Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“RESIKO BUNUH DIRI”

A. Tinjauan Medis.
1. Pengertian.
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku yang mengakhiri kehidupan. Perilaku ini
biasanya disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana
individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam
mengatasi masalah (Kusumawati dan Hartono, 2015).
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa. Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku
destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Firdaus 2016).
Klasifikasi bunuh diri menurut Yosep (2010) mengklasifikasikan tiga
jenis buhuh diri, meliputi;
a. Bunuh diri anomik, adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressfull) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
b. Bunuh diri alruistik, adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh diri egoistik, adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
d. Bunuh diri fatalistik, dimana anomi terjadi pada situasi dimana nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri
fatalistik adalah dimana jika nilai norma dan nilai yang ada meningkat.

PROFESI NERS STIKES 1


WNP
2. Psikodinamika.
Berbagai penyebab yang ada yang menjadi alasan seseorang untuk
mengakhiri hidupnya diantaranya; kegagalan beradaptasi, perasaan
teriosolasi gagal hubungan, sikap bermusuhan dan cara untuk mengakhiri
keputusasaan. Pada dasarnya seseorang dengan resiko bunuh diri akan
melewati tahap tahap berikut.
a. Suicidal ideation; sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi
atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan
idenya apabila tidak ditekan.
b. Suicidal intent; pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan
perencanaan yang kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
c. Suicidal threath; pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yang dalam bahkan ancaman yang nyata untuk mengakhiri
hidupnya.
d. Suicidal gesture; pada tahap ini klien menunjukkan perilaku dekstruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
e. Suicidal attempt; pada tahap ini perilaku dekstruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan. (Firdaus, 2016).
Stuart dan Sundeen (2006) dalam Linka (2015) mengungkapkan semua
perilaku bunuh diri serius apapun tujuannya. Orang yang siap bunuh diri
adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan dengan
rencana yang spesifik. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga
kategori;
a. Ancaman bunuh diri.
Peningkatan verbal dan non verbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambevalenci seseorang tentang kematian sementara kurangnya respon
positif diartika seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.

PROFESI NERS STIKES 2


WNP
b. Upaya bunuh diri.
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri.
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu
individu tersebut mengalami depresi berat akibat suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya.

Peningkatan verbal dan non verbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh


diri

Ancaman bunuh diri

Ambivalensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

Gambar.1 proses perilaku bunuh diri (Stuart dan Sundeen, 2006 dalam
Linka 2015)

PROFESI NERS STIKES 3


WNP
Harga diri rendah
Effect
Resiko mencederai diri sendiri

Core problem Resiko bunuh diri


Resiko mencederai diri sendiri
u
Causa Koping individu tidak efektif

Halusinasi

Gangguan konsep diri


Isolasi sosial/ menarik
diri

Gambar 2, Pohon Masalah

3. Tanda dan Gejala.


Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah
sakit adalah perilaku kekerasan di rumah.
Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :
a. Observasi
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara ynag tinggi,
berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas
makanan, memukul jika tidak senang
b. Wawancara.
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah.Tanda-tanda marah
yang dirasakan klien.
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Implusif
5) Menunjukkanperilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri

PROFESI NERS STIKES 4


WNP
7) Verbal terselubung (bicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan)
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic,
marah, dan mengasingkan diri)
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien tyerlihatsebagai orang yang
depresi, psikotis, dan menyalahgunakan alkohol)
10) Kesehatan fisik (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
mengalami kegagalan dalam karier)
11) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
12) Konflik interpersonal
13) Latar belakang keluarga
14) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil. (Linka, 2015).
4. Faktor Predisposisi.
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
preidisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
a. Psikologis.
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk.Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku.
Reinforcement yang dietrima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya.
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasaan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (premisive).
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut

PROFESI NERS STIKES 5


WNP
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Stuart & Sundeen 1999
dalam Linka, 2015).
5. Faktor presipitasi.
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasaan merupakan faktor penyebab
yang lain. Interkasi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan. (Kusumawati & Hartono, 2015).
Linka (2015) memeri pendapat bahwa melakukan percobaab bunuh diri
merupakan dampak dari perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan
beradaptasi sehingga tidak dapat menhadapi stress, perasaan marah/
bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri serta cara
untuk mengakhiri keputusasaan.

6. Rentang Respon.

Rentang respons protektif diri

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Peningkatan Dekstruktif Dekstruktif Pencederaan


Bunuh diri
resiko diri (resiko) diri tidak diri
langsung

Gambar 2.1 Rentang Respon Protektif Diri


sumber : Firdaus (2016)

PROFESI NERS STIKES 6


WNP
a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
b. Berisiko deskruktif.
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
segharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Deskruktif diri tidak langsung.
Seseorang tidak mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptive)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena apandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak
loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang. (Firdaus, 2016)
7. Mekanisme Koping.
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping allternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme
koping.Ancaman bunuh diri mungkin menujukkan upaya terakhir upaya
terkahir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatsi

PROFESI NERS STIKES 7


WNP
masalah.Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang. (Kusumawati & Hartono, 2015).
8. Dampak yang Ditimbulkan.
a. Resiko cedera pada diri sendiri.
b. Gangguan konsep diri/ citra tubuh.
c. Kehilangan dan berduka. (Linka, 2015).

B. Tinjauan Keperawatan.
1. Pengkajian.
Subjektif :
a. Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
e. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan.
f. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
g. Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasaan saat kecil.
Objektif :
a. Implusif
b. Menujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
c. Ada riwayat penyakit mental (depresi), psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol
d. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis, atau penyakit terminal)
e. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier.
f. Status perkawinan yang tidak harmonis. (Kusumawati & Hartono, 2015).
2. Masalah Keperawatan.
Resiko bunuh diri

PROFESI NERS STIKES 8


WNP
3. Rencana Tindakan Keperawatan.
Tujuan Criteria evaluasi Intervensi
Pasien tetap aman dan Setelah……x SP 1
selamat pertemuan, pasien a. Identifikasi benda-
mampu benda yang dapat
Mengidentifikasi benda- membahayakan pasien
benda yang dapat b. Amankan benda-benda
mengendalikan yang dapat
dorongan bunuh diri membahayakan pasien
c. Lakukan kontrak
treatment
d. Ajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
e. Latih cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah…….x SP 2
pertemuan, pasien a. Identifikasi aspek
mampu positif pasien
mengidentifikasi aspek b. Dorong pasien untuk
positif dan mampu berfikir positif terhadap
menghargai diri sebagai diri
individu c. Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah …….x SP 3
pertemuan, pasien a. Identifikasi pola koping
mampu yang biasa diterapkan
mengidentifikasi pola pasien
koping yang konstruktif b. Nilaip pola koping
dan mampu yang bisa dilakukan
menerapkannya c. Identifikasi pola koping
yang konstruktif
d. Dorong pasien memilih
pola koping yang
konstuktif
e. Anjurkan pasien
menerapkan pola
koping yang konstruktif
dalam kegiatan harian
Setelah ...... kali SP 4 P
pertemuan pasien a. Buat rencana masa
mampu membuat depan yang realistis
rencana masa depan bersama pasien
yang realistis dan b. Identifikasi cara
mampu melakukan mencapai rencana masa

PROFESI NERS STIKES 9


WNP
kegiatan depan yang realistis
c. Beri dorongan pasien
melakukan kegiatan
dalam rangka meraih
masa depan yang
realistis
Keluarga mampu Setelah .... kali SP 1 K
merawat pasien pertemuan keluarga a. Diskusikan masalah
dengan resiko bunuh mampu merawat pasien yang dirasakan
diri dan mampu menjelaskan keluarga dalam
pengertia, tanda dan merawat pasien
gejala serta jenis b. Jelaskan pengertian,
perilaku bunuh diri tanda dan gejala resiko
bunuh diri dan jenis
perilaku bunuh diri
yang dialami pasien
beserta proses
terjadinya
c. Jelaskan cara-cara
merawat pasien resiko
bunuh diri
SP 2 K
a. Latih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
resiko bunuh diri
b. Latih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien resiko
bunuh diri
SP 3 K
a. Bantu keluarga
membuat jadwal
aktifitas di rumah
termasuk minum obat
b. Jelaskan follow up
pasien setelah pulang

PROFESI NERS STIKES 10


WNP
Daftar Pustaka

Budi Anna, K. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC : Jakarta.

Firdaus , 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Salemba Medika; Yogyakarta.

Kusumawati dan Hartono, 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.

Linka, 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa ed. II. BITI; Palembang

Yosep, 2015. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama; Bandung.

PROFESI NERS STIKES 11


WNP

Anda mungkin juga menyukai