Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Penyakit Gangguan Kelenjar Tiroid dan Diabetes Mellitus

Disusun Oleh:

1. Risti Meinasari (17051334001)

2. Annisa Dewi R. (17051334004)

3. Rosyidatul Mufidah (17051334031)

4. Anna Ichlasya (17051334034)

PROGRAM STUDI GIZI


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas patofisiogi ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selalu
membuka diri untuk menerima kritik, saran atau masukan-masukan yang membangun
agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Kami berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa
Gizi UNESA sebagaimana tujuan kami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, 20 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PRNGERTIAN HORMON TIROID

2.2 HIPOFUNGSI

2.2.1 PENGOBATAN HIPOTIROSIS

2.3 HIPERFUNGSI

2.3.1 PENGOBATAN HIPERTIROSIS

2.4 NUTRISI YANG DIBUTUHKAN HORMON TIROID

2.5 ANJURAN UNTUK MENU SEHARI-HARI

2.6 PENGERTIAN DIABETES MELLITUS

2.7 TIPE DIABETES MELLITUS

2.8 FAKTOR PENYEBAB DIABETES MELLITUS

2.9 NUTRISI YANG DIBUTUHKAN DIABETES MELLITUS

3. 1 ANJURAN UNTUK MENU SEHARI-HARI

BAB III PENUTUP

3.2 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar
buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga
sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh.
Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya
perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang
dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang.
Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual.

1.1 Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan


Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid,
paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
Disfungsi tiroid banyak ditemukan, dengan prevalensi yang berbeda-beda diantara
populasi. Disfungsi tiroid merupakan suatu spektrum kelainan kelenjar tiroid yang
bermanifestasi baik sebagai klinis maupun subklinis hipertiroid maupun hipotiroid.
Spektrum kelainan ini ditentukan dari kadar TSH, T3, dan T4.
Penelitian National health and nutritional examination survey (NHANES) III pada
17.535 subyek yang mewakili populasi Amerika Serikat, hipotiroid ditemukan pada 4,6%
dan hipertiroid pada 1,3% subyek penelitian. Ditemukan bahwa terdapat peningkatan
jumlah disfungsi tiroid dengan bertambahnya usia subyek penelitian. Prevalensi penyakit
tiroid lebih tinggi pada wanita dibanding laki-laki, serta pasien DM memiliki prevalensi
disfungsi tiroid lebih tinggi dibanding prevalensi pada populasi secara umum.
Diabetes mellitus tampaknya mempengaruhi fungsi tiroid pada dua sisi: pertama pada
tingkat kontrol pelepasan TSH, dan kedua pada konversi thyroxine (T4) menjadi
triiodothyronine (T3) di jaringan perifer.
Diabetes mellitus menyebabkan kelainan pada metabolisme glukosa dan lemak.
Gangguan pada kedua metabolisme tersebut menyebabkan peningkatan kadar HbA1c
yang menandai buruknya kontrol glukosa darah dan peningkatan kadar trigliserid yang
menandai peningkatan asam lemak bebas akibat lipolisis dan hiperglikemia. Tingginya
asam lemak bebas di sirkulasi menyebabkan penurunan aktivitas dan konsentrasi
deiodinase di hepar, yang ditandai oleh konsentrasi T3 serum rendah, peningkatan kadar
reverse T3 (rT3) serum, dan kadar serum T4 yang rendah, normal, atau tinggi. Disfungsi
tiroid yang paling banyak pada DM tipe 2 adalah hipotiroid subklinis, diikuti hipertiroid
subklinis, hipotiroid, dan hipertiroid

Disfungsi tiroid dapat berakibat buruk pada DM dan memperberat komplikasinya.


Peningkatan maupun penurunan hormon tiroid, yaitu T3 dan T4 secara langsung maupun
tidak langsung berakibat pada homeostasis gula darah. Hipertiroid menyebabkan
hiperglikemia sebagai akibat dari polifagi, peningkatan absorbsi glukosa dari saluran
cerna, mempercepat degradasi insulin, dan menstimulasi glikogenolisis, serta umumnya
berhubungan dengan kontrol gula darah yang buruk pada pasien DM.Sedangkan
hipotiroid meningkatkan kecenderungan terjadinya hipoglikemia sehingga menyulitkan
penatalaksanaan DM
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang hormone tiroid dan menu makanan yang dapat mempengaruhi hormon tiroid dan
diabetes mellitus, selain itu untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN HORMON TIROID


Tiroid atau kelenjar gondok adalah sebuah organ kecil yang terdiri dari
dua bagian yang dihubungkan jembatan, mirip prisai (bahasa yunani
thyreos=prisai); letaknya di bagian bawah leher mendampingi batang
tenggorok; pada orang dewasa beratnya kira-kira 25 – 30 gram.
Fungsi hormon-hormon tiroid adalah :
 Mempertinggi metabolisme sel;
 Mempertinggi pemakaian oksigen;
 Menstimulir pembentukan protein di dalam sel;
 Mempercepat pertumbuhan sel,
 Mempercepat kerja jantung & peredaran darah
 Memperkuat peristaltik lambung-usus

Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat
menyerapiodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin
ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah
menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal
pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-
hormon lain seperti T2. T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan
kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif
daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-
deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-
organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah. Hormon-hormon
lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (tiroid releasing
hormon)dan TSH (tiroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini
membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid.
TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar
pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid
untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh karena itu hal yang mengganggu jalur
diatas akan menyebabkan produksi T3 dan T4.
1.2 HIPOFUNGSI

Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah


dari normal dan produksi hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada
penyakit myxedema yang berciri anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak
mampu memprestasikan sesuatu, muka busung (udem), pucat dan berat badan
meningkat, sedangkan denyut nadi diperlambat, begitu pula buang air besar
kurang lancar karena peristaltik berkurang. Pada wanita seringkali suaranya
menjadi agak serak dan haid lebih deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir,
maka terjadilah penyakit kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental
terganggu, mendekati pandir (idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan
struma (gondok) di leher karena tiroid membesar. Penyakit-penyakit ini dapat
disebabkan oleh tidak adanya iod dalam air atau pangan, juga karena tubuh
tidak sanggup membentuk mono- dan di-iodtiroksin atau pula tidak dapat
mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4.

1.2.1 PENGOBATAN HIPOTIROSIS

Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan satu-satunya


yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi dari
hipotirosis. Biasanya digunakan serbuk organ atau tiroksin, yang mulai
kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi) dengan efek
maksimal baru tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya lebih
cepat, tetapi berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat
dan resiko efek samping yang lebih besar maka hanya digunakan pada
keadaan-keadaan genting, seperti koma (pingsan), myxudema.

Pengobatannya dilakukan dengan terapi-substitusi dengan serbuk tiroid


atau hormonnya.

1. Serbuk tiroid (thyranon)

Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui, lasimnya


domba, karena kadar hormonnya tinggi, yang telah dibebaskan dari
lemak dan jaringan-jaringan pengikatnya dan kemudian dikeringkan.
Serbuk ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu,
yang aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar-iod dari serbuk.
Selama resorpsi dari usus yang berlangsung perlahan, T3 & T4
dibebaskan dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya masa latensi,
maka efeknya baru nyata setelah 3 – 7 hari. Biasanya dimulai dengan
dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan hingga tercapai efek
sampingan seperti takikardi dan kegelisahan, kemudian dosis ini
dikurangi dengan 25 mg dan digunakan untuk pemeliharaan. Dosis oral
pemula 12,5 – 50 mg, perlahan-lahan dinaikkan sampai 150 mg/hari.
Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari, tablet harus
di kunyah atau dilarutkan dalam air

2. Tiroksin (T4)

Hormon ini dibuat secara sintetis. Penggunaannya tidak ada


keuntungan di atas serbuk organ (yg harganya lebih murah & kini
paling banyak digunakan), kecuali dapat digunakan sebagai injeksi;
resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis oral pemula 2 – 3 kali/hari 5
– 10 mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai 60 – 100 mcg/hari.

Mekanisme/kerja : Menggantikan kadar serum normal T4 dan


T3 (T4 dikonversi menjadi T3 oleh deyoinasi di perifer).

Indikasi : Obat pilihan untuk hipoiroid.

Efek tak diinginkan : Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian.


Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.

Farmakokinetik : PO/IV. 70% diabsorpsi, aitan kerja lambat, waktu


paruh = 1 minggu.

Catatan :Pengobatan lama. Pasien jangan menghentikan terapi


penggantian bila hipotiroid hilang.

Dosis oral 0,2 – 0,4 mg/hari, setelah dimulai dengan dosis rendah 0,05
– 0,1 mg/hari yg berangsur-angsur dinaikkan; ada kalanya dicampur
dengan 25% liotironin untuk meniru efek serbuk tiroid. Dosis
ekuivalen 0,1 mg tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin.

3. Liotironin (Triidtironin T3)

Hormon ini juga dibuat secara sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali
lebih kuat daripada tiroksin; mulai kerjanya juga lebih cepat (setelah
beberapa jam), tetapi hanya singkat. Bahaya efek sampingnya lebih
tinggi, terutama infark jantung, maka hanya digunakan bila dibutuhkan
kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem.

Mekanisme/kerja : Menggantikan T3.

Indikasi : Digunakan pada pasien hipotiroid yang sulit mengabsorpsi


levotiroksin.

Efek tak diinginkan : Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian.


Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
Farmakokinetik : PO/IV. 100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu
paruh = beberapa jam.

Catatan : Karena waktu paruh pendek, kadar serum berbeda-beda


sesuai pemberian dosis.

4. Liotriks (T4 & T3) (mis. Euthyroid)

Mekanisme kerja : Menggantikan T4 dan T3

Indikasi : Bila konversi T4 dan T3 rendah abnormal (koma


miksedema) , liotriks dapat lebih berguna daripada levotiroksin.

Efek tak diinginkan : Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian.


Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.

 Efek Samping

- Sama dengan hipertirosis, kecuali exoftalmus, terutama


denyut-nadi pesat, rasa gelisah & sulit tidur

- Pada pentakaran yg terlalu mendadak tinggi, dapat terjadi


angina pectoris & infark jantung; guna menghindarkan hal
ini dosis harus dimulai rendah sekali & berangsur-angsur
dinaikkan

- Semakin keras keadaan hipotirosis, semakin besar kepekaan


organisme terhadap hormon-hormon tiroid & semakin
rendah pula hendaknya dosis awal.

1.3 HIPERFUNGSI

Pada hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi


hormon-2 tiroid, sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave, gejalanya
takikardi, struma dan eksoftalmus (mata menonjol keluar), meskipun kedua
gejala terakhir tidak selalu Nampak. Selanjutnya tremor (tangan gemetaran)
dan berkeringat, gelisah, sering buang air besar dan cair karena peristaltik
diperkuat. Pada lansia seringkali gejalanya berupa kelemahan jantung :
takikardi, udem, banyak berkemih, jantung & hati membesar. Sebab
hipertirosis dalam kebanyakan hal adalah stimulasi tiroid oleh suatu globulin
darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS (long acting thyroid
stimulator). Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2 kecil dalam
kelenjar (noduli) yang secara otonom membentuk hormon-hormon
berkelebihan di luar pengaruh sistem hipotalamus-hipofisis. Dapat pula
diakibatkan oleh pemasukan iodida atau iod selama waktu yang lama,
misalnya banyak makan terlalu banyak obat batuk yang mengandung
kaliumiodida atau garam dapur yang mengandung iodide.

1.3.1 PENGOBATAN HIPERTIROSIS

Terapi ditujukan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan


mengeluarkan atau merusak sebagian kelenjar (operasi atau iod radio-
aktif), atau dengan mengurangi produksi hormon-hormonnya dengan
tiroistatika. Operasi (strumectomi) dilakukan bila struma demikian besar
hingga pembuluh nadi leher atau batang tenggorok terancam dengan
penyumbatan hanya sebagian tiroid dikeluarkan untuk memudahkan
pembedahan, sebelumnya operasi dilakukan terapi dengan tiroistatik dan
iod guna mengurangi vaskularisasi (memadatkan) kelenjar.

Senyawa-senyawa-iod radio aktif, yakni isotop-isotop iod 125, 131


atau132, setelah diserap oleh tiroid merusak sebagian jaringan dengan
penyinaran radioaktif (sinar-sinar beta). Obat-obat lain adakalanya
digunakan untuk mengurangi gejala-gejalanya (terutama takikardia dan
kegelisahan) adalah beta-bloker propranolol, guanetidin dan reserpin, yang
mengurangi efek tiroksin di jaringan-jaringan perifer dengan jalan blokade
susunan saraf simpatis.

1.4 NUTRISI YANG DIBUTUHKAN HORMON TIROID

a. Yodium

Yodium adalah mineral penting yang dibutuhkan untuk membuat hormon


tiroid. Dengan demikian, orang dengan defisiensi yodium mungkin
berisiko mengalami hipotiroidisme. Kekurangan yodium sangat umum dan
mempengaruhi hampir sepertiga populasi dunia. Namun, kurang umum
bagi orang-orang dari negara maju seperti AS, karena mereka dapat
menghindari defisiensi yodium dengan menambahkan garam meja
beryodium ke makanan mereka. Jika Anda kekurangan yodium,
tambahkan garam meja beryodium ke makanan Anda atau makan lebih
banyak makanan kaya yodium seperti rumput laut, ikan , susu dan telur.
Suplemen yodium tidak diperlukan karena Anda bisa mendapatkan banyak
yodium dari makanan Anda. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa
terlalu banyak dapat merusak kelenjar tiroid.
b. Selenium

Selenium membantu tubuh "mengaktifkan" hormon tiroid sehingga bisa


digunakan oleh tubuhMineral penting ini juga memiliki manfaat
antioksidan, yang berarti dapat melindungi kelenjar tiroid dari kerusakan
oleh molekul yang disebut radikal bebas. Menambahkan makanan kaya
selenium ke makanan Anda adalah cara yang bagus untuk meningkatkan
tingkat selenium Anda. Ini termasuk kacang Brazil, tuna, sarden, telur ,
kacang polong dan bayam. Namun, hindari mengambil suplemen selenium
kecuali disarankan oleh dokter Anda. Suplemen menyediakan dosis besar,
dan selenium bisa jadi racun dalam jumlah banyak.

c. Seng ( Zinc )

Seperti selenium, seng juga membantu tubuh "mengaktifkan" hormon


tiroid. Studi juga menunjukkan bahwa seng dapat membantu tubuh
mengatur TSH, hormon yang memberitahu kelenjar tiroid untuk
melepaskan hormon tiroid. Defisiensi seng jarang terjadi di negara maju,
karena seng berlimpah dalam persediaan makanan. Meskipun demikian,
jika Anda memiliki hipotiroidisme, Anda harus lebih banyak makan
makanan kaya zinc seperti tiram dan kerang, daging sapi dan ayam
lainnya.

1.5 ANJURAN UNTUK MAKAN SEHARI-HARI

 Senin
Menu pagi : Roti bebas gluten dengan telur.
Menu siang : Ayam salad dengan 2-3 kacang Brasil.
Menu malam : Ayam goreng dan sayuran disajikan dengan
nasi.

 Selasa
Menu pagi : Oatmeal dengan 1/4 cup (31 gram) buah beri.
Menu siang : salad salmon panggang.
Menu malam : Ikan yang dipanggang dengan lemon, thyme
dan lada hitam disajikan dengan sisi sayuran kukus.

 Rabu

Menu pagi : Roti bebas gluten dengan telur.

Menu siang : Sisa makan malam.

Menu malam : Tusuk sate udang disajikan dengan salad


quinoa.

 Kamis

Menu pagi : Bermalam puding biji chia - 2 sdm (28 gram)


biji chia, 1 cangkir (240 ml) yogurt Yunani dan 1/2 sdt ekstrak
vanili dengan irisan buah pilihan Anda. Biarkan duduk dalam
mangkuk atau mason jar semalam.

Menu siang : Sisa makan malam.


Menu malam : Panggang domba disajikan dengan sayuran
kukus.

 Jumat

Menu pagi : Smoothie beraroma pisang.

Menu siang : Sandwich salad ayam bebas gluten.

Menu malam : Daging - irisan daging tanpa lemak, paprika


dan salsa disajikan dalam tortilla jagung.

 Sabtu

Menu pagi : Telur, jamur dan zucchini frittata.

Menu siang : Tuna dan salad telur rebus.

Menu malam : Pizza Mediterania bebas gluten buatan sendiri


diatapi pasta tomat, zaitun dan keju feta.

 Minggu

Menu pagi : Omelet dengan berbagai sayuran.

Menu siang : Quinoa salad dengan sayuran hijau dan


kacang-kacangan.

Menu malam : Panggang steak dengan salad sisi.

1.6 PENGERTIAN DIABETES MELLITUS


Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon
insulin dalam jumlah yang cukup.
Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin.
Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan
kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah. Walaupun pada diabetes melitus
ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh kita,
kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme
karbohidarat. Oleh karena itu diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan
tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.
1.7 TIPE PADA DIABETES MELLITUS
a. Diabetes mellitus tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas (reaksi
autoimun). Sel β pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam
tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala
DM mulai muncul.
b. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 atau yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai yang dominan
resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin.
Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan
perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel β. Akibatnya, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin
resistance.

1.8 FAKTOR PENYEBAB DIABETES MELLITUS


a. Genetik
Diabetes mellitus cenderung diturunkan bukan ditularkan. Adanya riwayat
diabetes mellitus dalam keluarga terutama orangtua memiliki risiko
terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita diabetes. Para ahli menyebutkan bahwa diabetes mellitus
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
b. Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes
mellitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut.
Semakin bertambahnya umur, maka risiko menderita diabetes mellitus
akan meningkat terutama pada umur 45 tahun lebih.
c. Jenis kelamin
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa diabetes mellitus cenderung
risiko pada pria lebih tinggi dibanding wanita. Hal ini dikarenakan lemak
tubuh pria cenderung lebih banyak pada bagian perut dan hati yang dapat
mengurangi sensitivitas insulin. Sedangkan pada wanita lemak tubuh
cenderung berpusat pada bagian dada, paha, dan pantat yang lebih sedikit
berisiko terkena diabetes mellitus.
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor terjadinya resistensi insulin. Dimana semakin
banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh resistensi terhadap kerja
insulin terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah perut. Lemak dapat
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam
sel dan menumpuk dalam darah yang menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar glukosa darah.
e. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang kelebihan berat
badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes.
Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin
f. Aktifitas tubuh yang kurang
Berdasarkan penelitian bahwa aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur
dapat menambah senitifitas insulin. Semakin kurang aktivitas fisik, maka
semakin mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktifitas fisik
dapat mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi
energi, sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin.
1.9 NUTRISI YANG DIBUTUHKAN DIABETES MELLITUS
a. Vitamin E
Vitamin E dapat mencegah komplikasi diabetes, seperti penyakit jantung,
ginjal dan kerusakan mata. Vitamin E didapat dari sayuran hijau, minyak
sayur, kacang-kacangan, paprika merah, alpukat, mangga dan kiwi.
b. Vitamin D3
Mencukupi vitamin D3 akan membantu tubuh meningkatkan produksi
insulin dan membuat kinerjanya lebih efektif, pengendalian gula darah pun
lebih optimal. Vitamin D3 juga berperan dalam menjaga kesehatan tulang,
yaitu dengan membantu penyerapan kalsium di saluran cerna. Vitamin D3
didapat dari makanan seperti susu, udang, ikan berlemak (tuna, mackerel,
salmon), hati sapi, keju dan telur.
c. Vitamin C
Dari berbagai studi didapatkan bahwa kadar vitamin C pada penderita
diabetes, terlebih lagi pada penderita yang obesitas, cenderung rendah.
Padahal, kecukupan vitamin yang juga merupakan antioksidan ini penting
untuk membakar timbunan lemak serta memperbaiki kadar gula dan lemak
darah. Vitamin C didapat dari buah dan sayur seperti jeruk, jambu merah,
stroberi, brokoli, kentang, bayam dan tomat bisa menjadi sumber vitamin
C yang baik.
d. Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 bisa dialami oleh penderita diabetes yang
mengonsumsi metformin. Vitamin ini penting untuk kesehatan saraf dan
otak, serta pembentukan sel darah merah. Vitamin B12 didapat dari daging
merah, ayam, ikan, hati sapi, telur, dan produk susu.
e. Vitamin B7
Vitamin B7 atau biotin, merupakan zat penting yang memperkuat kerja
insulin dalam mengolah gula darah sebagai sumber energi. Kekurangan
biotin akan sangat memengaruhi pengelolaan kadar gula darah pada
penderita diabetes. Vitamin B7 didapat dari serealia utuh, umbi-umbian,
kacang-kacangan, telur, susu, yoghurt, dan daging ayam.
f. Zinc
Mineral zinc atau seng membantu produksi dan pengeluaran insulin. Pada
penderita diabetes, kadarnya menjadi rendah karena zinc ikut dikeluarkan
melalui urine ketika kadar gula darah tinggi. Zinc diapat dari tiram, daging
merah, ayam, kacang-kacangan dan serealia, serta produk susu.
g. Magnesium
Mirip dengan biotin, magnesium berperan dalam metabolisme karbohidrat,
sehingga kerja insulin lebih efektif. Dan seperti juga mineral zinc, kadar
magnesium pada penderita diabetes cenderung rendah karena ikut
dikeluarkan melalui urine saat kadar gula darah tinggi. Magnesium didapat
dari sayuran hijau seperti bayam dan kale, beras merah, kacang-kacangan,
alpukat, pisang, serta produk susu seperti yoghurt dan keju.
h. Kromium
Mineral ini memang kurang terdengar, akan tetapi ia penting untuk
menurunkan kadar lemak tubuh dan membangun massa otot. Kromium
berperan dalam menurunkan kadar gula darah dan resistensi insulin,
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, serta meningkatkan
kolesterol baik (HDL). Kromium didapat dari biji-bijian, beras merah,
kacang-kacangan, daging merah, ikan, jamur, hati sapi, brokoli, jagung,
kentang, telur dan produk susu.
3.1 ANJURAN UNTUK MAKAN SEHARI-HARI
 Senin
Menu pagi : Nasi merah + Brokoli rebus + Telur balado +
Alpukat
Menu siang : Nasi merah + Sup sayuran + Ikan asam manis
+ Jeruk
Menu malam : Nasi merah + Dada ayam panggang + Terong
bakar + Pepaya
 Selasa
Menu pagi : Nasi tim + Tempe goreng + Telur bebek asin +
Sayur oyong + Pepaya
Menu siang : Nasi merah + Dada ayam rebus + Kangkung
belacan + Nanas
Menu malam : Nasi merah + Daging sapi kukus + Cah
kangkung + Anggur
 Rabu
Menu pagi : Nasi putih + Cah daging saus tiram + Tempe
goreng tepung + Tumis kacang panjang, tauge + Semangka
Menu siang : Nasi merah + Ikan pepes jamur + Tahu tempe
rebus + Capcay + Pir
Menu malam : Tahu tempe rebus + Timun untuk lalapan +
Semangka
 Kamis
Menu pagi : Nasi merah + Dada ayam rebus + Sayur
bayam, jagung + Pir
Menu siang : Gado-gado + Kentas rebus + Telur rebus + Jus
apel tanpa gula
Menu malam : Nasi putih + Opor ayam + Tahu bacem +
Tumis sawi + Pisang
 Jumat
Menu pagi : Nasi putih + Hati goreng + Sup sayuran +
Pepaya
Menu siang : Nasi Putih + Ayam bumbu tomat + Cah jaung
muda, Kembang kol, jamur + Pisang
Menu malam : Nasi putih + Telur dadar + Tumis brokoli +
Apel
 Sabtu
Menu pagi : Nasi putih + Telur dadar + Tumis kacang tolo +
Sup labu kuning + Pisang
Menu siang : Nasi putih + Mangut ikan + Tempe mendoan +
Sayur asem + Nanas
Menu malam : Nasi putih + Semur telur + Cah kangkung,
jagung + Apel
 Minggu
Menu pagi : Roti gandum selai kacang + telur omelette +
susu rendah lemak + yoghurt
Menu siang : Nasi putih + Ikan goreng + Cah kangkung +
Pisang
Menu malam : Nasi putih + Ayam goreng + Tumis tahu, jamur
+ Bayam rebus + Pepaya
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tiroid atau kelenjar gondok adalah sebuah organ kecil yang terdiri dari dua bagian
yang dihubungkan jembatan; letaknya di bagian bawah leher mendampingi batang
tenggorokan. Terdapat 2 kelainan dalam sekresi hormone tiroid yaitu hipofungsi dan
hiperfungsi. Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari
normal dan produksi hormon-hormonnya berkurang.

Pada keadaan hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormone- hormone


tiroid. Terapi hipertirosis ditujukan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan
mengeluarkan atau merusak sebagian kelenjar (operasi atau iod radio-aktif), atau dengan
mengurangi produksi hormon-hormonnya dengan tiroistatika. Antitiroid atau tiroistatik
adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon tiroid dan digunakan pada
keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis).

Penderita hipotiroidisme harus menghindari makan makanan olahan, karena biasanya


mengandung lebih banyak kalori. Ini bisa menjadi masalah bagi seseorang dengan
hipotiroidisme, karena mereka dapat menambah berat badan dengan mudah. Orang dengan
hipotiroidisme harus makan makanan berbasis sayuran, buah dan daging tanpa
lemak. Mereka rendah kalori dan sangat mengisi, yang dapat membantu mencegah
penambahan berat badan.

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat ketidakmampuan organ
pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup. Terdapat 2 tipe dalam
diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Faktor penyebab
diabetes mellitus dikarenakan faktor genetik, umur, jenis kelamin, obesitas, pola makan, dan
aktifitas fisik yang kurang. Pada penderita diabetes mellitus dapat mengkonsumsi nasi merah, roti,
umbi-umbian, tahu, ikan salmon, ikan makarel, daging ayam, brokoli, bayam, alpukat, kiwi, pisang,
apel, susu rendah lemak, yoghurt rendah lemak, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL (2010). 23rd Edition. McGrawHill Lange.
2. Silverthorn DU, (2010(. Human Physiology. An Integrated Approach. 5 th Edition. Pearson
International Edition.
3. Guyton AC, Hall JE, (2006). Textbook of Medical Physiology. 7th Edition. Elsevier Saunders

4. Olson, James M.D., Ph.D. 2003. Belajar mudah farmakologi. Jakarta: E


5. Ardiana. “Latar Belakang Diabetes Mellitus”. 27 September 2018.
http://eprints.ums.ac.id/14984/2/BAB_I.pdf.

6. Herawati S, Kardika IBW, Yasa IWPS. “Preanalitik Dan Interpretasi Glukosa Untuk
Diagnosis Diabetes Melitus”. 27 September 2018.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82599&val=970.

7. Rahmawati, Fitri. “Perencanaan Diet Untuk Penderita Diabetes Mellitus”. 27


September 2018
.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296048/pendidikan/Praktik+Diet+-
+Diet+Diabetes+Mellitus.pdf.

Anda mungkin juga menyukai