Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan
kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroid suatu penyakit yang
tidak menular yang dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari
penyebab penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam
yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan
hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Kelebihan suatu hormon tiroid
(Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi tubuh, termasuk
jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani, 2013).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid
kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormon tiroid
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSHdan TRH karena
tidak adanya umpan balik negatif oleh hormon tiroid pada
hipofisisanterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat
malfungsi hipofisis, makakadar hormon tiroid yang rendah disebabkan
oleh rendahnya kadar TSH. TRH darihipotalamus tinggi karena. tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun hormon tiroid.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
menyebabkan rendahnya kadar hormon tiroid, TSH, dan TRH
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
Tiroid merupakan kelenjar yang terletak didalam leher bagian bawah,
melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada
dinding laring. Kelenjar ini terdiri atas 2 lobus (lobus dekstra dan lobus
sinistra) yang saling berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2 cm,
panjang 4 cm , dan lebar 2,5 cm. [ CITATION Bal14 \l 14345 ].
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin.Pembentukan hormon
tiroid tergantung dari jumlah yodium eksogen yang masuk kedalam tubuh.
Sumber utama untuk memeliharakeseimbangan yodium adalah yodium dalam
makanan dan air minum.
Kelenjar tiroid dibungkus mengitari bagian depan dari trachea bagian
atas, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus dihubungkan oleh itsmus. Kelenjar ini
diperdarahi dari arteri tiroid superior dan inferior.Tiroid terbentuk atas masa
kosong yang berbentuk folikel.Setiap folikel mempunyai dinding satu sel
tebal dan mengandung koloid seperti jeli.
Lapisan sel-sel folikel mempunyai kemampuan yang sangat besar
dalam mengekstrasi iodin dari dalam darah dan menggabungkannya dengan
tirosin asam amino, untuk membentuk suatu hormon tri-iodotironin (T3)
aktif.Sebagian tiroksin yang kurang aktif juga dibentuk.Tiroksin (T4) diiubah
menjadi tri-iodotironin (T3) di dalama tubuh.Senyawa ini dan intermediat
tertentu disimpan dalam koloid dari folikel.Penyimpanan ini penting, karena
iodin mungkin tidak terdapat didalam diet. Dimana dalam keadaan ini kelenjar
tiroid akan membesar yang disebut Goiter.
B. Fisiologi
1. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan
sedikit kalsitonin.Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan
kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler.Bahan dasar pembentukan
hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan
minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium
(yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan
ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat
dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat. [ CITATION Sya09 \l
14345 ].
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut
Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono
iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi
penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin
atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau
tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat
dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol.
Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI
(protein binding Iodine).

No. Hormon Prinsip kerja

1 Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,


perkembangan, dan kegiatan system saraf

2. Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,


perkembangan dan kegiatan sistem saraf

3. Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah dengan


cara mempercepat absorpsi kalsium oleh tulang.

2. Fungsi hormon-hormon tiroid


Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:
a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya
meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan
produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan
testis.
b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya
tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah
dilepaskan dari folikel kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f. Merangsang pembentukan sel darah merah
g. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi
tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h. Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan
sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum
dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar
kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin
dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang
pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.

3. Mekanisme kerja hormon


Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur telah diciptakan untuk
mengatur jumlah tiroksin yang dilepaskan.Pelepasan tiroksin terjadi lagi
sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel tak sadar yang disusun dalam
hirarki yang amat tertib.Saat cukup hormone tiroid telah dihasilkan,
hipotalamus mengehntikan pembentukan hormone pelepas tiroid.
Saat tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal - hipotalamus
-mengirimkan sebuah perintah (TRH, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar
tiroid.Kelenjar tiroid, sebagai titik akhir rantai perintah ini, segera
menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan menyebarkannya ke seluruh
tubuh melalui darah.
Saat tiroksin dibutuhkan, hipotalamus mengirimkan perintah ke
kelenjar pituitari (TRH).  Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini
memahami bahwa kelenjar tiroid harus diaktifkan.  Kelenjar pituitari
segera mengirimkan perintah ke kelenjar tiroid (TSH).  Sesuai dengan
perintah yang diterima, kelenjar tiroid segera menghasilkan tiroksin, dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh lewat aliran darah.
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sebuah sistem
khusus, Sistem ini didasarkan pada dua mekanisme arus balik negatif,
Saat jumlah tiroksin dalam darah naik di atas normal, hormon tiroksin
mempengaruhi kelenjar pituitari dan terkadang langsung ke hipotalamus:
kelenjar ini mengurangi kepekaan kelenjar pituitari terhadap hormon
TRH.
Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan kelenjar pituitari agar
mengirimkan perintah (berbentuk hormon TSH) ke kelenjar
tiroid.Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai perintah produksi
hormon tiroksin.

4. Proses pembentukan kelenjar tiroid


Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari
dinding depan bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran
4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus
brachialis 1 dan 2.Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada
ventral di bawah cabang farings I.
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju
pharyngeal pouch melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan
ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak
di depanvertebra cervicalis 5, 6, dan 7.
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih
sering ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid)
dan pada bagian leher yang lain.

C. Konsep penyakit
1. Pengertian Hipotiroidisme
Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroidisme
(miksedema) adalah sindroma klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan T4
dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme akan menurunkan dan
mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat dermis sehingga tampak
gambaran wajah miksedema yang khas.
Apabila hipotiroidisme terjadi pada anak bayi yang baru lahir, akan
menimbulkan kegagalan pertumbuhan fisik dam mental, yang sering bersifat
ireversibel; keaddan ini disebut kretinisme. Kretinisme dapat timbul endemik
pada suatu daerah geografik yang dietnya kekurangan yodium yang berguna
untuk sintesis hormon tiroid. Kasus sporadis dapat timbul akibat kelainan
kongenital berupa tidak terdapatnya jaringan tiroid, atau defek enzim yang
menghambat sintesis hormon .
Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh
konsentrasi hormon tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan
laju metabolisme tubuh secara umum. Kejadian hipotiroidisme sangat
bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan seperti asupan
iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia.
Menurut American Thyroid Association dan American Association of
Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).
merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya kadar
hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah.
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada
jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai manifestasi
klinik yang terkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses
metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).
Hipotirod adalah Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi
hormon tiroid dan akan menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan
penurunan glikosa minoglikan di intersisial terutama di kulit dan di otot yang
dapat dipengaruhi oleh faktor geografi dan lngkungan. Sedangkan dalam
sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya yang
dapat terjadi akibat adanya kekurangan produksi tiroid atau terdapat defek
pada reseptornya.
2. Etiologi
Kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada kelenjer tiroid
(hipotiroidisme primer), kelenjer hipofisis (hipotiroidisme sekunder), atau
hipotalamus (hipotiroidisme tersier). Hipotiroidisme primer sering terjadi dan
di Eropa/Amerika biasanya merupakan akibat dari penyakit autoimun terapi
radio-iodin untuk hipotiroidisme sebelumnya (50% menjadi hipotiroid dalam
10 tahun). Diseluruh dunia penyebab paling sering adalah difisiendi iodin.
Walaupun hipotiroid dapat bersifat kongiental, penyabab-penyebab penting
pada orang dewasa adalah (Medicine at a Glance, 2003) :
a. Autoimun : ada 2 bentuk tiroiditis autoimun yang mudah dapat dibedakan
melalui adanya stauma (atrofik) pada keduanya dapat ditemukan auto
antibodi. Anggota keluarga yang mungkin addison, anemia pernisiosa, atau
diabetes. Terkadang tiroiditis hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut
dan lebih jarang lagi, menyebabkan hipotiroidisme sementara.
b. pascaterapi tirotoksikosis : radio-iodin, operasi, obat-obatan antitiroid.
c. Difisiensi iodin : strauma endemik (misalnya leher Derby-shire) adalah
penyebab paling hipotiroidisme paling umum diseluruh dunia.
d. Kelebihan iodin : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau
amiodaron) dapat menyebabkan hipotiroidisme.

Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,


suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormon yang berlebihan. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat
disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif hormon tiroid terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
hormon tiroid dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik
negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan hormon tiroid yang finggi disertai TSH dan
TRH yang berlebihan.

3. Tanda dan Gejala


a. Perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat.
b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung.
c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki.
d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema.
e. Konstipasi.
f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi.
g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh.
4. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
diatur sebagai berikut :
a. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
b. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
c. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
danTetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin,
serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar
HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
5. Komplikasi.
a. Koma miksedema
Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak
diobati. Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia,
hipoventilasi, hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan
meninggal. Walaupun jarang, ini dapat terjadi lebih sering dalam masa
mendatang, dihubungkan dengan peningkatan penggunaan radioiodin
untuk terapi penyakit Graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen.
Karena ini paling sering pada pasien-pasien tua dengan adanya dasar
penyakit paru dan pembuluh darah, mortalitasnya sangat tinggi.Pasien (atau
seorang anggota keluarga bila pasien koma) mungkin ingat akan penyakit
tiroid terdahulu, terapi radioiodin, atau tiroidektomi: Anamnesis
menunjukkan awitan bertahap dari letargi terus berlanjut menjadi stupor
atau koma.
d. Miksedema dan Penyakit Jantung
Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya
penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin
seringkali dihubungkan dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark
miokard. Namun karena sudah ada angioplasty koronaria dan bypass arteri
koronaria, pasien dengan miksedema dan penyakit arteri koronaria dapat
diterapi secara operatif dan terapi penggantian tiroksin yang lebih cepat
dapat ditolerir.
e. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik
Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih
jarang lagi, pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan
maniak ("myxedema madness"). Skrining perawatan psikiatrik dengan FT4
dan TSH adalah cara efisien untuk menemukan pasien-pasien ini, yang
mana seringkali memberikan respons terhadap terapi tunggal levotrioksin
atau dikombinasi dengan obat-obat psikofarmakologik. Efektivitas terapi
pada pasien hipotiroid yang terganggu meningkatkan hipotesis bahwa
penambahan T3 atau T4 pada regimen psikoterapeutik untuk pasien
depresi, mungkin membantu pasien tanpa memperlihatkan penyakit tiroid.
Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk menegakkan konsep ini sebagai
terapi standar.

6. Klasifikasi
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadian
(kongenital atau akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/
sentral), jangka waktu (transien atau permanen) atau gejala yang terjadi
(bergejala/ klinis atau tanpa gejala/ subklinis). Hipotiroid kongenital biasa
dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah
dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1
dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan
(Roberts & Ladenson, 2004).
Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis
atau disgenesis kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid.
Disgenesis kelenjar tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan
thyroid transcription factor 1 dan 2 (Gillam & Kopp, 2001).
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang
paling sering dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas
Hashimoto. Peran auto imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran
infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid dan adanya antibodi tiroid dalam
sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi eksternal pada penderita
head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis, paparan
yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar tiroid pada
hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal: amiodarone,
lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara
mempengaruhi produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas
kelenjar tiroid (Roberts & Ladenson, 2004).
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu
hipotiroid primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan
dengan defek pada kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan
sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sentral berhubungan
dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi hormon thyrotropin
releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH)
oleh hipofisis (Roberts & Ladenson, 2004).

7. Pemeriksaan Diagnoistik
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya
mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh
kel. hipofisis.
a. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan
hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit
triiodotironin(fT3).
b. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat
dgn hanya mengukur level TSH.
c. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan
hipotiroidisme masih disuspek), sebagai berikut :
1) free triiodothyronine (fT3)
2) free levothyroxine (fT4)
3) total T3
4) total T4
5) 24 hour urine free T3

D. Asuhan keperawatan sesuai teori


a. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Pengalaman perubahan status sosial/ mental
2) Mengalami sakit dada atau palpitasi
3) Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
4) Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
5) Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6) Perubahan asupan makanan dan berat badan
7) Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
8) Intoleransi terhadap cuaca panas
9) Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas
hidup
10) Perubahan menstruasi atau libido
11) Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek
samping obat (Barddero, Marry, dkk. 2009)
b. Data Objektif
1) Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia
2) Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat,
tekanan diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat,
disritmia dan murmur
3) Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4) Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5) Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan
kabur
6) Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan
dan asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum
menurun
7) Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit
berdiri dari posisi duduk
8) Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan
T3 dan T4 serum dan penurunan TSH serum(Barddero, Marry, dkk.
2009)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat
brakikardi
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan
kecepatan metabolisme
e. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
ventilasi Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola
napas yang normal.

Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi; 1. Mengidentifikasi hasil
kedalaman, pola pernapasan; pemeriksaan dasar untuk
oksimetri denyut nadi memantau perubahan
2. Pelihara saluran napas pasien selanjutnya dan mengevaluasi
dengan melakukan efektifitas intervensi.
pengisapan dan dukungan 2. Penggunaan saluran napas
ventilasi jika diperlukan artifisial dan dukungan
3. Dorong dan ajarkan pasien ventilasi mungkin diperlukan
untuk napas dalam dan batuk jika terjadi depresi pernapasan
4. Berikan obat (hipnotik dan 3. Mencegah aktifitas dan
sedatip) dengan hati-hati meningkatkan pernapasan yang
adekuat
4. Pasien hipotiroidisme sangat
rentan terhadap gangguan
pernapasan akibat gangguan
obat golongan hipnotik-sedatif.

b. Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume


sekuncup akibat brakikardi

Intervensi Rasional
1. Catat warna kulit dan kaji 1. Sirkulasi perifer turun jika
kualitas nadi curah jantung turun. Membuat
2. Auskultasi suara nafas dan kulit pucat atau warna abu-abu
Catat dan menurunnya kekuatan nadi
3. Dampingi pasien pada saat 2. S3,S4 dan creackles terjadi
melakukan aktivitas karena dekompensasi jantung
4. Lakukan pengukuran tekanan atau beberapa obat(penyekat
darah (bandingkan kedua beta).
lengan pada posisi berdiri, 3. Penghematan energy
duduk dan tiduran jika membantu menurunkan beban
memungkinkan). jantung
5. Kolaborasi dalam: 4. Takikardi dapat terjadi karena
pemeriksaan serial ECG, foto nyeri, cemas, hipoksemia dan
thorax, pemberian obat-obatan menurunnya curah jantung.
anti disritmia Perubahan juga terjadi pada
TD(hipo/hiper) karena respon
jantung
5. Untuk hasil penunjang dan
pengobatan lebih lanjut

c. Diagnosa III : Konstipasi berhubungan dengan penurunan


gastrointestinal Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bisisng Usus 1. mengetahui berapa frekuensi
2. Pantau fungsi usus bising usus klien
3. Berikan makanan yang kaya 2. Memungkinkan deteksi
akan serat konstipasi dan pemulihan
4. Dorong klien untuk kepada pola defekasi yang
meningkatkan mobilisasi normal.
dalam batas-batas toleransi 3. Meningkatkan massa feses dan
latihan frekuensi buang air besar
5. Ajarkan kepada klien, tentang 4. Meningkatkan evakuasi feses
jenis -jenis makanan yang 5. Untuk peningkatan asupan
banyak mengandung air cairan kepada pasien agar .
6. Kolaborasi : untuk pemberian feses tidak keras
obat pecahar dan enema bila 6. Untuk mengencerkan fees.
diperlukan

d. Diagnosa IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


peningkatan kecepatan metabolisme
Tujuan : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi

Intervensi Rasional
1. Observasi vital sign tiap 8 1. mengetahui frekuensi
jam. Suhu,Nadi dan Tekanan Darah
2. Observasi bising usus tiap Klien
pagi 2. Mengetahui Frekuensi Bising
3. Timbang berat badan tiap pagi usus
4. Anjurkan Klien untuk Diet 3. Untuk mengetahui Berat badan
tinggi kalori, tinggi protein Klien
5. Kolaborasi pemberian 4. Memenuhi kecukupan nutrisi
Suplemen vitamin B yang tidak terpenuhi
Compleks 5. Meningkatkan nafsu makan
Klien

e. Diagnosa V : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor


menurun
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal

Intervensi Rasional
1. Observasi suhu tubuh pasien 1. Mendeteksi penurunan suhu
dan melaporkan penurunannya tubuh dan dimulainya koma
dari nilai dasar suhu normal miksedema
pasien 2. Meminimalkan kehilangan
2. Berikan tambahan lapisan panas
pakaian atau tambahan selimut 3. Mengurangi risiko vasodilatasi
3. Berikan klien pengetahuan apa perifer dan kolaps vaskuler
saja yang harus dihindari dan 4. Meningkatkan tingkat
bagaimana cara pencegah kenyamanan pasien dan
penggunaan sumber panas dari menurunkan lebih lanjut
luar (misalnya, bantal kehilangan panas
pemanas, selimut listrik atau 5. untuk menormalkan suhu tubuh
penghangat)
4. Lindungi Klien terhadap
pajanan hawa. dingin dan
hembusan angin
5. Kolaborasi dalam pemberian
Cairan Rl atau air hangat.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
(Hidayat, 2004).
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti
bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan
dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memahami tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan mencakup
melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.
Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2008).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2004). Evaluasi yang digunakan
mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi
proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan
secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah
evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan
yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali
umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan
sebelumnya (Nursalam 2008).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua
terbesar di Indonesia setelah diabetes, gangguan fungsi tiroid ada dua
macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut Hipotiroid dan
kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Apabila hipotiroidisme
terjadi akibat malfungsi hipofisis, makakadar hormon tiroid yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH, Kelebihan suatu
hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi
tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh.

B. Saran
Semoga tugas yang kami kerjakan dapat menjadi acuan dan menjadi
bahan evaluasi dalam dunia keperawatan dan menjadi bahan pembelajaran
buat ade-ade mahasiswa yang akan datang.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. Topik
Hipotiroidisme

B. Sub Topik
1. Pengertian hipotiroidisme
2. Penyebab Hipotiroidisme
3. Tanda dan gejala Hipotiroidisme
4. Penularan Hipotiroidisme
5. Pencegahan Penyakit Hipotiroidisme

C. SASARAN
Masyarakat Batu Benawa

D. TEMPAT
Rumah Masyarakat Batu Benawa

E. WAKTU
1. Hari/ tanggal : Minggu, 14 September 2021
2. Jam : 09.00 WITA – selesai

F. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan masyarakat di
masyarakat Batu Benawa mengerti Hipotiroidisme.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diadakan penyuluhan selama 20 menit masyarakat di masyarat Batu
Benawa dapat :
a. Menjelaskan pengertian Hipotiroidisme.
b. Menjelaskan penyebab Hipotiroidisme.
c. Menyebutkan gejala Hipotiroidisme.

G. MATERI PENYULUHAN
Terlampir

H. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

I. Media
Leaflet
J. PROSES KEGIATAN
Kegiatan
TIU TIK Bahan / Materi Waktu Media
Penyuluh Peserta
Setelah Setelah diadakan 1. Pengertian Pembukaan
Salam pembuka Menonton 2 menit a. Power Point
mengikuti penyuluhan selama 20 HIV/AIDS.
video b. LCD
penyuluhan menit masyarakat di 2. Penyebab
Proyektor
selama 20 menit masyarakat RT 21 / HIV/AIDS.
c. Laptop
diharapkan RW 02 Kamboja 3. Tanda dan
d. Video
masyarakat Batu Banjarmasin dapat : gejala
Isi
Benawa a. Menjelaskan HIV/AIDS. 1. Menjelaskan Menonton 15 menit a. Power Point
memahami pengertian 4. Cara pengertian video b. LCD
tentang penyakit HIV/AIDS. penularan HIV/AIDS Proyektor
Hipotiroidisme. b. Menjelaskan HIV/AIDS. 2. Menjelaskan c. Laptop
penyebab 5. Pencegahan penyebab d. Video
HIV/AIDS. penyakit HIV/AIDS
c. Menyebutkan HIV/AIDS.
gejala
HIV/AIDS. 3. Menjelaskan
d. Menjelaskan tanda dan
bagaimana gejala
penularan HIV/AIDS
HIV/AIDS. 4. Menjelaskan
e. Menjelaskan cara cara
pencegahan penularan
HIV/AIDS. HIV/AIDS
5. Menjelaskan
pencegahan
penyakit
HIV/AIDS
Penutup
Salam Penutup Menonton 3 menit a. Power Point
video b. LCD
Proyektor
c. Laptop
Video

Anda mungkin juga menyukai