DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
MAHASISWA PROFESI NERS
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK V
SULAWESI TENGAH
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.3 TUJUAN........................................................................................................................5
3.1 PENGKAJIAN..............................................................................................................26
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................55
4.1 KESIMPULAN.............................................................................................................55
4.2 SARAN..........................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN TEORITIS
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. The diagnostic and statistical of mental
Disorder (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan tentang
kesulitan mengawali tidur dan menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak
restoratif minimal satu bulan terakhir (Nurlia, 2016)
Jadi, insomnia adalah gangguna itdur yan dimana membuat penderitanya tidak memiliki
kualitas dan kuantitias tidur yang baik, sering terbangun shingga tidak dapat mencukupi
kebutuhan tidurnya dengan baik.
Hal ini membuktikan bahwa stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab
dari insomnia kronis. Tingkat tuntunan yang tinngi atau keinginan yang tidak tercapai,
hingga berita-berita kegagalan sering mamicu terjadinya insomnia transient. Orang-orang
yang memiliki masalah-masalah stress, sering kali mengalami insomnia.
b)Berdasarkan Problem psikiatri
Hal ini membuktikan bahwa perasaan yang berlebihan, neorosa (gangguan jiwa),
dangan gangguan psikologi lainnya juga sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
Hal ini membuktikan bahwa orang yang mengalami sakit fisik seperti sesak nafas
pada orang yang terserang asma, sinusitis, maupun flu yang menyebabkan hidung
tersumbat dapat menjadi penyebab gangguan tidur.
Gaya hidup yang tidaksehat juga dapat memicu terjadinya insomnia. Kebiasan
mengonsumsi alkohol, rokok, kopi (kafein), obat penurun berat badan, jam kerja tidak
teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
Berlebihan Banyak orang terbiasa dengan tidur siang setiap harinya, mungkin
mereka memerlukan istirahat total sekitar 10-30 menit dengan tidur siang. Hal ini bisa
disebut normal atau wajar. Mungkin mereka kelelahan bekerja sehingga butuh waktu tidur
siang sejenak. Mereka yang tidur berlebihan di siang hari sehingga akhirnya mereka
mengalami kesulitan tidur pada malam hari. (Nasution, 2016)
f)Pemarah
g)Bangun terlalu dini
Secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia yaitu:
a.Stress, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan
permasalahan yang sedang dihadapi.
c.Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal,
arthritis, atau penyakit mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.
d.Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi
penyebab insomnia.
e.Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur bisa
menyulitkan untuk tertidur.
f.Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant. Alkohol dapat
mengacaukan pola tidur.
g.Kurang berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan. (Nurlia, 2016)
Menurut klasifikasi diagnostik dari WHO pada tahun 008, insomnia dimasukkan
dalam golongan DIMS (Discorder of Innitine and Maintaining Sleep), yang secara praktis
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : insomnia primer dan insomnia sekunder.
Lanjut usia rentan mengalami insomnia karena adanya perubahan pola tidur. Pada
lanjut usia, tahap tidur yang terganggu biasanya adalah tahap ke NREM 4. Keluhan
insomnia pada lansia mencakup ketidakmampuan untuk tertidur, sering
terbangun,ketidakmampuan untuk kembali tidur, dan terbangun pada dini hari. Karena
insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan secara holistik baik biologis,
emosional, dan medis. Episode tidur REM pada lansia cenderung mengalami
pemendekan Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan NREM 4.
Pada beberapa lansia ditemukan tidak memiliki tahap NREM 4. Lanjut usia mudah
terbangun pada malam hari dan mengalami kesulitan untuk memulai tidur. Perubahan pola
tidur yang dialami oleh lansia disebabkan oleh perubahan pola sistem saraf pusat yang
mengatur pola tidur. Penurunan kondisi fisik dan sistem tubuh pada lansia mengurangi
sensitifitas waktu dalam pengaturan pola irama sirkadian. Perilaku tidur lansia mengalami
perubahan. Kesulitan untuk memulai tidur dimalam hari digantikan dengan tidur pada
siang hari. Hal ini dapat diakibatkan oleh munculnya penyakit kronik pada lansia seperti
lansia yang mengalami arthritis akan mengalami kesulitan tidur karena sulit untuk
relaksasi akibat nyeri yang dirasakan. Peningkatan jumlah tidur di siang hari pada lansia
meningkat seiring dengan kesulitan lansia untuk memulai dan mempertahankan tidur pada
malam hari. Kualitas tidur lansia mengalami penurunan disebabkan oleh menurunnya fungsi
tubuh. Menurunya fungsi tubuh juga dapat berdampak bagi kualitas tidur seseorang.
Beberapa masalah kesehatan yang dapat mengganggu kualitas tidur lansia adalah
arthritis, nyeri kronis, depresi, gastroesophageal reflux disease, dan masalah kesehatan
jantung. Lanjut usia dengan masalah kesehatan jantung mengalami kesulitan untuk
bernapas, nocturnal awakenings, kesulitan bernapas. Lima puluh hingga tujuh puluh persen
pasien dengan COPD dilaporkan mengalami kesulitan untuk memulai dan
mempertahankan tidur (Sihombing, 2016)
Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak yang tepat. Otak
menggunakan tidur sebagai proses aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih
semua sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel
saraf otak tidak mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal
menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi situasi stress
dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu dan tidak optimal
(Sihombing, 2016)
Dampak fisiologis dari kualitas tidur yang buruk adalah rasa kantuk berlebihan pada
siang hari, menurunnya kesehatan pribadi dan menyebabkan kelelahan. Pengkajian lebih lanjut
menyebutkan bahwa dampak fisik dari kualitas tidur yang tidak terpenuhi adalah peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah, peningkatan nafsu makan dan kadar glukosa, hingga
peningkatan hormon stress kortisol. Dampak psikologis dari kualitas tidur yang buruk adalah
penurunan fungsi kognitif. Selanjutnya, dikaitkan dengan peningkatan hormon stress kortisol
yang menyebabkan penurunan fungsi imunologi, perubahan pikiran yang negatif
(kontrafaktual) dan lebih emosional. Kualitas tidur yang tidak terpenuhi pada lansia dapat
menimbulkan rasa kecemasan yang lebih tinggi, meningkatkan ketegangan, mudah
tersinggung, kebingungan, suasana hati yang buruk, depresi, hingga penurunan kepuasan
hidup. Secara bersamaan hal ini akan berhubungan positif dengan melambatnya psikomotor
dan gangguan konsentrasi (Mitayani., 2018).
Apabila makan atau olahraga waktunya berdekatan dengan waktu tidur akan
mengganggu kemampuan untuk tidur dimalam hari. Pembahasan mengenai rasa ngantuk
sepanjang hari, menurunnya daya ingat dan konsentrasi, depresi, cemas, mudah
tersinggung, gangguaan dalam bekerja atau dirumah juga perlu ditanyakan pada orang sekitar
pasien untuk memastikan keluhan yang disampaikan pasien. Kondisi tidur seperti kondisi
ruangan meliputi pencahayaan, suhu, tingkat kebisingan, penggunaan TV, computer selama
waktu menjelang tidur juga perlu ditanyakan kerena akan mengurangi kemampuan untuk tidur.
Ditanyakan juga penanganan yang dilakukan sebelumnya dan efek yang ditimbulkan melalui
pengobatan tersebut. Beberapa penyakit yang timbul berbarengan dengan insomnia perlu
ditanyakan seperti penyakit medis (kardiovaskuler, paru-paru, saraf, gastrointestinal, ginjal,
endokrin), yang berhubungan dengan gangguan psikiatri (depresi gangguan bipolar, cemas,
panic psikosis) dan penggunaan zat seperti nikotin, alcohol, kafein) perlu ditanyakan jumlah
penggunaan, waktu dan frekuensinya.
a) Terapi Nonfarmakologi
1. Stimulus control: Melalui metode ini pasien diedukasi untuk mengunakan tempat tidur
hanya untuk tidur dan menghindari aktivitas lain seperti membaca dan menonton tv
di tempat tidur. Ketika mengantuk pasien datang ke tempat tidur, akan tetapi jika
selama 15- 20 menit berada disana pasien tidak bisa tidur maka pasien harus bangun
dan melakukan aktivitas lain sampai merasa mengantuk baru kembali ke tempat tidur.
Metode ini juga harus didukung oleh suasana kamar yang tenang sehingga
mempercepat pasien untuk tertidur. Dengan metode terapi ini, pasien mengalami
peningkatan durasi tidur sekitar 30-40 menit. Terapi ini tidak hanya bermanfaat
untuk insomnia primer tapi juga untuk insomnia sekunder jika dikombinasi dengan
sleep hygiene dan terapi relaksasi.
2. Sleep restriction: Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi frekuensi tidur dan
meningkatkan sleep efficiency. Pasien diedukasi agar tidak tidur terlalu lama
dengan mengurangi frekuensi berada di tempat tidur. Terlalu lama di tempat tidur akan
menyebabkan pola tidur jadi terpecah- pecah. Pada usia lanjut yang sudah tidak
beraktivitas lebih senang menghabiskan waktunya di tempat tidur namun, berdampak
buruk karena pola tidur menjadi tidak teratur. Melalui Sleep Restriction ini diharapkan
dapat menentukan waktu dan lamanya tidur yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Sleep higiene: Sleep Higiene bertujuan untuk mengubah pola hidup pasien dan
lingkungannya sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.6 Hal-hal yang dapat
dilakukan pasien untuk meningkatkan Sleep Higiene yaitu: olahraga secara teratur
pada pagi hari, tidur secara teratur, melakukan aktivitas yang merupakan hobi
dari usia lanjut, mengurangi konsumsi kafein, mengatur waktu bangun pagi,
menghindari merokok dan minum alkohol 2 jam sebelum tidur dan tidak makan daging
terlalu banyak sekitar 2 jam sebelum tidur.
4. Terapi relaksasi: Tujuan terapi ini adalah mengatasi kebiasaan usia lanjut yang
mudah terjaga di malam hari saat tidur. Pada beberapa usia lanjut mengalami
kesulitan untuk tertidur kembali setelah terjaga. Metode terapi relaksasi meliputi:
melakukan relaksasi otot, guided imagery, latihan pernapasan dengan diafragma,
yoga atau meditasi. Pada pasien usia lanjut sangat sulit melakukan metode ini karena
tingkat kepatuhannya sangat rendah.
5. Cognitive behavioral therapy: Cognitive Behavioral Therapy(CBT)merupakan
psikoterapi kombinasi yang terdiri dari: stimulus control, sleep retriction, terapi
kognitif dengan atau tanpa erapi relaksasi. Terapi ini bertujuan untuk mengubah
maladaftive sleep belief menjadi adaftive sleep belief. Sebagaicontoh:pasien
memiliki kepercayaan harus tidur selama 8 jam setiap malam, jika pasien tidur kurang
dari 8 jam maka pasien merasa kualitas tidurnya menurun. Hal ini harus dirubah
mengingat yang menentukan kualitas tidur tidak hanya durasi tetapi kedalaman tidur.
Dari penelitian yang dilakukan dengan metode randomized controlled studies oleh
NIH state-of-the-science Conference on Chronic Insomnia menyimpulkan CBT
efektif pada insomnia kronis. Chesson et al mengindikasikan CBT sebagai terapi
tunggal sedangkan Morin et al mengemukakan bahwa CBT harus dikombinasikan
dengan terapi lain untuk mendapatkan hasil yang optimal.Randomized placebo-
controlled trial oleh Morin et al pada 78 sampel (CBT=18 sampel, Temazepam=20
sampel, kombinasi CBT dengan Temazepam= 20 sampel, placebo= 20 sampel)
berumur rata-rata 65 tahun yang membandingkanantara CBT, temazepam dan
plasebo disimpulkan bahwa CBT lebih efektif dari temazepam. CBT dapat
menurunkan wake after sleep onset sebesar 55% sedangkan temazepam hanya 46,5%.
b) Terapi Farmakologi
1. Anamnese
a.Identitas Klien : Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan gangguan tidur
adalah nama, jenis kelamin, usia, karena banyak klien lansia yang mengalami
masalah gangguan tidur.
b.Keluhan Utama: Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan
tidur adalah klien mengeluh kesulitan untuk memulai tidur atau sering terbangun
pada waktu tidur.
c.Riwayat Kesehatan Sekarang : Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
keadaan klien saat ini, mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat
dilakukan pengkajian.
d.Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah
gangguan tidur sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
e.Riwayat Kesehatan Keluarga : Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang
mengalami gangguan tidur seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik
yang memengaruhi tidur seperti DM dan hipertensi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan tidur biasanya lemah.
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda Vital:
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Klien mengalami gangguan persepsi,
gangguan dalam memelihara kesehatan dan menangani masalah kesehatannya.
4. Pola eliminasi: Terjadi disuria atau poliuria tergantung pada ada atau tidaknyapenyakit
yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan pola eliminasi.
5. Pola tidur dan istirahat : Klien mengalami kesulitan memulai tidur, terbangun dalam
waktu yang lama atau terlalu dini dan sulit untuk kembali tidur. Untuk mengetahui kualitas
tidur dapat dilakukan pengkajian dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI). Pada klien yang mengalami gangguan tidur, skor akhir PSQI biasanya > 5.
6. Pola aktivitas dan istirahat : Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari karena kelemahan akibat gangguan tidur. Pengkajian kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan indeks KATZ
7. Pola hubungan dan peran : Menggambarkan hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah
keuangan.
9. Pola persepsi dan konsep diri : Klien tidak mengalami gangguan konsep diri. Untuk
mengkaji tingkat depresi klien dapat menggunakan tabel Inventaris Depresi Beck (IDB) atau
Geriatric Depresion Scale (GDS).
10. Pola seksual dan reproduksi : Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan
kebutuhan seksual.
11. Pola mekanisme/ penanggulangan stres dan koping : Klien menggunakan mekanisme
koping yang tidak efektif dalam menangani stres yang dialaminya.
12. Pola tata nilai dan kepercayaan : Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
(Mitayani., 2018)
Berhubungan dengan:
•Restraint fisik
Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam maka
diharapkan pola tidur membaik dengna kriteria hasil:
Tujuan:
Intervensi Keperawatan
Observasi:
Rasional: untuk mengetahui makanan dan minuman yang mengganggu tidur yang
dikonsumsi oleh klien
Terapeutik:
5. Modifiksi lingkungan (misal pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
Rasional: agar tidak ada gangguan pola tidur pada malam hari
10. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi:
14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
Rasional: memberikan penjelasan agar klien menggunakan obat tidur yang tidak
mengandung supresor
15. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (misal
psikologis, gaya, hidup, sering berubah shift bekerja)
e. Melakukan revisi atau modifikasi rencana keperawatan bila perlu. (Mitayani., 2018
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
1.Nama : Ny. NR
2.Umur : 68 Tahun
5.Status :Menikah
6.Agama : Kristen
7.Suku : Toraja
Rumah klien tampak bersih dan rapi. Penerangan didalam rumah baik. Sirkulasi
didalam rumah baik, tampak banyak jendela dan ventilasi udara.kamar mandi dan WC
diruangna terpisah bersebelahan, menggunakan tegel kermain, tampak bersih namun sedikit
licin. Pembungan air kotor di belakang rumah ± 10 m. Sumber air minum berasal dari air
dap yang kemudian dimasak. Pembuangna sampah berada dibelakang rumah ± 20 m dan
dibakar bila full. Sumber pencemaran dari pembakaran sampah.
D. RIWAYAT KESEHATAN
1.Riwayat Kesehatan
•Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : klien mengatakan susah tidur, tidur hanya
sebentaran dan sering terbangun. Klien
mengeluh kadang-kadang pusing.
•Upaya mengatasi: klien mengatakan tidak tahu cara mengatasinya, hanya berbaring
tutup mata hingga tertidur sendiri. kalau tidak
bisa tidur klien akan membaca alkitab
•Penyakit yang pernah diderita : klien mengatakan pernah sakit saraf terjepit
sekitar 2 tahun lalu
•Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : klien mengatakn tidak ada
alergi
•Riwayat pemakaian obat : klien mengatakan dulu waktu sakit saraf terjepit
pernah mengkonsumsi sangat banyak obat-obatan
seperri anti nyeri, dll. Tapi sudah lupa nama obat-
obatnya.
3.Pola Fungsional
Klien mengatakan tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak mengonsumsi
obat-obatan terlarang
b)Nutrisi metabolik
Klien mengatakan makan 3x/sehari, 1 porsi, nafsu makan baik, makan semua jenis
makan
c). Eliminasi
BAK: klien mengatakan frekuensi BAK 7-8 x/hari, dimalam hari klien BAK 3-4 kali.
Tidak ada keluhan BAK
BAB: klien mengatakan BAB setiap hari dipagi hari, tidak ada keluahan dan tidak
pernah memakai pencahar.
Klien mengatakan mandi sekali sehari. Hampir setiap pagi dan sore pergi ke kebun
dan melakukan aktivitas dirumah lainnya.
Klien mengatakan tidur siang paling ½ jam. Tidur malam hanya 2-3 jam, sering
terbangun, kalau ditempat tidur sulit tidur. Jam 7 malam menonton tv biasanya jam 9
tertidur, jam 11 tv dimatikan terbangun dan pindah ke kamar susah tidur, jam 12 tidur
jam 2 terbangun, jam 3 tidur jam 5 bangun dan sudah tidak tidur hingga pagi.
Klien mengatakan dirinya adalah orang tua yang sudah tua. Klien mengatakan tidak
tahu bagaimana orang lain memangdang dirinya krena orang punya pandangan yang
berbeda-beda
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan tetangga, begitupun dengan
keluarga.
i). Sexualitas
Klien mengatakan tidak stress hanya saja banyak pikiran, memikirkan bagaimana
hidup kedepannya. Kalau banyak pikiran klien akan menyanyi atau baca alkitab
untuk mengalihkan pikirannya.
Klien mengatakan selalu berserah kepada Tuhan, segala sesuatu terjadi atas izin
Tuhan. Klien mengatakan selalu pergi beribadah ke gereja dan mengikuti
persekutuan-persekutuan.
1.Suhu : 36° C
3.Nadi : 88 x/mnt
4.Respirasi : 24 x/mnt
5.Berat badan : 43 kg
1.Kepala
Kebersihan : bersih
2.Mata
Konjungtiva : tidak
Sklera :tidak
Strabismus : tidak
Penglihatan : Kabur
Peradangan : tidak
Katarak : tidak
3. Hidung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak
Penciuman : tidak
Kebersihan : baik
Mukosa :lembab
Peradangan/stomatitis : tidak
Gigi geligi : ada karies, ompong
Kesulitan mengunyah : ya
Kesulitan menelan : ya
5. Telinga
Kebersihan : bersih
Peradangan : tidak
6. Leher
7. Dada
Bunyi : resonan
8. Abdomen
Bentuk : flat
Kembung : tidak
Bising usus : ada, frekwensi: 7 kali/menit
9. Genetalia
Kebersihan : bersih
10. Ekstremitas
Kekuatan otot : 5 untuk ekstremitas atas dan bawah, kiri dan kanan
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
Tremor : tidak
Refleks
Kanan Kiri
Biceps +
Triceps +
Knee +
Achiles +
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat
11. Integumen
Kebersihan : baik
Warna : tidak
Kelembaban : Kering
G. PENGKAJIAN KHUSUS
1. Apgar Keluarga
NO BENAR SALAH
ITEM PENILAIAN
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? √
2. Musim apa sekarang ? √
3. Tanggal berapa sekarang ? √
4. Hari apa sekarang ? √
5. Bulan apa sekarang ? √
6. Dinegara mana anda tinggal ? √
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? √
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? √
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? √
10. Di desa mana anda tinggal ? √
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11. meja √
12. taplak √
13. pulpen √
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K √
15. A √
16. P √
17. A √
18. B √
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
Diatas
19. pulpen √
20. meja √
21. taplak √
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. kertas √
23. pintu √
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ √
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! √
26. Lipat dua ! √
27. Taruh dilantai ! √
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata √
29. Tulis satu kalimat √
30. Salin gambar √
JUMLAH 30
Kesimpulan : klien mendapatkan nilai 30, artinya tidak mengalami kerusakn kognitif
Analisis hasil :
Nilai< 21 : Kerusakankognitif
Nilai ≥ 22 yang artinya pasien tidak mengalami kerusakn kognitif
NO LANGKAH
1 MINTA PASIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN TANGAN
DIRENTANGKAN KEDEPAN
2 BERI TANDA LETAK TANGAN I
3 MINTA PASIEN CONDONG KEDEPAN TANPA MELANGKAH SELAMA
1-2 MENIT, DENGAN TANGAN DIRENTANGKAN KE DEPAN
4 BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI CONDONG
5 UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II
INTERPRETASI :
NO LANGKAH
1 POSISI PASIEN DUDUK DIKURSI
2 MINTA PASIEN BERDIRI DARI KURSI, BERJALAN 10 LANGKAH
(3METER), KEMBALI KE KURSI, UKUR WAKTU DALAM DETIK
Score:
NO PERTANYAAN
Tidak Ya
SKOR5-9 : KEMUNGKINANDEPRESI
- A m b u la n 4√
- A m b u l a n d e n g a n b a n t uan 3
- H a n y a b i s a d u du k 2
- T i d u r an 1
Mobilitas:
- B e r g e ra k b e b as 4 √
- S e d i ki t t e r b a t as 3 -Inkontinensia
-Sangatterbatas 2 a l v i & u ri n1
- Tak b i s a b e r g e r ak 1 Skor Total :
Inkontines: 20 (kecil terjdi Decubitus)
-Tidak 4
K a t a g o r i s ko r 15 -
-Kadang-kadang 3
20 =Kecilsekal
-SeringInkontinesia urin 2
i / t a k t e r j a di
12 -15 = K e m u n g k i n a n k e c i l t e r j a di
< 12 = K e m u n g k i n a n b e s a r t e r j a di
Data Subjektif:
1. klien mengatakan susah tidur, tidur hanya sebentaran dan sering terbangun, tidur
hanya 2-3 jam. Klien mengatakan mudah tertidur kalau didepan tv tetapi ketika
pindah ke kamar tidak bisa tidur
2. klien mengatakan karena terlalu bayak pikiran, ketika tuutp mata ada saja hal-hal
yang muncul dipikiran sehingga tidak bisa tidur
3. Klien mengatakan tidur siang paling ½ jam. Tidur malam hanya 2-3 jam, sering
terbangun, kalau ditempat tidur sulit tidur. Jam 7 malam menonton tv biasanya
jam 9 tertidur, jam 11 tv dimatikan terbangun dan pindah ke kamar susah tidur,
jam 12 tidur jam 2 terbangun, jam 3 tidur jam 5 bangun dan sudah tidak tidur
hingga pagi
4. Klien mengeluh kadang-kadang pusing
5. Klien mengatakan penglihatann masih bagus, tetapi kalau untuk membaca tulisan
kecil sudah tidak bisa dan harus pakai kacamata. Klien mengatakan pendengaran
telinga kiri masih bagus tetapi telinga kanan sedikit berkurang.
6. klien mengatakan frekuensi BAK 7-8 x/hari, dimalam hari klien BAK 3-4 kali.
7. Klien mengatakan sulit menelan, rasanya lehernya seperti sempit
Data Objektif:
terbangun, jam 3 tidur 12). Anjurkan melakukan meditasi 1-2 kali sehari.
Subjektif:
13. Mengidentifikasi sumber daya untuk aktivitas - Klien mengatakan klien senang dengan
yang di inginkan membuat kerajinan tangan dari daun kelapa
14. Memberikan penguatan positif untuk aktivitas Objektif:
yang dipilih. - Klien tampak senang saat di ajarkan dan
15. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang diberikan penguatan positif tentang sumber
dipilih daya yang dimilikinya
16. Melakukan kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas
Subjektif:
17. Mengidentifikasi kesediaan dan penerimaan - Klien bersedia dilakukan terapi pemijatan
dilakukan pemijatan. (relaksasi)
18. Melakukan pemijatan dengan tehnik yang - Klien mengatakan mengerti dengan tujuan
tepat. dan prosedur terapi
19. Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi. -
Klienmengatakanmerasarelakssetelahpemijatan
Objektif;
- Klientampakrelaks
2 Minggu, 24
Oktober 2021 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Subjektif:
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur - Klien mengatakan tidur malam masih sekitar
Jam 16.00 WITA (fisik dan/ psikologis) 2-3 jam, sering terbangun/tidur sulit tidur. Pola
3. Menganjurkan menghindari makanan/ tidur masih sama.
minuman yang mengganggu tidur - Klien mengatakan masalah sulit tidur masih
4. Menganjurkan untuk mengkonsumsi sama yaitu banyak pikiran
makanan/minuman yang dapat membantu - Klien mengatakan masih sama, masalah tidur
mengatasi masalah tidur nya bukan karena makanan
5. Melakukan prosedur untuk meningkatkan - Klien mengatakan sudah mencoba minum
kenyamanan susu sebelum tidur
Objektif:
- Klien tampak agak segar
- Tidak tampak kantong mata
15. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang menganyam daun kelapa menjadi keranjang
dipilih Objektif:
16. Melakukan kolaborasi dengan terapis okupasi Klien tampak senang diberikan penguatan
dalam merencanakan dan memonitor program positif dari aktivitas fisik yang dipilihnya
aktivitas
18. Melakukan pemijatan dengan tehnik yang - Klien mengatakan merasa relaks setelah
tepat. pemijatan dan dapat tidur sekitar 4-5 jam
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia yaitu
Stress,, depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi kelainan-kelainan kronis,
kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau
penyakit mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur, efek samping
pengobatan, pola makan yang buruk, kafein, nikotin, dan alkohol serta urang
berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.
3)Rencana keperawatan yang diberikan kepada Ny. NR sesuai dengan SIKI adalah
dukungan tidur, edukasi aktivitas/istirahat, dukungan meditasi, terapi aktivitas dan
terapi pemijatan yang didalamnya ada komponen observasi, terapeutik dan edukasi
denga kriteria hasil/tujuan yang diambil dari SLKI berdasarkan diagnosa yan
ditegakan
4)Tindakan (implementasi) keperawatan dilakukan selama 2 hari berturut-turut
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
4.2 Saran
1)Bagi Lansia
Sebaiknya lansia menerapkan pola hidup yang sehat seperi olahraga dan
mengurangi makan/minum dimalam hari agar daapt sedikit membantu
mengatasa gangguna tidur yang dirasakan. Selain itu, sebaiknya lansia dapat
mengatasi kecemasna yang dirasakan yang merupakan penyebab utama
ganggun tidur sehingga klien dapat mengkontrol tidurnya.
2)Bagi Perawat
Aisi, V. Z. (2017) Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery Terhadap Insomnia Pada
Lansia (Upt Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Mitayani., T. (2018) Penerapan Terapi Musik Pada Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Gangguan Tidur Di Bpstw Unit Budi Luhur Kasongan Bantul. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta
Nurlia (2016) Pengaruh Pola Tidur Sehat Terhadap Tingkat Insomnia Lansia. Uin Alauddin
Makassar.
Putri, N. N. (2019) Kondisi Insomnia Pada Lansia Setelah Diberikan Intervensi Senam
Lansia Di Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Tahun 2017. Universitas Binawan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
PROMOSI KESEHATAN
Disusun Oleh:
Kelompok V
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Waktu : 10 menit
C. SASARAN
Insomnia adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak
cukup tidur, meskipun terdapat waktu yang cukup untuk melakukannya. Insomnia
merupakan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun
kuantitas. Seseorang yang mengalami insomnia akan merasa tidurnya belum cukup
ketika terbangun dari tidur.
Lansia diatas 65 tahun normalnya membutuhkan waktu tidur selama 7-8 jam/ hari
Kunci utama mengatasi susah tidur nyenyak pada lansia adalah dengan
menghadirkan suasana tidur yang nyaman. Begitu kondisi kamar terasa nyaman,
tubuh akan lebih mudah menyesuaikan diri sehingga akan lebih cepat terlelap.
Orang dengan usia lanjut cenderung lebih sensitif dengan suara, cahaya, dan
udara panas. Maka itu, pastikan kamar tidur dalam kondisi tenang, gelap, dan sejuk.
Hindari berbagai hal yang bisa mengganggu tidur lansia seperti suara dan cahaya dari
televisi, handphone, atau laptop
Tanpa disadari, beberapa jenis makanan yang dikonsumsi oleh orang lanjut
usia dapat menjadi penyebab sulit tidur nyenyaknya selama ini. Untuk mengatasi
susah tidur pada lansia, hindari berbagai minuman yang mengandung kafein dan
alkohol. Pasalnya, dua zat tersebut dapat menyebabkan gangguan tidur. Kandungan
dalam kafein dapat membuat lansia lebih terjaga pada malam hari. Sementara itu,
alkohol memang dapat membuat seseorang menjadi lebih cepat mengantuk, namun
sayangnya juga membuatnya lebih cepat terbangun dan sulit tidur kembali.
Salah satu penyebab dari seseorang (termasuk lansia) maengalami sulit tidur
adakah karena kecemasan, kesedihkan, atau berbagai pikiran negatif yang
berkecambuk sebelum tidur. Dengan bercertia lansia dapat sedikit mengurangi beban
pikiranya dan dapat merasa lebih tenang sehingga dapat tidur.
E. METODE
F. MEDIA
1. Kriteria Struktur
2. Kriteria proses
3. Kriteria hasil
H. KEGIATAN PENYULUHAN
3. 5 Menit Evaluasi :
1. Meminta audience menjelaskan apa itu 1. Menjelaskan apa itu insomnia
2. Menjelaskan apa penyebab
insomnia
insomnia pada lansia
2. Meminta audience menjelaskan apa penyebab 3. Menjelaskan waktu tidur yang
dibutuhkan lansia
insomnia pada lansia
4. Menjelaskan sara mengatasi
3. Meminta audience menjelaskan waktu tidur sulit tidur pada lansia
yang dibutuhkan lansia
4. Meminta audience menjelaskan sara
mengatasi sulit tidur pada lansia
4. 1 Menit Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang 1.Memperhatikan
diberikan.
2. Mengucapkan salam penutup 2.Membalas salam