Anda di halaman 1dari 64

Modul Keperawatan Medikal Bedah 2

Gangguan
Kelenjar Tiroid
Kelompok 3 (Gabungan)
PSIK A dan B 2019
PSIK A 2019
1. Omaliah Susilawati (11191040000004)
2. Mellyana Gusti Ayu (11191040000005)
3. Siti Farida Nuur’afifah (11191040000009)
4. Panesa Prasiska Saputri (11191040000010)
5. Dara Mustika (11191040000013)
6. Salwa Khairunnisa (11191040000014)
7. Ajeng Aulia Abdillah (11191040000016)
8. Yulia Retno Sari (11191040000021)
9. Alma Najah (11191040000030)
10. Nursuci Ariyani (11191040000036)
11. Rizka Maulia Amanda (11191040000043)
12. Lidini Anifah Armuna (11191040000048)
PSIK B 2019
1. Hani Muhibbah Lubis 11191040000051
2. Rosidah Hayati 11191040000057
3. Al Fitriah 11191040000059
4. M. Alfiansyah Bayu 11191040000063
5. Siska Rizki Asputri 11191040000065
6. Aghniya Shafa Salsabila 11191040000068
7. Neva Zulfia Rahmanty 11191040000071
8. Haifa Maulidia 11191040000077
9. Andra Maulida Fathira Fauziah 11191040000080
10. Putri Choirunnisa 11191040000087
11. Kuny Anisatul Aryahiyyah 11191040000095
01 REVIEW
Anatomi Fisiologi
Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar
tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan
Definisi hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran
darah untuk mempengaruhi organ-organ lain.

Terdapat dua kelenjar :


● Eksokrin
Struktur ● Endokrin

Beberapa kelenjar pada sistem endokrin :

❖ Hipotalamus ❖ Hipofise
❖ Pankreas ❖ Tyroid
❖ Gonad ❖ Paratyroid
❖ Adrenal
Fisiologi Sistem Endokrin
● Sistem endokrin → mengontrol fungsi tubuh dengan peraturan zat kimia
atau hormon yang diangkut keseluruh tubuh dalam darah.
● Sistem endokrin berkaitan dengan sistem saraf, yang bekerja sama
untuk mempertahankan homeostasis.
● Sistem endokrin bekerja melalui hormon, maka sistem
saraf melalui neurotransmiter.
● Kelenjar endokrin melepaskan sekresi langsung ke
dalam darah.
● Kelenjar endokrin terdapat pada pulau Langerhans,
kelenjar gonad, kelenjar adrenal, hipofise, tiroid, dan
paratiroid.
REVIEW
Anatomi Fisiologi
Kelenjar Tiroid
Anatomi Kelenjar Tiroid
● Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin
● Kelenjar ini memiliki berat 15-20 gr (dewasa)
● Terletak di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea, serta terdiri dari 2 lobus (dekstra dan
sinistra).
● Diselimuti jaringan ikat longgar yang dibentuk dari patisi
fasia colli profunda menjadi bagian anterior dan posterior.
● Kapsul tiroid pada dasarnya tipis mempunyai lapisan
berserat membentuk septa-septa yang masuk ke dalam
kelenjar membentuk pseudolobulus tiroid.
Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki dua
bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbentuk lonjong
berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram.
Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggung jawab
atas normalnya kerja setiap sel tubuh.

Kelenjar tiroid berfungsi menyekresikan dua hormon utama, yaitu


tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Sekresi hormon memerlukan bantuan :
● TSH untuk endositosis koloid pada mikrovili
● Enzim proteolitik untuk memecah T4 dan T3 dari trigobulin.
T3 dan T4 berfungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh dengan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia di sebagian besar sel.
● Di lambung dan jejenum, iodium dikonversi
menjadi iodida dengan cepat → didistribusikan di


seluruh ruang ekstraseluler.
Iodida secara aktif diangkut ke dalam sel folikel Metabolisme
tiroid oleh adenosine triphosphate
(ATP)-dependent process. Iodium
● Tiroid : tempat penyimpanan > 90% dari
kandungan iodium tubuh.
● ⅓ ion plasma hilang dibuang melalui ekskresi
ginjal.
Sintesis Hormon Tiroid, Sekresi, dan
Transportasi 02
01 Sintesis hormon tiroid melibatkan
Dimulai dari penangkap oksidasi iodida → iodin dan
iodida, melibatkan iodinasi residu tirosine di Tg
transport aktif melintasi membentuk MiT dan DiT.
membran basal tiroid
03
● ikatan 2 molekul DiT
membentuk T4.
05 ● 1 molekul DiT dan MiT
membentuk 3, 5, 3’ T3
Deiodinasi hasil iodida,
atau 3, 3’, 5’ RT3.
digunakan kembali
dalam tirosit.
04
Tg dihidrolisis melepaskan free
iodothyronine (T3 dan T4) dan
diidotyrosine.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh aksis
hipothalamus-pituitari-tiroid. Hipotalamus menghasilkan TRH, yang
merangsang hipofisis untuk melepaskan TSH atau thyrotropin. TRH
mencapai hipofisis melalui sirkulasi porto venous. TSH disekresi oleh
hipofisis anterior dan diatur melalui umpan balik negatif oleh T3 dan T4.
Hipofisis memiliki kemampuan untuk mengonversi T4 menjadi T3. Hal ini
menjadi penting dalam kontrol umpan balik. T3 juga menghambat
pelepasan TRH.
Kelenjar tiroid bisa melakukan autoregulasi, yang memungkinkan
untuk memodifikasi fungsi independen TSH. Sebagai adaptasi terhadap
asupan iodida yang rendah, kelenjar tiroid akan mensintesis T3 lebih
banyak dari T4 sehingga meningkatkan efisiensi sekresi hormon.
Fungsi Hormon Tiroid
● Untuk pertumbuhan otak janin dan maturasi tulang.
T3 meningkatkan konsumsi O2, metabolisme basal dan produksi panas
melalui stimulatisasi Na+/K+ ATPase di berbagai jaringan.
● Berperan untuk pengaturan tingkat hipoksia dan hiperkapnia yang
normal.
● Meningkatkan motilitas usus (hipertiroid → diare ; hipotiroid → konstipasi)
● Meningkatkan pertukaran protein dan tulang, serta kecepatan kontraksi
dan relaksasi otot.
● Meningkatkan glikogenolisis, hepatik glukoneogenesis, absorbsi glukosa
intestinal serta sintesis dan degradasi kolesterol.
02
Klasifikasi
Penyakit
➢ Hipotiroidisme
➢ Hipertiroidisme
➢ Goiter (Gondok)
01. Hipotiroid
ETIOLOGI
Berbagai klasifikasi hipotiroid :

01 02
Primer
Tiroid gagal dalam Sekunder
memproduksi hormon
Defisiensi hormon TSH
tiroid
yang dihasilkan hipofisis
● Disgenesis tiroid
(kegagalan hipofisis).
Suatu sindroma klinis akibat penurunan ● Hipotiroid autoimun
produksi dan sekresi hormon tiroid atau ● Defisiensi Yodium
kelainan aktivitas reseptor hormon tiroid
(mengakibatkan penurunan laju
03
metabolisme tubuh). Tersier
Defisiensi TRH yang
dihasilkan hipotalamus
(kegagalan hipotalamik)
Patofisiologi Hipotiroidisme
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus.
1. Malfungsi kelenjar tiroid → peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus → kadar hormon tiroid rendah → hipotiroid
2. Malfungsi hipofisis → penurunan kadar TSH , TRH dari hipotalamus tinggi
karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT →
kadar hormon tiroid rendah → hipotiroid
3. Malfungsi hipotalamus → penurunan kadar TSH dan TRH → kadar
hormon tiroid rendah → hipotiroid
(Anggraini et al., 2019)
Defisiensi hormon tiroid
mempengaruhi semua jaringan tubuh,
sehingga gejalanya bermacam-bermacam.
Kelainan patologis yang paling khas adalah
penumpukan glikoaminoglikan (kebanyakan
asam hialuronat) pada jaringan interstisial.

Penumpukan zat hidrofilik dan peningkatan


permeabilitas kapiler terhadap albumin ini bertanggung
jawab terhadap terjadinya edema interstisial pada kulit,
otot jantung dan otot bergaris. Penumpukkan ini
berhubungan dengan penurunan destruksi
glikoaminoglikan.
Tanda dan Gejala Hipotiroid
Organ / Sistem Tanda Gejala

Otak Lemah, Lelah, mengantuk, depresi, kemampuan berbicara


menurun, intelektual menurun, gangguan ingatan, proses
psikis pelan (KEMENKES RI, 2015)

Mata Sakit kepala, gangguan pengelihatan, edema periorbital


(KEMENKES RI, 2015).

THT Suara serak (KEMENKES RI, 2015).


Suara yang memberat (Decroli, 2018).

Kelenjar Tiroid Pembesaran tiroid/goiter noduler atau difusa (KEMENKES RI,


2015).
Organ / Sistem Tanda dan Gejala

Kardiovaskular Tekanan nadi berkurang (bradikardi), hipertensi


diastolic, kardiak output berkurang
(KEMENKES RI, 2015).
denyut jantung lambat, anemia (Decroli, 2018).

Gastrointestinal Sulit buang air besar (konstipasi), berat badan


naik atau gemuk (KEMENKES RI, 2015).

Perkemihan Fungsi ginjal menurun, retensi cairan


(KEMENKES RI, 2015)

Sistem Reproduksi Infertilitas, gangguan menstruasi (KEMENKES


RI, 2015).
Menoragi (pendarahan haid banyak) (Decroli,
2018).
Organ / Sistem Tanda dan Gejala

Otot dan Saraf Kaku sendi, kesemutan, nyeri sendi, Gerakan


otot lemah (hipofleksia), edema non pitting
(miksedema), ataxia, kramp otot (KEMENKES
RI, 2015).
lambat bergerak lambat berbicara, sindrom
carpal tunnel, efusi rongga tubuh, penurunan
pendengaran (Decroli, 2018).

Integumen Tidak tahan dingin, produksi keringat berkurang


(KEMENKES RI, 2015).
kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang
rapuh, wajah bengkak, alis hilang atau tipis,
botak (Decroli, 2018).
02. Hipertiroid
ETIOLOGI
Hipertiroidisme terjadi akibat
disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus.
● Peningkatan TSH akibat malfungsi
kelenjar tiroid akan disertasi
penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya.
Tirotoksikosis yang disebabkan oleh ● Hipertiroid akibat malfungsi hipofisis
kelenjar tiroid yang hiperaktif. memberikan gambaran kadar HT
Tirotoksikosis → manifestasi kelebihan dan TSH yang tinggi.
hormon tiroid dalam sirkulasi darah. ● TRF akan rendah karena umpan
balik negatif dari HT dan TSH.
ETIOLOGI
HIPERTIROID (Cont…)
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid
diantaranya :
1. Adenoma hipofisis
2. Penyakit Graves
3. Tiroditis
4. Adenoma toksik
5. Konsumsi yodium yang berlebihan,
6. Terapi hipotiroid
7. Toksik gondok multinodula
Patofisiologi Hipertiroidisme
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar 2-3 x dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel
ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar atau disebut goiter. Juga, setiap
sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15x lebih besar daripada
normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH,
Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang
disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada
hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk
memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Patofisiologi Hipertiroidisme
Tanda Gejala Hipertiroid
Organ / Sistem Tanda dan Gejala

Sistem Saraf Labil/emosional, menangis tanpa alasan


yang jelas (iritabel), psikosis, tremor,
nervositas, sulit tidur, sulit
berkonsentrasi (KEMENKES RI, 2015)
Meningkatnya reflek tendon dalam,
tremor halus, gugup, gelisah, emosi
tidak stabil seperti kecemasan, curiga,
tegang (Tarwanto,dkk. 2012).

Mata Pandangan ganda, Eksoftalmus


Organ / Sistem Tanda dan Gejala

Kelenjar tiroid Perbesaran tiroid (KEMENKES RI, 2015)

Jantung dan Paru Sesak nafas (dispnea), hipertensi, aritmia,


berdebar-debar, gagal jantung, tekanan nadi
meningkat (takikardi) (KEMENKES RI, 2015).
Meningkatnya frekuensi denyut jantung, kardiak
output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung,
peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah
sistole dan diastole meningkat 10 – 15 mmHg,
palpitasi, distrimia, kemungkinan gagal jantung,
edema.
Pernafasan cepat dan dalam, bernafas pendek,
penurunan kapasitas paru (Tarwanto,dkk. 2012).
Organ / Sistem Tanda dan Gejala

Sistem Reproduksi Tingkat kesuburan menurun, menstruasi berkurang,


tidak haid, libido menurun (KEMENKES RI, 2015).
Amenorehae, anovulasi, mens tidak teratur, impoten
(Tarwanto,dkk. 2012).

Daraf - limfatik Limfositosis, anemia, pembesaran limpa,


pembesaran kelenjar limfe leher (KEMENKES RI,
2015).

Muskuloskeletal Osteoporosis, epifisis cepat menutup, nyeri tulang,


Lemah badan, refleks meningkat, hiperkenesis,
capai, tangan gemetar (KEMENKES RI, 2015).
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot,
kelelahan, tremor (Tarwanto,dkk. 2012).
Organ / Sistem Tanda dan Gejala

Integumen Berkeringat tidak wajar (berlebihan) di beberapa


tempat (KEMENKES RI, 2015).
kulit lembab, merah, hangat, tidak toleran panas,
keadaan rambut lurus, lembut, halus, dan mungkin
terjadi kerontokan rambut (Tarwanto,dkk. 2012).

Gastrointestinal Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu


makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan
penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi
gastrointestinal, hipnatremia, muntah dan kram
abdomen (Tarwanto,dkk. 2012).

Sistem Perkemihan Retensi cairan, menurunnya output urine


(Tarwanto,dkk. 2012).
03. Goiter (Gondok)
ETIOLOGI
● Defisiensi iodium pada daerah
dengan intake iodium kurang
(ex: pegunungan)
● Adenoma
● Kista
● Karsinoma
● Gangguan metabolisme
Goiter → pembesaran kelenjar hormon yang bersifat
tiroid/gondok. keturunan
Biasanya terlihat seperti bengkak di leher, ● Autoimun
mengelilingi pembuluh darah besar, atau
● Konsumsi goitrogen
bagian dari kelenjar yang membesar.
● Tiroiditis bakterial atau virus
ETIOLOGI GOITER
(Cont…)
Struma (gondok) disebabkan oleh gangguan sintesis hormone tiroid
yang menginduksi mekanisme kompensasi terhadap kadar TSH
serum, sehingga akibatnya menyebabkan hipertrofi dan
hyperplasia sel folikel tiroid dan pada akhirnya menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid. Efek biosintetik, defisiensi iodin penyakit
autoimun dan penyakit nodular juga dapat menyebabkan struma
walaupun dengan mekanisme yang berbeda. Bentuk goitrous
tiroiditis hashimoto terjadi karena defek yang didapat pada
hormone sintesis, yang mengarah ke peningkatan kadar TSH dan
konsekuensinya efek pertumbuhan (Tampatty, 2019)
Tanda dan Gejala Goiter

Penyakit gondok adalah pembengkakan kelenjar tiroid yang umumnya


menyebabkan benjolan pada leher. Selain benjolan yang menjadi gejala
utamanya, penderita penyakit ini juga bisa mengalami perubahan suara,
kesulitan bernapas dan menelan, serta rasa sesak pada tenggorokan.

(Ernawati dkk. 2017)


4. Badai Tiroid (Krisis Tiroid)
Skor Burch-Wartosfky sangat membantu
Badai tiroid merupakan kondisi emergensi dan untuk menegakkan diagnosis berdasarkan
memerlukan penanganan segera. Mendiagnosis kriteria yang ada (tabel 3)
badai tiroid tergolong sulit oleh karena gejala
klinisnya yang menyerupai infeksi seperti takikardia,
demam tinggi, dan terkadang disertai sesak napas.
Krisis hipertiroid sering dikelirukan dengan sepsis,
heat stroke, infeksi gastrointestinal, atau penyakit
jantung iskemik. Manifestasi mata sering dijumpai
dan biasanya memburuk pada badai tiroid (Angell,
T.E., et al., 2015).
Etiologi penyebab krisis hipertiroid dapat dikarenakan intake iodine yang
berlebihan, pemberhentian obat antitiroid secara tiba-tiba, infeksi, trauma, penyakit
serebrovaskular, stres berat dan emosional. Pada kasus ini pasien tinggal di daerah
dekat dengan pantai, daerah dimana banyak mengandung iodine. Tidak ada riwayat
infeksi, trauma, maupun penyakit serebrovaskular. Pasien mengakui
ketidakteraturan dalam mengkonsumsi obat anti-tiroid (Cooper, D.S.,2003).
Berdasarkan American Thyroid Association,
pengobatan krisis tiroid diantaranya dengan pemberian
beta-blocker, obat anti tiroid, iodine, dan kortikosteroid
(Tabel 3). Penanganan bersifat suportif dengan
menjaga suhu tubuh pasien dengan meletakkan selimut
pendingin atau cooling blanket dan pemberian
asetaminofen. Pasien dengan badai tiroid layaknya
dilakukan resusitasi cairan, pernapasan suportif, dan
monitoring di unit penanganan insentif.

Bahn, R.S., et al.,2011


03
Pemeriksaan
Penunjang
A. Tes fungsi Tiroid
1. Thyroid-Stimulating Hormone Serum (normal
0,5-5 µU/ml )
2. Total T (55-150 nmol/L) dan T (1,5-3,5
nmol/L)
3.
4.
Free T (12-28 pmol/L) dan Free T (3,9 pmol/L)
Thyrotropin-Releasing Hormone
B. Tiroid Imaging
5. Antibodi Tiroid 1. Radionuklir
6. Serum Tiroglobulin 2. Ultrasonografi
7. Serum Calcitonin (0-4 pg/ml basal) 3. Computed
8. Biopsi Aspirasi Jarum Halus Tomography/Magnetic
9. Pemantauan Psikometrik Resonance Imaging
4. Pemeriksaan Penunjang Lain
(EKG dan Radiografi Toraks)
04
Asuhan Keperawatan
Gangguan Kelenjar Tiroid
Asuhan Keperawatan
Hipotiroidisme
Pengkajian
Data Objectif

Data Subjektif 1. Status mental : perhatian pendek, emosi


labil, tremor, hiperkinesia
2. Kardiovaskular : TD sistolik meningkat. TD
1. Pengalaman perubahan status diastolik menurun, takikardia walaupun
sosial/mental sedang istirahat, disritmia, murmur
2. Mengalami sakit dada/palpitasi 3. Kulit : hangat, kemerahan, dan basah
3. Mengalami dispnea (aktivitas/istirahat) 4. Rambut : halus dan menipis
4. Riwayat perubahan kuku, kulit, rambut, 5. Mata : lidlag, glovelag, diplopia, dan
dan banyak keringat penglihatan kabur
5. Mengeluh gangguan penglihatan dan 6. Metabolik : BB menurun, nafsu makan
mata cepat lelah bertambah, kolesterol dan trigliserida
6. Perubahan asupan makan dan BB serum menurun
7. Perubahan eliminasi feses, frekuensinya 7. Muskuloskeletal : otot lemah, tonus otot
8. Intoleransi terhadap panas kurang, sulit berdiri dari posisi duduk
9. Mengeluh cepat lelah 8. Pemeriksaan Diagnostik yang dikaji :
10. Perubahan menstruasi atau libido peningkatan T3 dan T4 serum serta
penurunan TSH serum
Diagnosis Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d. depresi ventilasi
2. Konstipasi b.d. Penurunan motilitas
gastrointestinal
3. Hipotermia b.d. Penurunan laju metabolisme

Dx 1. Pola Napas Tidak Efektif


b.d. depresi ventilasi
LUARAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pola napas pasien membaik dengan kriteria hasil :

Frekuensi
Dispnea napas Kedalaman
menurun membaik napas
Penggunaan membaik Pemanjangan
Ventilasi otot bantu fase ekspirasi
1 menit napas menurun
meningkat menurun
INTERVENSI
1. Manajemen Jalan Napas
Observasi 2. Manajemen Pola Napas
● Identifikasi pola napas, bunyi napas tambahan,
sputum Observasi
Terapeutik ● Identifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
● Monitor pola pernapasan
● Pertahankan kepatenan jalan napas (head tilt)
● Monitor bunyi napas
● Posisikan semi fowler/fowler ● Monitor sputum
● Berikan minum air hangat Terapeutik
Edukasi ● Posisikan semi fowler
● Ajarkan teknik batuk efektif ● Berikan minum hangat
● Lakukan pengisapan lendir < 25 detik
● Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan
pengisapan dan dukungan ventilasi, jika perlu
Edukasi
● Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
● Dorong dan ajarkan pasien untuk napas dalam
dan batuk
Kolaborasi
● Berikan obat (hiptonik dan sedatif) dengan
hati-hati
INTERVENSI
3. Pemantauan Respirasi
Observasi
● Monitor frekuensi irama, kelamaan pernafasan
oksimetri, denyut nadi
● Monitor adanya sumbatan pola napas
● Palpasi kesimetrisan paru
● Auskultasi bunyi napas
● Monitor nilai AGD
● Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
4. Dukungan Ventilasi
● Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi Observasi
● Dokumentasi hasil pemantauan ● Identifikasi kelelahan otot bantu napas
Edukasi ● Monitor status respirasi dan oksigenasi
● Jelaskan tujuan prosedur pemantauan Terapeutik
● Berikan oksigen
● Fasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
Edukasi
● Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Dx 2. Konstipasi b.d penurunan
gastrointestinal
LUARAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan elimnasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :

Kontrol
pengeluaran Mengejan Frekuensi
feses saat defekasi defekasi
meningkat menurun membaik

Keluhan
defekasi Konsistensi Peristaltik
lama dan feses usus
sulit membaik membaik
menurun
INTERVENSI
1. Manajemen Eliminasi Fekal
Observasi
●. Identifikasi masalah usus
2. Manajemen Konstipasi
●. Monitor BAB
Observasi
●. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
● Auskultasi bising usus
kondisi gastrointestinal
● Pantau fungsi usus
Terapeutik
● Monitor tanda gejala ruptur usus
●. Berikan air hangat setelah makan
Terapeutik
●. Sediakan makanan tinggi serat
● Anjurkan diet tinggi serat
Edukasi
● Beri makanan yang kaya akan serat
●. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik
Edukasi
●. Anjurkan pengurangan makanan yang
● Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi
meningkatkan pembentukan gas
dalam batas-batas toleransi latihan
Kolaborasi
● Ajarkan kepada klien, jenis makanan yang
●. Pemberian obat suppositoria
banyak mengandung air
Kolaborasi
● Pemberian obat pencahar dan enema, jika
perlu
Dx 3. Hipotermia b.d produksi kalor
menurun
LUARAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan termoregulasi pasien membaik dengan kriteria hasil :

Menggigil Kadar Ventilasi


menurun glukosa membaik
membaik

Suhu tubuh Pengisian Tekanan


membaik kapiler darah
membaik membaik
INTERVENSI
1. Manajemen Hipotermi
Observasi
●. Identifikasi penyebab hipotermi
●. Monitor suhu tubuh, tanda dan gejala Edukasi
akibat hipotermi ● Anjurkan makan/minum hangat
Terapeutik ● Berikan klien pengetahuan apa saja
●. Sediakan lingkungan yang hangat yang harus dihindari dan
●. Ganti pakaian/linen yang basah bagaimana cara pencegah
●. Lakukan penghangatan pasif maupun penggunaan sumber panas dari
aktif luar
● Lindungi Klien terhadap pajanan
hawa. dingin dan hembusan angin
Asuhan Keperawatan
Hipertiroidisme
Pengkajian
1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala, berkaitan dengan metabolisme yang meningkat.
2. Kaji dampak perubahan interaksi yang dialami klien, keluarga, sahabat, dan teman kerja.
3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu.
4. Kaji status nutrisi
5. Kaji timbulnya gejala, berhubungan dengan luaran sistem saraf yang berlebihan.
6. Kaji keadaan jantung secara berkala
7. Kaji kondisi emosional dan psikologis

Pemeriksaan Fisik
1. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroidl : Lakukan palpasi, apakah terdapat massa.
2. Optalmopathy : Ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata.
3. Observasil adanya bola mata yang menonjol : Karena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan di bawah mata.
4. Pemeriksaan jantung: Komplikasi sering timbul, seperti kardioditis, dan gagal jantung.
5. Muskuloskeletal : Ditemukan adanya kelemahan otot, hiperaktif pada refleks tendon dan
tremor, iritabilitas.
Diagnosis Keperawatan
1. Defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan metabolik
2. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan frekuensi jantung
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan tubuh
4. Diare b.d program pengobatan (mis. agen tiroid)
5. Defisit pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d tidak mengenan
sumber informasi

Dx 1. Defisit Nutrisi kurang dari Kebutuhan


Tubuh b.d gangguan metabolik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
LUARAN : diharapkan status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil :

Frekuensi
BB makan Membran
Bising usus
membaik membaik mukosa
membaik
Nafsu Tebal lipatan membaik
IMT makan kulit trisep
membaik membaik membaik
INTERVENSI
1. Manajemen Nutrisi
Observasi 2. Promosi Berat Badan
●. Vital sign setiap 8 jam
●. Observasi bising usus tiap pagi Observasi
●. Timbang berat badan tiap pagi ● Identifikasi penyebab BB kurang
Terapeutik ● Monitor BB
●. Anjurkan klien untuk diet tinggi kalori, ● Monitor albumin, limfosit, elektrolit
tinggi protein serum
Kolaborasi Terapeutik
●. Pemberian suplemen vitamin B ● Sediakan makanan yang tepat
compleks Edukasi
● Jelaskan jenis makanan yang
bergizi dan peningkatan kalori
Dx 2. Risiko penurunan curah jantung
d.d perubahan frekuensi jantung
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
LUARAN : curah jantungpasien meningkat dengan kriteria hasil :

Tekanan Lelah
Takikardia
darah menurun
menurun
membaik

INTERVENSI : Perawatan Jantung


Observasi
●. Identifikasi tanda gejala primer dan Terapeutik
sekunder penurunan curah jantung ●. Posisikan semi fowler/fowler
●. Monitor tekanan darah, intake output ●. Berikan diet yang sesuai
cairan, BB, aritmiaa, SaO2, ●. Berikan dukungan emosional dan
●. Periksa tekanan darah dan frekuensi spiritual
nadi sebelum dan sesudah aktivitas Edukasi
●. Periksa TD dan nadi sebelum ●. Anjurkan beraktivitas sesuai toleransi
pemberian obat dan bertahap
Dx 3. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan
energi dengan kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
LUARAN : diharapkan toleransi aktivitasl pasien meningkat dengan kriteria
hasil :

Frekuensi Tekanan
Dispnea saat
nadi darah
aktivitas
meningkat membaik
menurun

Keluhan Frekuensi
lelah Warna kulit
napas
menurun membaik
membaik
INTERVENSI
1. Manajemen Energi
Observasi
2. Terapi Aktivitas
●. Identifikasi gangguan fungsi tubuh Observasi
●. Monitor pola tidur ● Pantau TTV dan catat nadi baik
●. Monitor kelelahan fisik saat istirahat atau melakukan
Terapeutik aktivitas
●. Lakukan latihan rentang gerak aktif Terapeutik
atau pasif ● Berikan sentuhan atau massage,
Edukasi bedak yang sejuk
●. Ajarkan tirah baring ● Catat perkembangan takipneu,
●. Ajarkan aktivitas secara bertahap dispneu, pucat, dan sianosis
●. Ajarkan strategi koping mengurangi Edukasi
lelah ● Sarankan klien mengurangi
aktivitas dan meningkatkan
istirahat
● Terapis okupasi
Dx 4. Diare b.d program pengobatan (mis. agen
tiroid)
LUARAN : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan eliminasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :

Kontrol
pengeluaran Mengejan Frekuensi
feses saat defekasi defekasi
meningkat menurun membaik

Keluhan
defekasi Konsistensi Peristaltik
lama dan feses usus
sulit membaik membaik
menurun
INTERVENSI
1. Manajemen Diare
Observasi
2. Pemantauan Cairan
●. Identifikasi penyebab diare Observasi
●. Monitor warna volume,frekuensi ,dan ● Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
konsistensi tinja ● Monitor frekuensi napas
●. Monitor tanda gejala hypovolemia ● Monitor tekanan darah
●. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah ● Monitor berat badan
perinatal ● Monitor waktu pengisian kapiler
Terapeutik ● Monitor elestisitas atau turgor kulit
●. Berikan asupkan cairan oral ● Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
●. Pasang jalur intravena ● Identifikasi faktor risiko ketdiakseimbangan
●. Ambil sampel darah cairan
Edukasi Terapeutik
●. Anjurkan makanan porsi kecil ● Atur interval waktu pemantauan sesuai
●. Anjurkan menghindari makanan pembentuk dengan kondisi
gas,pedas, dan mengandung laktosa ● Dokumentasikan hasil pemantauan
Kolaborasi Edukasi
●. Pemberian antimotilitas ● Jelasakan tujuan dan prosedur pemantauan
●. Pemberian obat pengeras feses ● Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Dx 5. Defisit pengetahuan mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d tidak
mengenal sumber informasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam
LUARAN : diharapkan tingkat pengetahuan pasien meningkat dengan kriteria
hasil :

Perilaku Verbalisasi
sesuai minat dalam
anjuran belajar
membaik meningkat
INTERVENSI
1. Edukasi Kesehatan
Observasi
● Identifikasi kesiapan kemampuan menerima
informasi
● Tinjau ulang proses penyakit dan harapan
masa depan
Terapeutik
● Memberikan materi dan media pendidikan
kesehatan
● Berikan info tentang tanda gejala hipertiroid
● Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
● Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
● Ajarkan perilaku hidup sehat
Asuhan Keperawatan
Goiter/Gondok
Diagnosis Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya jalan napas
2. Defisit nutrisi b.d kemampuan menelan makanan

Dx 1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan


upaya jalan napas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
LUARAN : selama 2x24 jam diharapkan pola napas pasien INTERVENSI
membaik dengan kriteria hasil :
1. Manajemen Jalan Napas
Observasi
Penggunaan ● Identifikasi pola napas, bunyi napas
otot bantu Kedalaman
Dispnea tambahan, sputum
napas napas
menurun
menurun membaik Terapeutik
● Pertahankan kepatenan jalan napas
(head tilt)
Ventilasi Frekuensi Pemanjangan ● Posisikan semi fowler/fowler
1 menit napas fase ekspirasi
meningkat menurun ● Berikan minum air hangat
membaik
Dx 2. Defisit Nutrisi b.d kemampuan
menelan makanan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
LUARAN : selama 2x24 jam diharapkan status nutrisi INTERVENSI
pasien membaik dengan kriteria hasil :

1. Manajemen Nutrisi
Observasi
BB Nafsu
makan Bising usus ●. Identifikasi status nutrisi, intoleransi
membaik
membaik membaik makanan, kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
●. Monitor intake makanan, BB, hasil
pemeriksaan lab
Frekuensi Tebal lipatan
IMT makan kulit trisep Terapeutik
membaik membaik membaik ●. Berikan makanan tinggi serat,
protein, kalori, suplemen makanan
Kolaborasi
●. Pemberian medikasi sebelum makan
Membran
mukosa
membaik
Thank
You!

Anda mungkin juga menyukai