Disusun Oleh :
Santi Harnani
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Hipotiroid dan Hipertiroid” untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
Makalah ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 tapi juga diharapkan bisa sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan
tentang “Asuhan Keperawatan pada Hipotiroid dan Hipertiroid”
Kami menyadaribahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Padang, 25 Mei2021
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
LANDASAN TEORITIS
A. HIPOTIROID
1. Pengertian
Apabila hipotiroidisme terjadi pada anak bayi yang baru lahir, akan menimbulkan
kegagalan pertumbuhan fisik dam mental, yang sering bersifat ireversibel; keaddan ini
disebut kretinisme. Kretinisme dapat timbul endemik pada suatu daerah geografik yang
dietnya kekurangan yodium yang berguna untuk sintesis hormon tiroid. Kasus sporadis
dapat timbul akibat kelainan kongenital berupa tidak terdapatnya jaringan tiroid, atau
defek enzim yang menghambat sintesis hormon .
Hipotirod adalah Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormon tiroid
dan akan menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan glikosa
minoglikan di intersisial terutama di kulit dan di otot yang dapat dipengaruhi oleh faktor
geografi dan lngkungan. Sedangkan dalam sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya yang dapat terjadi akibat adanya kekurangan produksi tiroid
atau terdapat defek pada reseptornya.
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi
cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang
tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun
atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim
endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk
kemudian dapat berefek pada organ target.
Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas
iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen.
Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
3. Etiologi
Autoimun : ada 2 bentuk tiroiditis autoimun yang mudah dapat dibedakan melalui
adanya stauma (atrofik) pada keduanya dapat ditemukan auto antibodi. Anggota
keluarga yang mungkin addison, anemia pernisiosa, atau diabetes. Terkadang
tiroiditis hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut dan lebih jarang lagi,
menyebabkan hipotiroidisme sementara.
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit
tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang
berlebihan. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar hormon tiroid
dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari hormon tiroid
dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan hormon
tiroid yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Konstipasi
Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
5. Patofisiologi
6. Patoflowdiagram
Tiroiditis
Etiologi Hipotiroid
Laju metabolisme ↓
proses peristalti
ventilasi ke otak ↓ k
suhu kerja organ
dispnea oksidasi usus ↓
anaerob tubuh ↓ reproduksi ↓
sinkope
konstipasi
asam jarang
Sesak napas libido
laktat ↑ berkeringat
impoten
myalgia
7. Komplikasi
Koma miksedema
Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati.
Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, hipoglisemia,
hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal. Walaupun jarang, ini dapat terjadi
lebih sering dalam masa mendatang, dihubungkan dengan peningkatan penggunaan
radioiodin untuk terapi penyakit Graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen.
Karena ini paling sering pada pasien-pasien tua dengan adanya dasar penyakit paru
dan pembuluh darah, mortalitasnya sangat tinggi.Pasien (atau seorang anggota
keluarga bila pasien koma) mungkin ingat akan penyakit tiroid terdahulu, terapi
radioiodin, atau tiroidektomi: Anamnesis menunjukkan awitan bertahap dari letargi
terus berlanjut menjadi stupor atau koma.
Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya penyakit
arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin seringkali dihubungkan
dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark miokard. Namun karena sudah ada
angioplasty koronaria dan bypass arteri koronaria, pasien dengan miksedema dan
penyakit arteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan terapi penggantian tiroksin
yang lebih cepat dapat ditolerir.
Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih jarang lagi,
pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan maniak ("myxedema
madness"). Skrining perawatan psikiatrik dengan FT4dan TSH adalah cara efisien
untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali memberikan respons
terhadap terapi tunggal levotrioksin atau dikombinasi dengan obat-obat
psikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang terganggu
meningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3 atau T4 pada regimen psikoterapeutik
untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa memperlihatkan penyakit
tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk menegakkan konsep ini sebagai
terapi standar.
8. Klasifikasi
Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis
kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid
berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1 dan 2
(Gillam & Kopp, 2001).
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang paling sering
dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto. Peran auto
imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar
tiroid dan adanya antibodi tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis:
radioterapi eksternal pada penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif
pada tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di
kelanjar tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal:
amiodarone, lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara
mempengaruhi produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar tiroid
(Roberts & Ladenson, 2004).
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada
kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid,
9. Pemeriksaan Diagnostik
Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid
yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya
mengukur level TSH.
Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb:
total T3
total T4
1. Pengkajian
Data Subjektif
Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup
Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek samping
obat (Barddero, Marry, dkk. 2009)
Data Objektif
Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri
dari posisi duduk
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi Rasional
pemberian
Catat warna kulit dan kaji obat-obatan
kualitas nadi anti
disritmia
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
2. HIPERTIROID
1 Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana
terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis
merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan
tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian
pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-
40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh
peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada
penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor
pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit
akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).
2.1 Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di
anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis
1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus
dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira-kira 25 gr tetapi bervariasi pada
tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil.
Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada
lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2
cm. Isthmus menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang
tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun
terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut
thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut Sel
Folikel dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya
dengan pembuluh darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai
dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi
kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat
berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan
sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
2.2 Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik
triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam
protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan.
Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan
banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah
reseptornya sedikit.
Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat memekatkan iodida
kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya akan
mensekresi hormon tiroid;
Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim peroksidase dan
hidrogen peroksidase.
Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan hidrogen (H) pada
cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada
cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih
cepat.
Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi oleh satu
unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi diiodotirosin)
Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin bergabung
dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan
menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air
jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.
Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma
dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini.
Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
3 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis
memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik
negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT
yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi
Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan
adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang
melotot).
Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi
peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan
jumlah hormon tiroid.
Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid.
Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon
tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
4 Tanda dan Gejala
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas,
keringat berlebihan.
Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
Gangguan reproduksi
Cepat lelah
Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam orbit mata.
5 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, dan tiroiditis. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.
Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali
lebih besar daripada normal
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai”
TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor
yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis
pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang
kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga
penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakanreaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Patoflowdiagram
aktivitas tiroid)
berlebihan
Hipertiroidise
Aktivitas simpatik
meningkat berlebihan relative lambat
terhadap bola mata
Perubahan konduksi
meningkat
dari
Eksoftalmus
kebutuhan
Aritmia,
takikardia
Resiko penurunan
curah jantung
7 Komplikasi
Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
8 Pencegahan
Berhenti merokok
Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menghambat
kinerja organ dan jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok dapat
menganggu penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya
orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan mata menonjol akibat hipertiroid.
Untuk menjaga kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi salah satu makanan
yang direkomendasi yang berupa tempe, tahu, atau susu kedelai. Selain
itumengkomsumsi asupan selenium seperti udang, salmon, kepiting, ayam, telur,
bayam, jamur shitake, dan beras merah.
9 Klasifikasi
Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri,
contohnya :
Penyakit grave
Functioning adenoma
Tiroiditis
Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid,contohnya :
Tumor hipofisis
Klasifikasi struma
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) menurut American society for Study of
Goiter membagi :
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa
toksik.Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana
strumadiffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan
tindakanmedissementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba
satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik).
10 Penatalaksanaan Medis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon
tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan mengurangi
gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
Obat-obatan antitiroid
Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel
yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
11 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
Bebas T4 (tiroksin)
Bebas T3 (triiodotironin)
CT Scan tiroid
USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule.
ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)
ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang meningkat,
hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan klien yang mudah
tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi emosionalnya.
Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga, sahabat dan
teman sekerjanya.
Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan kemampuan
klie unruk mengatasinya.
Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem saraf yang berlebihan
dan perubahan pada penglihatan dan penampakkan mata.
Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah, bunyi
jantung, dan denyut nadi perifer.
Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan
suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku
maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.
Pemeriksaan fisik
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran
dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran
normal.
Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler
dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam
penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna
perlu dilakukan pengkajian.
Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti
kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu
dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan
tremor, iritabilitas.
2 Diagnosa Keperawatan
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keseimbangan nutrisi
kembali normal
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme terpenuhi
Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung menjadi
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler < 3 detik,
tidak ada distritnea
Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat
beraktivitas
aktivitas
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital dan catat nadi 1. Nadi meningkat dan bahkan pada
baik pada istirahat dan melakukan istirahat (Takikardi)
aktivitas
metabolisme
5. Untuk mengurangi
kelelahan dan meningkatkan energi
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak ada
resiko kerusakan integritas kulit
Intervensi Rasional
mata
dengan
4. Berikan obat sesuai 4. Untuk tindakan pengobatan medis
indikasi
Intervensi Rasional
4 Implementasi
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat,
2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan
secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik
rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008)