Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kelas 2C
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
[judul makalah] ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
[dosen/guru] pada [bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah].
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang [topik
makalah] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yosep R S.Kp., Mkes., selaku
koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih
kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang
dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan
lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai
lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam
folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana homon-homon disintesa
kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri
tiroidea inferior.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler.Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini
adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang
dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke
dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut
pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Mekanisme Kendali yang Teliti Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur
telah diciptakan untuk mengatur jumlah tiroksin yang dilepaskan.Pelepasan
tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel tak sadar yang
disusun dalam hirarki yang amat tertib.Saat cukup hormone tiroid telah
dihasilkan, hipotalamus menghentikan pembentukan hormone pelepas tiroid. Saat
tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal hipotalamus mengirimkan sebuah
perintah (TRH, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai
titik akhir rantai perintah ini, segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh melalui darah.
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan
bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan
pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan
kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I. Pada
minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch
melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus. Kelenjar tiroid akan mencapai
kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan menghilang.
Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7. Namun
pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di
pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang
lain.
a) Hipertiroidisme (Hyperthyroidism)
Ketika seseorang mengalami hipertiroidisme, kelenjar tiroid menghasilkan
terlalu banyak hormon. Gejala hipertiroidisme bisa memicu masalah
kecemasan.Gejala-gejala kecemasan ini meliputi kegugupan, keringat
berlebih, tangan gemetar, dan denyut jantung tidak teratur. Penderita pria
mungkin mengalami disfungsi ereksi, sedangkan wanita berpontesi
mengalami gangguan siklus menstruasi.Gejala umum lainnya termasuk
penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan dan diare. Hipertiroidism
paling sering mempengaruhi wanita berusia antara 20 hingga 40 tahun.
b) Hipotiroidisme (Hypothyroidism)
Hipotiroidism terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid
yang cukup. Sebagian besar gejala hipotiroidisme merupakan kebalikan dari
gejala hipertiroidisme, meskipun tidak selalu demikian. Misalnya, sescorang
dengan hipotiroidisme menemukan detak jantungnya melambat, alih-alih
meningkat. Pasien mungkin juga merasa sangat lesu, kedinginan, mengalami
peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan sembelit. Pasien
pria mungkin mengalami disfungsi ereksi, dan wanita mengalami gangguan
pada siklus menstruasi.
c) Penyakit Graves
Penyakit Graves terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar
timid. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada wanita antara usia 20 hingga
40 tahun. Beberapa gejala penyakit Graves mirip dengan hipertiroidisme
seperti kecemasan dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Penyakit Graves sering disebut pula sebagai gondok karena kelenjar tiroid
membesar dan berpotensi menimbulkan kesulitan bernapas. Gejala lain
penyakit Graves meliputi mata bengkak atau gatal, keringat berlebihan,
sensitivitas panas, dan kelemahan otot.
d) Penyakit Hashimoto
Hashimoto merupakan penyakit dimana sistem kekebalan tubuh menyerang
kelenjar tiroid, seperti penyakit Graves. Perbedaannya, pada penyakit
Hashimoto produksi hormon tiroid menjadi turun, bukan meningkat.
Beberapa gejala penyakit Hashimoto meliputi intoleransi terhadap cuaca
dingin, gondok, kesulitan menelan, penambahan berat badan, dan
kelelahan.Tanda-tanda lain akan termasuk sembelit, rambut beruban,
ketidakteraturan menstruasi pada wanita, dan kesulitan berkonsentrasi.
e) Penyakit Tiroid Lain Sekitar 5 persen wanita mengalami bengkak kelenjar
tiroid selama beberapa bulan setelah melahirkan. Kebanyakan wanita pada
awalnya mengalami gejala seperti hipertiroidisme, dan kemudian berubah
mengalami gejala mirip hipotiroidisme. Penyakit tiroid lain adalah kanker
tiroid. Karena gejala kanker tiroid umumnya hanya berupa pembengkakan
tiroid yang tidak spesifik, penting memeriksakan kelenjar tiroid secara teratur
untuk mendeteksi adanya gangguan atau ketidaknormalan.
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi
pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma
dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan
pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis
pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal
perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhna dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT- Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan
juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang
adekuat.
2.1.8 Penatalaksanaan
2.2 PARATIROID
Hormon kalsitonin (CTH) adalah suatu hormon yang turut berperan dalam
metabolism kalsium dan metabolisme fosfor. Hormon ini merupakan hasil sekresi
sel parafolikel kelenjar tiroid dan bukan oleh kelenjar paratiroid. Secara kimiawi
hormon ini adalah suatu rantai peptida dari 32 asam amino. Kalsitonin bekerja
sama dengan hormon paratiroid untuk hipokalsemik dan hipofosfat yang
memengaruhi tulang dan ginjal lewat reseptor dalam tulang dan ginjal.
Pelepasan kalsium (Ca) immsel untuk mengaktitkan sel (proses sekresi dan
kontraksi otot).
Hiperparatiroidisme primer
b. Hipoparatiroidisme
Penyakit ini jarang terjadi pada orang dewasa, biasanya anak di bawah
umur 16 tahun. Penyakit ini terjadi setelah strumektomi, terjadi
paratiroidisme sekunder. Timbul gejala gejala reaksi neuromuskuler yang
berlebihan akibat kalsium serum yang sangat rendah, tetani dengan
manifestasi spasmus karpopedal dan kejang pada anggota gerak dan
kelumpuhan otot.
- Spasme atau kram otot, terutama di sekitar mulut, tangan, lengan, dan
tenggorokan.
- Rambut rontok.
c. Hiperkalsemia
d. Hipokalsemia
-Hormon paratiroid
f. Kanker paratiroi
2.3 STRAUMA
2.3.1 Pengertian Strauma
Strauma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebardebar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,
penyakit ini dinamakan hipertiroid (Amin huda, 2016). Struma didefinisikan
sebagai pembesaran kelenjar tiroid. Struma dapat meluas keruang retro sternal,
dengan atau tanpa pembesaran substansial. Karena hubungan anatomi kelenjar
tiroid ke trakea, laring, saraf laring, superior dan inferior, dan esophagus,
pertumbuhan abnormal dapat menyebabkan berbagai sindrom komperhensif
(Tampatty, 2019).
a. Defisiensi yodium
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai
1) Eutiroid
2) Hipotiroid
3) Hipertiroid
Suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang
berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi
hormon tiroksin dan lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya atau mengurangi intensitas fungsinya (Amin
Huda, 2016)
b. Berdasarkan secara klinik
1) Toksik
2) Non toksik
Pembesaran kelenjar tiroid karena adanya nodul yang tidak disertai gejala
hipertiroidisme (Tarwoto, 2012)
2.3.4 Patofisiologi
2.3.6. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddart (2013) beberapa komplikasi dari struma meliputi:
a. penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari rangsangan berlebihan pada jantung
oleh hormone tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung meningkat dan
terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang
berumur diatas 50 tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah
jantung.
b. Ovtalmopati graves
Ovtalmopati graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopa, aliran
air mata yang berlebihan, dan peningkatan foto fobia dapat mengganggu kualitas
hidup pasien sehingga akan aktifitas rutin pasien terganggu.
c. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit dibagian atas tibia
bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan glikosaminoglikans. Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit
BAB III
3.1.1 HIPERTIROID
1 . Pengkajian
a . Aktivitas / istirahat
b . Sirkulasi
c . Eliminasi
d . Intregitas Ego
e . Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendada , nafsu makan meningkat, makan
banyak, kehausan, mual dan muntah.
f . Pernapasan
g . Seksualitas
2 . Diagnosa Keperawatan
3 . Intervensi
Tujuan : Klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36-
37 C)
Intervensi :
3.1.2 HIPOTIROID
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa / ras,
pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
b.Tanda-tanda vital
Nadi :biasanya menurun (melemah)
Suhu:biasanya menurun
Pernafasaan:biasa meningkat
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama
berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari,
bahkan menganggapnya sebagai efek .
d. Riwayat kesehatan utama
Bisanya sesak nafas,biasanya sulit menelan, biasanya pembengkakan pada
leher,biasnya pasien nampak gelisah, tidak mau makan. rasa capek, intoleransi
terhadap dingin, kulit terasa kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara
serak, gangguan haid: menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis,
kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan,
pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Keadaan rambut : biasanya warna hitam, biasanya rambut rontok,menipis dn
kasar.
biasanya apabila dilakukan penekanan ibu jari terdapat udem
Palpebraa : biasanya terdapat udema.
Sclera : biasanya tidak iterik.
Conjunctiva : biasanya anemis
Pupil dan reflex cahaya : biasanya pupil bulat dan memberikan reflex cahaya yang
baik.
Hidung :biasanya simestris kiri dan kanan ,biasanya tidak ada benda asing
dan pendarahan,sekret tidak ada hanya ada penurunan dalam indara penciuman..
Telinga dan membrane tympani: biasanya telinga semestris kiri dan kanan dan
biasanya membrane tympani memberikan reflek cahaya.
Mulut : biasanya bau mulut,pada gigi biasanya ada karies,biasanya lidah
kurang bersih tidak ada pembesaran tonsil dan biasanya sulit menelan.
Leher dan pemeriksaan JVP: biasanya terdapat pembengkakan pada
area leher dan biasanya vena jugularis ada pembesaran dan terdapat kaku kuduk.
2. Pemeriksaan thorak
a. I : biasanya bentuknya semetris kiri dan kanan dan biasanya pola nafas tidak
efektif akibat adanya dispinea(tidak nyaman dalam bernafas).
b. P : biasanya bergerakan thoras kiri dan kanan simetris
c. P : biasanya bunyinya sonor
d. A : biasanya suara broncial
3. Jantung
I: biasanya tidak icus cordis tidak terlihat
P: biasanya icus cordis teraba
P: biasanya bunyinya pekak
A:biasanyadetak jantung melambat
4. Abdomen
I: biasanya bentuk perut datar
A: biasanya bunyi peristaltik yang keras dan panjang
P: biasanya tidak terasa nyeri
P: biasanya tympani
5. Integument :
Biasanya Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal,Pembengkakan, tangan,
mata dan wajah,Tidak tahan dingin
Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )
Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼ dihabiskan
b. Eliminasi
Sehat: biasanya 2x sehari
Sakit: biasanya 1x sehari
c. Istirahat
Sehat: biasanya 8-9 jam perhari
Sakit: biasanya 5-6 jam perhari
d. Aktivitas
Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari
Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat beraktivitas dan mandi 1x
sehari.
Data psikologis
Klien sangat sulit membina hubungan sosial denganlingkungannya, mengurung
diri.Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep
diri
3.2.1 HIPERPARATIROIDISME
1. Pengkajian
Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroidisme dan
hiperkalsemia resultan. Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup :
1) Riwayat kesehatan klien.
2) Riwayat penyakit dalam keluarga.
3) Keluhan utama, antara lain :
a) Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot
b) Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan
nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan.
c) Depresi
d) Nyeri tulang dan sendi.
a) Pemeriksaan laboratorium :
b) Pemeriksaan radiologi,
akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada
tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
hiperparatiroidisme antara lain :
1) Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
2) Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
3) Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia dan mual.
4)Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari
hiperparatiroidisme pada saluran gastrointestinal.
Intervensi Keperawatan :
2.Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan
hati-hati
5.Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah
posisi tubuh, dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang
tiba-tiba.
Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang
ditunjukkan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60
ml/jam.
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
2. Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan produk susu
dapat menghilangkan sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak
menyenangkan.
Intervensi Keperawatan :
1. Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan
fekal yang diakibatkan oleh hiperkalsemia.
2. Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan.
3. Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum
sedikitnya enam sampai delapan gelas per hari kecuali bila ada kontra
indikasi.
3.2.2 HIPOPARATIROIDISME
a. Pengkajian
2. Tetani.
2. Pemeriksaan radiologi.
b. Diagnosa Keperawatan
Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang dibuktikan oleh
kadar kalsium kembali ke batas normal, frekuensi pernapasan normal, dan
gas-gas darah dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan :
3. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk
beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.
Tujuan : Klien akan mengerti tentang diet dan medikasinya, seperti yang
dibuktikan oleh pernyataan klien dan kemampuan klien untuk mengikuti
regimen diet dan terapi.
Intervensi Keperawatan :
I. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
Kesulitan menelan dan bernapas. Pada post operasi keluhan yang
dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan
operasi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.
d. Riwayat Kesehatan Keluarg
Adakah anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadaramya
composmenlis dengan tanda tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pemafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan
adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypaka serta terpasang drain. Drain perlu
diobservasi dalam dua sampai tiga had.
c. Sistim pernafasan
Biasanya pemafasan lebih cepat akibat dari penumpukan sekret efek
dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
diekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam
lambung akibat anestesi umum, dan pada akhimya akan hilang sejalan
dengan efek anestesi yang hilang.
f. Pola Aktivitas
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi
otot.
g. Data Psikososial
Mengalami stress, emosi labil, depresi.
h. Data Pengetahuan
Terdapat ketidaktahuan tentang penyakit yang dialami. Hal itu terjadi
pada pasien maupun keluarga.
i. Pemeriksaan Penunjang
- Human thyrologlobulin (untuk keganasan thyroid)
- Kadar T3 dan T4.
Nilai normal T3 = 0,6 – 2,0 dan T4 = 4,6 – 11,0
- Darah rutin
- Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radiosotop untuk
mengetahui ukuran, lokasi dan fungsi tiroid, melalui hasil
tangkapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid
- Pemeriksaan USG, mengetahui keadaan nodul kelenjar tiroid
misalnya Pemeriksaan ultraspnografi (USG), mengetahui keadaan
nodul kelenjar tiroid misalnya keadaan padat atau cair, adanya
kista, tiroiditis.
- Termografi, yaitu dengan mengukur suhu kulit pada daerah
tertentu, menggunakan alat yang disebut Dynamic Tele
Thermography. Hasilnya keadaan panas apabila selisih suhu
dengan daerah sekitar > 0.9 derajat, dan dingin apabila < 0.9
derajat. Sebagian besar keganasan tiroid pada suhu panas.
j. Therapy
- Pemberian obat-obatan
Untuk menangani peradangan pada kelenjar tiroid,
dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antiradang,
seperti aspirin dan kortikosteroid. Untuk mengatasi
hipertiroidisme yang terjadi akibat struma Basedow,
diperlukan obat-obatan untuk mengendalikan kadar
hormon.
- Terapi yodium radioaktif
Radioaktif bekerja dengan cara menghancurkan sel-
sel tiroid yang terlalu aktif. Hasilnya pembengkakan akan
menyusut dan gejala lainnya berkurang secara bertahap.
- Pengobatan antitiroid
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi
penggunaan yodium untuk memproduksi tiroid. Obat
antitiroid dapat digunakan sebelum atau setelah terapi
yodium radioaktif sebagai pengobatan tambahan
II. Diagnosa Keperawatan
a. Pre – operasi
1. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar
tiroid.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada
esofagus, kesulitan menelan.
3. Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tiroid.
4. Defisit perawatan diri berhungan dengan kelemahan fisik.
b. Post – operasi
1. Ketidak efektifas bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhungan dengan tindakan
pembedahan terhadap jaringan atau otot dan edema pasca operasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera atau tetani berhubungan dengan proses
pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.
4. Gangguan komunikasi verbal berhungan dengan cedera pita suara
atau kerusakan laring, edema jaringan , nyeri, ketidaknyamanan.
III. Intervensi
1. Pre - operasi
2. Post – operasi
IV.Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
V. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah untuk memperbaiki
kekurangan dan memodifikasi rencana asuahna sesuai kebutuhan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak
di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus,
schingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Kelenjar tiroid
terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago krikoid, disamping kiri
dan kanan trakhea. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang
dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan
lebih kurang 2 cm., lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus
mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan
parafolikuler. Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan
sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler.
4.2 Saran