Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK


DI PUSKESMAS MABELOPURA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH
18-30 OKTOBER 2021

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V
MAHASISWA PROFESI NERS

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LAPORAN PENDOKUMENTASIAN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK
DI PUSKESMAS MABELOPURA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH
18-30 OKTOBER 2021

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK V

1. DADANG SURONO, S.Kep ( 2020032015 )


2. ISHAK, S.Kep ( 2020032036 )
3. IVON CAROLINA SAMATARA, S.Kep (2020032037 )
4. JIHAN RIZKI ANNISA, S.Kep ( 2020032038 )
5. JUMAHIRA, S.Kep ( 2020032039 )
6. NUR FATIMA S LATURU, S.Kep ( 2019032058 )
7. NUR HIKMA, S.Kep ( 2020032065 )
8. NURANISA AMBOLOLO ,S.Kep ( 2020032066 )
9. SUTRI ARININGSIH, S.Kep ( 2020032090 )
10. SUWARTY NURSAHARA U.P, S.Kep ( 2020032091 )

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. NR DENGAN INSOMNIA

DI PUSKESMAS MABELOPURA PALU

SULAWESI TENGAH

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................5

1.3 TUJUAN........................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................6

2.1 DEFINISI INSOMNIA..................................................................................................6

2.2 ETIOLOGI INSOMNIA................................................................................................6

2.3 MANIFESTASI KLINIS INSOMNIA..........................................................................7

2.4 FAKTOR RESIKO INSOMNIA...................................................................................8

2.5 KLASIFIKASI INSOMNIA..........................................................................................8

2.6 PATOFISIOLOGI INSOMNIA....................................................................................10

2.7 KOMPLIKASI INSOMNIA..........................................................................................10

2.8PROSEDUR DIAGNOSTIK INSOMNIA.....................................................................11

2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS INSOMNIA............................................................13

2.10 PENGAKJIAN KEPERAWATAN.............................................................................18

2.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................19

2.12 INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................................20

2.13 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN........................................................................23

2.14 EVALUASI KEPERAWATAN..................................................................................23

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................................26

3.1 PENGKAJIAN..............................................................................................................26

3.2 KLASIFIKASI DATA..................................................................................................41


3.3 ANALISA DATA..........................................................................................................42

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................................43

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................................44

3.6 CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN..................................................48

3.7 EVALUASI KEPERAWATAN....................................................................................54

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................55

4.1 KESIMPULAN.............................................................................................................55

4.2 SARAN..........................................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas,
maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dantidur untuk
memulihkan kembali kesehatannya (Sihombing, 2016). Lansia membutuhkan waktu tidur 6-7
jam per hari untuk mempertahankan kualitas tidurnya. Namun pada kenyataannya, lansia
mengalami gangguan untuk memenuhi kebutuhan tidurnya tersebut. Gangguan tidur yang
sering dialami lansia salah satunya adalah insomnia(Aisi, 2017).
Gangguan tidur di Indonesia menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun keatas.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Prevalens insomnia pada
lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 % (Mitayani., 2018). Menurut Bappenas, BPS, UNFPA,
2013, saat ini Indonesia tengah menghadapi pertumbuhan jumlah lansia (>60 tahun) karena
peningkatan harapan hidup dan pengurangan kesuburan total. Selama 10 tahun terakhir,
harapan hidup telah meningkat dari 70,9 tahun di 2015-2020 menjadi 72 tahun pada 2025-
2030. Selain itu, persentase lansia terus meningkat. Pada tahun 2015, persentase lansia
adalah 8,5% tetapi persentase ini diperkirakan sekitar 11,8% pada tahun 2025 (Putri, 2019).
Gangguan tidur sangat umum pada lansia, dengan insomnia menjadi gangguan tidur
yang paling umum. Insomnia didefinisikan sebagai "gangguan tidur kronis atau akut ditandai
dengan keluhan kesulitan memulai,dan/atau mempertahankan tidur, dan / atau keluhan
subjektif kualitas tidur yang buruk yang mengakibatkan gangguan siang hari dan laporan
gangguan tidur subjektif. Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan terus-menerus dengan
inisiasi tidur, durasi, konsolidasi, atau kualitas yang terjadi meskipun waktu dan
kesempatan yang cukup untuk tidur dan menghasilkan beberapa bentuk gangguan waktu siang
hari. Gejala-gejala siang hari biasanya termasuk kelelahan, penurunan mood atau lekas
marah, malaise umum dan gangguan kognitif, tetapi tidak tertidur selama siang hari (Putri,
2019)
Gangguan tidur yang tidak ditindaklanjuti dapat berdampak terhadap kualitas hidup,
produktivitas dan keselamatan kerja apabila lansia masih bekerja.. Untuk menangani
gangguan tidur dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik relaksasi (Mitayani., 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan masalah diatas adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
Ny. NR dengan insumnia di Puskesmas Mabelopura Palu, Sulawesi Tengah.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan UmuM

Secara umum, tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana pemberian asuhan


keperawatan gerontik pada Ny. NR dengan Insomnia di Puskesmas Mabelopura Palu,
Sulawesi Tengah

1.3.2 Tujuan Khusus

a)Untuk mengetahui konsep dasar insomnia

b)Untuk mengetahui pengakajian keperawatan pada Ny. NR dengan Insomnia di


Puskesmas Mabelopura Palu, Sulawesi Tengah

c)Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada Ny. NR dengan Insomnia di Puskesmas


Mabelopura Palu, Sulawesi Tengah

d)Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada Ny. NR dengan Insomnia di


Puskesmas Mabelopura Palu, Sulawesi Tengah

e)Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada Ny. NR dengan Insomnia di


Puskesmas Mabelopura Palu, Sulawesi Tengah

f)Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada Ny. NR dengan Insomnia di Puskesmas


Mabelopura Palu, Sulawesi Tengah
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Insomnia

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. The diagnostic and statistical of mental
Disorder (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan tentang
kesulitan mengawali tidur dan menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak
restoratif minimal satu bulan terakhir (Nurlia, 2016)

Insomnia merupakan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas


maupun kuantitas. Seseorang yang mengalami insomnia akan merasa tidurnya belum
cukup ketika terbangun dari tidur (Mitayani., 2018).

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas


maupun kuantitas. Jenis insomnia ada tiga macam yaitu tidak dapat memulai tidur,
tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga, dan bangun secara dini serta tidak
dapat tidur kembali (Aisi, 2017)

Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara


kualitas maupun kuantititas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali
seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering
dapat tidur lebih lama yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang (Sihombing,
2016).

Jadi, insomnia adalah gangguna itdur yan dimana membuat penderitanya tidak memiliki
kualitas dan kuantitias tidur yang baik, sering terbangun shingga tidak dapat mencukupi
kebutuhan tidurnya dengan baik.

2.2 Etiologi Insomnia

a)Berdasarkan Faktor Psikologis

Hal ini membuktikan bahwa stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab
dari insomnia kronis. Tingkat tuntunan yang tinngi atau keinginan yang tidak tercapai,
hingga berita-berita kegagalan sering mamicu terjadinya insomnia transient. Orang-orang
yang memiliki masalah-masalah stress, sering kali mengalami insomnia.
b)Berdasarkan Problem psikiatri

Hal ini membuktikan bahwa perasaan yang berlebihan, neorosa (gangguan jiwa),
dangan gangguan psikologi lainnya juga sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

c)Berdasarkan Sakit Fisik

Hal ini membuktikan bahwa orang yang mengalami sakit fisik seperti sesak nafas
pada orang yang terserang asma, sinusitis, maupun flu yang menyebabkan hidung
tersumbat dapat menjadi penyebab gangguan tidur.

d)Berdasarkan Faktor Lingkungan

Lingkungan berperan besar terhadap terjadinya insomnia seseorang. Lingkngannya


yang bising, seperti lingkungan lintasan pesawat terbang, lintasan kereta api, pabrik
dengan mesin-mesin yang terus beroperasi sepanjang malam atau suara TV yang keras
dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

e)Berdasarkan Gaya Hidup

Gaya hidup yang tidaksehat juga dapat memicu terjadinya insomnia. Kebiasan
mengonsumsi alkohol, rokok, kopi (kafein), obat penurun berat badan, jam kerja tidak
teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

f)Berdasarkan Tidur Siang

Berlebihan Banyak orang terbiasa dengan tidur siang setiap harinya, mungkin
mereka memerlukan istirahat total sekitar 10-30 menit dengan tidur siang. Hal ini bisa
disebut normal atau wajar. Mungkin mereka kelelahan bekerja sehingga butuh waktu tidur
siang sejenak. Mereka yang tidur berlebihan di siang hari sehingga akhirnya mereka
mengalami kesulitan tidur pada malam hari. (Nasution, 2016)

2.3 Manifestasi Klinis Insomnia

a)Kesulitan tidur secara teratur

b)Jatuh tidur atau merasa lelah di siang hari

c)Perasaan tidak segar atau merasa lelah setelah baru bangun

d)Bangun berkali-kali saat tidur

e)Kesulitan jatuh tertidur

f)Pemarah
g)Bangun terlalu dini

h)Masalah berkonsentrasi (Nurlia, 2016).

2.4 Faktor Resiko Insomnia

Secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia yaitu:

a.Stress, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan
permasalahan yang sedang dihadapi.

b.Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan keinginan untuk


tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi,
depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

c.Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal,
arthritis, atau penyakit mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d.Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi
penyebab insomnia.

e.Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur bisa
menyulitkan untuk tertidur.

f.Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant. Alkohol dapat
mengacaukan pola tidur.

g.Kurang berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan. (Nurlia, 2016)

2.5 Klasifikasi Insomnia

Menurut klasifikasi diagnostik dari WHO pada tahun 008, insomnia dimasukkan
dalam golongan DIMS (Discorder of Innitine and Maintaining Sleep), yang secara praktis
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : insomnia primer dan insomnia sekunder.

a. Insomnia primer: Insomnia primermerupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya


belum diketahui secara pasti. Sehinggadengandemikian, pengobatannya masih relatif
sukar dilakukan dan biasanya berlangsung lama atau kronis (Long term insomnia).
Insomnia primer ini sering menyebabkan semakin parahnya gangguan sulit tidur
tersebut. Sebagian penderita golongan ini mempunyai dasar gangguan psikiatris,
khususnya depresi ringan, menengah, sampai depresi berat. Adapun sebagian penderita
lain merupakan pecandu alkohol atau obat-obatan terlarang (narkotik). Kelompok yang
terakhir ini membutuhkan penangan yang khusus secara terpandu mencakup perbaikan
kondisi tidur (sleep invironment), pengobatan dan terapi kejiwaan (psikoterapi).
b. Insomnia sekunder: Insomnia sekunder merupakan gangguan sulit tidur yang
penyebabnyadapat diketahui secara pasti. Gangguan tersebut dapat berupa faktor
gangguan sakit fisik, maupun gangguan kejiwaan (psikis). Pengobatan insomnia sekunder
relatif mudah dilakukan, terutama dengan menghilangnya penyebab utama terlebih
dahulu. Insomnia sekunder dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Transient insomnia : Mereka yang menderita Transient insomnia biasanya adalah
mereka yang termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi dikarenakan suatu
stres atau suatu siatuasi penuh stress yang berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu
lama (misalnya perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang memlampaui zona
waktu, hospitalisasi dan sebagainya), tidak bisa tidur penyebab dari transient
Insomnia yaitu, penyakit akut, cedera atau pembedahan, kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, masalah dalam pekerjaan.
2. Short term insomnia: Mereka yang menderita Short term insomnia adalah mereka yang
mengalami stress situasional (kehilangan/kematian seoarang yang dekat, perubahan
pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke
lingkungan lain, atau penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya
sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.
3. Long term insomnia: Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu Long term
insomnia, untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan
untuk mengadakan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komperhensif
untuk dapat mengetahui etiologi dari insomnia ini.

2.6 Patofisiologi Insomnia

Lanjut usia rentan mengalami insomnia karena adanya perubahan pola tidur. Pada
lanjut usia, tahap tidur yang terganggu biasanya adalah tahap ke NREM 4. Keluhan
insomnia pada lansia mencakup ketidakmampuan untuk tertidur, sering
terbangun,ketidakmampuan untuk kembali tidur, dan terbangun pada dini hari. Karena
insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan secara holistik baik biologis,
emosional, dan medis. Episode tidur REM pada lansia cenderung mengalami
pemendekan Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan NREM 4.
Pada beberapa lansia ditemukan tidak memiliki tahap NREM 4. Lanjut usia mudah
terbangun pada malam hari dan mengalami kesulitan untuk memulai tidur. Perubahan pola
tidur yang dialami oleh lansia disebabkan oleh perubahan pola sistem saraf pusat yang
mengatur pola tidur. Penurunan kondisi fisik dan sistem tubuh pada lansia mengurangi
sensitifitas waktu dalam pengaturan pola irama sirkadian. Perilaku tidur lansia mengalami
perubahan. Kesulitan untuk memulai tidur dimalam hari digantikan dengan tidur pada
siang hari. Hal ini dapat diakibatkan oleh munculnya penyakit kronik pada lansia seperti
lansia yang mengalami arthritis akan mengalami kesulitan tidur karena sulit untuk
relaksasi akibat nyeri yang dirasakan. Peningkatan jumlah tidur di siang hari pada lansia
meningkat seiring dengan kesulitan lansia untuk memulai dan mempertahankan tidur pada
malam hari. Kualitas tidur lansia mengalami penurunan disebabkan oleh menurunnya fungsi
tubuh. Menurunya fungsi tubuh juga dapat berdampak bagi kualitas tidur seseorang.
Beberapa masalah kesehatan yang dapat mengganggu kualitas tidur lansia adalah
arthritis, nyeri kronis, depresi, gastroesophageal reflux disease, dan masalah kesehatan
jantung. Lanjut usia dengan masalah kesehatan jantung mengalami kesulitan untuk
bernapas, nocturnal awakenings, kesulitan bernapas. Lima puluh hingga tujuh puluh persen
pasien dengan COPD dilaporkan mengalami kesulitan untuk memulai dan
mempertahankan tidur (Sihombing, 2016)

2.7 Komplikasi Insomnia

Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak yang tepat. Otak
menggunakan tidur sebagai proses aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih
semua sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel
saraf otak tidak mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal
menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi situasi stress
dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu dan tidak optimal
(Sihombing, 2016)

Dampak fisiologis dari kualitas tidur yang buruk adalah rasa kantuk berlebihan pada
siang hari, menurunnya kesehatan pribadi dan menyebabkan kelelahan. Pengkajian lebih lanjut
menyebutkan bahwa dampak fisik dari kualitas tidur yang tidak terpenuhi adalah peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah, peningkatan nafsu makan dan kadar glukosa, hingga
peningkatan hormon stress kortisol. Dampak psikologis dari kualitas tidur yang buruk adalah
penurunan fungsi kognitif. Selanjutnya, dikaitkan dengan peningkatan hormon stress kortisol
yang menyebabkan penurunan fungsi imunologi, perubahan pikiran yang negatif
(kontrafaktual) dan lebih emosional. Kualitas tidur yang tidak terpenuhi pada lansia dapat
menimbulkan rasa kecemasan yang lebih tinggi, meningkatkan ketegangan, mudah
tersinggung, kebingungan, suasana hati yang buruk, depresi, hingga penurunan kepuasan
hidup. Secara bersamaan hal ini akan berhubungan positif dengan melambatnya psikomotor
dan gangguan konsentrasi (Mitayani., 2018).

2.8 Prosedur Diagnostik Insomnia

Penegakan diagnosis insomnia bisa didapat melalui anamnesis, dan pemeriksaan


tambahan seperti sleep wake diaries, aktigrapi, polisomnograpi. Melalui anamnesis yang
lengkap diagnosis insomnia dapat ditegakkan. Beberapa informasi yangharus didapatkan
seperti informasi yang mendalam mengenai keluhan yang dirasakan sangat dibutuhkan
untuk membantu menegakan diagnosis, seperti apakah insomnia yang dikeluhkan
berhubungan dengan gangguan saat memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun tidur
terlalu pagi, tidur yang tidak menyegarkan atau kombinasinya. Apabila gangguan memulai
tidur berhubungan dengan restless leg syndrome sedangkan gangguan bangun terlalu pagi
berhubungan dengan gangguan depresi.

Tambahan informasi seperti onset, frekuensi, penyakit penyerta, faktor yang


memperberat dan memperingan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Apabila perjalannya panjang tanpa diikuti penyakit penyerta menandakan insomnia primer
yang kronik, sedangkan insomnia yang disertai penyakit penyerta menandakan insomnia
sekunder. Ditanyakan jugajadwal tidur meliputi waktu tidur, latensi tidur, lamanya waktu
tidur, waktu untuk memulai kembali tidur, waktu bangun, waktu yang dihabiskan
ditempat tidur, waktu total tidur mesti dikaji. Apabila ditemukan pilihan waktu tidur
tidak sesuai dengan kenyataannya menandakan adanya gangguan tidur irama sirkadian.
Digali juga informasi mengenai aktivitas sehari-hari seperti jadwal kerja, makan, olahraga,
lama dan waktu tidur siang.

Apabila makan atau olahraga waktunya berdekatan dengan waktu tidur akan
mengganggu kemampuan untuk tidur dimalam hari. Pembahasan mengenai rasa ngantuk
sepanjang hari, menurunnya daya ingat dan konsentrasi, depresi, cemas, mudah
tersinggung, gangguaan dalam bekerja atau dirumah juga perlu ditanyakan pada orang sekitar
pasien untuk memastikan keluhan yang disampaikan pasien. Kondisi tidur seperti kondisi
ruangan meliputi pencahayaan, suhu, tingkat kebisingan, penggunaan TV, computer selama
waktu menjelang tidur juga perlu ditanyakan kerena akan mengurangi kemampuan untuk tidur.
Ditanyakan juga penanganan yang dilakukan sebelumnya dan efek yang ditimbulkan melalui
pengobatan tersebut. Beberapa penyakit yang timbul berbarengan dengan insomnia perlu
ditanyakan seperti penyakit medis (kardiovaskuler, paru-paru, saraf, gastrointestinal, ginjal,
endokrin), yang berhubungan dengan gangguan psikiatri (depresi gangguan bipolar, cemas,
panic psikosis) dan penggunaan zat seperti nikotin, alcohol, kafein) perlu ditanyakan jumlah
penggunaan, waktu dan frekuensinya.

Pemerikasaantambahan seperti sleep wake diaries, aktigrapi, polisomnograpi telah


dilakukan untuk membantu diagnosis walaupun validitasnya masih terbatas. Sleep wake diaries
merupakan pencatatan waktu tidur yang dilakukan selama 1-2 minggu, pencatatan ini berguna
untuk menegakkan pola tidur, variasi pada jam tidur, gangguan tidur dari hari kehari.
Aktigrafi merupakan metode objektif untuk mengevaluasi pola tidur dan beraktivitas
dengan menggunakan peralatan yang sensitif terhadap gerakan, digunakan pada
pergelangan tangan yang tidak dominant. Pada penelitian yang valid menunjukan hubungan
antara pola aktigrafi dan tidur yang dinilai melalui polisomnografi, walaupun aktigrafi dapat
melebih-lebihkan jumlah nyata dari tidur. Aktigrafi bertujuan untuk memeriksa pola-pola
yang terjadi secara temporal, variasinya danrespon terhadap pengobatan. Aktigrafi digunakan
dalam mengevaluasi gangguan ritme sirkadian tapi belum sepenuhnya valid.
Polisomnografi merupakan alat yang paling sensitif untuk membedakan tidur dan terjaga.
Pemeriksaan dengan alat ini tidak rutin digunakan untuk mengevaluasi insomnia kronik
karena pada banyak kasus hanya mengkonfirmasi laporan subjektif dari pasien tanpa
mengindikasikan penyebab pasien terjaga, tapi pada situasi tertentu polisomnografi sangat
berguna seperti pada sleep apnea, periodic limb movement, atau parasomnia. Pada pasien
dengan keluhan tidak wajar atau riwayat respon terhadap pengobatan tidak baik dapt
dilakukan pemeriksaan polisomnografi (Nasution, 2016)

2.9 Penatalaksanaan Medis Insomnia

Setelah diagnosis ditegakkan, dilanjutkan dengan rencana penanganan. Penanganan


insomnia pada usia lanjut terdiri dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Tujuan
terapi adalah menghilangkan gejala, meningkatkan produktivitas dan fungsi kognitif
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien usia lanjut.

a) Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi khususnya behavioral therapies efektif sebagai


farmakoterapi dan diharapkan menjadi pilihan pertama untuk insomnia kronis pada
pasien usia lanjut. Behavioral therapies terdiri dari beberapa metode yang dapat
diterapakan baik secara tunggal maupun kombinasi yaitu:

1. Stimulus control: Melalui metode ini pasien diedukasi untuk mengunakan tempat tidur
hanya untuk tidur dan menghindari aktivitas lain seperti membaca dan menonton tv
di tempat tidur. Ketika mengantuk pasien datang ke tempat tidur, akan tetapi jika
selama 15- 20 menit berada disana pasien tidak bisa tidur maka pasien harus bangun
dan melakukan aktivitas lain sampai merasa mengantuk baru kembali ke tempat tidur.
Metode ini juga harus didukung oleh suasana kamar yang tenang sehingga
mempercepat pasien untuk tertidur. Dengan metode terapi ini, pasien mengalami
peningkatan durasi tidur sekitar 30-40 menit. Terapi ini tidak hanya bermanfaat
untuk insomnia primer tapi juga untuk insomnia sekunder jika dikombinasi dengan
sleep hygiene dan terapi relaksasi.
2. Sleep restriction: Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi frekuensi tidur dan
meningkatkan sleep efficiency. Pasien diedukasi agar tidak tidur terlalu lama
dengan mengurangi frekuensi berada di tempat tidur. Terlalu lama di tempat tidur akan
menyebabkan pola tidur jadi terpecah- pecah. Pada usia lanjut yang sudah tidak
beraktivitas lebih senang menghabiskan waktunya di tempat tidur namun, berdampak
buruk karena pola tidur menjadi tidak teratur. Melalui Sleep Restriction ini diharapkan
dapat menentukan waktu dan lamanya tidur yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Sleep higiene: Sleep Higiene bertujuan untuk mengubah pola hidup pasien dan
lingkungannya sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.6 Hal-hal yang dapat
dilakukan pasien untuk meningkatkan Sleep Higiene yaitu: olahraga secara teratur
pada pagi hari, tidur secara teratur, melakukan aktivitas yang merupakan hobi
dari usia lanjut, mengurangi konsumsi kafein, mengatur waktu bangun pagi,
menghindari merokok dan minum alkohol 2 jam sebelum tidur dan tidak makan daging
terlalu banyak sekitar 2 jam sebelum tidur.
4. Terapi relaksasi: Tujuan terapi ini adalah mengatasi kebiasaan usia lanjut yang
mudah terjaga di malam hari saat tidur. Pada beberapa usia lanjut mengalami
kesulitan untuk tertidur kembali setelah terjaga. Metode terapi relaksasi meliputi:
melakukan relaksasi otot, guided imagery, latihan pernapasan dengan diafragma,
yoga atau meditasi. Pada pasien usia lanjut sangat sulit melakukan metode ini karena
tingkat kepatuhannya sangat rendah.
5. Cognitive behavioral therapy: Cognitive Behavioral Therapy(CBT)merupakan
psikoterapi kombinasi yang terdiri dari: stimulus control, sleep retriction, terapi
kognitif dengan atau tanpa erapi relaksasi. Terapi ini bertujuan untuk mengubah
maladaftive sleep belief menjadi adaftive sleep belief. Sebagaicontoh:pasien
memiliki kepercayaan harus tidur selama 8 jam setiap malam, jika pasien tidur kurang
dari 8 jam maka pasien merasa kualitas tidurnya menurun. Hal ini harus dirubah
mengingat yang menentukan kualitas tidur tidak hanya durasi tetapi kedalaman tidur.
Dari penelitian yang dilakukan dengan metode randomized controlled studies oleh
NIH state-of-the-science Conference on Chronic Insomnia menyimpulkan CBT
efektif pada insomnia kronis. Chesson et al mengindikasikan CBT sebagai terapi
tunggal sedangkan Morin et al mengemukakan bahwa CBT harus dikombinasikan
dengan terapi lain untuk mendapatkan hasil yang optimal.Randomized placebo-
controlled trial oleh Morin et al pada 78 sampel (CBT=18 sampel, Temazepam=20
sampel, kombinasi CBT dengan Temazepam= 20 sampel, placebo= 20 sampel)
berumur rata-rata 65 tahun yang membandingkanantara CBT, temazepam dan
plasebo disimpulkan bahwa CBT lebih efektif dari temazepam. CBT dapat
menurunkan wake after sleep onset sebesar 55% sedangkan temazepam hanya 46,5%.
b) Terapi Farmakologi

Seperti pada terapi nonfarmakologi, tujuan terapi farmakologi adalah untuk


menghilangkan keluhan pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada usia
lanjut. Ada lima prinsip dalam terapi farmakologi yaitu: menggunakan dosis yang
rendah tetapi efektif, dosis yang diberikan bersifat intermiten (3-4 kali dalam seminggu),
pengobatan jangka pendek (3-4 mimggu), penghentian terapi tidak menimbulkan
kekambuhan pada gejala insomnia, memiliki efek sedasi yang rendah sehingga tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Selain kelima prinsip diatas, dalam memberikan
obat harus memperhatikan perubahan farmakokinetik dan farmokodinamik pada usia
lanjut.

Dengan pertambahan umur akan terjadi perubahan dalam distribusi,


metabolisme dan eliminasi obat yang berkaitan erat dengan timbulnya efek samping
obat.2 Terapi farmakologi yang paling efektif untuk insomnia adalah golongan
Benzodiazepine (BZDs) atau non-Benzodiazepine. Obat golongan lain yang digunakan
dalam terapi insomnia adalah golongan sedating antidepressant, antihistamin,
antipsikotik.1 Menurut The NIH state-of-the-Science Conference obat hipnotik baru
seperti eszopiclone, ramelteon, zaleplon, zolpidem dan zolpidem MR lebih efektif
dan aman untuk usia lanjut.1 Beberapa obat hipnotik yang aman untuk usia lanjut yaitu:

1. Benzodiazepine: Benzodiazepine (BZDs) adalah obat yangpalingsering digunakan


untuk mengobati insomnia pada usia lanjut.1,2 BZDs menimbulkan efek sedasi
karena bekerja secara langsung pada reseptor benzodiazepine.5 Efek yang
ditimbulkan oleh BZDs adalah menurunkan frekuensi tidur pada fase REM,
menurunkan sleep latency, dan mencegah pasien terjaga di malam hari. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pemberian BZDs pada usia lanjut mengingat
terjadinya perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik terkait pertambahan umur.
Absorpsi dari BZDs tidak dipengaruhi oleh penuaan akan tetapi peningkatan masa
lemak pada lanjut usia akan meningkatkan drug-elimination halflife, disamping itu
pada usia lanjut lebih sensitif terhadap BZDs meskipun memiliki konsentrasi yang
sama jika dibandingkan dengan pasien usia muda. Pilihan pertama adalah short-
acting BZDs serta dihindari pemakaian long acting BZDs. BZDs digunakan untuk
transient insomnia karena tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Penggunaan lebih dari 4 minggu akan menyebabkan tolerance dan
ketergantungan. Golongan BZDs yang paling sering dipakai adalah temazepam,
termasuk intermediate acting BZDs karena memiliki waktu paruh 8-20 jam. Dosis
temazepam adalah 15-30 mg setiap malam. Efek samping BZDs meliputi:
gangguan psikomotor dan memori pada pasien yang diterapi short-acting BZDs
sedangkan residual sedation muncul pada pasien yang mendapat terapi long
acting BZDs. Pada pasien yang menggunakan BZDs jangka panjang akan
menimbulkan resiko ketergantungan, daytime sedation, jatuh, kecelakaan dan fraktur
2. Non-Benzodiazepine: Memiliki efek pada reseptor GABA dan berikatan secara selektif
pada reseptor benzodiazepine subtife 1 di otak.1 Obat ini efektif pada usia lanjut
karena dapat diberikan dalam dosis yang rendah. Obat golongan ini juga
mengurangi efek hipotoni otot, gangguan prilaku, kekambuhan insomnia jika
dibandingkan dengan obat golongan BZDs. Zaleplon, zolpidem dan
Eszopicloneberfungsi untuk mengurangi sleep latency sedangkan ramelteon
(melatonin receptor agonist) digunakan pada pasien yang mengalami kesulitan untuk
mengawali tidur. Obat golongan non-benzodiazepine yang aman pada usia lanjut
yaitu:
Zaleplon. Ancoli- Israel menemukan keefektifan dan keamanan dari zaleplon
pada usia lanjut. Zaleplon dapat digunakan jangka pendek maupun jangka panjang,
tidak ditemukan terjadinya kekambuhan atau withdrawal symptom setelah obat
dihentikan. Dosis dari zaleplon 5-10 mg, akan tetapi waktu paruhnya hanya 1 jam.
Zolpidem. Zolpidem merupakan obat hipnotik yang berikatan secara selektif
pada reseptor benzodiazepine subtife 1 di otak.6 Efektif pada usia lanjut karena tidak
mempengaruhi sleep architecture. Zolpidem memiliki waktu paruh 5-2,9 jamdengan
dosis 5-10 mg. Zolpidem merupakan kontraindikasi pada sleep related breathing
disorder dan gangguan hati. Efek samping dari zolpidem adalah mual, dizziness,
dan efek ketergantungan jika digunakan lebih dari 4 minggu.
Eszopiclone. Golongan non-benzodiazepine yang mempunyai waktu paruh
paling lama adalah eszopiclone yaitu selama 5 jam pada pasien usia lanjut.1
Scharf et al dalam penelitiannya menyimpulkan eszopiclone mg dapat
menurunkan sleep latency, meningkatkan kualitas dan kedalaman tidur, meningkatkan
TST pada pasien usia lanjut dengan insomnia primer. Eszopiclone3 mg setiap malam
dapat membantu mempertahankan tidur dan meningkatkan kualitas tidur pada
pasien usia lanjut dengan insomnia kronik.
Melatonin reseptor agonist. Melatonin Reseptor Agonist (Ramelteon) obat baru
yang direkomendasikan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi
insomnia kronis pada usia lanjut. Ramelteon bekerja secara selektif pada reseptor
melatonin MT1 dan MT2. Dalam penelitian yang dilakukan dengan metode A
randomized, double blind study selama 5 minggu pada 829 sampel berumur rata-
rata 72,4 tahun dengan chronic primary insomnia disimpulkan terjadi penurunan
sleep latency dan peningkatan TST pada minggu pertama. Ramelteon tidak
menimbulkan withdrawal effect.
Sedating Antidepressant. Sedating antidepressant hanya diberikan pada pasien
insomnia yang diakibatkan oleh depresi. Amitriptiline adalah salah satu sedating
antidepressant yang digunakan sebagai obat insomnia, akan tetapi pada usia lanjut
menimbulkan beberapa efek samping yaitu takikardi, retensi urin, konstipasi,
gangguan fungsi kognitif dan delirium. Pada pasien usia lanjut juga dihindari
penggunaan trisiklik antidepresan.
Obat yang paling sering digunakan adalah trazodone. Trazodone dosis rendah
efektif pada pasien yang mengalami insomnia oleh karena obat psikotik atau
monoamnie oxidase inhibitor dan pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap
BZDs. Dosis trazodone adalah 5-50 mg perhari, efek samping dari trazodone
adalah: kelelahan, gangguan sistem pencernaan, dizziness, mulut kering, sakit kepala
dan hipotensi. (Nasution, 2016)

2.10 Pengkajian Keperawatan

1. Anamnese

a.Identitas Klien : Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan gangguan tidur
adalah nama, jenis kelamin, usia, karena banyak klien lansia yang mengalami
masalah gangguan tidur.

b.Keluhan Utama: Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan
tidur adalah klien mengeluh kesulitan untuk memulai tidur atau sering terbangun
pada waktu tidur.
c.Riwayat Kesehatan Sekarang : Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
keadaan klien saat ini, mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat
dilakukan pengkajian.

d.Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah
gangguan tidur sebelumnya dan bagaimana penanganannya.

e.Riwayat Kesehatan Keluarga : Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang
mengalami gangguan tidur seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik
yang memengaruhi tidur seperti DM dan hipertensi.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan tidur biasanya lemah.

b. Kesadaran

Kesadaran klien biasanya komposmentis.

c. Tanda-tanda Vital:

1) Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5oc)

2) Nadi meningkat atau normal (70 - 100x / menit)

3) Tekanan darah biasanya menurun

4) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan

3. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Klien mengalami gangguan persepsi,
gangguan dalam memelihara kesehatan dan menangani masalah kesehatannya.

b. Pola nutrisi: Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan.

4. Pola eliminasi: Terjadi disuria atau poliuria tergantung pada ada atau tidaknyapenyakit
yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan pola eliminasi.

5. Pola tidur dan istirahat : Klien mengalami kesulitan memulai tidur, terbangun dalam
waktu yang lama atau terlalu dini dan sulit untuk kembali tidur. Untuk mengetahui kualitas
tidur dapat dilakukan pengkajian dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI). Pada klien yang mengalami gangguan tidur, skor akhir PSQI biasanya > 5.
6. Pola aktivitas dan istirahat : Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari karena kelemahan akibat gangguan tidur. Pengkajian kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan indeks KATZ

7. Pola hubungan dan peran : Menggambarkan hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah
keuangan.

8. Pola sensori dan kognitif : Klien mengalami ketidakmampuan berkonsentrasi,


kehilangan minat dan motivasi. Untuk mengetahui status mental klien dapat digunakan tabel
Short Portable Mental Status Questionare (SPMSQ).

9. Pola persepsi dan konsep diri : Klien tidak mengalami gangguan konsep diri. Untuk
mengkaji tingkat depresi klien dapat menggunakan tabel Inventaris Depresi Beck (IDB) atau
Geriatric Depresion Scale (GDS).

10. Pola seksual dan reproduksi : Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan
kebutuhan seksual.

11. Pola mekanisme/ penanggulangan stres dan koping : Klien menggunakan mekanisme
koping yang tidak efektif dalam menangani stres yang dialaminya.

12. Pola tata nilai dan kepercayaan : Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
(Mitayani., 2018)

2.11 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai respon


pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dilaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Tujuan dari diagnosa keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Sihombing, 2016). Berdasarkan SDKI (2017), Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul adalah :

1. Gangguan Pola Tidur

Berhubungan dengan:

•Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,


pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)

•Kurang kontrol tidur


•Kurang privasi

•Restraint fisik

•Ketiadaan teman tidur

•Tidak familiar dengan peralatan tidur

2.12 Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan langkah perawat dalam menetapkan tujuan


dan kriteria atau hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi
keperawatan. Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu
mempertimbangkan tujuan, kriteria, yang diperkirakan atau diharapkan, dan intervensi
keperawatan (Mitayani., 2018)

Diagnosa Keperawatan

1.Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam maka
diharapkan pola tidur membaik dengna kriteria hasil:

Tujuan:

1. keluhan sulit tidur menurun

2. keluhan sering terjaga menurun

3. keluhan tidak puas tidur menurun

4. keluhan pola tidur berubah menurun

5. keluhan istirahat tidak cukup menurun

6. kemampuan beraktivitas meningkat

Intervensi Keperawatan

Dukungan tidur SIKI I.05174

Observasi:

1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur

Rasional: untuk mengetahui pola aktivitas dan tidur klien

2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/ psikologis)

Rasional: untuk mengetahui faktor pengganggu tidur klien


3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (misal kopi, teh, alkohol,
makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)

Rasional: untuk mengetahui makanan dan minuman yang mengganggu tidur yang
dikonsumsi oleh klien

4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Rasional: untuk mengetahui obat tidur yang dikonsumsi klien

Terapeutik:

5. Modifiksi lingkungan (misal pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)

Rasional: menurunkan gangguan pola tidur

6. Batasi waktu tidur siang, jika perlu

Rasional: agar tidak ada gangguan pola tidur pada malam hari

7. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

Rasional: menurunkan gangguan pola tidur

8. Tetapkan jadwal tidur rutin

Rasional: agar memiliki jam tidur yang tetap

9. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misal pijit, pengaturan posisi,


terapi akupresur)

Rasional: menurunkan gangguan pola tidur

10. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga

Rasional: agar siklus tidur terjaga

Edukasi:

11. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

Rasional: agar klien mengetahui pentingnya tidur cukup selama sakit

12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

Rasional: memberikan penjelasan agar klien menepati kebiasaan waktu tidur


13. Anjurkan menghindari makanan/ minuman yang mengganggu tidur

Rasional: memberikan penjelasan agar klien menghindari makanan/minuman yang


mengganggu tidur

14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM

Rasional: memberikan penjelasan agar klien menggunakan obat tidur yang tidak
mengandung supresor

15. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (misal
psikologis, gaya, hidup, sering berubah shift bekerja)

Rasional: agar klien mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan


pola tidur

16. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfamakologi lainnya

Rasional: agar klien mengetahui cara menurunkan gangguan pola tidur

2.13 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan adalah
kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan (Mitayani., 2018)

2.14 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan gerontik adalah penilaian keberhasilanrencanadan pelaksanaan


keperawatan gerontik untuk memenuhi kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan dalam
evaluasi keperawatan antara lain:

a. Mengkaji ulang tujuan kriteria hasil yang telah ditetapkan,

b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,

c. Mengukur pencapaian tujuan,


d. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan,

e. Melakukan revisi atau modifikasi rencana keperawatan bila perlu. (Mitayani., 2018
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

A. IDENTITAS KLIEN

1.Nama : Ny. NR

2.Umur : 68 Tahun

3.Jenis kelamin : Perempuan

4.Alamat : Jl. Lembu

5.Status :Menikah

6.Agama : Kristen

7.Suku : Toraja

8.Tingkat pendidikan : SMP

9.Sumber pendapatan :Ada, dari usaha pangkalan GAS LPG

B. RIWAYAT PEKERJAAN DAN STATUS EKONOMI

1.Pekerjaan saat ini : ibu rumah tangga (IRT)

2.Pekerjaan sebelumnya : ibu rumah tangga (IRT)

3.Sumber pendapatan : dari usaha pangkalan GAS LPG

4.Kecukupan pendapatan: klien mengatakan pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan


sehari-hari

C. LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL

Rumah klien tampak bersih dan rapi. Penerangan didalam rumah baik. Sirkulasi
didalam rumah baik, tampak banyak jendela dan ventilasi udara.kamar mandi dan WC
diruangna terpisah bersebelahan, menggunakan tegel kermain, tampak bersih namun sedikit
licin. Pembungan air kotor di belakang rumah ± 10 m. Sumber air minum berasal dari air
dap yang kemudian dimasak. Pembuangna sampah berada dibelakang rumah ± 20 m dan
dibakar bila full. Sumber pencemaran dari pembakaran sampah.
D. RIWAYAT KESEHATAN

1.Riwayat Kesehatan

a.Status Kesehatan saat ini

•Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : klien mengatakan susah tidur, tidur hanya
sebentaran dan sering terbangun. Klien
mengeluh kadang-kadang pusing.

•Gejala yang dirasakan : klien mengatakan susah tidur, tidurhanya


sebentaran dan sering terbangun, tidur
hanya 2-3 jam. Klien mengatakan mudah
tertidur kalau didepan tv tetapi ketika
pindah ke kamar tidak bisa tidur.

•Faktor pencetus : klien mengatakan karena terlalu banyak


pikiran, ketika tuutp mata ada saja hal-hal
yang muncul dipikiran sehingga tidak bisa
tidur.

•Timbulnya keluhan : Bertahap

•Upaya mengatasi: klien mengatakan tidak tahu cara mengatasinya, hanya berbaring
tutup mata hingga tertidur sendiri. kalau tidak
bisa tidur klien akan membaca alkitab

•Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat?: klien mengatakan


tidak pernah pergi untuk diperiksakan

•Mengkomsumsi obat-obatan sendiri?, obat tradisional? : klien mengatakan tidak


mengkonsumsi obat tidur atau obat tradisional.

2.Riwayat Kesehatan Masa Lalu

•Penyakit yang pernah diderita : klien mengatakan pernah sakit saraf terjepit
sekitar 2 tahun lalu

•Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : klien mengatakn tidak ada
alergi

•Riwayat kecelakaan : klien mengatakan tidak pernah mengalami


kecelakaan serius.
•Riwayat pernah dirawat di RS : klien mengatakan pernah dirawat diRS 2 tahun lalu
karna sakit saraf terjepit

•Riwayat pemakaian obat : klien mengatakan dulu waktu sakit saraf terjepit
pernah mengkonsumsi sangat banyak obat-obatan
seperri anti nyeri, dll. Tapi sudah lupa nama obat-
obatnya.

3.Pola Fungsional

a)Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Klien mengatakan tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak mengonsumsi
obat-obatan terlarang

b)Nutrisi metabolik

Klien mengatakan makan 3x/sehari, 1 porsi, nafsu makan baik, makan semua jenis
makan

c). Eliminasi

BAK: klien mengatakan frekuensi BAK 7-8 x/hari, dimalam hari klien BAK 3-4 kali.
Tidak ada keluhan BAK

BAB: klien mengatakan BAB setiap hari dipagi hari, tidak ada keluahan dan tidak
pernah memakai pencahar.

d). Aktifitas Pola Latihan

Klien mengatakan mandi sekali sehari. Hampir setiap pagi dan sore pergi ke kebun
dan melakukan aktivitas dirumah lainnya.

e). Pola istirahat tidur

Klien mengatakan tidur siang paling ½ jam. Tidur malam hanya 2-3 jam, sering
terbangun, kalau ditempat tidur sulit tidur. Jam 7 malam menonton tv biasanya jam 9
tertidur, jam 11 tv dimatikan terbangun dan pindah ke kamar susah tidur, jam 12 tidur
jam 2 terbangun, jam 3 tidur jam 5 bangun dan sudah tidak tidur hingga pagi.

f). Pola Kognitif Persepsi


Klien mengatakan penglihan masih bagus, tetapi kalau untuk membaca tulisan kecil
sudah tidak bisa dan harus pakai kacamata. Klien mengatakan pendengaran telinga
kiri masih bagus tetapi telinga kanan sedikit berkurang.

g). Persepsi diri-Pola konsep diri

Klien mengatakan dirinya adalah orang tua yang sudah tua. Klien mengatakan tidak
tahu bagaimana orang lain memangdang dirinya krena orang punya pandangan yang
berbeda-beda

h). Pola Peran-Hubungan

Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan tetangga, begitupun dengan
keluarga.

i). Sexualitas

Tidak dilakukan pengkajian

J). Koping-Pola Toleransi Stress

Klien mengatakan tidak stress hanya saja banyak pikiran, memikirkan bagaimana
hidup kedepannya. Kalau banyak pikiran klien akan menyanyi atau baca alkitab
untuk mengalihkan pikirannya.

k). Nilai-Pola Keyakinan

Klien mengatakan selalu berserah kepada Tuhan, segala sesuatu terjadi atas izin
Tuhan. Klien mengatakan selalu pergi beribadah ke gereja dan mengikuti
persekutuan-persekutuan.

E. TANDA-TANDA VITAL DAN STATUS GIZI

1.Suhu : 36° C

2.Tekanan darah : 110/70 mmHg

3.Nadi : 88 x/mnt

4.Respirasi : 24 x/mnt

5.Berat badan : 43 kg

6.Tinggi badan : 158 cm

7.(IMT) : 17,22 (sangat kurus)


F. PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1.Kepala

Kebersihan : bersih

Kerontokan rambut: tidak

Nyeri Tekan : tidak

Keluhan : tidak ada

2.Mata

Konjungtiva : tidak

Sklera :tidak

Strabismus : tidak

Penglihatan : Kabur

Peradangan : tidak

Katarak : tidak

Nyeri daerah mata :tidak

Penggunaan kacamata : tidak

Keluhan lain : Tidak ada

3. Hidung

Bentuk : simetris

Peradangan : tidak

Penciuman : tidak

Nyeri tekan sinus : tidak

4. Mulut dan tenggorokan

Kebersihan : baik

Mukosa :lembab

Peradangan/stomatitis : tidak
Gigi geligi : ada karies, ompong

Radang gusi : tidak

Kesulitan mengunyah : ya

Kesulitan menelan : ya

5. Telinga

Kebersihan : bersih

Peradangan : tidak

Pendengaran : terganggu, pendengaran telinga kanan sedikit berkurang.

Keluhan lain : tidak ada

6. Leher

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak

Nyeri tekan : tidak

Kaku kuduk : tidak

7. Dada

Bentuk dada : normal chest

Retraksi : tidak ada

Nyeri Tekan : tidak ada

Bunyi : resonan

Wheezing : tidak ada

Ronchi : tidak ada

Suara jantung tambahan : tidak ada

8. Abdomen

Bentuk : flat

Nyeri tekan : tidak

Kembung : tidak
Bising usus : ada, frekwensi: 7 kali/menit

Massa : tidak ada

9. Genetalia

Kebersihan : bersih

Haemoroid : tidak ada

Hernia : tidak ada

10. Ekstremitas

Kekuatan otot : 5 untuk ekstremitas atas dan bawah, kiri dan kanan

0 : lumpuh

1 : ada kontraksi

2 : Melawan grafitasi dengan sokongan

3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan

4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit

5 Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh

Rentang gerak : maksimal

Deformitas : tidak ada

Tremor : tidak

Edema kaki : tidak, pitting edema: tidak

Penggunaan alat bantu : tidak ada

Refleks

Kanan Kiri

Biceps +

Triceps +

Knee +

Achiles +
Keterangan :

Refleks + : normal

Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen

Kebersihan : baik

Warna : tidak

Kelembaban : Kering

Gangguan pada kulit : tidak

G. PENGKAJIAN KHUSUS

1. Apgar Keluarga

No Items Penilaian Selalu Kadang- Tidak


(2) Kadang Pernah
(1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada

keluarga ( teman-teman ) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga ( teman- teman )

saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya

menerima & mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga ( teman- teman )
saya mengekspresikan afek dan berespon √
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih
atau mencintai.
5 R : Resolve √
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu bersama- sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 4 3
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluargasedang
Nilai : >6 : Disfungsi keluargarendah
Kesimpulan : klien mendapatkan nilai 7, artinya Disfungsi keluargarendah
2. Pengkajian Fungsi Kognitif ( SPMSQ )

No Item Pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang ?

Jawab : jam 10 pagi
2 Tahun berapa sekarang ?

Jawab : 2021
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?

Jawab : 28 agustus 1953
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?

Jawab : 68 tahun
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?

Jawab : Jl. Lembu
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu? √
Jawab : 5 orang
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu ?

Jawab : samuel, maski, jesi, susi, dan tiara
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?

Jawab : 1945
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?

Jawab : Joko Widodo
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?
Jawab : 20, 19, 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, √
2, 1
JUMLAH 10
Kesimpulan : klien mendapat skor benar 10 dan salah 0,artinya Fungsi intelektual utuh
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual BERAT

3. Format Pengkajian Mmse

NO BENAR SALAH
ITEM PENILAIAN
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? √
2. Musim apa sekarang ? √
3. Tanggal berapa sekarang ? √
4. Hari apa sekarang ? √
5. Bulan apa sekarang ? √
6. Dinegara mana anda tinggal ? √
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? √
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? √
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? √
10. Di desa mana anda tinggal ? √
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11. meja √
12. taplak √
13. pulpen √
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K √
15. A √
16. P √
17. A √
18. B √
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
Diatas
19. pulpen √
20. meja √
21. taplak √
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. kertas √
23. pintu √
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ √
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! √
26. Lipat dua ! √
27. Taruh dilantai ! √
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata √
29. Tulis satu kalimat √
30. Salin gambar √
JUMLAH 30
Kesimpulan : klien mendapatkan nilai 30, artinya tidak mengalami kerusakn kognitif

Analisis hasil :
Nilai< 21 : Kerusakankognitif
Nilai ≥ 22 yang artinya pasien tidak mengalami kerusakn kognitif

4. Pengkajian Status Fungsional ( Indeks Kemandirian Katz )

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 Mandi
Mandiri
:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung
atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri

sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,

melepaskan pakaian, mengancingi/mengikatpakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetaliasendiri √
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit
dari kursi sendiri √
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen √
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Bergantung : √
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral ( NGT )
Kesimpulan : klien memiliki kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian
Keterangan :Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Hasil :
Nilai A : kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar
kecil, mandi dan berpakaian
Nilai B : kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan
NilaiF : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsitambahan
Nilai G : ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

5. Screening Faal Fungtional Reach (FR) Test

NO LANGKAH
1 MINTA PASIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN TANGAN
DIRENTANGKAN KEDEPAN
2 BERI TANDA LETAK TANGAN I
3 MINTA PASIEN CONDONG KEDEPAN TANPA MELANGKAH SELAMA
1-2 MENIT, DENGAN TANGAN DIRENTANGKAN KE DEPAN
4 BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI CONDONG
5 UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II
INTERPRETASI :

USIA LEBIH 70 TAHUN : KURANG 6 INCHI : RESIKO ROBOH

The Timed Up AndGo (TUG) Te

NO LANGKAH
1 POSISI PASIEN DUDUK DIKURSI
2 MINTA PASIEN BERDIRI DARI KURSI, BERJALAN 10 LANGKAH
(3METER), KEMBALI KE KURSI, UKUR WAKTU DALAM DETIK

Kesimpulan : klien dapat melakukannya ≤ 10 detik, artinya low risk of falling


INTERPRETASI :

Score:

≤ 10 detik : low risk offalling

11 -19 detik : low to moderate risk for falling


20 – 29 detik : moderate to high risk forfalling

≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk offalling

6. Geriatric Depression Scale ( Skala Depresi )

NO PERTANYAAN
Tidak Ya

1 APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS DENGAN KEHIDUPAN


√√
ANDA?
2 APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN BANYAK

KEGIATAN DAN MINAT/KESENANGAN ANDA
3 APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA KOSONG? √
4 APAKAH ANDA SERING MERASA BOSAN? √√
5 APAKAH ANADA MEMPUNYAI SEMANGAT YANG BAIK

SETIAP SAAT?
6 APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU YANG BURUK √√
AKAN TERJADI PADA ANDA?
7 APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK SEBAGIAN
√√
BESAR HIDUP ANDA?
8 APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK BERDAYA? √
9 APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH DARIPADAPERGI

KELUAR DAN MENGERJAKAN SESUATU HAL YANGBARU?
10 APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI BANYAK MASALAH
DENGAN DAYA INGAT ANDA DIBANDINGKAN √
KEBANYAKAN ORANG ?
11 APAKAH ANDA PIKIR BAHWA KEHIDUPAN ANDA

SEKARANG MENYENANGKAN?
12 APAKAH ANDA MERASA TIDAK BERHARGA SEPERTI

PERASAAN ANDA SAAT INI?
13 APAKAH ANDA MERASA PENUH SEMANGAT? √
14 APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN ANDA TIDAK

ADA HARAPAN?
15 APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN, LEBIH BAIK

KEADAANNYA DARIPADA ANDA?
*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAIMEMPUNYAI SKOR “1 “ ( SATU ) :

SKOR5-9 : KEMUNGKINANDEPRESI

SKOR 10ATAULEBIH : DEPRESI

Kesimpulan : klien mendapat skor 4 = klien tidak mengalami depresi


7. Skor Norton (untuk menilai potensi dekubitus)

Nama penderita : Ny. NR Skor


Kondisifisikumum:
-Baik 4√
-Lumayan 3
-Buruk 2
-Sangatburuk 1
Kesadaran:
-Komposmentis 4√
-Apatis 3
-Konfus/soporus 2
-Stupor/koma 1
Aktifitas:

- A m b u la n 4√
- A m b u l a n d e n g a n b a n t uan 3
- H a n y a b i s a d u du k 2
- T i d u r an 1
Mobilitas:

- B e r g e ra k b e b as 4 √
- S e d i ki t t e r b a t as 3 -Inkontinensia
-Sangatterbatas 2 a l v i & u ri n1
- Tak b i s a b e r g e r ak 1 Skor Total :
Inkontines: 20 (kecil terjdi Decubitus)
-Tidak 4
K a t a g o r i s ko r 15 -
-Kadang-kadang 3
20 =Kecilsekal
-SeringInkontinesia urin 2
i / t a k t e r j a di

12 -15 = K e m u n g k i n a n k e c i l t e r j a di

< 12 = K e m u n g k i n a n b e s a r t e r j a di

3.2 Klasifikasi Data

Data Subjektif:
1. klien mengatakan susah tidur, tidur hanya sebentaran dan sering terbangun, tidur
hanya 2-3 jam. Klien mengatakan mudah tertidur kalau didepan tv tetapi ketika
pindah ke kamar tidak bisa tidur
2. klien mengatakan karena terlalu bayak pikiran, ketika tuutp mata ada saja hal-hal
yang muncul dipikiran sehingga tidak bisa tidur
3. Klien mengatakan tidur siang paling ½ jam. Tidur malam hanya 2-3 jam, sering
terbangun, kalau ditempat tidur sulit tidur. Jam 7 malam menonton tv biasanya
jam 9 tertidur, jam 11 tv dimatikan terbangun dan pindah ke kamar susah tidur,
jam 12 tidur jam 2 terbangun, jam 3 tidur jam 5 bangun dan sudah tidak tidur
hingga pagi
4. Klien mengeluh kadang-kadang pusing
5. Klien mengatakan penglihatann masih bagus, tetapi kalau untuk membaca tulisan
kecil sudah tidak bisa dan harus pakai kacamata. Klien mengatakan pendengaran
telinga kiri masih bagus tetapi telinga kanan sedikit berkurang.
6. klien mengatakan frekuensi BAK 7-8 x/hari, dimalam hari klien BAK 3-4 kali.
7. Klien mengatakan sulit menelan, rasanya lehernya seperti sempit

Data Objektif:

1. Klien tampak lesu


2. Klien tampak memiliki kantong mata
3. Klien tampak kurus
4. Leher klien tampak bengkak, tampak kembesaran kelenjar tiroid
5. Penglihatan kabur
6. Pendengaran telinga kanan sudah berkurang
7. Gigi tampak ompong
8. Kulit tampak kering
9. Tanda-Tanda Vital: Suhu: 36° C, Tekanan Darah: 110/70 mmHg, Nadi: 88
x/mnt,Rerpirasi: 24 x/mnt
10. IMT: 17,22 (sangat kurus)
3.3 Analisa Data

No. Symtom and sign Etiologi Problem


1. DS : Kurang kontrol tidur Gangguan Pola Tidur
 klien mengatakan susah tidur, tidur hanya sebentaran dan sering
terbangun, tidur hanya 2-3 jam. Klien mengatakan mudah tertidur kalau
didepan tv tetapi ketika pindah ke kamar tidak bisa tiduR
 klien mengatakan karena terlalu bayak pikiran, ketika tuutp mata ada
saja hal-hal yang muncul dipikiran sehingga tidak bisa tidur.
 Klien mengatakan tidur siang paling ½ jam. Tidur malam hanya 2-3
jam, sering terbangun, kalau ditempat tidur sulit tidur. Jam 7 malam
menonton tv biasanya jam 9 tertidur, jam 11 tv dimatikan terbangun dan
pindah ke kamar susah tidur, jam 12 tidur jam 2 terbangun, jam 3 tidur
jam 5 bangun dan sudah tidak tidur hingga pagi.
 Klien mengeluh kadang-kadang pusing
DO :
 Klien tampak lesu
 Klien tampak memiliki kantong mata
 Tanda-Tanda Vital: Suhu: 36°C
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi: 88 x/mnt
Respirasi: 24 x/mnt

3.5 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan hasil analisa data makan diagnosa keperawatan adalah gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
3.6 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


.
1. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
kurang kontrol tidur d.d : keperawatan selama 2 x pertemuan Observasi:
DS : maka diharapkan pola tidur membaik 1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 klien mengatakan susah dengan kriteria hasil : R: untuk mengetahui pola aktivitas dan tidur klien
tidur, tidur hanya 1. Keluhan sulit tidur menurun 2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/ psikologis)
sebentaran dan sering 2. Keluhan sering terjaga saat tidur R: untuk mengetahui faktor pengganggu tidur klien
terbangun, tidur hanya menurun Terapeutik:
2-3 jam. Klien 3. Klien mengetahui dan 3) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misal music, pijit,
mengatakan mudah memaksimalkan menggunakan pengaturan posisi, terapi akupresur)
tertidur kalau didepan aktivitas fisik yang dimiliki R: menurunkan gangguan pola tidur
tv tetapi ketika pindah Edukasi:
ke kamar tidak bisa 4) Anjurkan menghindari makanan/ minuman yang mengganggu tidur
tiduR R: memberikan penjelasan agar klien menghindari makanan/minuman yang
 klien mengatakan mengganggu tidur
karena terlalu bayak 5). Anjurkan makanan/minuman yang dapat membantu mengatasi masalah tidur
pikiran, ketika tuutp
mata ada saja hal-hal
yang muncul dipikiran Edukasi Aktivitas/Istirahat
sehingga tidak bisa Observasi:
tidur. 6). Identifikasi kesiapan dan kemampuan penerima informasi
 Klien mengatakan tidur Terapeutik:
siang paling ½ jam. 7). Jadwalkan pemberian Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Tidur malam hanya 2-3 Edukasi:
jam, sering terbangun, 8). Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat.
kalau ditempat tidur 9). Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan
sulit tidur. Jam 7
malam menonton tv Dukungan Meditasi

biasanya jam 9 tertidur, Observasi:

jam 11 tv dimatikan 10). Identifikasi kesiapan menjalani dan penerimaan meditasi

terbangun dan pindah Terapeutik:

ke kamar susah tidur, 11). Sediakan lingkungan yang tenang

jam 12 tidur jam 2 Edukasi:

terbangun, jam 3 tidur 12). Anjurkan melakukan meditasi 1-2 kali sehari.

jam 5 bangun dan


Terapi Aktivitas
sudah tidak tidur
Observasi:
hingga pagi.
13). Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang di inginkan
 Klien mengeluh
kadang-kadang pusing Terapeutik:
DO : 14). Berikan penguatan positif untuk aktivitas yang dipilih.
 Klien tampak lesu Edukasi:
 Klien tampak memiliki 15). Ajarkan cara melakukan aktiviras yang dipilih
kantong mata Kolaborasi:
 Tanda-Tanda Vital: 16). Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor

Suhu: 36°C program aktivitas

Tekanan Darah: 110/70


mmHg Terapi Pemijatan

Nadi: 88 x/mnt Observasi:

Respirasi: 24 x/mnt 17). Identifikasi kesediaan dan penerimaan dilakukan pemijatan.


Teraoeutik:
18). Lakukan pemijatan dengan tehnik yang tepat.
Edukasi:
19) Jelaskan tujuan dan prosedur terapi.
1.7 Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi


Keperawatan
1 Sabtu, 23 Oktober Gangguan pola tidur
2021 berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Subjektif
kurang control tidur 2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur - Klien mengatakan tidur malam hanya 2-3
Jam 10.00 WITA (fisik dan/ psikologis) jam, sering terbangun, kalau ditempat tidur
3. Menganjurkan menghindari makanan/ sulit tidur. Jam 7 malam menonton tv biasanya
minuman yang mengganggu tidur jam 9 tertidur, jam 11 tv dimatikan terbangun
4. Menganjurkan mengkonsumsi dan pindah ke kamar susah tidur, jam 12 tidur
makanan/minuman yang dapat membantu jam 2 terbangun, jam 3 tidur jam 5 bangun dan
mengatasi gangguan tidur sudah tidak tidur hingga pagi
5. Melakukan prosedur untuk meningkatkan -Klien mengatakan sulit tidur karena banyak
kenyamanan (pemberian terapi musik) pikiran
-Klien mengatakan tidak ada makanan atau
minuman yang dimakan/diminum yang
mengganggu tidur.
-Klien mengatakan terapi musik tidak cocok
untuknya, klien mala makin tidak bisa tidur
karena mendengar musik terasa seperti ada
orang berbicara didekatnya dan kadang
membuat klien kaget
Objektif:
- Klien tampak lesu
- Klien tampak memiliki kantong mata

6. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan


Subjektif:
penerima informasi
- Klien mengatakan siap menerima informasi
7. Menjadwalkan pemberian Pendidikan
yang akan diberikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Klien mengatakan setuju dengan jadwal
8. Menganjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
pendkes yang di sampaikan
istirahat.
- Klien mengatakan akan menyusun jadwal
9. Menjelaskan pentingnya melakukan aktivitas
aktivitas dan istirahat nya
fisik sesuai kemampuan
- Klien mengetahui pentingnya aktivitas fisik
Objektif:
- Klien sangat kooperatif saat dilakukan
Pendidikan kesehatan dengan bertanya tentang
hal yang belum di pahami
10. Mengidentifikasi kesiapan menjalani dan Subjektif:
penerimaan meditasi - Klien mengatakan siap menjalani terapi
meditasi sesuai jadwal yang di sepakati
11. Menyediakan lingkungan yang tenang - Klien mengatakan akan melakukan anjuran
12. Menganjurkan melakukan meditasi 1-2 kali yang disampaikan
sehari. Objektif:
Klien tampak kooperatif

Subjektif:
13. Mengidentifikasi sumber daya untuk aktivitas - Klien mengatakan klien senang dengan
yang di inginkan membuat kerajinan tangan dari daun kelapa
14. Memberikan penguatan positif untuk aktivitas Objektif:
yang dipilih. - Klien tampak senang saat di ajarkan dan
15. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang diberikan penguatan positif tentang sumber
dipilih daya yang dimilikinya
16. Melakukan kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas

Subjektif:
17. Mengidentifikasi kesediaan dan penerimaan - Klien bersedia dilakukan terapi pemijatan
dilakukan pemijatan. (relaksasi)
18. Melakukan pemijatan dengan tehnik yang - Klien mengatakan mengerti dengan tujuan
tepat. dan prosedur terapi
19. Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi. -
Klienmengatakanmerasarelakssetelahpemijatan
Objektif;
- Klientampakrelaks
2 Minggu, 24
Oktober 2021 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Subjektif:
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur - Klien mengatakan tidur malam masih sekitar
Jam 16.00 WITA (fisik dan/ psikologis) 2-3 jam, sering terbangun/tidur sulit tidur. Pola
3. Menganjurkan menghindari makanan/ tidur masih sama.
minuman yang mengganggu tidur - Klien mengatakan masalah sulit tidur masih
4. Menganjurkan untuk mengkonsumsi sama yaitu banyak pikiran
makanan/minuman yang dapat membantu - Klien mengatakan masih sama, masalah tidur
mengatasi masalah tidur nya bukan karena makanan
5. Melakukan prosedur untuk meningkatkan - Klien mengatakan sudah mencoba minum
kenyamanan susu sebelum tidur
Objektif:
- Klien tampak agak segar
- Tidak tampak kantong mata

6. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan Subjektif:


penerima informasi - Klien mengatakan
7. Menjadwalkan pemberian Pendidikan telahmelakukanaktivitassesuaidengan jadwal
kesehatan sesuai kesepakatan yang disusun
8. Menganjurkan menyusun jadwal aktivitas dan Objektif:
istirahat. Klientampakmenikmatiaktivitasfisik yang
9. Menjelaskan pentingnya melakukan aktivitas dilakukan
fisik sesuai kemampuan

10. Mengidentifikasi kesiapan menjalani dan


penerimaan meditasi Subjektif:

11. Menyediakan lingkungan yang tenang - Klien mengatakan senang dan

12. Menganjurkan melakukan meditasi 1-2 kali cocokdenganterapi yang dilakukan


sehari. Objektif:
Klien tampakrelaks
13. Mengidentifikasi sumber daya untuk aktivitas
yang di inginkan
14. Memberikan penguatan positif untuk aktivitas Subjektif:
yang dipilih. Klien melakukan aktivitas yang disukai yaitu

15. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang menganyam daun kelapa menjadi keranjang
dipilih Objektif:

16. Melakukan kolaborasi dengan terapis okupasi Klien tampak senang diberikan penguatan
dalam merencanakan dan memonitor program positif dari aktivitas fisik yang dipilihnya
aktivitas

17. Mengidentifikasi kesediaan dan penerimaan


dilakukan pemijatan. Subjektif:

18. Melakukan pemijatan dengan tehnik yang - Klien mengatakan merasa relaks setelah
tepat. pemijatan dan dapat tidur sekitar 4-5 jam

19. Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi dimalam hari


Objektif;
- Klien tampak relaks

19.7 Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Evaluasi Keperawatan


Jam
1. Sabtu, 23 Oktober 2021 S: - Klien mengatakan masih sulit tidur, sering terbangun dan sulit untuk tidur kembali.
- Klien mengeluh kadang-kadang pusing
Jam 11.00 WITA - Klien mengatakan mengerti dengan semua informasi tentang aktivitas fisik serta terapi yang dijelaskan dan
kooperatif saat pelaksanaan
O: - Klien tampak lesu, tampak memiliki kantong mata.
- TTV: Suhu 36°C, Nadi 88 x/menit, Respirasi 24 x.menit, Tekanan Darah 110/70 mmHg
A: Masalah pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-19
2. Minggu, 24 Oktober 2021 S: - Klien mengatakan masih ada keluhan sulit tidur, sering terbangun dan sulit untuk tidur kembali tapi dengan
diberikan terapi pemijatan klien merasa nyaman/relaks dan dapat tidur sekitar 4-5 jam dimalam hari.
Jam 17.30 WITA - Klien juga mengatakan dengan melakukan aktivitas fisik yang dipilih klien, yang dilakukan di sepanjang
hari membuat klien membutuhkan istirahat di malam hari.
- Klien mengatakan dengan minum susu sebelum jam tidur malam, dapat membantu gangguan tidur klien
O: keadaan umum klien baik dan mulai bugar
A: Masalah pola tidur sebagian teratasi
P: Pertahankan intervensi 1-19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur


baik secara kualitas maupun kuantititas. Kenyataannya, insomnia bukan
berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang
yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama yang mereka
perkirakan, tetapi kualitasnya kurang (Sihombing, 2016).

Secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia yaitu
Stress,, depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi kelainan-kelainan kronis,
kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau
penyakit mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur, efek samping
pengobatan, pola makan yang buruk, kafein, nikotin, dan alkohol serta urang
berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.

Pada kasus Ny. NR didapatkan:

1)Dalam pengkajian keperawatan yang dilakukan pada Ny. NR pada tanggal 23


Oktober 2021 didapatkan keluhan susah tidur, tidur hanya sebentaran dan sering
terbangun, tidur hanya 2-3 jam. Klien mengatakan penyebabnnya karena banyak
pikiran. Klien tampak memiliki kantong mata dan tampak lesu.

2)Setelah dilakukan klasifikasi dan analisa data didapatkan diagnosa keperawatan


utama pada Ny. NR adalah gangguna pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur yang diambil dari SDKI

3)Rencana keperawatan yang diberikan kepada Ny. NR sesuai dengan SIKI adalah
dukungan tidur, edukasi aktivitas/istirahat, dukungan meditasi, terapi aktivitas dan
terapi pemijatan yang didalamnya ada komponen observasi, terapeutik dan edukasi
denga kriteria hasil/tujuan yang diambil dari SLKI berdasarkan diagnosa yan
ditegakan
4)Tindakan (implementasi) keperawatan dilakukan selama 2 hari berturut-turut
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat

5)Evalusi keperawatan pada Ny. NR dilakukan diakhir tindakan keeprawatan dan


dilakukan evaluasi secara keseluruhan dan didapatkan bahwa masalah keperawatan
tersebut masihsebagian teratasi. Namun, intervensi harus dihentikan.

4.2 Saran

1)Bagi Lansia

Sebaiknya lansia menerapkan pola hidup yang sehat seperi olahraga dan
mengurangi makan/minum dimalam hari agar daapt sedikit membantu
mengatasa gangguna tidur yang dirasakan. Selain itu, sebaiknya lansia dapat
mengatasi kecemasna yang dirasakan yang merupakan penyebab utama
ganggun tidur sehingga klien dapat mengkontrol tidurnya.

2)Bagi Perawat

Perawat sebaiknya mengidentifikasi lebih lagi mengenai keluhan tidur yang


dirasakan klien dan dapat lebih lagi mengidentifikasi teknik yang tepat yang
digunakan untuk masalah klien.
DAFTAR PUSTAKA

Aisi, V. Z. (2017) Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery Terhadap Insomnia Pada
Lansia (Upt Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Mitayani., T. (2018) Penerapan Terapi Musik Pada Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Gangguan Tidur Di Bpstw Unit Budi Luhur Kasongan Bantul. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta

Nasution, H. B. (2016) ‘Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Terjadinya Insomnia Pada Lansia


Di Samanhudi Kelurahan Estate Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2016 Factors That
Influence The Happening Of Insomnia In Elderly In Samanhudi Estate Binjai South
District In 2016 Dosen Akademi Ke’, 1(2), Pp. 77–83.

Nurlia (2016) Pengaruh Pola Tidur Sehat Terhadap Tingkat Insomnia Lansia. Uin Alauddin
Makassar.

Putri, N. N. (2019) Kondisi Insomnia Pada Lansia Setelah Diberikan Intervensi Senam
Lansia Di Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Tahun 2017. Universitas Binawan.

Sihombing, H. (2016) Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Prioritas Masalah


Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B Di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan
Medan Amplas, Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sumatera Utara.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
PROMOSI KESEHATAN

Edukasi Insomnia pada Lansia

Disusun Oleh:

Kelompok V

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Edukasi Insomnia pada Lansia

Sub pokok bahasan : Edukasi Insomnia pada Lansia

Sasaran : Ny. NR dan keluarga

Metode : Ceramah dan diskusi

Media : Laptop dan Leaflet

Waktu : 10 menit

Tempat : Jl. Lembu

Hari dan tanggal : Sabtu, 23 Oktober 2021

A. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan klien mampu mengetahui dan


memahami edukasi insomnia pada lansia

B. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan klien mampu mengetahui:

1. Apa itu insomnia

2. Apa penyebab insomnia pada lansia

3. Berawa waktu tidur yang dibutuhkan lansia

4. Cara mengatasi sulit tidur pada lansia

C. SASARAN

Ny. NR dan keluarga


D. MATERI

1. Apa itu insomnia

Insomnia adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak
cukup tidur, meskipun terdapat waktu yang cukup untuk melakukannya. Insomnia
merupakan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun
kuantitas. Seseorang yang mengalami insomnia akan merasa tidurnya belum cukup
ketika terbangun dari tidur.

2. Apa penyebab insomnia pada lansia


Dalam sebuh penelitian para ahli menemukan abhwa penyebab sush tidur pada
lansia adalah karena penurunan fungsi otak. Supaya bisa tidur nyenyak, manusia kaakn
menerima sinyal rasa lelah dn mengantuk yang dikirim oleh berbagai zat kimia dalam
otak. Namin, pada lansia kinerja neuron otak mulai melemah sehingga sinyal lelah dna
mengantuk tidak diterima dengan baik. Penyebab lain insomnia pada usia lanjut adalah
faktor fisik, psikologis, penggunaan obat-obatan, alkohol, kebiasaan tidur serta penyakit
komorbid yang diderita. Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stress situasional
seperti masalah keluarga, kerja penyakit, pekerjaan atau kehilangna orang yang
disayangi.
3. Waktu tidur yang dibutuhkan lansia

Lansia diatas 65 tahun normalnya membutuhkan waktu tidur selama 7-8 jam/ hari

4. Cara mengatasi sulit tidur pada lansia

a. Ciptakan suasana tidur yang nyaman

Kunci utama mengatasi susah tidur nyenyak pada lansia adalah dengan
menghadirkan suasana tidur yang nyaman. Begitu kondisi kamar terasa nyaman,
tubuh akan lebih mudah menyesuaikan diri sehingga akan lebih cepat terlelap.

Orang dengan usia lanjut cenderung lebih sensitif dengan suara, cahaya, dan
udara panas. Maka itu, pastikan kamar tidur dalam kondisi tenang, gelap, dan sejuk.
Hindari berbagai hal yang bisa mengganggu tidur lansia seperti suara dan cahaya dari
televisi, handphone, atau laptop

b. Olahraga rutin untuk mengatasi lansia susah tidur


Olahraga rutin dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan durasi tidur
pada lansia yang mengalami insomnia. Pasalnya, olahraga dapat memicu produksi
hormon serotonin yang berfungsi untuk mengatur emosi, daya ingat, dan menurunkan
kadar stres pada tubuh akibat kelelahan fisik. Jenis olahraga yang dapat dilakukan
oleh lansia adalah jogging atau jalan santai, bersepeda, dll.

c. Perhatikan asupan makanan sehari-hari

Tanpa disadari, beberapa jenis makanan yang dikonsumsi oleh orang lanjut
usia dapat menjadi penyebab sulit tidur nyenyaknya selama ini. Untuk mengatasi
susah tidur pada lansia, hindari berbagai minuman yang mengandung kafein dan
alkohol. Pasalnya, dua zat tersebut dapat menyebabkan gangguan tidur. Kandungan
dalam kafein dapat membuat lansia lebih terjaga pada malam hari. Sementara itu,
alkohol memang dapat membuat seseorang menjadi lebih cepat mengantuk, namun
sayangnya juga membuatnya lebih cepat terbangun dan sulit tidur kembali.

d. Bercerita degnan keluarga mengenai sesuatu yan dipikirkan.

Salah satu penyebab dari seseorang (termasuk lansia) maengalami sulit tidur
adakah karena kecemasan, kesedihkan, atau berbagai pikiran negatif yang
berkecambuk sebelum tidur. Dengan bercertia lansia dapat sedikit mengurangi beban
pikiranya dan dapat merasa lebih tenang sehingga dapat tidur.

e. Terapi air hangat

E. METODE

Dengan cara ceramah dan tanyajawab

F. MEDIA

Media yang digunakan leaflet


G. KRITERIA EVALUASI

1. Kriteria Struktur

a. Peserta hadir 2 orang

b. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Rumah Ny. NR di Jl. Lembu

2. Kriteria proses

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b. Peserta konsentrasi mendengar penyuluhan

c. Peserta mengajukan pertanyaan

3. Kriteria hasil

a. Peserta mengerti materi penyuluhan yang diberikan

c. Peserta dapat menjelaskan kembali materi penyuluhan yang diberikan

b. Peserta merasa terbantu dengan penyuluhan ini karena menambah pengetahuan


tentang nyeri yang dirasakan

H. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience


1. 1 menit Pembukaan :
1. Memulai penyuluhan dengan mengucapkan 1. Menjawab salam
salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan. 3. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan.
2. 3 Menit Pelaksanaan :
1. Apa itu insomnia 1. Memperhatikan
2. Memperhatikan
2. Apa penyebab insomnia pada lansia 3. Memperhatikan
3. Waktu tidur yang dibutuhkan lansia 4. Memperhatikan
4. Bertanya dan mendengarkan
4. Cara mengatasi sulit tidur pada lansia jawaban
5. kesempatan bertanya

3. 5 Menit Evaluasi :
1. Meminta audience menjelaskan apa itu 1. Menjelaskan apa itu insomnia
2. Menjelaskan apa penyebab
insomnia
insomnia pada lansia
2. Meminta audience menjelaskan apa penyebab 3. Menjelaskan waktu tidur yang
dibutuhkan lansia
insomnia pada lansia
4. Menjelaskan sara mengatasi
3. Meminta audience menjelaskan waktu tidur sulit tidur pada lansia
yang dibutuhkan lansia
4. Meminta audience menjelaskan sara
mengatasi sulit tidur pada lansia
4. 1 Menit Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang 1.Memperhatikan
diberikan.
2. Mengucapkan salam penutup 2.Membalas salam

Anda mungkin juga menyukai