Anda di halaman 1dari 62

Hipotiroid

A2 2016
Sarah Rahmatia A. 260110160028 Quinzheilla P. A. 260110160045
Alya Luthfiyani H. 260110160029 Shinta Lestari 260110160046
Hiralius Bima A. P. 260110160030 Saqila Alifa R. 260110160047
Yasmin Fatinah 260110160031 Alia Resti A. 260110160048
Astrina Fuji N. 260110160032 Indah Pertiwi 260110160049
Yulin Prisdiany 260110160033 Reza Laila N. 260110160050
Maratul Mahdiyyah 260110160034 Kita Radisa 260110160051
Ziyad Aslam G. 260110160035 Ai Masitoh 260110160052
Naomi Fenty N. 260110160036 Hammam H. S. 260110160053
Ira Maya 260110160037 Huriyatus T. E. H. 260110150050
Felia Rizka S. 260110160038 Cindy Melinda S. 260110150054
Hilallya Maurizka D. 260110160039 Alamanda Dwi P. 260110150058
Idzni Rusydina E. Y. 260110160040 Muhammad Rizki N. 260110150101
Diah Siti Fatimah 260110160041 Hisban Hamid A. 260110150123
Shella Widiyastuti 260110160042 Maria Buhaira R. 260110152014
Dede Jihan O. 260110160044 Sarva Pooranam A. 260110152019
Kasus
Seorang anak berusia 4,5 tahun datang ke sebuah Rumah Sakit. Pasien dibawa ke Rumah Sakit
dengan keluhan tidak bisa berbicara. Komunikasi anak ini hanya dengan bahasa isyarat. Anak tsb
terlahir prematur pada usia kandungan ibunya yang baru berumur 7,5 bulan dan BB lahir 19 ons.
Selama kehamilannya, ibu upin pernah mengalami gondok. Anak tsb minum ASI sampai berumur 3
tahun dan baru bisa berjalan setelah berumur 3 tahun. Pasien suka mengkonsumsi singkong dan
oseng kubis

Pada pemeriksaan fisik dijumpai keringat dingin diseluruh tubuh, kesadaran compos mentis TB
87cm, BB 14,5kg suhu 36,7⁰C. Pada leher dijumpai benjolan dibagian kanan sebesar 0,5-1 cm,
kenyal, tidak terfiksasi, dan tidak nyeri. Pemeriksaan Laboratorium menunjukkan kadar TSH 7ml U/l ,
Kadar T₄ bebas 0,1 ng/dl.

Anak tsb didiagnosa mengalami hipotiroid primer karena defisiensi iodium.

Dokter meresepkan Levotiroksin sehari 1x 50 μg, tetapi setelah dilakukan monitoring tidak terlihat
perubahan yang bermakna.

Kajilah yang terjadi pada anak tsb?


Definisi
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi
hormon tiroid yang diikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi
sistem metabolisme tubuh, yaitu mengakibatkan perlambatan proses
metabolik. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan
kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon) (Anwar, 2005). Hipotiroid
primer berhubungan dengan kelainan pada kelenjar tiroid itu sendiri
yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid (Roberts
& Ladenson, 2004).
Epidemiologi

(Kemenkes, 2015).
Epidemiologi

- Di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2014 terdapat 85


bayi yang mengidap hipotiroid kongenital dari 213.669
bayi yang tercatat
- Bisa di catat perbandingan kelahiran hipotiroid di
indonesia adalah 1: 2513 kelahiran, lebih tinggi dari rasio
global 1:3000 kelahiran .

(Kemenkes, 2015).
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher
dan terdiri atas sepasang lobus di sisi kiri dan kanan, yang
dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3.
Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang
tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel
kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah
menjadi hormon tiroid (T3/triyodotironin dan T4/tiroksin) oleh
enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan
ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ
target. (Guyton, 1996).

(Kemenkes RI, 2015).


Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat
sumber antara lain arteri karotis superior kanan dan kiri,
cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua
arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri
brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima,
cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri
atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri,
vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena tiroidea
inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring
dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens
dan cabang dari nervus laringeus superior (De Jong &
Sjamsuhidajat, 2005).
Fisiologi
● Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai
proses metabolisme (metabolisme protein, karbohidrat, lemak) dan
aktivitas fisiologik pada hampir semua sistem organ tubuh manusia
(Kemenkes RI, 2015).
● Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis
hipothalamus-hipofisis-tiroid. Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid
Releasing Hormon (TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Kemudian TSH
merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon
tiroid terutama dalam bentuk T3 dan T4 (Djokomoeljanto, 2007).
● Bila produksi hormon tiroid meningkat maka produksi TSH menurun, dan
sebaliknya jika produksi hormon tiroid tidak mencukupi kebutuhan maka
produksi TSH meningkat (Kemenkes RI, 2015).
Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Efek pada laju metabolism
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan. Hormon ini
adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada
keadaan istirahat.
2. Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
3. Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga curah
jantung meningkat.
4. Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek
hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan
rangka.
5. Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem Saraf
Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.

(Sherwood, 2011).
● Hipotiroid primer
Apabila gangguan terjadi karena
hipogenesis atau kelenjar tiroid
● Hipotiroid sekunder

Patofisiologi Apabila gangguan faal tiroid terjadi


karena ada kegagalan hipofisis
● Hipotiroid tersier
Apabila kegagalan terletak di
hipotalamus
(Sudoyo, et al, 2009).
Hipotiroidisme primer

Ditandai dengan menurunnya produksi


hormon tiroid yaitu sekresi T4 dan T3,
karena T4 dan T3 rendah maka hambatan
pada sistem umpan balik menurun
sehingga TSH serum meningkat.
Merupakan bentuk hipotiroidisme yang
paling sering, dibagi menjadi dua yaitu
yang manifes dan subklinis. Pada yang
manifes kadar TSH tinggi dan T4 rendah,
sedangkan pada subklinis, kadar serum
TSH tinggi dan kadar T4 bebas normal.
Penyebab hipotiroid primer

(Huang SA,2007).
Iodium
Iodium merupakan mikronutrien
yang sangat dibutuhkan dalam
sintesis hormon tiroid yang
mempunyai peran sangat vital
dalam fungsi fisiologis organ tubuh.
Defisiensi iodium menyebabkan
produksi hormon tiroid berkurang
sehingga mengakibatkan gangguan
akibat kekurangan iodium

(Kemenkes RI, 2015)


Goitrogenik
● Semua senyawa yang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
(tiroid) disebut goitrogen
● Senyawa-senyawa tersebut dapat langsung mempengaruhi kelenjar
tiroid atau secara tidak langsung melalui thyroid stimulating hormone
(TSH) (Gaitan, 1989).
● Senyawa goitrogen
1. Tiosianat : kubis, singkong
2. Isotiosianat
3. Goitrin
4. Disulfida Alifatik
5. Flavonoid
(Dewi, 2015).
Goitrogen pengaruhi kelenjar tiroid
Mengganggu proses sintesis hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
ini secara dapat dibagi menjadi tiga langkah, yaitu:
1. Pengambilan iodida secara aktif dari dalam darah dan
meningkatkan kadarnya di dalam kelenjar tiroid. Contoh goitrogen
yang menghambat sintesis hormon tiroid pada fase ini adalah
tiosianat dan isotiosianat.
2. Iodida yang telah dipekatkan di kelenjar tiroid akan mengalami
oksidasi dan diikatkan pada asam amino tirosin (yang terdapat di
dalam molekul tiroglobulin) menjadi monoiodotyrosine (MIT) dan
diiodotyrosine (DIT). Senyawa-senyawa ini merupakan cikal-bakal
hormon tiroid aktif. Proses ini disebut organifikasi dan diperantari
oleh ensim tiroperoksidase. Contoh goitrogen yang menghambat
sintesis hormon tiroid pada fase ini adalah golongan flavonoid,
disulfida-alifatik dan goitrin.
3. Pelepasan hormon tiroid dari molekul tiroglobulin, agar dapat
aktif bekerja di tempat yang dibutuhkan. Contoh goitrogen yang
bekerja pada fase ini adalah iodium dosis besar dan lithium.
(Gaitan, 1989).
Goitrogen
● Goitrogen dapat menghambat sekresi TSH atau mengurangi efek TSH
terhadap sel tirosit. Contoh goitrogen kelompok ini termasuk dinitrofenol
(DNP) dan polimer flavonoid.
● Hormon tiroid yang telah dilepaskan oleh kelenjar tiroid akan diikat oleh
molekul protein di dalam darah. Agar dapat aktif di jaringan, ikatan
tersebut harus dibebaskan, sehingga hormon tiroid dapat masuk ke dalam
sel. DNP juga menganggu proses ini.
● Hormon tiroid yang beredar di dalam darah terdiri dari tetraiodotyronine
(T4) dan triiodotyronine (T3). T3 ini yang lebih aktif di dalam sel.
Perubahan T4 menjadi T3 memerlukan enzim deiodinase. Hambatan pada
enzim ini akan menurunkan aktivitas hormon tiroid. Contoh goitrogen
kelompok ini adalah flavonoid
(Gaitan, 1989).
Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi
- Gangguan autoimun
Hipotiroidisme postpartum disebabkan oleh
antibodi ibu hamil yang menyerang tubuh sendiri,
termasuk kelenjar tiroid. Hipotiroidisme pada ibu hamil
dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran
prematur.
- Produksi TSH yang abnormal
Kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan
T3 dan T4 yang banyak.
(Kasper, 2015)
- Defisiensi iodine
Hipotiroid terjadi saat kadar iodine dalam tubuh
rendah (pada kasus ditandai dengan penyakit gondok)
yang terjadi karena pola makan yang tidak teratur
(Rubenstein, 2007).
- Makanan goitrogenik (singkong dan oseng kubis)
Singkong dan oseng kubis termasuk makanan
goitrogenik yang dapat menghambat ambilan iodium ke
kelenjar tiroid, sehingga akan menurunkan produksi
tiroid. (Dewi, 2015).
Faktor Resiko

● Usia
● Gender
● Riwayat keluarga
● Riwayat penyakit autoimun
● Paparan radiasi
● Konsumsi Obat hipertiroid
● Operasi tiroid

(Berber, 2017)
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala(½)

(Kemenkes RI, 2015).


Tanda dan Gejala (2/2)
● Pada janin atau bayi, kekurangan hormon tiroid dapat menimbulkan cacat fisik,
cacat mental, kelainan saraf dan muncul kretin.
● Kretin adalah kondisi retardasi mental disertai dengan bisu, tuli, cara berdiri dan
berjalan yang khas, dan pertumbuhan terhambat.
● Kelainan pada anak akibat kekurangan hormon tiroid yang terjadi sejak didalam
kandungan disebut juga hipotiroid kongenital. Masa pembentukan jaringan otak
dan periode pertumbuhan pesat susunan saraf pusat terjadi pada masa
kehamilan dan tiga tahun pertama kehidupan anak.
● Bila seorang bayi dengan hipotiroid kongenital tidak diketahui dan tidak diobati
sejak din pertumbuhannya akan terhambat dan mengalami retardasi mental.

(Kemenkes, 2015).
Objektif Pasien
Hasil pemeriksaan fisik dijumpai keringat ● Hasil: Keringat dingin di seluruh tubuh
dingin diseluruh tubuh, kesadaran kompos Parameter: Pada hipotiroid terjadi
mentis dan terdapat benjolan dibagian kanan, intoleransi dingin (Grace dan Borley,
kenyal, tidak terfiksasi, dan tidak nyeri.
2007).
● Tinggi badan: 87 cm
● Berat badan: 14,5 kg ● Hasil: Kesadaran kompos mentis
● Suhu tubuh: 36,7 C Parameter: Kesadaran composmentis
● Besar benjolan: 0,5 -1 cm cooperative berarti keadaan seseorang
sadar penuh dan dapat menjawab
Hasil Pemeriksaan darah laboratorium:
pertanyaan tentang dirinya dan
● Kadar TSH: 7 mIU/L lingkungannya (Aprilia dan
● Kadar Free T4: 0,1 ng/dL Wreksoatmodjo, 2015).
Objektif Pasien
Uji Normal Hasil Keterangan

T4 bebas 0,8-2,7 ng/dl 0,1 ng/dl. Rendah

TSH 0,5-4,7 mIU/L 7 mI U/L Tinggi

Suhu Tubuh Normal


36,4-37,2oC 36,7oC

(Wells et al., 2015).

Keterangan nilai TSH dan T4 bebas pada hipotiroid:


Nilai TSH normal atau meningkat dan nilai T4 bebas rendah dapat dikategorikan sebagai
hipotiroid
Berat Badan Anak 4-5 Tahun

BB pasien: 14,5 kg
Normal: 13,3 kg - 22,4 kg
Simpulan: Normal
(Kemenkes RI, 2011).
Tinggi Badan Anak 4-5

TB pasien: 87 cm
Normal: 97,4 cm - 114,9 cm
Simpulan: Tidak normal, sangat pendek
(Kemenkes RI, 2011).
Tujuan Terapi Sasaran Terapi
● Menormalkan kadar hormon
tiroid dalam jaringan
● Mengurangi gejala ● TSH dinormalkan
simptomatik ● T3 dan T4 ditingkatkan
● Mencegah defisit neurologis
pada pasien
(Dipiro, 2015).
Terapi Farmakologi
PENGGUNAAN DOSIS LEVOTHYROXINE (1/3)
Levothyroxine merupakan satu-satunya obat untuk hipotiroid dan hanya bermain dalam menentukan
dosisnya saja agar tidak terjadi kegagalan terapi.
Penggunaan dosis Levothyroxine untuk Dewasa :
● Untuk pasien yang usianya kurang dari 50 tahun, dosisnya 1,7 mcg/kg/hari (dikali berat badan) dan
harus dilakukan monitoring TSH setiap minggu ke 6-8.
● Untuk pasien yang usianya > 50 tahun, serta pasien yang usianya < 50 tahun dengan penyakit
kardiovaskuler, dosisnya dikurangi menjadi 25-50 mcg/hari (tanpa dikali berat badan) dan harus
dilakukan monitoring TSH setiap minggu ke 6-8.
● Untuk pasien yang usianya > 50 tahun dengan penyakit kardiovaskuler dosisinya 12,5-25 mcg/hari
(tanpa dikali berat badan) dan harus dilakukan monitoring TSH setiap minggu ke 4-6.
● Untuk pasien hipotiroid yang masih ringan, diberikan dosis 25-50 mcg/hari (tanpa dikali berat
badan) dan harus dilakukan monitoring setiap minggu ke 6-8
(Medscape, 2018).
PENGGUNAAN DOSIS LEVOTHYROXINE (2/3)
Penggunaan dosis Levothyroxine untuk Pediatri :
1) Usia 1-3 bulan
● 10-15 mcg / kg / hari PO
● 5-7,5 mcg / kg / hari IV / IM
● Gunakan dosis awal yang lebih rendah (25 mcg / hari) jika pasien berisiko gagal jantung; jika serum awal
T4 lebih rendah dari 5 mcg / dL memulai pengobatan dengan dosis yang lebih tinggi (50 mcg / hari)
2) Usia 3-6 bulan
● 8-10 mcg / kg / hari PO atau 25-50 mcg / hari PO
● 4-7,5 mcg / kg / hari IV / IM
3) Usia 6-12 bulan
● 6-8 mcg / kg / hari PO atau
● 50-75 mcg / hari PO
● 3-6 mcg / kg / hari IV / IM
(Medscape, 2018).
PENGGUNAAN DOSIS LEVOTHYROXINE (3/3)
Penggunaan dosis Levothyroxine untuk Pediatri :
4) Usia 1-5 tahun
● 5-6 mcg / kg / hari PO atau
● 75-100 mcg / hari PO
● 2,5-4,5 mcg / kg / hari IV / IM
5) Usia 6-12 tahun
● 4-5 mcg / kg / hari PO atau 100-125 mcg / hari PO
● 2-3,75 mcg / kg / hari IV / IM
6) Usia > 12 tahun
● 2-3 mcg / kg / hari PO atau 150 mcg / hari PO
● 1-2.25 mcg / kg / hari IV / IM
(Medscape, 2018).
LEVOTHYROXINE (1/2)
Levotiroksin merupakan obat yang digunakan sebagai pengganti
kerja hormon tiroid dan sebagai terapi penekan untuk
mempertahankan kadar TSH pada rentang kadar normal (0,4-
2,5mU/L).

TSH harus dikurangi atau ditekan hingga kadar normal, karena


apabila TSH tinggi, TSH akan terus menstimulasi tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroksin, apabila tiroid terus dipaksa untuk
menghasilkan hormon tiroksin, makan akan menyebabkan kerusakan
pada kelenjar tiroid dan terjadi pembengkakan.

Levotiroksin diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis


ditegakkan.
LEVOTHYROXINE (2/2)
ALASAN PEMILIHAN LEVOTHYROXINE
- secara kimiawi stabill
- bebas dari antigenisitas
- memiliki potensi yang seragam, dan
- relatif murah
(DiPiro, 2011).
MEKANISME KERJA

Levothyroxine (T4) adalah hormon yang dihasilkan dari kelenjar tiroid, yang
dibuat melalui mekanisme iodonisasi dari tirosin pada tiroglobulin.
Levothyroxine dilepaskan dari tiroglobulin melalui proses proteolisis dan
disekresikan ke dalam darah. Pada jaringan perifer, tiroksin akan di
deiodinasi menjadi bentuk triiodothyronine (T3) yang dapat menyebabkan
efek stimulasi berlangsungnya metabolisme sel (Pubchem, 2018).
PIO
Indikasi: Hipotiroidisme
Kontraindikasi: Tirotoksikosis
Dosis: 75 mcg/hari
Cara penggunaan: Pagi hari saat perut kosong 30-60 menit
sebelum sarapan dengan cara dan waktu yang sama setiap harinya
Efek samping: Nyeri angina, aritmia, palpitasi, kram otot skelet,
takikardi, diare, muntah, tremor, gelisah, bergairah, insomnia, sakit
kepala, muka merah, berkeringat, demam, intoleransi terhadap
panas, berat badan turun drastis, otot lemah
Contoh : Euthyrox, Thyrax, Levothyroxine Actavis
(BPOM, 2015)
Perhatian : Penyakit jantung koroner, gagal jantung atau aritmia;
hipotiroid berat atau yang sdh lama terjadi. Penyakit endokrin,
misalnya DM, diabetes insipidus atau insufisiensi korteks adrenal;
koma miksedema. Anak, lanjut usia. Hamil & laktasi.

Interaksi : Derivat kumarin, hipoglikemia; kolestiramin; fenitoin (IV).


Salisilat, dikumarol, furosemid (dosis tinggi), klofibrat

(Farmasiid, 2018).
Terapi Non-Farmakologi
Terapi Non - Farmakologi
1. Menghentikan pengonsumsian singkong dan kubis
Singkong dan kubis merupakan agen agen goitrogen. Goitrogen ini
adalah zat atau bahan yang dapat mengganggu pembentukan
hormone tiroid, sehingga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
Selain itu hindari juga pengonsumsian makanan seperi tempe, tahu,
daun singkong, brokoli, bawang, tomat, dan kacang-kacangan
(Djokomoelyanto, 1998).
2. Meningkatkan konsumsi Iodine
Sumber iodine yang paling banyak dapat diperoleh dari garam yang
mengandung iodium, ikan laut, dan tumbuhan dari laut (seperti
rumput laut) (DFMCH, 2017).
3. Hidroterapi
Hidroterapi merupakan suatu kegiatan yaitu duduk atau berbaring diatas air. Hidroterapi ini
menggunakan air dengan suhu yang berbeda. Dengan diam di dalam air dengan suhu berbeda ini
dapat memperkuat tubuh untuk mengendalikan suhu tubuh. Kelenjar tiroid memiliki peran penting
dalam mengatur suhu tubuh, maka dari itu hidroterapi dapat melatih dan memperkuat kelenjar
tiroid (DFMCH, 2017).

4. Yoga
Ada pose yoga yang diperkirakan dapat membantu kelenjar tiroid. Posenya yaitu sharvangasana atau
posisi lilin. Posisi ini mengalirkan darah langsung ke kelenjar tiroid yang membantu untuk menutrisi
dan menstimulasi kelenjar tiroid (Pajai dan Pajai, 2014)

5. Pengaturan Makanan
Untuk mengatasi gejala sembelit dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makakan tinggi serat,
makanan kaya probiotik, memperbanyak meminum air putih (Axe, 2017).
Konseling dan Monitoring
Konseling
1. Memberikan informasi mengenai nama obat yang diberikan yaitu levotiroksin.
2. Memberikan informasi cara penggunaan obat.
● Pemberian levotiroksin secara oral.
● Tablet bisa dihancurkan dan dicampurkan dengan air minum.
● Pemberian levotiroksin tidak boleh bersamaan dengan pemberian susu kedelai, zat
besi, dan kalsium dikarenakan terjadinya penurunan absorbsi dari levotiroksin.
3. Memberikan informasi waktu penggunaan obat
● Levotiroksin diberikan 1x sehari.
● Levotiroksin bisa diberikan pagi atau malam hari sebelum atau bersama dengan makan
asalkan diberikan dengan cara dan waktu yang sama setiap harinya.
(BPOM, 2015).
4. Memberi informasi efek samping obat
Nyeri angina, aritmia, palpitasi, kram otot skelet, takikardi, diare, muntah, tremor, gelisah,
bergairah, insomnia, sakit kepala, muka merah, berkeringat, demam, intoleransi terhadap
panas, berat badan turun drastis, otot lemah (BPOM, 2015).
5. Menekankan pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal yang dianjurkan dokter dan
menekankan untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa instruksi dokter.
6. Pasien mengalami hipotiroid, maka pasien dianjurkan mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung sumber yodium meliputi ikan air tawar, ikan laut, daging, susu, telur, bayam.
7. Sedangkan untuk bahan makanan yang harus di hindari yaitu sawi, singkong, daun singkong,
kangkung, kubis, gambas, kol, terong ungu, kacang panjang, buncis, keripik gadung, gatot, tape,
tiwul, keripik singkong dan jemblem karena bersifat goitrogenik yaitu bahan makanan yang
berpotensi menimbulkan gondok (Izati dan Trias, 2017).
8. Memberikan pertanyaan kepada wali pasien, apakah ada hal yang kurang
dimengerti dari yang telah dijelaskan sebelumya.
9. Meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan.
Monitoring
Pemantauan lab

a. Pemantauan laboratorium : pemeriksaan FT4 atau T4 total (TT4) dan


TSH secara periodik
b. Darah untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya diambil paling
cepat 4 jam setelah pemberian tiroksin.
c. Pemantauan laboratorium sebaiknya dilakukan pada 2 minggu
setelah terapi awal levotiroksin
d. Pemeriksaan TSH dan FT4 harus diulangi 4 sampai 6 minggu setelah
perubahan dosis levotiroksin

(IDAI, 2017)
Target pemeriksaan

a. Target kadar TSH < 5 mU/L, diharapkan bisa tercapai


dalam waktu 2 minggu setelah terapi dimulai.
b. Kadar FT4 berada di rentang kadar normal nya

(IDAI, 2017).
Jadwal dan Pemantauan kunjungan rawat jalan

(IDAI, 2017)
Fitoterapi
Gotu Kola/Pegagan ( Centella asiatica )
● Daun pegagan mengandung asam asiatica, asiaticoside, brahmoside,
dan asam brahmat yang disebut juga asam madekasat.
● Herbal ini memiliki efek enerzging dari ramuan ini meningkatkan
atau menstimulasi sintesis T4.
● Dosis:
Tingtur daun : daun segar (1:2 atau 1:3), diberikan sebanyak 15-30
tetes. Kering (1:5) dalam alcohol 60% konsumsi 15-40 tetes 1-3 kali
sehari.
Infusa dingin/panas : konsumsi 8 ons daun segar 1-3 kali sehari
Jus/salad : konsumsi 3-10 lembar daun segar.

(Gupta et al, 2016)


Ashwagandha ( Withania Somnifera )
● Mengandung alkaloid, steroid, dan saponin dengan senyawa aktif
Withaferin
● Berperan aktif dalam sistem hormonal. Konstituen kimia ini terlibat
dalam peningkatan produksi hormon T4 dengan bantuan konversi T4
ke T3.
● Pada tahun 2011 penelitian ekstrak Ashwagandha memiliki
kemampuan untuk meningkatkan aktivitas tiroid dan juga
meningkatkan aktivitas antiperoksidasi dalam jaringan. Ashwagandha
diberikan setiap hari kepada tikus betina dan dapat meningkatkan
konsentrasi tiroksin (T4)
● Dosis:
Tingtur akar: segar (1-2), kering (1:5) dalam alcohol 70% konsumsi
10-60 tetes hingga 3 kali sehari.
Dekokta: konsumsi 8-12 ons dekokta 1-3 kali sehari
Kapsul: konsumsi 1 atau 2 kapsul nomor “00” 2-3 kali sehari

(Gupta et al, 2016)


Bladder wrack (Fucus vesiculosus)
● Termasuk ke dalam golongan rumput laut.
● Mengandung zat yang membantu mengembalikan fungsi normal kelenjar tiroid
dan juga mengurangi ukuran kehadiran gondok di tiroid. Mengandung senyawa
Iodine dan L-fucose, yang memiliki sifat anti-obesitas, anti-inflamasi, antioksidan
dan antikarsinogenik.
● Mengandung iodin sebanyak 200-500 ppm.
● Dosis:
○ Ekstrak cairan rumput laut: [1: 1, 50% alkohol]; dikonsumsi 30-60 tetes,
hingga tiga kali sehari.
○ Infus dingin atau rebusan: Persiapkan satu ons rumput laut dalam 32 ons air;
minum empat hingga delapan ons, 1-4 kali sehari.
○ Kapsul: Konsumsi dua hingga tiga kapsul atau tablet hingga tiga kali sehari,
berhati-hatilah untuk tidak melampaui pedoman yang disebutkan di atas (500
mcg).
○ Dalam makanan: Gunakan sedikit sup, taburkan makanan, atau konsumsi
rumput laut dalam bentuk makanan yang difermentasi atau yang
difermentasi lakto.

(Gupta et al, 2016)


Ginseng siberian
● Mekanisme : Ginseng Siberia sangat berguna untuk
merangsang adrenal dan kelenjar timus, yang mendukung
fungsi kelenjar tiroid. Tanaman ini juga akan membantu
meringankan kelelahan, salah satu gejala yang paling umum
dari hipotiroidisme
● Dosis: Ambil dosis 100 sampai 200 mg ekstrak ginseng
Siberia dua kali sehari, sebelum sarapan dan sebelum makan
siang. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter Anda
sebelum memulai suplemen.

(NCBI, 2003).
Ginseng siberian
● Eleutherosides terbukti meringankan gejala kelelahan fatigue
pada orang yang menderita hipotiroid untuk menambah
energi pada 86 subjek yanag diberikan Siberian gingseng
selama 2 bulan untuk 45 orang subjek dan 2 bulan untuk 41
orang subjek.
(NCBI, 2003).
Jahe
● Jahe telah diteliti dapat pada beberapa orang subjek dapat
menghambat pada tingkat metabolisme dan status energi
adenilat dapat merusak integritas selaput yang mengelilingi
hormon tiroid dalam folikel dan akhirnya melepaskan
hormon ke dalam sirkulasi (Sanavi dan Afshar, 2010).
● Jahe banyak mengandung ion ion seperti kalsium dan zink.
● Biasa dikonsumsi dengan ditambahkan pada makanan
berkuah dan diminum (Sanavi dan Afshar, 2010).
Selenium

Pada pasien hipotiroid juga disarankan untuk mengonsumsi


makanan yang mengandung selenium. Selenium merupaka
trace elemen atau mineral yang banyak terdapat pada organ
tiroid yang memiliki peran penting dalam membantu enzim
untuk engubah T4 menjadi T3, tanpa selenium hormon tiroid
biasanya tidak aktif. Selenium juga berperan sebagai
antioksidan glutatione yang melindungi organ tiroid dari
inflamasi dan stres oksidatif. Contoh jamur dan bawang
putih.
Selenium
Efek selenium telah diteliti dengan mengevaluasi efek suplemen
200 μg natrium selenit per hari selama 90 hari pada tingkat
TPOAb pada pasien dengan di bawah terapi dengan levothyroxine
dan dengan tingkat tinggi TPOAb antibodi antithyroperoxidase
dievaluasi mengalami penurunan sehingga kejadian disfungsi
tiroid pada periode postpartum dan hipotiroidisme permanen
menurun (Ventura et al., 2017).
Selenium banyak terdapat pada bawang putih dan berbagai jenis
jamur.
Daftar Pustaka
Anwar, R. 2005. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan
Ginekologi RSHS/FKUP Bandung. pp.1-64.
Aprilia, M., dan B. R. Wreksoatmodjo. 2015. Pemeriksaan Neurologis pada Kesadaran Menurun. CDK-233. 42(10).
Axe, Josh. 2017. Hypothyroidism Diet + Natural Treatment. Available online at
https://draxe.com/hypothyroidism-diet-natural-treatment/ [Diakses pada 14 November 2018].
BPOM. 2015. Natrium Levotiroksin (Garam Tiroksin). Tersedia online di
http://pionas.pom.go.id/monografi/natrium-levotiroksin-garam-tiroksin (Diakses pada 14 November 2018).
De Jong W dan Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Dewi, Y. 2015. Senyawa Goitrogenik dalam Makanan (Goitrogenic Substances in Foodstuffs). Bioedukasi. Vol. 8(2): 24-
27.
DFMCH (Departement of Family Medicine and Community Health). 2017. Integrative Treatment of Hypothyroidism:
Overview for Clinicians. Tersedia online di
https://www.fammed.wisc.edu/integrative/resources/modules/hypothyroidism/ [Diakses 14 November 2018].
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. 2011. Pharmacotherapy Handbook, 8th Edition. Inggris:
McGraw-Hill EducationmCompanies.
Djokomoeljanto, R. 2007. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS,
Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 4 ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Djokomoelyanto. 1998. Gangguan Akibat Defisiensi iodium dan gondok endemik. Dalam Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC.
Ellis, H. 2006. Clinical Anatomy. 11th ed. USA: Blackwell Publishing.
Farmasiid. 2018. EUTHYROX. Tersedia online di https://www.farmasi-id.com/euthyrox/ [Diakses 15 November 2018].
Gaitan, E. dan Cooksey, R.C. 1989. General concept of environmental goitrogenesis. In: Gaitan (ed): Environmental
goitrogenesis. Florida : CRC Press Inc.
Grace, P. A., dan N. R. Borley. 2007. At Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Gupta, A., Wamankar, S., Gidwani, B., dan Kaur, C. D. 2016. Herbal Drugs fot Thyroid Treatment. International Journal
of Pharmacy and Biological Sciences. Vol 6(1): 62-70
Guyton, A.C. 1996. Guyton Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. 3 ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Huang SA.2007. Hypothyroidism. In: Lifshitz F (Eds). Pediatric Endocrinology. Informa Health Care. New York, London.
5 ed. Vol.2. 2007: 405 – 42.
IDAI. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Hipotiroid Kongenital. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia, 2017. Diagnosis dan Tatalaksana Hipotiroid Kongenital. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Izati, I dan Trias, M. 2017. Pola konsumsi Makanan Sumber Yodium dan Goitrogenik dengan GAKY pada Anak Usia
Sekolah di Ponorogo. Amert Nutr. Vol. 1, No. 2.
Kasper, et al. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19 th Edition. New York: McGraw-Hill Education.
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2015. INFODATIN : Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Medscape. 2018. Levothyroxine (Rx). Tersedia online di
https://reference.medscape.com/drug/synthroid-levoxyl-levothyroxine-342732 [diakses pada tanggal 14
November 2018].
NCBI. 2003. Tersedia online : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3921055/ [Diakses 15 November 2018].
Pajai MS dan Pajai SV. 2014. Role of Yoga in Prevention of Hypothyroidsm. Journal of Pharmaceutical and Scientific
Innovation 3(2).
Pubchem. 2018. L-thyroxine. Pubchem CID: 5819. Tersedia (online) di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/L-thyroxine#section=Top. [Diakses pada 14 November 2018].
Roberts, C.G. dan Ladenson, P.W. 2004. Hypothyroidsm. Lancet, 363:793-803.
Rubenstein, David. 2007. Kedokteran Klinis Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Sanavi, S. dan R. Afshar. 2010. Subacute Thyroiditis Following Ginger (Zingber officinale) Consumption. Int J
Ayurveda Res. 1(1): 47-48.
Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru w, Bambang setiyabudi, Idrus alwi, Maercelius S, Siti S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Ventura, M., M. Melo, and F. Carrilho. 2017. Selenium and Thyroid Disease: From Pathophysiology to Treatment. Int
J Endocrinol.
Wells, B. G., J. T. DiPiro, T. L. Schwinghammer, and C. V. DiPiro 2015. Pharmacotherapy : A Pathophisiology
Approach 9th Edition. New York : McGraw-Hill.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai