Defek pada tubuli ginjal biasanya bersifat


reversible (batu ginjal kadang-kadang nefrokalsinosis (deposisi kalsium
dalam nefron)).

3) Manifestasi sistem saraf sentral (depresi, konfusi, dan koma) Kelemahan


neuromuskuler, tenaga otot berkurang , hipotoni otot, dan keletihan
kadang-kadang aritmia kardiak.

4) Manifestasi gastrointestinal : kurang nafsu makan, mual, muntah, dan


konstipasi.

Hiperparatiroidisme sekunder Pada penyakit ini terdapat hyperplasia dan


hiperfungsi kelenjar paratiroid yang disebabkan oleh :

1) Gagal ginjal kronik ( glomerulonephritis, pielonefritis, dan anomali


kongenital dari traktus orogenitalis pada anak).

2) Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit (deflsiensi vitamin D)


,kelainan gastrointestinal.
- Intoksikasi paratiroid akut Kejadian ini jarang dengan gejala (penderita
sangat lemah, mual , dan muntah). Pada pemeriksaan kalsium sangat
tinggi dan fosfor serum juga tinggi. Penderita dapat koma.

b. Hipoparatiroidisme

Penyakit ini jarang terjadi pada orang dewasa, biasanya anak di bawah
umur 16 tahun. Penyakit ini terjadi setelah strumektomi, terjadi
paratiroidisme sekunder. Timbul gejala gejala reaksi neuromuskuler yang
berlebihan akibat kalsium serum yang sangat rendah, tetani dengan
manifestasi spasmus karpopedal dan kejang pada anggota gerak dan
kelumpuhan otot.

Hipoparatiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar paratiroid kurang


aktif dan membuat kadar hormon paratiroid dalam tubuh terlalu rendah.
Penyakit ini membuat kadar kalsium dalam darah dan tulang berkurang
serta kadar fosfor meningkat.

Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit


autoimun, kelainan bawaan pada kelenjar paratiroid, rendahnya kadar
magnesium dalam darah, komplikasi dari operasi pengangkatan kelenjar
tiroid maupun paratiroid, atau efek samping dari terapi radiasi kanker.
Penderita hipoparatiroidisme dapat merasakan beberapa gejala berikut:

- Gangguan sensorik, seperti kesemutan, muncul sensasi perih, atau mati


rasa, di bibir, jari tangan, dan jari kaki.

- Nyeri otot atau kram di bagian kaki, perut, atau wajah.

- Spasme atau kram otot, terutama di sekitar mulut, tangan, lengan, dan
tenggorokan.

- Nyeri saat menstruasi.

- Rambut rontok.

- Kulit menjadi kering dan kasar.


- Kuku menjadi rapuh.

- Masalah psikologis, seperti mudah cemas atau depresi.

c. Hiperkalsemia

Meningginya kadar kalsium dalam darah yang disebabkan oleh:

- Berhubungan dengan paratiroidisme primer.

- Berhubungan dengan keganasan (tumor hipokalsemia).

- Berhubungan dengan vitamin D (abnormalitas metabolisme vitamin D)

- Berhubungan dengan kegagalan ginjal; dan

- Intoksikasi vitamin A (terlalu banyak vitamin A).

d. Hipokalsemia

Hipokalsemia subakut terjadi pada pankreatitis akut, mengakibatkan hormon


paratiroksin menjadi rendah. Klasiflkasinya adalah.

-Hormon paratiroid

1) Hipoparatiroidisme herediter suatu sindrom kompleks kegagalan dari


adrenal, ovarium dan paratiroid.

2) Hipopamtiroidisme didapat : komplikasi strumektomi, kerusakan kelenjar


paratiroid, setelah eksplorasi ginjal.

3) Hipomagnesemia primer dan sekunder.

-PTH tidak aküif

1) Gagal ginjal kronik menyebabkan retensi fosfat, mengakibatkan


menurunnya kadar kalsium dalam darah.

2) Tidak adanya vitamin D yang aktif menimbulkan penyakit tulang seperti


osteomalasia.

3) Vitamin D aktif tetapi tidak efektif, malabsorpsi intestina.


e. Pseudohipoparatiroidisme

Pseudohipoparatiroidisme adalah penyakit genetik yang sangat langka.


Penyakit ini terjadi ketika tubuh tidak dapat merespons atau merasakan
adanya hormon paratiroid dalam tubuh. Penderita kelainan genetik ini
mengalami gejala seperti hipoparatiroidisme, padahal kadar hormon
paratiroid dalam tubuhnya normal.

f. Kanker paratiroi

kanker paratiroid adalah jenis kanker langka yang biasanya menyerang


salah satu dari 4 kelenjar paratiroid. Kanker paratiroid lebih sering menyerang
orang berusia 40-an atau 50-an. Gejala kanker paratiroid umumnya
menyerupai gejala hiperparatiroidisme beserta munculnya benjolan di leher,
baik benjolan di leher kanan atau pun kiri, suara serak, dan kesulitan menelan.

2.2.3 Pencegahan Gangguan Kelenjar Paratiroid

Gangguan kelenjar paratiroid yang disebabkan oleh faktor genetik


mungkin tidak bisa dicegah. Namun, di luar faktor genetik, ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit kelenjar paratiroid dan
menjaga agar kelenjar ini dapat berfungsi dengan baik, yaitu rutin berolahraga,
mencukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D dengan mengonsumsi makanan
bergizi seimbang, serta tidak merokok.

Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala


ke dokter untuk mengevaluasi fungsi kelenjar paratiroid. Jika terdapat kelainan
pada kelenjar paratiroid, dokter akan memberikan pengobatan sesuai jenis
penyakit pada kelenjar tiroid yang Anda alami beserta penyebabnya.

2.3 STRAUMA
2.3.1 Pengertian Strauma
Strauma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebardebar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,
penyakit ini dinamakan hipertiroid (Amin huda, 2016). Struma didefinisikan
sebagai pembesaran kelenjar tiroid. Struma dapat meluas keruang retro sternal,
dengan atau tanpa pembesaran substansial. Karena hubungan anatomi kelenjar
tiroid ke trakea, laring, saraf laring, superior dan inferior, dan esophagus,
pertumbuhan abnormal dapat menyebabkan berbagai sindrom komperhensif
(Tampatty, 2019).

2.3.2 Etiologi Strauma

Strauma disebabkan oleh gangguan sintesis hormone tiroid yang


menginduksi mekanisme kompensasi terhadap kadar TSH serum, sehingga
akibatnya menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia selfolikel tiroid dan pada
akhirnya menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Efek biosintetik, defisiensi
iodin penyakit otoimun dan penyakit nodular juga dapat menyebabkan struma
walaupun dengan mekanisme yang berbeda. Bentuk goitrous tiroiditis hashimoto
terjadi karena defek yang didapat pada hormone sintesis, yang mengarah ke
peningkatan kadar TSH dan konsuekensinya efek pertumbuhan (Tampatty,
2019)Menurut Manjoer (2002) Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan
hormon tiroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain:

a. Defisiensi yodium

b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid

c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai

d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,


sulfonylurea dan litium

Penyebab kelainan ini bermacam-macam, pada setiap orang dapat


dijumpai masa karena kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa
pubertas, pertumbuhan, menstruasi, kehamilan, laktasi, monopouse, infeksi atau
stres lain. Pada masa-masa tersebut dapat dijumpai hiperplasi dan involusi
kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta
kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di
daerah tersebut sehingga terjadi iskemia (Amin huda, 2016).

2.3.3 Klasifikasi Strauma

Klasifikasi dan karakteristik struma nodusa antara lain:

a. Berdasarkan secara fisiologik

1) Eutiroid

Keadaan dimana fungsi kelenjar tiroid berfungsi secara normal, meskipun


pemeriksaan kelenjar tiroid menunjukkan kelainan, gejala yang terjadi jika
seseorang sakit, mengalami kekurangan gizi atau telah menjalani pembedahan,
maka hormon tiroid T4 tidak diubah menjadi T3. Akan tertimbun sejumlah
besar hormone T3, yang merupakan hormon tiroid dalam bentuk tidak aktif.
Meskipun T4 tidak diubah menjadi T3, tetapi keenjar tiroid tetap berfungsi dan
mengendalikan metabolisme tubuh secara normal (Prof. Dr. Anies, 2016)

2) Hipotiroid

Keadaan dimana terjadi kekurangan hormon tiroid yang dimanifestasikan oleh


adanya metabolisme tubuh yang lambat karena menurunnya konsumsi oksigen
oleh jaringan dan adanya perubahan personaliti yang jelas. Pasien dengan
hipotiroid mempunyai sedikit jumlah hormon tiroid sehingga tidak mampu
menjaga fungsi tubuh secara normal. Penyebab umumnya adalah penyakit
autoimun, operasi pengangkatan tiroid, dan terapi radiasi(Tarwoto, 2012)

3) Hipertiroid

Suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang
berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi
hormon tiroksin dan lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya atau mengurangi intensitas fungsinya (Amin
Huda, 2016)
b. Berdasarkan secara klinik

1) Toksik

Pembesaran pada kelenjar tiroid yang berisi nodul dengan sel-sel


autonom sehingga menyebabkan hipertiroidisme.

2) Non toksik

Pembesaran kelenjar tiroid karena adanya nodul yang tidak disertai gejala
hipertiroidisme (Tarwoto, 2012)

2.3.4 Patofisiologi

Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi


dari TSH. Salah satu penyebab paling sering terjadi penyakit gondok karena
kekurangan yodium. Aktivitas utama dari kelenjar tiroid adalah untuk
berkonsentrasi dalam pengambilan yodium dari darah untuk membuat hormon
tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup membuat hormon tiroid jika tidak memiliki
cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi
hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) tubuh akan berkompensasi
terhadap pembesaran tiroid, hal ini juga merupakan proses adaptasi terhadap
defisiensi hormon tiroid. Namun demikian pembesaran dapat terjadi sebagai
respon meningkatnya sekresi pituitari yaitu TSH (Tarwoto, 2012).

2.3.5 Manifestasi klinis


Menurut (Tarwoto, 2012) beberapa manifestasi dari struma sebagai berikut:
a. Adanya pembesaran kelenjar tiroid
b. Pembesaran kelenjar limfe
c. Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
d. Kesulitan menelan
e. Kesulitan bernafas
f. Kesulitan dalam bicara
g. Gangguan bodi image

2.3.6. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddart (2013) beberapa komplikasi dari struma meliputi:
a. penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari rangsangan berlebihan pada jantung
oleh hormone tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung meningkat dan
terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang
berumur diatas 50 tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah
jantung.

b. Ovtalmopati graves
Ovtalmopati graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopa, aliran
air mata yang berlebihan, dan peningkatan foto fobia dapat mengganggu kualitas
hidup pasien sehingga akan aktifitas rutin pasien terganggu.

c. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit dibagian atas tibia
bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan glikosaminoglikans. Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN TIROID

3.1.1 HIPERTIROID

1 . Pengkajian

a . Aktivitas / istirahat

Gejala : insomnia , sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,


Kelelahan berat

Tanda : atropi otot

b . Sirkulasi

Gejala : palpitasi , nyeri dada ( angina )

Tanda : disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan


darah , takikardia, sirkulasi kolaps, syok .

c . Eliminasi

Gejala : urin dalam jumlah banyak , diare .

d . Intregitas Ego

Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.

Tanda : emosi labil , depresi.

e . Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendada , nafsu makan meningkat, makan
banyak, kehausan, mual dan muntah.

Tanda : pembesaran tiroid, edema non - fitting

f . Pernapasan

Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispnea

g . Seksualitas

Tanda : penurunan libido hipomenorea amenore dan impotent

2 . Diagnosa Keperawatan

a) Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


beban kerja jantung

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


nutrisi yang tidak adekuat .

c) Perubahan suhu tubuh hipertemi berhubungan dengan status hipermetabolik


sekunder terhadap hiperaktivitas kelenjar tiroid .

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder akibat laju


metabolic

3 . Intervensi

a) Diagnosa I : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan beban kerja jantung
Tujuan : Klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
KH : Tidak terjadi penurunan curah jantung / curah jantung adekuat.
Intervensi :
 Kaji tanda - tanda vital
 Kaji intake - output cairan dan membrane mukosa kering
 Kaji pengisian kapiler
 Timbang berat badan setiap hari .
 Anjurkan untuk tirah baring .
 Batasi aktivitas yang tidak perlu
b) Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : klien dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat sesuai
diet makanan
KH : Berat badan stabil dan Tidak adanya tanda - tanda malnutrisi
Intervensi :
 Kaji bising usus
 Kaji pola nutrisi
 Kaji adanya anoreksia , mual muntah
 Berikan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna
 Hindari makanan yang dapat meningkatan peristaltic usus
 Timbang berat badan setiap hari

c) Diagnosa III : Perubahan suhu tubuh hipertemi berhubungan dengan status


hipermetabolik sekunder terhadap hiperaktivitas kelenjar tiroid.

Tujuan : Klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36-
37 C)

KH : Penurunan suhu tubuh sampai batas normal (36-37 C)

Intervensi :

 Kaji tanda - tanda vital


 Pantau suhu tubuh seiap 2-4 jam
 Anjurkan klien untuk banyak minum
 Anjurkan untuk mengenakan pakaian yang longgar dan tipis
 Berikan kompres air biasa
 Kolabirasi mengenai pemberian terapi
d) Diagnosa IV : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan sekunder
akibat hipermetabolik
Tujuan : Klien dapat melakukan aktiftas sesuai kebutuhan secara mandiri
KH : Klien berpartisipasi dalam melakukan perawatan secara mandiri
Intoleransi :
 Kaji tanda-tanda vital saat istirahat maupun saat beraktifitas
 Kaji adanya sianosis, pucat, takipnea, dispnea
 Anjurkan untuk meningkatkan istirahat
 Batasi aktifitas klien
 Berikan lingkungan/suasana yang tenang
 Anjurkan untuk melakukan aktifitas pengganti yang tidak melelahkan
sepert membaca, menonton tv atau mendengarkan radio

3.1.2 HIPOTIROID
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Biasanya berisikan nama,  umur,  jenis  kelamin,  agama,  suku  bangsa / ras, 
pendidikan,  bahasa  yang  dipakai,  pekerjaan,  penghasilan  dan  alamat. 
b.Tanda-tanda vital
Nadi :biasanya menurun (melemah)
Suhu:biasanya menurun
Pernafasaan:biasa meningkat
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama
berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari,
bahkan menganggapnya sebagai efek .
d. Riwayat kesehatan utama
Bisanya sesak nafas,biasanya sulit menelan, biasanya pembengkakan pada
leher,biasnya pasien nampak gelisah, tidak mau makan. rasa capek, intoleransi
terhadap dingin, kulit terasa kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara
serak, gangguan haid: menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis,
kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan,
pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Keadaan rambut : biasanya warna hitam, biasanya rambut rontok,menipis dn
kasar.
biasanya apabila dilakukan penekanan ibu jari terdapat udem
Palpebraa : biasanya terdapat udema.    
Sclera : biasanya tidak iterik.     
Conjunctiva : biasanya anemis
Pupil dan reflex cahaya : biasanya pupil bulat dan memberikan reflex cahaya yang
baik.    
Hidung :biasanya simestris kiri dan kanan ,biasanya tidak ada benda asing
dan pendarahan,sekret tidak ada hanya ada penurunan dalam indara penciuman..   
Telinga dan membrane tympani: biasanya telinga semestris kiri dan kanan dan
biasanya membrane tympani memberikan reflek cahaya.
Mulut : biasanya bau mulut,pada gigi biasanya ada karies,biasanya lidah
kurang bersih tidak ada pembesaran tonsil dan biasanya sulit menelan.      
Leher dan pemeriksaan JVP: biasanya terdapat pembengkakan pada
area leher dan biasanya vena jugularis ada pembesaran dan terdapat kaku kuduk.
2. Pemeriksaan thorak
a. I : biasanya bentuknya semetris kiri dan kanan dan biasanya pola nafas tidak
efektif akibat adanya dispinea(tidak nyaman dalam bernafas).
b. P : biasanya bergerakan thoras kiri dan kanan simetris
c. P : biasanya bunyinya sonor
d. A : biasanya suara broncial
3. Jantung
I: biasanya tidak icus cordis tidak terlihat
P: biasanya icus cordis teraba
P: biasanya bunyinya pekak
A:biasanyadetak jantung melambat
4. Abdomen
I: biasanya bentuk perut datar
A: biasanya bunyi peristaltik yang keras dan panjang
P: biasanya tidak terasa nyeri
P: biasanya tympani
5. Integument :
Biasanya Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal,Pembengkakan, tangan,
mata dan wajah,Tidak tahan dingin

Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )
Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼ dihabiskan
b. Eliminasi
Sehat: biasanya 2x sehari
Sakit: biasanya 1x sehari
c. Istirahat
Sehat: biasanya 8-9 jam perhari
Sakit: biasanya 5-6 jam perhari
d. Aktivitas
Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari
Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat beraktivitas dan mandi 1x
sehari.
Data psikologis
Klien sangat sulit membina hubungan sosial denganlingkungannya, mengurung
diri.Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep
diri

2. Dignosa yang akan muncul


1. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
2. Perubahan suhu tubuh: hipotermi b/d penurunan metabolisme
3. Konstipasi b/d penurunan fungsi gastrointestinal
4. Ketidak efektifan pola nafas b/d depresi fentilasi
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya laju
metabolisme tubuh
6.  Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program pengobatan untuk
terapi penggantian tiroid seumur hidup

N DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


o
1 Intoleransi aktivitas 1.      Energi Aktiviti terapi
konservation 1.        Kolaborasikan dengan
2.    Aktiviti tolerance tenaga rehabilitasi medik
3.    Self care: AD.rs dalam merencanakan
4.    Kriteria hasil: program terapi yang tepat
a.      Berpartisipasi
2.        Bantu klien untuk
dalam aktifitas fisik mengidentifikasi aktifitas
tanpa disertai yang mampu dilakukan
peningkatan tekanan
3.        Bantu untuk memilih
darah, nadi dan RR aktifitas konsisten yang
b.     Mampu melakukan sesuai dengan
aktifitas sehari-hari kemampuan fisik,
(ADLS) secara psikologi dan sosial
mandiri 4.        Bantu untuk
c.      Tanda-tanda vital mengidentifikasi dan
normal mendapatkan sumber
d.     Energi fisikomotor yang diperlukan untuk
e.      Level kelemahan aktifitas yang diinginkan
f.      Mampu berpindah:
5.        Bantu untuk
dengan atau tanpa mendapatkan alat bantu
bantuan alat aktifitas seperti korsi roda
g.     Status
6.        Bantu untuk
kardiopulmunari mengidentifikasi untuk
adekuat aktifitas yang disukai
h.     Sirkulasi status baik
7.        Bantu klien untuk
i.       Status respirasi: membuat jadwal latihan
pertukaran gas dan waktu luang
fentilasi adekuat 8.        Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
9.        Sediakan pengobatan
pasif bagi yang aktif
beraktifitas
10.    Bantu pasien untuk
mengembangkan motifasi
diri dan penguatan
11.    Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual..
2 Hipotermia NOC NIC
Batasan karakteristik Kriteria hasil: -temperature regulation
Suhu tubuh dibawah normal, kulit -Suhu tubuh dalam
1. monitor suhu setiap dua
dingin, batas normal njam
hiperttensi,pucat,menggigil,takikar -nadi dan pernapasan
2. monitor tekanan
di dalam rentang normal darah,nadi dan
Faktor yang berhubungan: pernafasan
Penuaan, konsumsi 3. monitor warna dan suhu
alkohol,kerusakan kulit
hipotalamus,penurunan laju 4. tingkatkan intake cairan
metabolisme,tidak 5. selimuti pasien untuk
beraktifitas,malnutrisi,trauma mencegah kehilangan
hangat nya tubuh
6. diskusi kan tentang
pengaturan suhu
7. berikan antipiretik jika
perlu
Vital sign monitoring:
1. monitor TTV
2. auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan
3. monitor TTV
setelah,sebelum dan
selama aktifitas
4. monitor kualitas nadi
5. monitor irama pernafasan
6. monitor suhu,warna dan
kelembaban kulit
7. identifikasi perubahan
ari tanda-tanda vital
3 Konstipasi NOC NIC
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: Constipation
Nyeri abdomen, anoreksia, feces- mempertahankan - monitor tanda dan
tampak darah, perubahan pada pola feces lunak setiap1-3 gejala,bising usus,feces
defekasi, penurunan volume feces, hari frekuensi,volume,kosulta
rasa rektal penuh, keletihan umum,- bebas dari si dengan dokter tentang
feces keras dan berbentuk, salit ketidaknyamanan dan pendekatan dan
kepala, bising usus hiperaktif dan konstipasi penurunan bising usus
hipoaktif, nyeri pada saat defekasi,- mengidentifikasi - identifikasi faktor
perkusi abdomen pekak, muntah. indikator untuk penyebab
Faktor yang berhungan: mencegah konstipasi - dukung intake cairan
Fungsional - feces lunak den- pantau tanda dan gejala
-kelemahan otot abdomen berbentuk konstipasi
-kebiasaan defekasi tidak teratur - memantau bising usus
Psikologis: - jelaskan etiologi masalah
-depresi untuk tindakan kepada
-stress pasien
-emosi - menyusun jadwal ke
Mekanis: toilet
-ketidakseimbangan elektroli - mendorong
-obesitas meningkatkan asupan
-kemooroid cairan kecuali di
-tumor kontraindikasi
Fisiologis: - anjurkan pasien atau
-perubahan pola makan keluarga untuk mencatat
-asupan cairan dan serat tidak keadaan tinja
cukup - anjurkan klien untuk diet
-dehidrasi tinggi serat
-kurangnya higine oral - timbang BB pasien secara
teratur
- ajarkan pasien atau
keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
4 Ketidak efektifan pola nafas. Kriteria hasil: Airway manageman:
Batasan karakteristik 1.        1.       Buka jalan nafas
- Perubahankedalaman pernafasan, Mendemonstrasikan 2.       Posisikan pasien untuk
-penurunan tekanan ekspirasi batuk efektif dan memaksimalkan fentilasi
,penuranan ventilasi seminit. suara nafas yang
3.       Identifikasi perlunya
-Penurunan kapasitas vital. bersih alat jalan nafas bantuan
-dipneu 2.        Menunjukkan jalan
4.       Lakukan fisioterapi
-peningkatan diameter anterior nafas yang paten dada jika perlu
psterior 3.        Tanda-tanda vital
5.       Keluarkan sekret
-vase expirasi memanjang dalam rentang normal dengan batuk atau saction
-takipneu 6.       Auskultasi suara nafas
Faktor yang berhubungan: 7.       Atur intex untuk cairan
1.      Ansietas mengobtimalkan
2.      Posisi tubuh keseimbangan
3.      Deformitas tulang dan dinding 8.       Monitor respirasi dan
dada O2
4.      Keletihan 9.       Pertahankan jalan nafas
5.      Gangguan muskuloskeletal yang paten
6.      Obesitas 10.   Monitor peralatan dan
7.      Nyeri aliran oksigen
11.   Monitor adanya
kecemasan pasien
Vital sign monitoring
1.       Pantau TTV
2.       Monitor suara paru
3.       Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang Kriteria hasil: Nutrition manageman:
dari kebutuhan tubuh 1.      BB meningkat 1.       Kaji adanya alergi
Batasan karakteristik: 2.      BB ideal sesuai makanan
1.      Nyeri abdomen dengan tinggi badan 2.       Kolaborasi dengan ahli
2.      Menghindari makanan 3.      Mengidentifikasi gizi
3.      BB menurun kebutuhan nutrisi 3.       Anjurkan pasien untuk
4.      Diare 4.      Menunjukkan meningkatkan protein dan
5.      Kehilangan rambut berlebihan peningkatan fungsi fitamin c
6.      Bising usus hiperaktif mengecap dan
4.       Berikan makanan yang
7.      Membran mukosa pucat menelan terpilih
8.      Tonus otot menurun 5.       Ajarkan pasien
9.      Sariawan di rongga mulut membuat catatan
10.  Kelemahan otot untuk mengunyah makanan harian
dan menelan 6.       Monitor jumlah nutrisi
Faktor yang berhubungan: dan kandungan kalori
1.      Biologis
2.      Ekonomi
3.      Ketidak mampuan untuk Nutrisi monitoring
mengabsobsi nutrisi 1.      BB pasien dalam batas
4.      Ketidak mampuan untuk normal
mencerna makanan 2.      Monitor adanya
5.      Ketidak mampuan menelan pengaruh BB
makanan 3.      Monitor lingkungan
6.      Faktor psikologis selama makan
4.      Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
5.      Monitor kulit kering
dan perubahan
pikmentasi
6.      Monitor keadaan
rambut
7.      Monitor mual muntah
8.      Monitor keadaan mata
9.      Catat adanya udema,
hiperemik, hipertonik,
papila lidah dan kafitas
oral
10.  Catat warna lidah
6 Difisiensi pengetahuan Kriteria hasil: Teacing: disease proses:
Batasan karakteristik: 1.      Pasien dan keluarga
1.       Berikan peningkatan
1.      Prilaku hiperbola menyatakan tentang tingkat
2.      Ketidak akuratan mengikuti pemahaman tentang pengetahuan pasien
perintah dan melakukan tes penyakit, kondisi dan
2.       Jelaskan patofisiologi
3.      Prilaku tidak tepat dan program pengobatan penyakit
pengungkapan masalah 2.      Pasien dan keluarga
3.       Gambarkan tanda dan
Faktor- faktor yang berhubungan: mampu gejala yang biasa muncul
1.       Keterbatasan kognitif melaksanakan 4.       Identifikasi
2.       Kurang pajanan prosedur dengan kemungkinan penyebab
3.       Kurang minat dalam belajar benar 5.       Diskusikan pulihan
4.       Kurang dapat mengingat 3.      Pasien dan keluarga terapi atau penanganan
5.       Tidak peduli dengan sumber mampu menjelaskan
6.       Rujuk pasien pada
informasi kembali apa yang agensi dikomunitas lokal
dijelaskan oleh tim
kesehatan
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN PARATIROID

3.2.1 HIPERPARATIROIDISME

1. Pengkajian
Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroidisme dan
hiperkalsemia resultan. Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup :
1) Riwayat kesehatan klien.
2) Riwayat penyakit dalam keluarga.
3) Keluhan utama, antara lain :
a) Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot
b) Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan
nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan.
c) Depresi
d) Nyeri tulang dan sendi.

4) Riwayat trauma/fraktur tulang.

5) Riwayat radiasi daerah leher dan kepala.

6) Pemeriksaan fisik yang mencakup :

a) Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang.

b) Amati warna kulit, apakah tampak pucat.

c) Perubahan tingkat kesadaran


7) Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik
seperti bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan
mengancam.

8) Pemeriksaan diagnostik, termasuk :

a) Pemeriksaan laboratorium :

dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam plasma yang


merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi
hiperparatiroidisme. Hasil pemeriksaan laboratorium pada
hiperparatiroidisme primer akan ditemukan peningkatan kadar kalsium
serum; kadar serum posfat anorganik menurun sementara kadar kalsium
dan posfat urine meningkat.

b) Pemeriksaan radiologi,

akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada
tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
hiperparatiroidisme antara lain :
1) Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
2) Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
3) Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia dan mual.
4)Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari
hiperparatiroidisme pada saluran gastrointestinal.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

1) Diagnosa Keperawatan : Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan


demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak
terdapatnya fraktur patologi.

Intervensi Keperawatan :

1.Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk


mengalami fraktur patologis bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila
klien mengalami penurunan kesadaran pasanglah tirali tempat tidurnya.

2.Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan
hati-hati

3.Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan


fisik.

4.Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.

5.Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah
posisi tubuh, dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang
tiba-tiba.

6.Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan.


Anjurkan klien agar berjalan secara perlahan-lahan.

2) Diagnosa Keperawatan : Perubahan eliminasi urine yang berhubungan


dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia dan
hiperfosfatemia.

Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang
ditunjukkan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60
ml/jam.

Intervensi Keperawatan :

1. Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml cairan per hari. Dehidrasi


merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme
karena akan meningkatkan kadar kalisum serum dan memudahkan
terbentuknya batu ginjal.
2. Berikan sari buahn canbery atau prune untuk membantu agar urine lebih
bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah
pembentukkan batu ginjal, karena kalsium lebih mudah larut dalam
urine yang asam ketimbang urine yang basa.

3) Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia


dan mual.

Tujuan : Klien akan mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti


yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat
mempertahankan berat badan ideal.

Intervensi Keperawatan :

1. Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium


untuk memperbaiki hiperkalsemia.

2. Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan produk susu
dapat menghilangkan sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak
menyenangkan.

3. Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori


tanpa produk yang mengandung susu.

4. Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet klien.

4) Diagnosa Keperawatan : Konstipasi yang berhubungan dengan efek


merugikan dari hiperparatiroidisme pada saluran gastrointestinal.

Tujuan : Klien akan mempertahankan BAB normal, seperti pada yang


dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan klien).

Intervensi Keperawatan :
1. Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan
fekal yang diakibatkan oleh hiperkalsemia.

2. Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan.

3. Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum
sedikitnya enam sampai delapan gelas per hari kecuali bila ada kontra
indikasi.

4. Jika konstipasi menetak meski sudah dilakukan tindakan, mintakan pada


dokter pelunak feses atau laksatif.

3.2.2 HIPOPARATIROIDISME

a. Pengkajian

Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah


mengkaji manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme.
Pada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda
perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap
sindrom seperti Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan
lainnya mencakup :

1) Riwayat kesehatan klien.

1. Sejak kapan klien menderita penyakit.

2. Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.

3. Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya


pengangkatan kelenjar paratiroid atau tiroid.

4. Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher.

2) Keluhan utama, antara lain :

1. Kelainan bentuk tulang.


2. Perdarahan sulit berhenti.

3. Kejang-kejang, kesemutan dan lemah.

3) Pemeriksaan fisik yang mencakup :

1. Kelainan bentuk tulang.

2. Tetani.

3. Tanda Trosseaus dan Chovsteks.

4. Pernapasan bunyi (stridor).

5. Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan


mudah patah; kulit kering dan kasar.

4) Pemeriksaan diagnostik, termasuk :

1. Pemeriksaan kadar kalsium serum.

2. Pemeriksaan radiologi.

b. Diagnosa Keperawatan

a) Masalah kolaboratif : tetani otot yang berhubungan dengan penurunan


kadar kalsium serum.

b) Risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual)


yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan
medikasi.

c. Rencana Tindakan Keperawatan

1) Masalah Kolaboratif : Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan


kadar kalsium serum.

Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang dibuktikan oleh
kadar kalsium kembali ke batas normal, frekuensi pernapasan normal, dan
gas-gas darah dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan :

1. Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu


waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernapasan. Siapkan
selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan trakeostomi saat
merawat klien dengan tetani akut.

2. Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah


tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium karbonat di dekat
tempat tidur klien untuk segera digunakan jika diperlukan.

3. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk
beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.

4. Jika tersedia biasanya klien diberikan sumber siap pakai kalsium


karbonat seperti Tums.

2) Diagnosa Keperawatan : Risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen


terapeutik (individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang regimen diet dan medikasi.

Tujuan : Klien akan mengerti tentang diet dan medikasinya, seperti yang
dibuktikan oleh pernyataan klien dan kemampuan klien untuk mengikuti
regimen diet dan terapi.

Intervensi Keperawatan :

1. Penyuluhan kesehatan untuk klien dengan hipoparatiroidisme kronis


sangat penting karena klien akan membutuhkan medikasi dan modifikasi
diet sepanjang hidupnya.

2. Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang semua obat-obat yang


harus digunakan di rumah, pastikan klien mengetahui bahwa semua
bentuk vitamin D, kecuali dehidroksikolelalsiferol, diasimilasi dengan
lambat dalam tubuh. Oleh karenanya akan membutuhkan waktu satu
minggu atau lebih untuk melihat hasilnya.
3. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor.
Ingatkan klien untuk menyingkirkan keju dan produk susu dari dietnya,
karena makanan ini mengandung fosfor.

4. Tekankan pentingnya perawatan medis sepanjang hidup bagi klien


hopiparatiroidisme kronis. Instruksikan klien untuk memeriksakan kadar
kalsium serum sedikitnya tiga kali setahun. Kadar kalsium serum harus
dipertahankan normal untuk mencegah komplikasi. Jika terjadi
hiperkalsemia atau hipokalsemia, dokter harus menyesuaikan regimen
terapeutik untuk memperbaiki ketidakseimbangan.

3.3 ASUHAN KEPERAWATAN STRAUMA

I. Pengkajian
1. Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan,


pekerjaan, no rm, diagnose medis, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nama penanggung jawab, alama, umur, pekerjaan,
hubungan dengan pasien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
Kesulitan menelan dan bernapas. Pada post operasi keluhan yang
dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan
operasi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.
d. Riwayat Kesehatan Keluarg
Adakah anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadaramya
composmenlis dengan tanda tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pemafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan
adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypaka serta terpasang drain. Drain perlu
diobservasi dalam dua sampai tiga had.
c. Sistim pernafasan
Biasanya pemafasan lebih cepat akibat dari penumpukan sekret efek
dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
diekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam
lambung akibat anestesi umum, dan pada akhimya akan hilang sejalan
dengan efek anestesi yang hilang.
f. Pola Aktivitas
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi
otot.
g. Data Psikososial
Mengalami stress, emosi labil, depresi.
h. Data Pengetahuan
Terdapat ketidaktahuan tentang penyakit yang dialami. Hal itu terjadi
pada pasien maupun keluarga.
i. Pemeriksaan Penunjang
- Human thyrologlobulin (untuk keganasan thyroid)
- Kadar T3 dan T4.
Nilai normal T3 = 0,6 – 2,0 dan T4 = 4,6 – 11,0
- Darah rutin
- Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radiosotop untuk
mengetahui ukuran, lokasi dan fungsi tiroid, melalui hasil
tangkapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid
- Pemeriksaan USG, mengetahui keadaan nodul kelenjar tiroid
misalnya Pemeriksaan ultraspnografi (USG), mengetahui keadaan
nodul kelenjar tiroid misalnya keadaan padat atau cair, adanya
kista, tiroiditis.
- Termografi, yaitu dengan mengukur suhu kulit pada daerah
tertentu, menggunakan alat yang disebut Dynamic Tele
Thermography. Hasilnya keadaan panas apabila selisih suhu
dengan daerah sekitar > 0.9 derajat, dan dingin apabila < 0.9
derajat. Sebagian besar keganasan tiroid pada suhu panas.
j. Therapy
- Pemberian obat-obatan
Untuk menangani peradangan pada kelenjar tiroid,
dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antiradang,
seperti aspirin dan kortikosteroid. Untuk mengatasi
hipertiroidisme yang terjadi akibat struma Basedow,
diperlukan obat-obatan untuk mengendalikan kadar
hormon.
- Terapi yodium radioaktif
Radioaktif bekerja dengan cara menghancurkan sel-
sel tiroid yang terlalu aktif. Hasilnya pembengkakan akan
menyusut dan gejala lainnya berkurang secara bertahap.
- Pengobatan antitiroid
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi
penggunaan yodium untuk memproduksi tiroid. Obat
antitiroid dapat digunakan sebelum atau setelah terapi
yodium radioaktif sebagai pengobatan tambahan
II. Diagnosa Keperawatan
a. Pre – operasi
1. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar
tiroid.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada
esofagus, kesulitan menelan.
3. Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tiroid.
4. Defisit perawatan diri berhungan dengan kelemahan fisik.
b. Post – operasi
1. Ketidak efektifas bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhungan dengan tindakan
pembedahan terhadap jaringan atau otot dan edema pasca operasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera atau tetani berhubungan dengan proses
pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.
4. Gangguan komunikasi verbal berhungan dengan cedera pita suara
atau kerusakan laring, edema jaringan , nyeri, ketidaknyamanan.
III. Intervensi
1. Pre - operasi

Diagnosa Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan 1.Kaji tingkat nyeri Mengetahui tingkat
rasa aman nyeri pasien. nyeri pasien dan
berhubungan dengan sebagai dasar untuk
hyperplasia kelenjar menetukan rencana
tiroid. tindakan selanjutnya.
Mengurangi resiko
2.Anjurkan pasien nyeri saat menelan.
untuk makan
makanan lunak. Dengan makan
3.Menganjurkan sedikit – sedikit tidak
pasien supaya makan akan memperberat
sedikit – sedikit tapi rasa sakit saat
sering. menelan.
Analgetik dapat
4.Kolaborasi dengan menekan pusat nyeri
tim medis dalam sehingga impuls
pemberian analgetik. nyeri tidak di
lanjutkan ke otak.
2. Gangguan 1. Monitor intake Nutrisi merupakan
pemenuhan nutrisi tiap hari. kebutuhan yang
berhubungan dengan harus tetap terpenuhi
penekanan pada untuk mencegah
esofagus, kesulitan terjadinya mal –
menelan. nutrisi.
2.Anjurkan pasien Suplemen makanan
makan makanan tersebut akan
yang tinggi kalori mempertahankan
dan kaya akan gizi. jumlah kalori dan
protein dalam tubuh
tetap dalam keadaan
3.Kontrol faktor stabil.
lingkungan seperti Lingkungan yang
bau yang tidak sedap buruk akan
dan hindari makanan memperburuk
yang pedas dan keadaan mual dan
berminyak. menyebabkan
muntah, efektifitas
diet merupakan hal
yang individual
untuk dapat
mengatasi mual.
3. Gangguan 1.Diskusi dengan Sebagai informasi
body image pasien bagaimana tambahan untuk
berhubungan dengan proses pengeruhnya memulai proses
involusi kelenjar penyakit. metode pemecahan
tiroid. masalah.
2.Kaji kesulitan yang Keterbukaan pasien
dialami pasien, kepada perawat dapat
mendengarkan dan meningkatkan rasa
jangan menghakimi. percaya diri.
3.Berikan support Pasien tidak lagi
pada pasien dalam menganggap
melakukan perubahan yang
pengobatan. dialaminya sebagi
suatu masalah yang
cukup berat.
4. Defisit 1.Bantu pasien Membantu dalam
perawatan diri dalam melakukan mempertahankan
berhungan dengan perawatan diri. personal hygiene
kelemahan fisik. pasien.
2.Anjurkan keluarga Pasien tidak merasa
pasien untuk terbebani dalam
berpartisiapasi dalam melakukan
perawatan diri perawatan diri.
pasien.
3.Anjurkan pasien Mempersiapkan
untuk melakukan pasien untuk tidak
perawatan diri tergantung pada
bertahap. orang lain karena
adanya kelemahan
fisik.

2. Post – operasi

Diagnosa Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Ketidak 1. Pantau frekuensi Dapat terjadi
efektifas bersihan pernafasan, distress pernafasan
jalan nafas kedalaman dan merupakan indikasi
berhubungan dengan kerja pernafasan. kompresi trakea
obstruksi trakea, karena adanya
pembengkakan, edema atau
perdarahan dan pendarahan.
spasme laringeal. 2.Auskultasi suara Ronchi merupakan
nafas, catat adanya indikasi adanya
ronchi. obstruksi, spasme
laringeal yang
membutuhkan
evaluasi dan
intervensi yang
cepat.
3.Lakukan Edema dan nyeri
pengisapan lendir dapat menggangu
pada mulut dan kemampuan pasien
trakea sesuai untuk mengeluarkan
indikasi, catat dan memebersihkan
warna dan jalan nafas sendiri.
karakteristik
sputum.
4.Pemberian Pemberian
oksigenasi sesuai oksigenasi pada
indikasi. pasien dapat
menurunkan
distress pernafasan.
2. Gangguan 1.Kaji tanda – Bermanfaat dalam
rasa nyaman nyeri tanda adanya nyeri mengevaluasikan
berhungan dengan baik verbal nyeri, menentukan
tindakan maupun pilihan intervensi,
pembedahan nonverbal, catat menentukan
terhadap jaringan lokasi dan efektivitas therapy.
atau otot dan edema intensitas (skala 0
pasca operasi. – 10).
2.Letakkan pasien Mencegah
dalam keadaan hiperekstensi leher
semifowler dan dan melindungi
sokong kepala atau integritas garis
leherdengan jahitan.
bantal. Membantu
3.Anjurkan dan memfokuskan
ajarkan pasien kembali perhatian
untuk dan membantu
menggunakan pasien untuk
teknik relaksasi, mengatasi nyeri
seperti nafas secara efektif.
dalam dan Analgetik dapat
imajinasi. menekan pusat
4.Kolaborasi nyeri sehingga
pemberian impuls nyeri tidak
analgetik. di lanjutkan ke otak.
3. Resiko tinggi 1.Pantau tanda – Manipulasi kelenjar
terhadap cedera atau tanda vital dan selama pembedahan
tetani berhubungan acata adanya dapat
dengan proses peningkatan suhu mengakibatkan
pembedahan, tubuh, takikardi, peningkatan
rangsangan pada dan syanosis. pengekuaran
sistem saraf pusat. hormon yang
menyebabkan krisis
tyroid.
2.Evaluasi refleks Hypokalsemia
periodik. dengan tetani dapat
Observasi peka terjadi 1 -7 hari
rangsangan. pasca operasi dan
merupakan indikasi
hypoparatiroid yang
dapat terjadi
sebagai akaibat dari
trauma yang tidak
disengaja pada
pengengkatan
parsial atau total
kelenjar paratiroid
3.Memantau kadar selama
kalsium dalam pembedahan.
serum. Kalsium kurang
dari 7.5 / 100 ml
secara umum
4.Kolaborasi membutuhkan
pemberian teraoi pengganti.
pengobatan sesuai Memperbaiki
indikasi (Kalsium kekurangn kalsium
atau glukonat, yang biasanya
laktat) sementara atau
mungkin menjadi
permanen
4. Gangguan 1.Kaji fungsi Suara serak atau
komunikasi verbal biacar secara sakit tenggorokan
berhungan dengan periodik. akibat edema
cedera pita suara jaringanataua
atau kerusakan kerusakan karena
laring, edema pembedahan pada
jaringan , nyeri, saraf laringeal yang
ketidaknyamanan, berakhir dalam
beberapa hari atau
dapat menetap.
2.Memberikan Memfasilitasi
metode ekspresi yang
komunikasi dibutuhkan.
alternatif yang
sesuai, seperti
papan tulis dan
lain – lain.
3.Pertahankan dan Menurunkan
melatih pasien kebutuhan berespon
untuk memberi serta mengurangi
pernyataan dengan bicara.
ungkapan ya atau
tidak.
4.Pertahanakan Menurunkan
lingkungan tenang. kerasnya suara
sekitar sehingga
yang harus
diucapkan pasien
dapat didengarkan.
Menjaga pasien
rileks.

IV.Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
V. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah untuk memperbaiki
kekurangan dan memodifikasi rencana asuahna sesuai kebutuhan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak
di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus,
schingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Kelenjar tiroid
terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago krikoid, disamping kiri
dan kanan trakhea. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang
dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan
lebih kurang 2 cm., lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus
mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan
parafolikuler. Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan
sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler.

Kelenjar paratiroid adalah kelenjar penghasil hormon paratiroid yang


berperan penting dalam mengatur kadar kalsium dalam darah. Kelenjar paratiroid
terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid. Terdapat 2 pasang (4
buah) yang terletak di belakang tiap lobus dari kelenjar tiroid dua sebelah kiri dan
dua sebelah kanan. Besarya setiap kelenjar kira-kira 5 x 5 x 3 mm, dengan berat
antara 25 - 30mg. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroksin. Hormon
paratiroksin adalah suatu peptide yang terdiri dari 84 asam amino yang berfungsi
mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh.
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan berdebar-debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,
penyakit ini dinamakan hipertiroid (Amin huda, 2016). Struma disebabkan oleh
gangguan sintesis hormone tiroid yang menginduksi mekanisme kompensasi
terhadap kadar TSH serum, sehingga akibatnya menyebabkan hipertrofi dan
hyperplasia selfolikel tiroid dan pada akhirnya menyebabkan pembesaran kelenjar
tiroid.

4.2 Saran

Diharapkan dengan membuat makalah ini, mahasiswa/ I dapat memahami


tentang kelenjar tiroid, paratiroid dan strauma. Semoga dapat menjadi acuan atau
bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit, dan jagalah kesehatan anda agar
selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Feebri febri.2018. Makalah Tiroid. https://www.academia.edu/23360480/ Diakses


pada tanggal 24 Maret 2020

Yunita. 2013. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tiroid


https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/44077/3/MEGA_YUNIT
A_G2A009033_BAB2KTI.pdf&ved=2ahUKEwiVxJu9iLLoAhVafSsKHdtDBJM
QFjAEegQIBhAC&usg=AOvVaw3BB4lDzXAp8LB-hxp- Diakses pada tanggal
24 Maret 2020

Rostita Tri. Pembahasan Kelenjar Tiroid


https://www.academia.edu/21972259/BAB_II_PEMBAHASAN_2.1_Kelenjar_Pa
ratiroid_PTH . Diakses pada tanggal 24 Maret 2020.
Dwi Fitrina. 2014. Askep Struma. https://id.scribd.com › doc › Askep-... Diakses
pada tanggal 24 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai