Anda di halaman 1dari 12

1

MAKALAH HIPOTIROIDISME

Dosen pengampu : Jenti Sitorus S.Kep.,Ns.,M.K.M

DISUSUN OLEH:

-AUREN SIAHAAN

-MIKA SINAGA

-MERLY SIHOTANG

-TONGGO SIAHAAN

-VERA PURBA

-YERSA SIHOMBING

-YOLANDA SIREGAR
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipotiroidisme merupakan kondisi kadar hormon tiroid dalam tubuh
lebih rendah dari biasanya karena produksi yang abnormal (Health
Care, 2013). Hormon tiroid yang terdiri dari T4 dan T3 dikatakan
normal apabila T4 plasma normal berkisar 8 μg /dl (103 nmol/L), dan
T3 berkisar 0,15 mg/dl (2,3 nmol/L). Sementara apabila kadar T4
berada di bawah 8 μg / dL dan T3 berada di bawah 0,15 mg/dL, maka
kedua hormon tiroid tersebut akan dikatakan abnormal (Setiadji dan
Gland, 2016).
Menurunnya kadar hormon tiroid pada penderita hipotiroid akan
mengakibatkan peningkatan kadar TSH dalam darah. Kadar TSH
normal berkisar antara 0.5-4.5 mU/L. Namun pada penderita tiroid,
kadar TSH akan melambung tinggi lebih dari 5 mU/L (Shivaraj dkk.,
2009). Hingga kini, data epidemiologi hipotiroid pada orang dewasa
di Indonesia masih belum tersedia. Menurut riset kesehatan dasar
tahun 2013, sebanyak 0,4% penduduk Indonesia usia 15 tahun atau
lebih yang mengakui terdiagnosis hipotiroid. Meski secara presentil
kecil, namun secara kuantitas cukup besar karena jika pada tahun
2013 penduduk Indonesia berjumlah 176.689.336 jiwa, maka
didaptkan lebih dari 700.000 orang yang terdiagnosis mengalami
hipotiroid (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Hal ini menunjukkan
kasus hipotiroidisme di indonesia cukup besar.
3

Hipotiroidisme dapat menyebabkan banyak gangguan. Sejumlah besar agen di lingkungan

dan beberapa obat diketahui dapat mengganggu fungsi kelenjar tiroid, sehingga menimbulkan

bahaya hipotiroidisme. Polutan yang menyebabkan gondok dikenal sebagai goitrogen

lingkungan. Goitrogen adalah zat alami yang dapat mengganggu fungsi kelenjar tiroid. Istilah

goitrogen diambil dari kata „goiter‟ berarti pembesaran kelenjar tiroid. Jika kelenjar tiroid

mengalami kesulitan mensintesis hormon tiroid, maka kelenjar tiroid akan membesar untuk

mengimbangi ketidakcukupan produksi hormon. Goitrogen menyebabkan tiroid kesulitan

dalam membuat hormonnya (Gaitan, 1988; Chandra, 2010). Goitrogen lingkungan dapat

menyebabkan kondisi dengan bekerja langsung pada kelenjar tiroid, tetapi juga secara tidak

langsung dengan mengubah mekanisme pengaturannya dan metabolisme perifer serta

ekskresi hormon tiroid. Agen antropogenik yang terjadi secara alami dapat bertindak sebagai

goitrogen. Senyawa antitiroid yang terkandung masuk ke jalur paparan air, udara dan

makanan, menjadi faktor egoitrogenik lingkungan yang penting pada manusia dan hewan

lainnya (Gaitan, 1988). Kekurangan yodium dapat terjadi akibat hipotiroidisme. Kekurangan

yodium dalam tubuh dapat mempengaruhi sosial ekonomi pengembangan komunitas. Apabila

kekurangan yodium tidak segera ditangani, maka konsekuensi yang lebih serius dapat terjadi

seperti kerusakan otak, keterbelakangan mental, kegagalan reproduksi, dan kematian masa

kanak-kanak (Chandra, 2010). Hipotiroidisme dapat menyebabkan gangguan penurunan

aktivitas motorik perut, usus halus, serta usus besar. Gangguan tersebut melibatkan aktivitas

kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar dalam sistem endokrin. Kelenjar

ini merupakan kelenjar yang paling besar di dalam sistem endokrin. Kelenjar tiroid penting

untuk pertumbuhan tubuh normal pada masa bayi dan anak-anak. Kelenjar ini menyerap

yodium dari makanan dan melepaskan hormon tiroid yang berupa senyawa terkandung

yodium yang membantu mengatur laju metabolisme tubuh (Alaa dkk., 2016).
4

Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid dikendalikan mekanisme sumbu hipotalamus-

hipofisis-tiroid klasik, di mana hormon pelepas, tirotropin hipotalamus (TRH) merangsang

sintesis dan pelepasan dari hormon perangsang, tiroid hipofisis anterior (TSH), yang

kemudian merangsang sekresi hormon dan pertumbuhan dari kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid

ini menghasilkan T4 dan T3 sehingga terjadi modifikasi deiodininase hipofisis dan perifer.

Modifikasi ini merupakan autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid. Hal ini

berhubungan dengan suplai iodin serta stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh

autoantibodi reseptor TSH. Rangsangan TSH yang terhambat dalam melepaskan kelenjar

tiroid, akan menyebabkan fase metabolisme iodin tidak berlangsung (Anwar dkk., 2005).

Hormon tiroid merupakan senyawa yang berasal dari pemecahan protein menjadi asam amino

tirosin. Pada pencernaan normal, protein yang tercerna akan dipecah menjadi bentuk

polipeptida dan mengalami pemecahan kembali menjadi lebih pendek seperti tripeptida,

dipeptida, dan asam amino. Asam amino ini akan diserap dinding-dinging usus sehingga

nutrisi dalam tubuh tercukupi (Probosari, 2019; Setiadji dan Gland, 2016). Hormon tiroid

memberi dampak pada pertumbuhan, perkembangan, dan berbagai proses seluler tubuh.

Hormon tiroid adalah hormon penting dalam pertumbuhan otak, perkembangan sistem saraf

pusat, metabolisme, dan fungsi sistem saraf otonom. Hormon tiroid memegang peranan

penting dalam metabolisme basal di seluruh tubuh terutama di usus (Daher dkk., 2009;

Health Care, 2013; Yaylali dkk., 2009). Hormon tiroid memberi dampak pada pertumbuhan,

perkembangan, dan berbagai proses seluler tubuh. Hormon tiroid adalah hormon penting

dalam pertumbuhan otak, perkembangan sistem saraf pusat, metabolisme, dan fungsi sistem

saraf otonom. Hormon tiroid memegang peranan penting dalam metabolisme basal di seluruh

tubuh terutama di usus (Daher dkk., 2009; Health Care, 2013; Yaylali dkk., 2009). Pada

keadaan tubuh kekurangan iodin, pemasukkan iodida terganggu. Hal ini akan mengganggu

sekresi hormon tiroid dan menyebabkan terganggunya fungsi sel dan kerja penyerapan asam
5

amino oleh usus halus (Setiadji dan Gland, 2016). Keadaan ini berdampak pada masalah

pencernaan yaitu konstipasi hingga penurunan berat badan (Kermani, 2004). Masalah

pencernaan yang terjadi kemudian mempengaruhi fungsi epitel dan mukosa usus halus yaitu

kerusakan sel seperti perdarahan, nekrosis, dan erosi (Azmijah dkk., 2015). Sudah banyak

penelitian-penelitian mengenai perbandingan gambaran histologi pada organ tikus model

hipotiroid seperti organ kelenjar tiroid, otak, testis, dan sebagainya yang memberikan

gambaran berpengaruh. Akan tetapi belum ada penelitian mengenai gambaran histologi usus

halus pada tikus model hipotiroid. Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti ingin

mengetahui perbandingan gambaran histopatologi pada usus tikus normal dengan tikus model

hipotiroid yang diinduksi pemberian PTU 0,025%.

B. RUMUSANMASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah gambaran histologi usus halus pada tikus model hipotiroid?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi usus halus pada tikus

model hipotiroid.

2. Tujuan khusus

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi

kerusakan mukosa usus halus yang terdiri dari perdarahan, nekrosis,

dan erosi pada epitel vili usus pada tikus yang mendapat PTU.
6

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat dan subyek penelitian mengenai gambaran histologi usus

halus pada tikus model hipotiroid.

2. Bagi Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dukungan ilmiah melalui data

mengenai gambaran histologi lapisan mukosa usus halus pada tikus model hipotiroid.

3. Bahan rujukkan

Memberi informasi sebagai bahan rujukkan penelitian lebih

lanjut terkait histologi usus halus pada kondisi hipotiroid.


7

BAB II

PEMBAHASAN

Hipotiroidisme adalah suatu sindrom klinik yang terjadi akibat kurangnya efek

hormon tiroid pada sel target setelah bayi lahir. Dapat disebabkan karena defek anatomik,

“inborn error of thyroid metabolism”, reaksi autoimun atau defisiensi yodium.

ETIOLOGI

1. Hipotiroidisme primer

Ditandai dengan menurunnya produksi hormon tiroid yaitu sekresi T4 dan T3, karena

T4 dan T3 rendah maka hambatan pada sistem umpan balik menurun sehingga TSH serum

meningkat. Merupakan bentuk hipotiroidisme yang paling sering, dibagi menjadi dua yaitu

yang manifes dan subklinis. Pada yang manifes kadar TSH tinggi dan T4 rendah, sedangkan

pada subklinis, kadar serum TSH tinggi dan kadar T4 bebas normal.

a. Tiroiditis autoimun

Tiroiditis autoimun kronik merupakan penyebab hipotiroidisme didapat yang paling

sering. Tiroiditis autoimun ada dua tipe, yaitu: tipe goiter (penyakit Hashimoto klasik dan non

goiter (tiroiditis atrofi). Keduanya merupakan penyebab hipotiroidisme persisten, yang

ditandai dengan infiltrasi limfosit dan adanya senter germinal limfoid pada tiroid, kerusakan

sel epitel tiroid dan kadar antitiroid antibodi serum tinggi, yang membedakan hanya ada dan

tidak adanya goiter. Pada pasien hipotiroidisme dengan kadar serum antibodi antitiroid sudah

cukup untuk mendiagnosis tiroiditis autoimun kronik. Kadar peroksidase antitiroid serum

atau antibodi antitiroglobulin kadarnya tinggi pada lebih dari 95 % pasien. Patofisiologi

tiroiditis autoimun kronik tidak jelas diketahui, yang jelas ini merupakan kepekaan genetik

dan berhubungan dangan beberapa gen yang mengatur reaksi imunologi. Faktor infeksi,

radiasi tiroid dan asupan yodium yang berlebihan, merupakan faktor risiko untuk terjadinya

tiroiditis autoimun kronik


8

b. Pembedahan dan radiasi

Hipotiroidisme sering terjadi pada anak dengan penyakit Hodgkin yang diobati

dengan radiasi.

c. Penyebab lain yang jarang adalah hemokromatosis, goiterogen (misalnya:

resorcinol, lithium, yodium, amniodarone dan aminoglutethimide)

d. Pengobatan hipertiroidisme dengan obat anti tiroid yang berlebihan

e. Inborn errors biosintesis hormon tiroid, sering sebagai penyebab hipotiroidisme

kongenital, namun pada beberapa pasien kelainannya baru timbul secara klinis

pada masa anak atau remaja.

f. Hipotiroidisme transien (pasca tiroiditis) atau tiroiditis subakut), dan harus

dipertimbangkan pada pasien dengan

tirotoksikosis transien dengan kadar antitiroid antibodi serum normal.

g. Hipotiroidisme subklinis

Bilamana kadar TSH serum tinggi dan kadar T4 bebas serum normal. Penyebab

hipotiroidisme subklinis yang paling sering adalah tiroiditis autoimun kronik. Sebagian besar

pasien asimptomatik dan mungkin terjadinya transien.

2. Hipotiroidisme sentral

Hipotiroidisme sentral disebabkan oleh defisiensi TSH (hipotiroidisme sekunder atau

”pitiuitary hypothyroidism) atau TRH (hipotiroidisme tersier atau ”hypothalamic

hypothyroidism). Insidens diperkirakan 0,1% dari hipotiroidisme primer. Penyebab tersering

pada anak adalah adenoma hipofisis atau craniopharyioma, atau yang lebih jarang adalah

akibat terapi pembedahan pada adenoma hipofisis atau craniopharyioma. Dapat pula terjadi

pada anak dengan germinoma, glioma, meningioma dan chordoma, sarcoidosis,

hemokormatosis dan histiosis sel Langerhans. ”Isolated central hypothyroidism” dapat terjadi

pada anak dengan mutasi reseptor gen TSH. Pasien hipotiroidisme sentral ditandai dengan
9

kadar serum T4 bebas rendah dan kadar TSH serum normal atau rendah, kelainan ini dapat

ditemukan juga pada penyakit berat non tiroid, khususnya pada pasien yang mendaptkan

dopamin dan glukokortikoid. Sehingga sebelum membuat diagnosis harus menyingkirkan

keadaan tersebut. Untuk konfirmasi, semua pasien harus dilakukan pemeriksaan MRI

hipofisis dan skrining biokimia untuk defisiensi adrenokortikotropin, gonadotropin dan

hormon pertumbuhan.

3. Resistensi terhadap hormon tiroid.

Resistensi terhadap hormon tiroid, yang menonjol adalah pada sindrom yang

diturunkan, dimana respon jaringan terhadap hormon tiroid berkurang. Efek hormon tiroid

diperantarai oleh ikatan T3 pada salah satu reseptor (TRά1, TRβ1 dan TRβ2). Pada pasien

dengan hilangnya fungsi reseptor, jaringan perifer resisten terhadap efek hormon tiroid dan

ini menyebabkan hipotiroid fungsional. Lebih dari 600 kasus yang dilaporkan hampir

semuanya terjadi mutasi pada gen TRβ. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar

serum T4 bebas dan T3 bebas tinggi dengan kadar TSH serum normal atau sedikit meningkat.

Pada pasien ini, fungsi tiroid meningkat, sedang pada hipotiroidisme primer dan sentral

fungsi tiroid menurun. Anak perempuan dengan resistensi terhadap hormon tiroid, masih

fertil. Sebagian besar anak dengan penyakit ini didapatkan goiter, tetapi derajad besarnya

bervariasi. Beberapa anak didapatkan gangguan pendengaran dan pertumbuhan yang jelek,

bila anak bertambah besar mungkin didapatkan takikardi mungkin karena aktivasi reseptor

TRά oleh rangsang kadar T4 dan T3 serum yang tinggi. Kira-kira 50% pasien dengan

gangguan belajar, walaupun retardasi mental yang jelas (IQ < 60) sangat jarang. Status klinis

tiroid bervariasi, bilamana klinis eutiroid atau hipotiroid, mengarahkan dokter ke resistensi

umum terhadap hormon tiroid, namun bilamana klinis hipertiroid maka mengarah pada

resistensi hipofisis terhadap hormon tiroid. Manifestasi klinis ini dapat membantu

mendiskripsikan adanya resistensi terhadap hormon tiroid, namun hubungan patofisologinya


10

tidak berhubungan secara konsisten antara manifestasi klinis dan mutasi spesifik pada TRβ

atau efek hormon tiroid di perifer. Sebelum diagnisis ditegakkan, harus disingkirkan kelainan

pada ”thyroid hormone binding” serum, kesalahan pemeriksaan laboratorium dan tumor

hipofisis yang mensekresi TSH. Hanya kira-kira 15% kasus resistensi hormon tiroid sporadik

dan untuk menskrining kelainan ini dengan memeriksa kadar serum TSH dan T4 bebas.

Untuk membedakan adenoma yang mensekresi TSH dan resistensi hormon tiroid dengan

mengukur kadar subunit alfa hormon glikoprotein hipofisis (TSH, LH dan FSH), dan respon

TSH terhadap rangsang pemberian TRH. Karakteristik pada pasien dengan resisten terhadap

hormon tiroid, kadar subunit alfa serum normal dan kenaikan kadar TSH dengan rangsang

TRH, tidak memberikan respon terhadap rangsang TRH bilamana pasien menderita adenoma

yang mensekresi TSH. Diperlukan pemeriksaan MRI hipofisis untuk memastikan diagnosis.

Pasien dengan resisrtensi terhadap hormon tiroid, memproduksi hormon tiroid dalam jumlah

besar untuk mengkompensasi defek reseptor, dan ini tidak membuat sekresi tiroid berkurang.

Dilaporkan, dengan bertambahnya usia dapat terjadi perbaikan gejala klinis spontan. Pada

anak kecil (dengan indikasi tertentu), kadang diperlukan pengobatan percobaan dengan

levothyroxine bila: 1. Kadar serum TSH tinggi, 2. Gagal tumbuh yang tidak dapat

diterangkan penyebab yang mendasari, 3. Kejang yang tidak jelas penyebabnya, 4.

Perkembangan terlambat, atau 5. Riwayat retardasi pertumbuhan dan mental pada anggota

keluarganya.

4. ”Consumptive hypothyroidism”

Jalur utama degradasi hormon tiroid pada manusia, berurutan monodeyodinasi,

dikatalisasi oleh ensim iodotironin deyodinase. Deiodinase tipe 3 (D3), merubah T4 dan T3

menjadi metabolit tidak aktif yaitu rT3 dan 3,3ά-diiodothyronine. D3 dalam keadaan normal

didapatkan pada unit uteroplasenta dan dalam embrio yang sedang berkembang, juga

didapatkan pada beberapa tumor antara lain astrositoma, oligodendroglioma dan glioblastoma
11

multiforme. Pasien dengan tumor besar yang kaya aktivitas D3 dapat terjadi ”consumptive

hypothyroidism” karena terjadi degradasi T4 dan T3 secara cepat. Bilamana kecepatan

degradasi melebihi kapasitas produksi hipofisis dan tiroid untuk memproduksi TSH, T4 dan

T3, maka akan terjadi hipotiroidisme. Dengan diangkatnya tumor penyebab maka

hipotiroidisme akan menghilang tanpa pengobatan. Diagnosis ditegakkan dengan, gejala

klinis hipotiroid timbul seiring dengan pembesaran tumor, dan gejala menghilang setelah

tumor diangkat. Pada pemeriksaan laboratorium diapatkan kadar rT3 serum meningkat, kadar

serum tiroglobulin meningkat karena meningkatnya sekresi hormon tiroid endogen. Adanya

goiter dan uptake radioiodine meningkat pada pemeriksaan skintigram tiroid. Sehingga pada

pasien dengan hemangioma pada tahun pertama kehidupan harus selalu dipantau kadar TSH

serumnya setiap bulan, karena perkembangan neuron pada saat ini sangat tergantung pada

hormon tiroid. Pengobatan dengan levotiroxine diperlukan dosis tinggi untuk menormalkan

fungsi tiroid sampai tumor mengecil atau dilakukan reseksi, karena waktu paruh T4

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hipotiroidisme merupakan kondisi kadar hormon tiroid dalam tubuh lebih rendah dari

biasanya karena produksi yang abnormal.Kekurangan yodium dapat terjadi akibat

hipotiroidisme. Kekurangan yodium dalam tubuh dapat mempengaruhi sosial ekonomi

pengembangan komunitas. Apabila kekurangan yodium tidak segera ditangani, maka

konsekuensi yang lebih serius dapat terjadi seperti kerusakan otak, keterbelakangan mental,

kegagalan reproduksi, dan kematian masa kanak-kanak.Hipotiroidisme dapat menyebabkan

gangguan penurunan aktivitas motorik perut, usus halus, serta usus besar. Gangguan tersebut

melibatkan aktivitas kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar dalam

sistem endokrin. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang paling besar di dalam sistem
12

endokrin. Kelenjar tiroid penting untuk pertumbuhan tubuh normal pada masa bayi dan anak-

anak.

Anda mungkin juga menyukai