Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HIPERTIROID

Disusun oleh:

Feri Irfan Barnabas (1801100482)


Hafsah Agustina (1801100483)
Nurul Dwi Anggraini (1801100491)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019/2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Hipertiroid “ adapun makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Pada kesempatan ini pula
penyusunan menyampaikn terima kasih kepada Dosen selaku Pembimbing Kami.
Penyusunan menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka segala kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, Maret 2020

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem endokrin merupakan salah satu dari dua sistem kontrol utama tubuh.
Hormone-hormon endokrin dibawa oleh system sirkulasi ke sel di seluruh tubuh.
Sejumlah hormone endokrin mempengaruhi banyak jenis sel tubuh. Seperti halnya
pada hormone tiroksin (tiroid) akan mempengaruhi peningkatan kecepatan berbagai
reaksi kimia di hampir semua sel tubuh.
Dengan demikian adanya kelainan ataupun gangguan yang terjadi pada kelenjar
atau pusat penyekresi hormone ini maka dapat mempengaruhi segala aktifitas kimia
tubuh (metabolisme). Sehingga pada klien dengan gangguan tiroid (hipertiroiditisme
atau hipotiroidisme) yang mana merupakan suatu penyakit yang menyerang kelenjar
tiroid, akan merasa terganggu untuk melakukan aktifitas dikarenakan efek dari
kelainan tersebut yang sangat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh.
Dewasa ini jumlah penderita hipertiroid terus meningkat. Hipertiroid
merupakan penyakit hormon yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia
setelah diabetes. Posisi ini serupa dengan kasus di dunia.
Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu ketidakseimbangan
metabolisme yang terjadi karena produksi yang berlebihan hormone tiroid. Bentuk
yang paling umum adalah graves, yang meningkatkan produksi hormone tiroksin
(T4), membuat kelenjar tiroid membesar (goiter; Gondok) dan menyebabkan
perubahan system yang multiple.
Insidensi hipertiroid paling tinggi pada wanita berusia antara 30 dan 60 tahun,
khususnya wanita dengan riwayat kelainan tiroid dalam keluarga; hanya 5% pasien
berusia di bawah 15 tahun.
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan
hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit
graves adalah : toksisitas pada strauma multinudular, adenoma folikular fungsional,
atau karsinoma (jarang), adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis),
tumor sel benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-

3
TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional), tiroiditis (baik tipe
subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat berhubungan dengan hipertiroid
sementara pada fase awal.
Pengobatan hipertiroid bertujuan untuk membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi hormone tiroid (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan hipotiroid dan hipertiroid.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi kelenjar dan hormon tiroid
b. Mahasiswa dapat memahami defenisi hipertiroid
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi yang menyebabkan hipertiroid
d. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari hipertiroid
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi/WOC hipertiroid
f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang hipertiroid
g. Mahasiswa mengetahui komplikasi yang terjadi pada klien dari hipertiroid
h. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada klien
dengan hipertiroid
i. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
hipertiroid

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID

4
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak
pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar tiroid terdiri dari dua
buah lobus lateral yang dihubungkan oleh ithmus yang tipis di bawah kartilago
trikoidea di leher. Dan merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar, yang
normalnya memiliki panjang kurang-lebih 5 cm serta lebar 3 cm dan berat 30 gram
(Bruner & Suddarth, 2002).
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup
(diameternya antara 100 sampai 300 mikrometer) yang dipenuhi dengan bahan
sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid. Unsur utama
dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar yang mengandung hormone di
dalam molekul-molekulnya. Begitu hormon yang disekresikan sudah masuk kedalam
folikel, hormon itu harus diabsorbsikan kembali melalui epitel folikel kedalam darah,
sebelum dapat berfungsi di dalam tubuh (Guyton & Hall, 2008).
Dengan kata lain secara mikroskopis kelenjar tiroid terdiri dari gelembung-
gelembung berisi koloid yang dibungkus oleh selapis sel folikel (Sherwood, 2001).
Regulasi hormone tiroid adalah sebagai berikut : hipotalamus sebagai master glend
mensekresikan TRH (Tyrotopine Realising hormone ) untuk mengatur sekresi TSH
oleh hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Tyroid Stimulating Hormon)
dari hipofisis anterior meningkatkan sekresi tirroid dengan perantara cAMP.
Mekanisme ini mempunyai umpan balik negatif , apabila hormone tiroid yang
disekresikan berlebih, sehingga menghambat sekresi TRH ataupun TSH. Bila jumlah
hormone tiroid tidak mencukupi maka terjadi efek yang sebaliknya (Guyton & Hall,
2007).

5
Mekanisme yang berjalan didalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua
sistem pengatur utama, yaitu : sistem saraf dan hormonal atau sistem endokrin pada
umumnya. Sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi
otot, perubahan visceral yang berlangsung dengan cepat dan bahkan juga kecepatan
sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall, 2007).
Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai
fungsi metabolism tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau
pengankutan bahan-bahan melewati membrane sel atau aspek lain dari metabolism
sel seperti pertumbuhan dan sekresi. Hormone tersebut dikeluarkan oleh sistem
kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin.
Penyakit kelenjar tiroid dapat mengakibatkan baik produksi terlalu banyak
(hipertiroid) atau terlalu sedikit (Hypothyroidisme) hormone. Produksi hormone
tiroid : proses sintesis hormone dimulai di bagain otak yang disebut hipotalamus.
Hipotalamus melepaskan tyrotropin realizing hormone (TRH). Kemudian TRH
berjalan melalui pleksus vena yang terletak di tangkai hipofisis ke kelenjer pituitary,
juga di otak sebagai tanggapan, kelenjar pituitary kemudian mengeluarkan Tyroid
Stimulating Hormon (TSH) ke dalam darah. Perjalanan TSH ke kelenjar tiroid dan
merangsang tiroid untuk menghasilkan dua hormone tiroid, L-Tiroksin (T4) dan
triiodothyronine (T3). Kelenjar tiroid juga perlu jumlah yang cukup yodium diet
untuk dapat menghasilkan T4 dan T3.
Peraturan produuksi hormone tiroid untuk mencegak kelebihan produksi atau
rendahnya produksi hormone tiroidkelenjar pituitary dapat merasakan beberapa
banyak hormone dalam darah dan menyesuaikan produksi hormone sesuai. Misalnya,
ketika ada terlalu banyak hormone tiroiid dalam darah. TRH dan produksi TSH
keduanya menurun. Pengaruh jumlah ini adalah untuk mengurangi jumlah TSH
dilepaskan dari kelenjar pituitary dan mengurangi produksi hormone tiroid dalam
darah normal. Cacat pada jalur-jalur peraturan dapat mengakibatkan hipotirodisme
atau hipertirodisme (Sherwood, 200).
Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin, Tetraiodothyronin
dan Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi : konsumsi

6
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain. Pada janin
kelenjer tiroid mulai terlihat berbentuk pada saat janin berukuran 3,5- 4 mm, diakhir
bulan pertama kehamilan.
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktifitas metabolic
seluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat
proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh
peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen
dan oleh perubahan sifat responsive jaringan terhadap hormone yang lain. Hormone
tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak.
Adanya hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk
pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler, maka
hormone tiroid sangat mempengaruhi setiap system yang penting.
Penyakit-penyakit kelenjar tiroid dapat berupa :
a. Pembentukan hormone tiroid yang berlebihan (hipertitodisme)
b. Defisiensi produksi hormone (hipotirodisme)
c. Pembesaran tiroid (Goiter) tampa bukti adanya pembentukan hormone tiroid
abnormal.
Selaian itu, pasien yang memiliki penyakit sistemik dapat mengalami perubahan
metabolism tiroksin dan fungsi tiroid.

2.2 DEFINISI
Hipertiroid
Hipertirodisme suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan
dari hormone tiroid. Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3)
sebagai hasil meningkatnya konverensi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Diagnosis
hipertirodisme didapatkan melalui berbagai pemeriksaan meliputi pengukuran
langsung konsentrasi tiroksin “ bebas” (dan sering triiodoitironin) plasma dengan
pemeriksaan radiomunologi yang tepat. Uji lain yang sering digunakan adalah

7
pengukuran kecepatan metabolism basal, pengukuran konsentrasi TSH plasma dan
kosentrasi TSI (Guyton & Hall, 2007).
Hipertiroid dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap
pengaruh metabolic hormon tiroid yang berlebihan. Gambaran klinisnya dapat timbul
akibat hormone tiroid T4 dan T3) dengan spontan atau akibat asupan hormon tiroid
secara berlebihan (Brunner & Ssuddarth, 2002)
Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu ketidakseimbangan
metabolisme yang terjadi karena produksi yang berlebihan hormone tiroid (Kowalak,
2011). Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat
dari produksi hormon tiroid yang berlebihan (Dongoes, 2000).
Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah, seperti
kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol
pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada pada
pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan 40 tahun. Disini dapat
dikarenakan karena dari proses menstruasi, kehamilan dan menyusui itu sendiri
menyebabkan hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan kerja daripada hormone
tiroid (Hotma R, 2006).
Hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan meningkatnya
morbiditas dan moralitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasi
kardioveskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit Garves denggan nodul
toksik soliter den goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya walaupun
dengan frekuensi yang sedikit.
2.3 ETIOLOGI
Hipertiroid
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfugsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertirodisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif ddari HT dan

8
TSH. Hipertiodisme akibat malfugsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang
tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Penyakit ini lebih umum terjadi pada usia 20-30 tahun. Kelainan ini
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertirodisme goiter yang
bersifat difus, dan adanya antibodi IgG yang meningkat dan mengaktifkan reseptor
TSH. Penyakit graves akan disertai gejala mata exopthalamus, akibat reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstrokuler (wanita : pria = 5:1) dengan antibody dan kadang-kadang miksema
pretibia.
2. Nodular Thyroid Disiase
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai dengan rasa nyeri. Penyebab pastinya belum diketahui. Tetapi timbulnya
sering dengan bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormone tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.

4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5-10 % wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan
– lahan.
Penyebab lain ;
a) Tiroiditis
b) Penyakit tromboplastis
c) Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d) Pemakaian yodium yang berlebihan
e) Kanker pituitary (gangguan fungsi hipofisis
f) Obat-obatan seperti Amiodarone
g) Gangguan organic kelenjar tiroid

2.4 KLASIFIKASI

9
Hipertiroid dapat diklasfikasikan menjadi beberapa tipe :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahundan lebih sering
ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Penyakit ini muncul karena adanya
suatu antibody yang merangsang tiroid untuk menghasilkan hormone tiroid sacara
berlebihan. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi
yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal
dan ekstratiroidal. Dengan keluhan pasien seperti : leleh, gemetar, tidak tahan
napas, keringat semakin banyak bila panas, berat badan menurun, sering disertai
dengan nafsu makan meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta
atrofi otot.
b. Goiter Nodular Toksik
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya satu atau beberapa nodul di
dalam tiroid menghasilkan terlalu banyak hormone tiroid dan berada diluar kendali
TSH. Penyakit ini sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi
goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini, hipertirodisme timbul secara lambat
dan manesfestasi klinisnya lebih ringan dari penyakit graves. Pasien mungkin
mengalami aritma dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis.
Pasien goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda seperti :
mata melotot, pelebaran fisura palpebra, serta kedipan mata berkurang.

2.5 MANISFESTASI KLINIS


Hipertiroid
Data gambaran klinis hipertiridisme pada beberapa system ;
1. Umum : Berat badan menurun, keletihan, apitis, berkeringat, tidak tahan panas
2. Kardiovaskular : Palpitasi, sesak napas, angina, gagal jantung, sinus takikardia,
fibrilasi atrium, nadi kolaps
3. Neumuscular : Gugup, agitasi, tremor
4. Gastrointestinal : Berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat, diare,
muntah
5. Eksoftalamus.

10
2.6 PATOFISIOLOGI/WOC
Patofisiologi Hipertiroid
Penyebab tersering hipertirodisme adalah penyakit grave, suatu penyakit
autoimun, yakni tubuh secara serampangan membentuk thyroid stimulating
immunoglobin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel
Tiroid. TSI merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid dengan cara yang serupa
dengan yang dilakukan oleh TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi
oleh inhibasi umpan balik negatif oleh hormone tiroid, sehingga sekresi dan
pertumbuhan tiroid terus berlangsung.
Seperti diperkirakan, pasien hipertirodisme mengalami peniingkatan lajur
metabolik basal. Terjadi peningkatan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat
berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. Walaupun napsu makan ada
asupan makan meningkat terjadi akibat sebagai meningkatnya kebutuhan metabolik,
berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan
kecepatan abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbonhidrat, lemak dan
protein.
Penurunan masa protein otot rangka menyebabkan kelemahan. Hipertirodisme
menimbulkan berbagai kelainan kardioveskulaer yang disebabkan baik oleh efek
langsung hormone tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan
dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu
mengalami palpitasi. Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh yang sangat meningkat walaupun curah jantung meningkat.
Kertrlibatan susunan saraf ditandai oleh kewaspadaan mental yang berlebihan sampai
pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas dan sangat emosional.

11
WOC Hipertiroid

Penyakit autoimun Adenoma tiroid

Pembentukan TSI Hyperplasia tiroid

Hipersekresi dan pertumbuhan


tiroid

Hipertiroid

Motalitas usus

Laju Metabolik
Mk : Perubahan pola
defekasi; Diare

Produktifitas Panas
Relaksasi Otot Anteriol
dan Pengeluaran Energi
Katabolisme protein
Kebutuhan O2 dan
Pelepasan Produk Vasodilator ke jaringan
Massa protein otot
Toleransi Terhadap
Panas (Andenosin)

Kelemahan Dilatasi Pada Jaringan Lokal

MK : Suhu
tubuh Kecepatan Denyut dan
MK : Intolerasi aktifitas
Kontraksi Jantung

12
Penurunan BB

Curah Jantung
MK : Gangguan nutrsi kurang
dari kebutuhan tubuh
MK : Hipertensi
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
Hipertiroid
Ada beberapa pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertiroid :
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf
pusat atau kelenjar tiroid.
b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c. Bebas T4 (tiroksin)
d. Bebas T3 (triiodotironin)
e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Ada beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya yakni :
1. Pemeriksaan laboratorium :
 T3 naik, T4 naik, dan FT4I naik
 Uptake RAI antara 35-45%
 Pada waktu sakit T3 meningkat
 Adanya TSI
2. Pemeriksaan radiologi : dilakukan jika pada neontus terjadi maturasi tulang
yang tepat dan adanya penutupan sutura kranialis sebelum waktunya.

2.8 KOMPLIKASI
Hipertiroid
Komplikasi yang terjadi secara tiba-tiba :
1. Demam
2. Kegelisahan

13
3. Perubahan suasana hati
4. Kebingungan
5. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
6. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
7. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Komplikasi yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera : Tekanan
yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa
berakibat fatal (aritmia) dan syok.
Komplikasi yang terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan
yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh :
1. Infeksi
2. Pembedahan
3. Trauma
4. Strees
5. Diabetes yang kurang terkendali
6. Ketakutan
7. Tidak melanjutkan pengobatan tiroid

2.9 PENATALAKSANAAN
Hipertiroid
Tidak ada pengobatan yang langsung di tujukan pada penyebab hipertiroid.
Namun, upaya untuk menurunkan hiperaktivitas tiroid akan mengurangi gejalanya
secara efektif dan menghilangkan penyebab utama terjadinya komplikasi serius.
a. Farmakoterapi
Tujuannya adalah untuk menghambat satu atau beberapa stadium sintesis atau
pelepasan hormone serta untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang
mengakibatkan penurunan produksi hormone tiroid.
b. Preparat antitiroid
Secara efektif akan menghalangi penggunaan iodium dengan mempengaruhi
iodinasi tirosin dan pembentukan iodotirosin dalam sintesis hormone tiroid.
Keaadan ini mencegah sintesis hormone tiroid.
c. Terapi pelengkap

14
Larutan iodium serta senyawa iodida diminum dengan di campur susu atau sari
buah dapat mengurangi laju metabolik lebih cepat dari pada preparat antitiroid
tetapi kerjanya tidak berlangsung lama.
d. Intervensi bedah
Pembedahan untuk mengangkat jaringan tiroid pernah dilakukan sebagai satu-
satunya metode pengobatan hipertiroid. Pada saat ini pembedahan hanya dilakukan
pada situasi khusus. Misalnya pada wanita hamil yang mengalami alergi terhadap
preparat antitiroid.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Hipertiroid
3.1 PENGKAJIAN
 Riwayat kesehatan klien dan keluarga
 Aktivitas/istirahat
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah gangguan koordinasi, kelelahan berat,
dan atrofi otot.
 Sirkulasi
Disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan
tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis), palpitasi, dan nyeri dada (angina).
 Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine
encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika
terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare).
 Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
 Makanan dan cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tiroid, goiter, edema non
pitting terutama daerah pretibial
 Neurosensori
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku seperti: bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus
pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif, reflex tendon
dalam (RTD).
 Pernafasan
frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).

16
3.2 DIAGNOSA
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan kecepatan
metabolisme
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi panas akibat peningkatan
metabolisme
 Diare berhubungan dengan hiperperistaltik sekunder akibat hipermetabolik
 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolik
atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap kalori

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Tujuan : mempertahankan curah jantung yang adekuatsesuai dengan kebutuhan tubuh
Kriteria hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi prifer normal, pengisian kapiler normal,
status mental baik, tidak ada disritma
No Tgl Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
1  Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Mandiri
1. Penataan tekanan
terhadap keperawatan selama 1 x 24 jam,
darah pada posisi
penurunan diharapkan curah jantung normal
baring, duduk dan
curah jantung dengan kreteria hasil :
Cardiac pump effectiveness berdiri jika
b/d hipertiroid
N Indikator Skala Skala memungkinkan
tidak
o Awal Target 2. Pantau CPV jika
terkontrol, 1 TD dalam 2 4 pasien
peningkatan batas mengunakannya
beban kerja norrmal 3. Periksa adanya
2 HR dalam 2 4
jantung nyeri dada pada
batas
angina yang
normal
3 Tidak 2 4 dikeluhkan pasien
4. Auskultasi suara
Terdapat
disritmia jantung,
4 Tidak 2 5 perhatikan adanya
terdapat bunyi jantung
suara
tambahan adanya
jantung
bunyi gollap dan
abnormal

17
5 Tidak 2 4 murmur sistolik
terdapat 5. Auskultasi suara
angina napas
Kaloborasi
Keterangan : 6. Berikan cairan
1. Keluhan ekstrim dengan IV sesuai
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang indikasi
4. Keluhan ringan - Berikan obat
5. Tidak ada keluhan sesuai indikasi
- Pantau
pemeriksaan
laboratorium
sesuai indikasi
2  Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama 2 x 24 jam
1. Pantau TTV dan
aktivitas
diharapkan aktivitas klien catat tanda
berhubungan
meningkat, dengan kriteria hasil vitalbaik saat
dengan
N Indikator Skala Skala istirahat maupun
kelemahan
o Awal Target saat melakukan
1 EKG 2 4 aktivitas
batas 2. Catat
normal berkembangnya
2 Kekuatan 2 4
takipune,
otot
3 Tidak ada 2 4 dispneu, pucat
sesak dan sianosis
setelah
3. Berikan/ciptaka

beraktifita n lingkungan
s yang tenang,
4 Tidak ada 2 5 ruangan dingin,
kelemaha
turunkan
n
5 Tidak ada 2 4 stimulasi
kelelahan sensori, warna
sejuk, music

18
Keterangan : santai
1. Keluhan ekstrim 4. Sarankan pasien
2. Keluhan berat
untuk
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan mengurangi
5. Tidak ada keluhan
aktivitas dan
meningkatkan
aktivitas
ditempat tidur
sebanyaknya
5. Berikan
tindakan yang
membuat pasien
nyaman
Kaloborasi
6. Berikan obat
sesuai indikasi
Ex : sedatife :
fenobarbital

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sistem endokrin merupakan salah satu dari dua sistem kontrol utama tubuh.
Hormone-hormon endokrin dibawa oleh system sirkulasi ke sel di seluruh tubuh.
Sejumlah hormone endokrin mempengaruhi banyak jenis sel tubuh. Seperti halnya
pada hormone tiroksin (tiroid) akan mempengaruhi peningkatan kecepatan berbagai
reaksi kimia di hampir semua sel tubuh.
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi terjadinya kelebihan
sekresi hormone tiroid sehingga menimbulkan efek terjadinya peningkatan laju
metabolisme dalam tubuh. Dimana jika telah terjadi peningkatan laju metabolisme

19
tubuh, maka akan mempengaruhi semua system-sistem tubuh. Seperti: jika pada
jantung yang mengakibatkan peningkatkan denyut jantung.
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memahami masalah tentang gangguan atau kelainan serta asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan tiroid, tentang hipertiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC
Yanti Sri. 2013. “Keperawatan Medikal Bedah II”. Program studi ilmu keperawatan
Stikes Payung Negeri Pekanbaru
Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi. 8.
Jakarta: EGC
Marylin E. Doenges. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, S.A., & Wilson, L. M. (2010). Patofisiologi; konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi. 4. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai