Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTIROIDISME

A. DEFINISI
Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit Graves yaitu
jenis masalah autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid untuk memproduksi
terlalu banyak hormon tiroid. ( Toft, D. 2014)
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran
klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjer tiroid yang
terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari iodium, maka
iodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya
(mengurangi intensitas fungsinya). (NANDA NIC-NOC. 2013)
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif
dan membuat berlebihan hormon tiroid. Kelenjar tiroi dadalah organ yang
terletak dibagian depan leher dan hormon ini yang mengontrol metabolisme,
bernapas, denyut jantung, sistem saraf, berat badan,suhu tubuh, dan banyak
fungsi lainnya dalam tubuh. Ketika kelenjar tiroid yang terlalu aktif
(hipertiroidisme) proses tubuh mempercepat dan mungkin mengalami
kegelisahan, kecemasan, denyut jantung yang cepat, tremor tangan, keringat
berlebihan, penurunan berat badan, dan masalah tidur, antara gejala lainnya.
(Aleppo, G. 2015)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI HIPERTIROID


Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-
kupu dan terletak pada leher  bagian bawah di sebelah anterior trakea.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh
ithmus yang tipis di bawah kartilago trikoidea di leher. Dan merupakan
salah satu kelenjar endokrin terbesar, yang normalnya memiliki panjang
kurang-lebih 5 cm serta lebar 3 cm dan berat 30 gram (Bruner &
Suddarth, 2014).
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang
tertutup (diameternya antara 100 sampai 300 mikrometer) yang dipenuhi
dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel-sel
epitel kuboid. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin
besar yang mengandung hormone di dalam molekul-molekulnya. Begitu
hormon yang disekresikan sudah masuk kedalam folikel, hormon itu
harus diabsorbsikan kembali melalui epitel folikel kedalam darah,
sebelum dapat berfungsi di dalam tubuh (Guyton & Hall, 2018).
Dengan kata lain secara mikroskopis kelenjar tiroid terdiri dari
gelembung-gelembung  berisi koloid yang dibungkus oleh selapis sel
folikel (Sherwood, 2014). Regulasi hormone tiroid adalah sebagai
berikut : hipotalamus sebagai master glend mensekresikan TRH
(Tyrotopine Realising hormone ) untuk mengatur sekresi TSH oleh
hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Tyroid Stimulating
Hormon) dari hipofisis anterior meningkatkan sekresi tirroid dengan
perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai umpan balik negatif ,
apabila hormone tiroid yang disekresikan berlebih, sehingga
menghambat sekresi TRH ataupun TSH. Bila jumlah hormone tiroid
tidak mencukupi maka terjadi efek yang sebaliknya (Guyton & Hall,
2007).
Mekanisme yang berjalan didalam tubuh manusia tersebut diatur
oleh dua sistem pengatur utama, yaitu : sistem saraf dan hormonal atau
sistem endokrin pada umumnya. Sistem saraf ini mengatur aktivitas
tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan visceral
yang berlangsung dengan cepat dan bahkan juga kecepatan sekresi
beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall, 2007).
Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan
pengaturan berbagai fungsi metabolism tubuh, seperti pengaturan
kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau pengankutan bahan-bahan
melewati membrane sel atau aspek lain dari metabolism sel seperti
pertumbuhan dan sekresi. Hormone tersebut dikeluarkan oleh sistem
kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin.
Penyakit kelenjar tiroid dapat mengakibatkan baik produksi terlalu
banyak (hipertiroid) atau terlalu sedikit (Hypothyroidisme) hormone.
Produksi hormone tiroid : proses sintesis hormone dimulai di bagain otak
yang disebut hipotalamus. Hipotalamus melepaskan tyrotropin realizing
hormone (TRH). Kemudian TRH berjalan melalui pleksus vena yang
terletak di tangkai hipofisis ke kelenjer pituitary, juga di otak sebagai
tanggapan, kelenjar pituitary kemudian mengeluarkan Tyroid
Stimulating Hormon (TSH) ke dalam darah. Perjalanan TSH ke kelenjar
tiroid dan merangsang tiroid untuk menghasilkan dua hormone tiroid, L-
Tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Kelenjar tiroid juga perlu
jumlah yang cukup yodium diet untuk dapat menghasilkan T4 dan T3.
Peraturan produuksi hormone tiroid untuk mencegak kelebihan
produksi atau rendahnya produksi hormone tiroidkelenjar pituitary dapat
merasakan beberapa banyak hormone dalam darah dan menyesuaikan
produksi hormone sesuai. Misalnya, ketika ada terlalu banyak hormone
tiroiid dalam darah. TRH dan produksi TSH keduanya menurun.
Pengaruh jumlah ini adalah untuk mengurangi jumlah TSH dilepaskan
dari kelenjar pituitary dan mengurangi produksi hormone tiroid dalam
darah normal. Cacat pada jalur-jalur peraturan dapat mengakibatkan
hipotirodisme atau hipertirodisme (Sherwood, 2015).
Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin,
Tetraiodothyronin dan Thyroxin )  yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin,
serta kerja daripada hormon-hormon lain. Pada janin kelenjer tiroid
mulai terlihat berbentuk pada saat janin berukuran 3,5- 4 mm, diakhir
bulan pertama kehamilan.
Fungsi utama hormon tiroid T3  dan T4 adalah mengendalikan
aktifitas metabolic seluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai alat pacu
umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada
kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar
enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen
dan oleh perubahan sifat responsive jaringan terhadap hormone yang
lain. Hormone tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting
bagi perkembangan otak. Adanya hormone tiroid dalam jumlah yang
adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya
yang luas terhadap metabolisme seluler, maka hormone tiroid sangat
mempengaruhi setiap system yang penting.
Penyakit-penyakit kelenjar tiroid dapat berupa :
a. Pembentukan hormone tiroid yang berlebihan (hipertitodisme)
b. Defisiensi produksi hormone (hipotirodisme)
c. Pembesaran tiroid (Goiter) tampa bukti adanya pembentukan hormone
tiroid abnormal.
Selaian itu, pasien yang memiliki penyakit sistemik dapat mengalami
perubahan metabolism tiroksin dan fungsi tiroid.

C. ETIOLOGI
Kelenjar tiroid membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3)
yang memainkan peran penting dalam cara fungsi seluruh tubuh. Jika kelenjar
tiroid membuat terlalu banyak T4 dan T3, ini didefinisikan sebagai hipertiroid.
Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit gangguan
autoimun Graves '. Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang
dihasilkan oleh tubuh untuk melindungi terhadap virus atau bakteri) yang
disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang menyebabkan kelenjar
tiroid membuat terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit Graves berjalan dalam
keluarga dan lebih sering ditemukan pada wanita.
Hyperteroid djuga bisa disebabkan oleh nodular atau multinodular
gondok beracun, yang merupakan benjolan atau nodul pada kelenjar tiroid yang
menyebabkan tiroid untuk memproduksi berlebihan hormon tiroid. Selain itu,
radang kelenjar tiroid yang disebut tiroiditis-akibat virus atau masalah dengan
sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan sementara gejala hipertiroid. Selain
itu, beberapa orang yang mengonsumsi terlalu banyak yodium (baik dari
makanan atau suplemen) atau yang mengambil obat yang mengandung yodium
(seperti amiodaron) dapat menyebabkan kelenjar tiroid untuk kelebihan hormon
tiroid. (Aleppo, G. 2015)
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu:
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan
merupakan penyebab hypertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Diduga
penyebabnya adalah penyakit autoimun, dimana antibody yang ditemukan
dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating imunogirobulin (TSI anti
bodies ), tyroid peroksidase antibodies ( TPO ) dan TSA receptor antibodies
( TRAB ) pencetus kelainan ini adalah stress, merokok, radiasi, kelainan mata
dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir
dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tyroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toksik berarti hypertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tyroid yang
berlebihan.
3. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan
sehingga merangsang tyroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
4. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
5. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi yang berlebihan bisa menimbulkan hypertiroid, kelainan
ini biasanya timbul apabila sebelumnya sipasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tyroid.
6. Minum obat hormon tyroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat
tyroid, adapula orang yang minum hormon tyroid dengan tujuan menurunkan
bada hingga timbul efek samping. (NANDA NIC-NOC. 2013)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Kelelahan atau kelemahan otot
2. Tremortangan
3. perubahan suasana hati
4. Kegugupanatau kecemasan
5. Denyut jantung yang cepat
6. Jantung berdebar-debarataudenyut jantung tidak teratur
7. kekeringan kulit
8. kesulitan tidur
9. berat badan
10. Peningkatan frekuensi buang air besar
11. Perubahannafsu makan(penurunan atau peningkatan)
12. Sulit tidur (insomnia)
13. Intoleransi panas
14. Berkeringat banyak
15. Mata melotot
16. Cepat marah
17. Sesak napas
18. Kelumpuhan mendadak
19. Tremor
20. Berat badan turun
21. Pusing
22. Gatal-gatal
23. Penipisan rambut
24. Kenaikan gula darah
(Milas, K. 2014).

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hyperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih
besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang ”menyerupai” TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut
merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormone
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolism tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolism yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme menyebabkan terjadinya tremor
otot halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada system kardiovaskuler.
Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi auroimun yang
mengenai darah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola
mata terdesak keluar.
F. PATHWAY
Hipotalamus

Hipofisis Anterior Hormone pelepas (tirotropin)

Hormone perangsang Tiroid hipertrofi (peningkatan


tiroid (TSH) sekresi yodium) Tiroksin imonuglobin

Hipertiroid

Peningkatan frekuensi dan


Metabolisme meningkat
kontraksi jantung

Peningkatan konsumsi O2 System kardiovaskuler

Pemakaian glukosa sel System saraf - Takikardi


- TD, nadi
Pemecahan lemak dan - Nerfus - Angina
protein - Kelelahan - Gagal jantung
- Mudah terangsang
- Ansietas

Otot dan tulang Kulit Peningkatan kebutuhan


kalori
Kelelahan otot Peningkatan suhu tubuh
Prepubertas &
Intoleransi aktivitas Gangguan system perkembangan seksual
Reproduksi terlambat, menstruasi
terganggu, amenore

WOC (NANDA NIC-NOC)


G. KOMPLIKASI
Hipertiroidisme tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius,
terutama yang berkaitan dengan jantung.
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan jantung :
- Aritmia (detak jantung abnormal, sepertiatrial fibrilasi)
- Dilatasi jantung (peningkatan ukuran rongga jantung, yang sebenarnya
menipis otot jantung dan gagal jantung kongestif)
- Serangan jantung mendadak
- Hipertensi
Jika tidak hipertiroid tidak diobati, akan mengalami resiko terkena
osteoporosis. Secara bertahap akan kehilangan kepadatan mineral tulang karena
hipertiroidisme yang tidak terkontrol dapat menyebabkan tubuh untuk menarik
kalsium dan fosfat dari tulang dan mengeluarkan terlalu banyak kalsium dan
fosfor (melalui urine dan feses). (Milas, K. 2014)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Tes darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
(NANDA NIC-NOC. 2013)

I. PENATALAKSANAAN
Hipertiroidisme dapat diobati dengan obat-obat antitiroid yang
mengganggu produksi hormon tiroid (terutama methimazole, propylthiouracil
sekarang digunakan hanya untuk perempuan pada trimester pertama kehamilan).
Pilihan lain adalah terapi yodium radioaktif untuk merusak sel-sel yang
membuat hormon tiroid. Dalam kasus yang jarang terjadi di mana wanita tidak
menanggapi atau memiliki efek samping dari terapi ini, operasi untuk
mengangkat tiroid (salah satu bagian dari seluruh kelenjar) mungkin diperlukan.
Pilihan pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari keparahan dan
gejala , usia , apakah sedang hamil, kondisi lain yang mungkin dimiliki, dan
potensi efek samping dari obat.

Selain perawatan ini, dokter juga mungkin meresepkan beta-blocker


untuk memblokir efek dari hormon tiroid pada tubuh. Sebagai contoh, beta-
blocker membantu memperlambat detak jantung yang cepat dan mengurangi
getaran tangan. (Aleppo, G. 2015.

Ada mudah perawatan yang tersedia dan efektif untuk semua jenis umum
dari hipertiroid. Beberapa gejala hipertiroid (seperti tremor dan palpitasi, yang
disebabkan oleh kelebihan hormon tiroid yang bekerja pada sistem jantung dan
saraf) dapat ditingkatkan dalam beberapa jam dengan obat yang disebut beta-
blocker (misalnya, propranolol, Inderal).

Obat ini memblokir efek dari hormon tiroid tetapi tidak memiliki efek
pada tiroid itu sendiri, sehingga beta blockers tidak menyembuhkan hipertiroid
dan tidak mengurangi jumlah hormon tiroid yang diproduksi; mereka hanya
mencegah beberapa gejala. Untuk pasien dengan bentuk sementara
hipertiroidisme (tiroiditis atau minum obat tiroid berlebih), beta blockers
mungkin satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan. Setelah tiroiditis
(peradangan kelenjar tiroid) menyelesaikan dan hilang, pasien dapat berhenti
minum obat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Pengkajian
1. Identitas Pasien
Paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Frekuensi pada
wanita 5 kali lebih sering dari pada pria
2. Riwayat Kesehatan (Welsby, 2010)
a. Keluhan Utama:
Klien biasanya mengeluh merasa lelah, tidak tahan dingin, haid yang
deras, keringat berkurang, kulit terasa kering dan dingin, suara parau,
edema pada kelopak mata bawah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Tanyakan kepada klien apakah mengalami haid yang deras dan lama serta
merasa lemah, keringat berkurang, tidak tahan dingin, odema kelopak mata
bawah. Tanyakan apakah tambah berat pada waktu pagi dan cuaca dingin
serta setelah aktivitas sedang dan berat. Tanyakan pada klien usaha yang
telah dilakukan dalam menangani keluhan nyeri, serta mengkonsumsi
obat-obat hipotiroidisme dan bagaimana pengontrolannya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau pengobatan hipertiroid
sebelumnya yang berlebihan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarga klien, kaji kelain kongenital waktu kecil, riwayat
persalinan, riwayat penyakit DM, kardiovaskuler, dan infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik (Tucker, 1998)
a. Keadaan Umum: somnolen
b. TTV
TD : < 80/120 mmHg (menurun)
RR : < 20 kali/menit
N : < 80 kali/menit
T : < 36,5 oC
c. Neurologi
1) Letargi
2) Bicar pelan, monoton, tidak terdengar
3) Gangguan memori
4) Kongnitif melambat
5) Perubahan kepribadian : puas dengan diri sendiri, tumpul, apatis
6) Nistagmus
7) Kebutaan malam
8) Kehilangan pendengaran preseptif
9) Parestesia
10) Tremor intensi
11) Refreks tendon dalam melambat
12) Ataksia
13) Somnolen
14) Sinkope
d. Muskuloskaletal
1) Mialgia
2) Artralgia
3) Keletihan
e. Kardovaskular
1) Intoleran pada dingin
2) Penurunan keringat
3) Tekanan darah menyempit
4) Binyi jantung menghilang
5) Nyeri prekordial
f. Pernafasan
1) Sakit tenggorokan
2) Sesak nafas dengan latihan ringan
g. Pencernaan/nutrisi
1) Peningkatan berat badan yang tidak jelas
2) Anoreksia
3) Konstipasi
4) Distensi abdomen
5) Asites
h. Seksual/reproduksi
1) Menuragi, metroragi, amenorea
2) Penurunan libido
3) Penurunan fertilitas : aborsi sepontan
4) Inpotensi
i. Integumen
1) Kulit : pucat, kering, kasar, keras
2) Edema nonpitting : lengan, kaki, periorbital
3) Kelopak mata atas turun
4) Pembesaran lidah dan bibir
5) Rambur kasar dan tipis
6) Kuku : rapuh, pertumbuhan lambat, tebal
4. Pemeriksaan diagnostik/Laboratorium
a. Elektrokardogram (EKG) : voltase rendah, perubahan segmen ST non
spesifik, perpanjangan interval PR, blok jantung, pedataran atau inversi
gelombang T
b. Penurunan T3 dan T4 bebas
c. Tes ambilan radioiodida menurun (RAIU)
d. Penurunan T3 dan T4 serum
e. Penurunan natrum serum
f. Kadar TSH bila digunakan : rendah bila hipotiroidisme sekunder; menigkat
bila hipotiroidisme primer
g. Peningkatan serum : kolesterol, trigliserida, CPK, alkalin fosfatase
h. Peningkatan protein dalam cairan serebrospinal (CSS)
i. Gas-gas darah arteri : hipoksia, peningkatan CO2
j. Anemia normostik, normokromik
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah
sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi
3.Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan)
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.

C. Perencanaan / Intervensi.
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba normal.
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh
otot jantung atau iskemia.
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah
jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan
volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
e. Catat masukan dan keluaran Askep Klien Hipertiroidisme
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan
dehidrasi berat.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan
tingkat energi
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia
mungkin ditemukan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan
metabolisme
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti
massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
1) Nafsu makan baik.
2) Berat badan normal
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan
sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi
antitiroid
c. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-
zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang
sesuai
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata,
terbebas dari ulkus
Intervensi :
a. Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
b. Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan
retro-orbita
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap Askep Klien
Hipertiroidisme
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
imsomnis
b. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi
c. Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi
d. Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan
kriteria Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan
pilihan berdasarkana informasi
b. Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang
muncul akan menentukan tindakan pengobatan
c. Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah
pengobatan selama 5 tahun kedepan.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologik,peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan
pola tidur
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan
dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
a. Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori Askep Klien
Hipertiroidisme
b. Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional : Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas
meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi
psikotik yang sesungguhnya
c. Kaji tingkat ansietas
Rasional : Ansietas dapat merubah proses pikir
d. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
Rasional : Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan
hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengara.
e. Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
Rasional : Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran
pada realita/lingkungan
f. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional : Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau
obat anti psikotik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi
untuk meningkatkan proses pikir.

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari
ulkus
5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam
berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
DAFTAR PUSTAKA

Allepo, G. (2015). Hyperthyroidism Overview. Retrieved from www.


Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Milas, K. (2014). Hyperthyroidism Symptoms. Retrieved from www.


Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Milas, K. (2014). Hyperthyroidism Complication. Retrieved from www.


Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Norman, J. (2010). Hyperthyroidism Operactivity of the Thyroid Gland. Retrieved from


www. Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). NANDA NIC-NOC. (jilid 1 & 2). Yogyakarta :
MediaAction

Rehan, K. M. (2014). Papillary Thyroid Cancer Risk Factor. Retrieved from www.
Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Toft, D. J. (2014). Graves’ Disease Overview. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015

P.D Welsby. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. EGC.Jakarta.2010

Tucker.. standar perawatan pasien, edisi:3, EGC, Jakarta. 1998

Anda mungkin juga menyukai