Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di


berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang
konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak
dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan


perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin,
serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan
pembentukan panas.

Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya
, sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar
hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan
sebagian lagi melalui hipotalamus.

Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang
terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat
dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian kelenjar tiroid?
 Bagaimana anatomi kelenjar tiroid?
 Apa fisiologi kelenjar tiroid?
 Bagaimana histology kelenjar tiroid?
 Apa saja hormone yang dihasilkan kelenjar tiroid dn fungsi hormone tiroid?
 Bagaimana pembentukan dan sekresi hormone tiroid?
 Bagaimana efek-efek kerja hormone tiroid pada tubuh?

1
 Bagaimana pengaturan faal tiroid?
 Apa defenisi hipotiroid?
 Apa etiologi hipotiroid?
 Apa saja jenis-jenis hipotiroid?
 Apa saja manifestasi klinis hipotiroid?
 Bagaimana patofisiologi hipotiroid?
 Bagaimana pemeriksaan diagnostic hipotiroid?
 Bagaimana peleksanaan medis dan komplikasi hipotiroid?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui pengertian kelenjar tiroid
 Untuk mengetahui anatomi kelenjar tiroid
 Untuk mengetahui kelenjar tiroid
 Untuk mengetahui histology kelenjar tiroid
 Untuk mengetahui hormone yang dihasilkan kelenjar tiroid dn fungsi hormone tiroid
 Untuk mengetahui pembentukan dan sekresi hormone tiroid
 Untuk mengetahui efek-efek kerja hormone tiroid pada tubuh
 Untuk mengetahui pengaturan faal tiroid
 Untuk mengetahui defenisi hipotiroid
 Untuk mengetahui etiologi hipotiroid
 Untuk mengetahui jenis-jenis hipotiroid
 Untuk mengetahui manifestasi klinis hipotiroid
 Untuk mengetahui patofisiologi hipotiroid
 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic hipotiroid
 Untuk mengetahui peleksanaan medis dan komplikasi hipotiroid

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penyusunan makalah ini untuk mengetahui anatomi fisiologi kelenjar
tiroid. Sebagai calon perawat professional maka dengan penulisan makalah ini semakin
menambah pengetahuan tentang kelenjar tiroid.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar ( cm dan terletak di leher,
tepatdibawah jakun.Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga
bentuknya menyerupaihuruf H atau dasi kupu kupu.

Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi
bilamembesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak
dibawah ataudi samping jakun.

2.2 Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia prevertebralis.
Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga
bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada
permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi.
Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu
sarung tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk
laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

3
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis
superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea
inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima,
cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang
berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior.
Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu
nervus rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

2.3 Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian
berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap
dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi
30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan
T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam
tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di
dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Dimsirkulasi, hormon tiroid akan

4
terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau
prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator
tiroid Thyroid Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur
sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang
dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid
ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular yang menghasilkan
kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar
kalsium serum terhadap tulang (De Jong &Sjamsuhidajat, 2005).

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Kelenjar
ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam
sirkulasi yang bertindak
sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhada sekresi hormon
pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(Guyton&Hall, 2006).

Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yaitu :(Sherwood, 2011)

a) Efek pada laju metabolism


Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan. Hormon ini
adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada
keadaan istirahat.

b) Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.

c) Efek pada metabolisme perantara


Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam metabolisme
bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat multifaset, hormon ini
tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi
banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
5
d) Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan hormon
dari medula adrenal.

e) Efek pada sistem kardiovaskuler


Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga
curah jantung meningkat.

f) Efek pada pertumbuhan


Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan, tetapi juga mendorong
efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan
pertumbuhanrangka.

g) Efek pada sistem saraf


Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem
Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang
dewasa.

2.4 Histologi

Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Jaringan tiroid
terdiri atas folikel yang berisi koloid. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan ikat longgar
yang menjulurkan septa ke dalam parenkim (Jonqueira, 2007).

Koloid terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang mengandung suatu asam
amino teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan dalam folikel sebagai koloid. Selain sel
folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat
di dalam epitel folikel atau diantara folikel. Adanya banyak pembuluh darah di sekitar folikel,
memudahkan mencurahkan hormon ke dalam aliran darah (Jonqueira, 2007).

6
2.5 Hormon Yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Tiroid dan Fungsi Hormon Tiroid
a. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid
Ada beberapa hormone utama yang mampu dihasilkan oleh kelenjar tiroid ini yaitu
hormon tiroksin atau bisa disebut dengan T4 dan juga hormone tirodontiroin atau bisa disebut
dengan kelenjar T3. Berikut ini adalah beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid dan
fungsinya yang dapat membantu perkembangan tubuh manusia yang sangat penting.

1. Hormon Tirodontiroin

Kelenjar tiroid pada tubuh manusia ini akan menghasilkan hormone yang disebut dengan
tirodontiroin. Hormone ini memiliki beberapa fungsi yang cukup penting diantaranya adalah
untuk mengatur system metabolism pada tubuh manusia. Selain itu, hormone ini juga
memiliki fungsi yang sangat penting terkait dengan system saraf manusia yang dapat
membantu untuk tumbuh kembang dan berbagai kegiatan saraf.

2. Hormon Kalsitonin

Kalsium dalam tulang akan terbantu dengan adanya hormone yang satu ini. Kalsitonin ini
dapat membantu untuk menurunkan kadar kalsium yang ada pada darah. Caranya adalah
dengan mempercepat penyerapan kalsium yang dilakukan oleh tulang.

3. Hormone tiroksin

Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok ini menghasilkan sebuah hormone yang sangat penting
yaitu tiroksin. Hormone tiroksin ini membantu untuk mengatur system metabolism yang ada
pada tubuh manusia. Selain itu, hormone tiroksin ini juga memberikan pengaruh yang cukup
penting dalam hal pertumbuhan dan juga perkembangan dari tubuh manusia.

Kelenjar tiroid ini memiliki tanggung jawab dalam hal kecepatan proses metabolism
tubuh sehingga membuat kelenjar tiroid ini sangat penting bagi kehidupan manusia dalam hal
tumbuh kembang manusia. Hormon ini memiliki banyak pengaruh dalam tubuh manusia
seperti diantaranya adalah untuk mengatur suhu badan, mengatur keseimbangan cairan,
membantu proses perkembangan tulang, mengatur kadar gula dalam darah dan masih banyak
lagi.

b. Fungsi kelenjar tiroid

7
 Fungsi kelenjar tiroid meliputi sekresi hormon T3 (juga disebut triiodothyronine) dan T4
(juga dikenal sebagai Tiroksin atau Tetraiodothyronine). T3 secara fisiologis lebih aktif
dan lebih kuat daripada T4. T3 dan T4 secara kolektif disebut hormon tiroid (TH).
Keduanya merupakan yodium yang mengandung asam amino. Hormon tiroid yang
anabolik di alam; anabolisme berkaitan dengan fase konstruktif metabolisme dan
merupakan kebalikan dari katabolisme, proses destruktif metabolisme.
 Hormon tiroid menyebabkan peningkatan denyut jantung, curah jantung dan laju
ventilasi.
 T3 dan T4 bertindak atas berbagai sel target untuk meningkatkan konsumsi oksigen dan
tingkat metabolisme basal (BMR). BMR adalah tingkat pengeluaran energi dalam tubuh
dalam kondisi basal. Peningkatan konsumsi oksigen dan meningkatkan BMR
menyebabkan peningkatan produksi panas dalam tubuh yang pada gilirannya membantu
untuk mengkompensasi peningkatan kehilangan panas dalam cuaca dingin. BMR
biasanya diukur 12 jam setelah makan dan setelah tidur nyenyak di suhu yang nyaman
tanpa latihan atau kegiatan sebelum ujian. BMR meningkat pada individu dengan
hipertiroidisme yang merupakan disfungsi kelenjar tiroid. Pada hipertiroidisme, pasien
mengalami takikardia, kegugupan, atrofi otot dan panas berlebih.
 Hormon tiroid meningkatkan penyerapan glukosa dari usus kecil dan produksi glukosa
hepatik; Namun, pasien dengan konsentrasi insulin yang normal tidak mengalami serum
kadar glukosa.
 Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan normal dan pematangan. Mereka memainkan
peran penting dalam pengembangan sistem saraf pusat (SSP). Efek yang paling serius
dari kekurangan hormon tiroid selama masa kanak-kanak adalah kerusakan otak
permanen dan kekerdilan.
 Hormon tiroid mempercepat pembersihan kolesterol dari plasma.
 Hormon tiroid dibutuhkan untuk konversi karoten menjadi vitamin A; pasien dengan
hypothyroidisme mungkin menderita rabun malam. Kelenjar tiroid juga melepaskan
hormon yang disebut kalsitonin kecil yang terlibat dalam metabolisme kalsium dan fosfat.
Kalsitonin merangsang pertumbuhan tulang rawan dan menyebabkan peningkatan
deposisi kalsium dalam tulang karena itu dapat meningkatkan pembentukan tulang dan
mengurangi konsentrasi kalsium dari darah.

8
2.6 Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu:

1. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel.
Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum
dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP.
Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam
serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang
oleh TSH.

2. Oksidasi

Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi
terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah
iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi).
Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi
kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin
sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3
akan lebih banyak daripada T4.

3. Coupling

Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk
dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini
disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada
ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke
dalam koloid melalui proses eksositosis granula.

4. Penimbunan
(storage Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru
akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

9
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan
mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.

6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di
dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes
koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta
deiodinasi MIT dan DIT.

7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding
Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan
0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat
daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan
kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah.
Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa
yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati
yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas
akan meningkat.

2.7 Pengaturan Faal Tiroid

Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :

1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone) Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah
dapat disintesis, dan dibuat di hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin,
kadang-kadang juga Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH).

10
2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone) TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat
reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal
sebagai kenaikan trapping, peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya
adalah produksi hormon meningkat.

3. Umpan balik sekresi hormon Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat
hipofisis. T3 selain berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4
akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH. Tubuh memiliki
mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus
menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa
mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam
jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka
kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH.

2.8 Evaluasi Kelenjar Tiroid

Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan


kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang
optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk melakukan
pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar, konsistensi,
penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi pada
KGB daerah servikal.

Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga
dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau hipotiroid,

Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui konsentrasi dari
tiroksin binding globulin di dalam serum. Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes
sensitive tinggi TSH merupakan cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3
biasanya di barengi dengan pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan
protein. Sebagai contoh pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang
tinggi terdapat peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal
(T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan kecurigaan hipertiroidism.

11
BAB III

TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID

3.1 Defenisi Hipotiroid

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-
kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena
hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk
tubuh.

3.2 Etiologi

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai
5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi
pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-
orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.

a) Hashimoto's thyroiditis

b) Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)

c) Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)

d) Penyakit pituitari atau hipotalamus

e) Obat-obatan

f) Kekurangan yodium yang berat

3.3 Jenis-Jenis Hipotiroid

Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau


tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan
oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.

12
Jenis Organ Keterangan
Hipotiroidisme kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit
primer Hashimoto tiroiditis
(sejenis penyakit autoimmune) dan terapi
radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
Hipotiroidisme kelenjar Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan
primer hipofisis(pituitari) cukup
hormon perangsang tiroid
(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan jumlah
tiroksin
yang cukup. Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di
kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat
menghasilkan hormon yang cukup.
Hipotiroidisme Hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan
tertier TRH
yang cukup. Biasanya disebut juga disebut
hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.

3.4 Manifestasi Klinis

Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala:


1. Nafsu makan berkurang
2. Sembelit
3. Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat
4. Suara serak
5. Berbicara lambat
6. Kelopak mata turun
7. Wajah bengkak
8. Rambut tipis, kering, dan kasar

13
9. Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal
10. Denyut nadi lambat
11. Gerakan tubuh lamban
12. lemah
13. Pusing
14. Capek
15. Pucat
16. Sakit pada sendi atau otot
17. Tidak tahan terhadap dingin
18. Depresi
19. Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciuma
20. Alis mata rontok
21. Keringat berkurang

GAMBARAN KLINIS
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh

3.5 Patofisiologi

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :

1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang


hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.

14
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin =
T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak,
dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
4. Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif
oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
5. Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

3.6 Pemeriksaan Diagnostik

a) Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah


TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.

b) Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg
adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).

c) Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya
mengukur level TSH.

Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb:

 free triiodothyronine (fT3)

 free levothyroxine (fT4)

 total T3

 total T4

15
 24 hour urine free T3

3.7 Pelaksanaan Medis dan Komplikasi

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil,
hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat
(misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan


memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid
buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid
hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah,
karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus
diminum sepanjang hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon


tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan

3.8 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada
seorang klien menggunakan proses keperawatan. Menurut Hidayat (2004), proses
keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan
diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta
mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

16
berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi
data dan identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat

Tanda : Atrofi otot

2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis)

3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat,
kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,
haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton).
6. Neurosensori

17
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia,
gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori
baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang
( tahap lanjut dari DKA).

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak)

Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan
meningkat

9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam)

10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.

Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan
klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perawat yang bertanggung jawab.

18
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid
adalah sebagai berikut (Carpenito, 2007):
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan).
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan
bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien.
Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan
tubuh.
Kriteria hasil:
1) Nadi perifer dapat teraba normal

2) Vital sign dalam batas normal.

3) Pengisian kapiler normal

4) Status mental baik

5) Tidak ada disritmia

Intervensi:
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2) Perhatikan besarnya tekanan nadi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan

19
pasien.
4) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
5) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf
sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.

2) Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis

3) Berikan/ciptakan lingkungan yang terang

4) Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan
meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan

5) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.

6) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal


klordiazepoxsida (librium).

c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan).
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan
terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1) Auskultasi bising usus

2) Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual muntah.

3) Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya
penurunan berat badan

4) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein,
karbohidrat dan vitamin

5) Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.

20
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan
mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Intervensi:
1) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan penutupan
kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.
2) Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda
(diplopia).
4) Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison,
obat anti tiroid, diuretik.
7) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu
mengidentifikasi cara hidup sehat
Intervensi:
1) Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
3) Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
4) Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan
perkembangan terapi obat.
5) Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi
2) Berikan informasi yang tepat
21
3) Identifikasi sumber stress
4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual
dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).

22
Daftar Pustaka

Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi kedua
puluh. Jakarta, McGraw-Hill & EGC. 2003.

Moore, Keith L. and Anne M. R. Agur. Glandula Thyroidea, Anatomi Klinis Dasar. Jakarta,
Hipokrates. 2002.

Putz, R. and R. Pabst. Neck, Sobotta, Atlas of Human Anatomy, part 1, 12th edition. Los
Angeles, Williams & Wilkins. 1999.

Sabiston, David C. Glandula Thyroidea, Buku Ajar Ilmu Bedah, jilid 1. Jakarta, EGC. 1995.

23

Anda mungkin juga menyukai