Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipotiroid dan Hipoparatiroid”

Dosen pengampu:

Sr. Anitha Sampe, SJMJ,. Ns., MAN

Disusun Oleh : Kelompok 3

Fristy Jane Adelaide (C2114201017)


Gabriela Meilani Claudia (C2114201018)
Indri Nova Again (C2114201020)
Jeane Marlen Malawau (C2114201022)
Jesika Herman (C2114201023)
Kristiani Rita (C2114201025)
Maria Ivoni Melti (C2114201026)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan izin dan
kuasaNyalah kelompok dapat menyusun makalah sistem endokrin yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOTIROID DAN HIPOPARATIROID” ini dengan
baik.

Ucapan terima kasih, kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta
pengarahan dalam hal struktur maupun penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.

Kelompok menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan, untuk ini saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Makassar, 25 Februari 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….
A. Konsep Dasar Medik………………………………………………………
1. Defenisi Hipotiroid…………………………………………………….
2. Klasifikasi Hipotiroid………………………………………………….
3. Etiologi Hipotiroid……………………………………………………..
4. Patofisiologi Hipotiroid………………………………………………..
5. Manifestasi Klinis Hipotiroid………………………………………….
6. Pemeriksaan Penunjang Hipotiroid……………………………………
7. Komplikasi dan Penatalaksanaan Medik Hipotiroid……………………
8. Defenisi Hipoparatiroid…………………………………………………….
9. Klasifikasi Hipoparatiroid ………………………………………………….
10. Etiologi Hipoparatiroid ……………………………………………………..
11. Patofisiologi Hipoparatiroid ………………………………………………..
12. Manifestasi Klinis Hipoparatiroid ………………………………………….
13. Pemeriksaan Penunjang Hipoparatiroid …………………………………
14. Komplikasi dan Penatalaksanaan Hipoparatiroid ……………………
B. Pathway Konsep Dasar Keperawatan……………………………………..
1. Pengkajian Keperawatan Hipotiroid dan Hipoparatiroid……………...
2. Diagnosis Keperawatan Hipotiroid dan Hipoparatiroid……………….
3. Intervensi Keperawatan Hipotiroid dan Hipoparatiroid……………….
4. Implementasi Keperawatan Hipotiroid dan Hipoparatiroid……………
5. Evaluasi Keperawatan Hipotiroid dan Hipoparatiroid…………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………...
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..
RESUME JURNAL………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Tiroid merupakan merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat penting bagi
manusia, tiroid berbentuk kelenjar dan letaknya di bawah jakun pada leher. Tiroid
merupakan kelenjar endokrin terbesar dalam tubuh berbentuk kupu-kupu . fungsi
kelenjar tiroid adalah menghasilkan hormon tiroid yang berguna untuk menjaga
metabolisme tubuh (Sartika dkk, 2020). kelenjar tiroid membutuhkan yodium untuk
sintesis dan sekresi hormon tiroid. Produksi hormon tiroid tergantung pada sekresi TSH
(thyroid-stimulating hormone)dari hipofisis anterior dan asupan protein dan yodium yang
adekuat (Erlina & waluya 2021).
Ada dua jenis gangguan tiroid yang dapat muncul yaitu hipertiroid dan hypotiroid.
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormone tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolisme tubuh berjalan lamat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi
oksigen di jaringan. Aktivitas kelenjar tiroid kurang dapat terjadi akibat disfungsi tiroid
primer atau kejadian sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior (Erlina & Waluya
2021).
Hipotiroid adalah kelainan fungsi kelenjar tiroid yang ditandai dengan kurangnya
produksi hormone tiroid yaitu triodotironin (T3) dan tiroksin (T4) Yang di produksi
kelenjar tiroid. Kekurangan hormon tiroid ini menyebabkan penurunan proses
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, sehingga cenderung menyebabkan
kegemukan (Hidayat, 2018). Hipotiroid pada kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan gangguan retardasi mental serta gangguan pertumbuhan (Lembar & Hartono,
2019).
1.1 Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medik


1. Definisi Hipotiroid
Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang dikeluarkan
oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroidisme (miksedema) adalah sindroma
klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju
metabolisme akan menurunkan dan mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat
dermis sehingga tampak gambaran wajah miksedema yang khas.
Apabila hipotiroidisme terjadi pada anak bayi yang baru lahir, akan menimbulkan
kegagalan pertumbuhan fisik dam mental, yang sering bersifat ireversibel; keaddan ini
disebut kretinisme. Kretinisme dapat timbul endemik pada suatu daerah geografik yang
dietnya kekurangan yodium yang berguna untuk sintesis hormon tiroid. Kasus sporadis
dapat timbul akibat kelainan kongenital berupa tidak terdapatnya jaringan tiroid, atau
defek enzim yang menghambat sintesis hormon .
Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi hormon
tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh secara
umum. Kejadian hipotiroidisme sangat bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan
lingkungan seperti asupan iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia.
Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical
Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan kadar
hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal
(Bahn et al, 2011).
2. Klasifikasi Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi
tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria, dan Jika sepenuhnya
disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.
a. Hipotiroid Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi
yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Hipotiroid Sekunder Terjadi karena adanya kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH
yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)

3. Etiologi Hipotiroid

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau


hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar Hormon
Tiroid ( HT) rendah yang disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penyakit Hipotiroidisme disebabkan :

a. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya


otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan
HT Disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang
minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat
kecenderungan genetik. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis.
b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme, baik yodium
radioaktif maupun pembedahan yang cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
c. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan.
Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Defisiensi iodiurn dapat terjadi gondok
karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk
menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan
disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
d. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari
hipotiroidisme di negara terbelakang.
e. Karsinoma tiroid dapat, terjadi tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme.
Namun terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah
tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk
mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Pajanan radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker
tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid
karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

4. Patofisiologi Hipotiroid
Kelenjar tiroid membutuhkan yodium untuk sintesis dan sekresi hormon tiroid:T 4,
triiodotironin(T3),dan tirokalsitonin (kalsitonin). Produksi hormon tiroid bergantung
pada sekresi TSH dari hipofisis anterior dan asupan adekuat dari protein dan yodium.
Hipotalamus mengatur sekresi TSH.
Penurunan kadar hormon tiroid menyebabkan penurunan seluruh metabolisme
basal. Penurunan metabolisme diseluruh tubuh menyebabkan achlorhydria (penurunan
sekresi asam hidroklorik/HCI dilambung), penurunan motilitas saluran
pencernaan ,bradikardi,penurunan fungsi neurologi, dan penurunan produksi panas pada
temperatur tubuh basal.
Perubahan paling penting akibat penurunan hormon tiroid adalah efek terhadap
metabolisme lemak. Reduksi ini meningkatkan kolesterol serum dan kadar trigliserida
yang menyebabkan risiko aterosklerosis, arteriosklerosis, dan penyakit jantung koroner
meningkat pada pasien hipotiroid.
Oleh karena hormon tiroid memainkan peran penting pada produksi sel darah
merah,orang dengan hipotiroid menunjukkan gejala anemia serta kemungkinan
defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
5. Manifestasi Klinis Hipotiroid
Gejala yang paling umum muncul pada orang dewasa yaitu mudah lelah, lesu,
intoleran terhadap suhu dingin, adanya penambahan berat badan, konstipasi
(sembelit), nyeri sendi dan kram otot, gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(anak-anak), perubahan suara,kulit kering, rambut rontok, gondok.
Tanda dan gejala hipotiroid pada bayi Tanda dan gejala yang dapat muncul pada
hipotiroid kongenital menurut Kemenkes RI (2014)3 , adalah: penurunan aktivitas
(letargi), Kuning (ikterus), Makroglosi (lidah besar), hernia umbilikalis, konstipasi, kulit
kering, skin mottling (burik), mudah tersedak, suara serak, hipotoni (tonus otot menurun),
ubun-ubun melebar, perut buncit, mudah kedinginan (intoleransi terhadap dingin),
miksedema (wajah sembab), udem scrotum.
Menifestasi yang harus lebih diperhatikan seperti kenaikan berat badan yang rendah
selama hamil dengan nafsu makan baik, adanya tremor, dan manuver Valsava tanpa
akselerasi laju jantung. Mengingat kebanyakan kasus disebabkan oleh penyakit Grave,
dicari tandatanda oftalmopati Grave (tatapan melotot, kelopak tertinggal saat menutup
mata, eksoftalmos) dan bengkak tungkai bawah (pretibial myxedema).10 Rendahnya
spesii sitas tanda dan gejala membuat tes laboratorium merupakan alat diagnosis yang
paling baik untuk penyakit tiroid pada ibu hamil.
6. Pemeriksaan Penunjang Hipotiroid
a. Uji Fungsi Tiroid: Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH,
dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi
tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan
refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok,
rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajah kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan
perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
b. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
c. Morfologi Kelenjar Sidik tiroid, pemerikasaan morpologi ini untuk mengetahui
fungsi kelenjar tiroid dengan Isotop I¹²³ dan I¹³¹ pemerikasaan ini khusus untuk
neonatal.
d. Pemeriksaan Ultra Sono Grafi( USG) , pemeriksaan ini untuk mengetahui volume,
dan ukuran kelenjar, ataupun tumor pada kelenjar.
e. CT SCAN dan MRI, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat hubungan kelenjar
tiroiddengan organ sekitarnya.
7. Komplikasi dan Penatalaksanaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan
secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai
dengan hormon tiroid dosis rendah,karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH
kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila
penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat
diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
8. Defenisi Hipoparatiroid
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroidsehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum
kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5- 12,5 mg%).
Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan
atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang
lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
9. Klasifikasi Hipoparatiroid
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan
hipoparatiroid pascabedah.
a. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan
oleh maternal hiperkalsemia.
b. Simpel idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya
sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap
paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat
disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus,
anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
c. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau
sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi
sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar
paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi
bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa
sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu
bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis
hipoparatiroid.

10. Etiologi
Penyebab hipoparatirodisme yang paling sering di temukan oleh sekresi hormon
paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu atau setelah jaringan
kelenjar paratiroid di angkat pada saat di lakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau di
seksi radikal leher.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.
Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
a. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
1) Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
2) Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
b. Hipomagnesemia
c. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
d. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme )

Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-
kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher. Pada kasus-kasus lain,
hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan
penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan
kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjarkelenjar tiroid, ovari, atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme,
kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.

11. Patofisiologi
Hipoparatiroidisme di sebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan
kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah
(hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorbsi intestinal
kalsium dan makanan dan penurunan resorbsi kalsium dari tulang dan di sepanjang
tubulus renalis. Penurunan eksresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia, dan
kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria. Pada hipoparatiroidisme
terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun
(bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%).
12. Manifestasi Klinis
Manifestasi hipoparatiroid antara lain hipokalsemia yang menyebabkan iritablitas sistem
neuromuskeler dan turut menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa
tetanus. Tetanus merupakan hipertonia otot yang menyeluruh disertai tremor dan
kontraksi spasmodik atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk
melakukan gerakan volunter. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa,
kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah
tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup
bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan
tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta
kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan delirium.
Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi.
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70
%) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus
corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi
dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam
keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi.
Dalam tetanik aequivalent :
a. Disfagia dan disartria
b. Kelumpuhan otot-otot
c. Aritmia jantung
d. Gangguan pernapasan
e. Epilepsi
f. Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
g. Gangguan ingatan dan perasaan kacau
h. Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
i. Kulit kering dan bersisik
j. Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
k. Kuku tipis dan rapuh
l. Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik

Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm :

a. Rambut tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.


b. Kulit kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.
c. Kuku tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
d. Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik
dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada
hipoparatiroidisme.

13. Komplikasi Hipoparatiroid


a. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml.
Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu
pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.
b. Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi
dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya
kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).

14. Penatalaksanaan Hipoparatiroid


Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai
kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas).
a. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena
10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus.
Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan
vitamin D 100.000 U per oral.
b. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk
meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan
medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor.
Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk
menghambat absorbsi fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik
bila ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus
waspada terhadap kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol
diperlukan untuk menurunkan kadar kalsium serum.

15. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama : Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang ,
pendarahan yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien
merasa lemas / lemah .
2. Riwayat kesehatan :
 Riwayat penyakit saat ini :
Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan
disekitar mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki.
 Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi
khususnya pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid.
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat penyinaran pada leher .
 Riwayat penyakit keluarga:
 Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan Hipoparatiroid.
3. Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien
hipoparatiroid biasanya terdengar suara stridor, suara serak.
b) B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
c) B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari,
kaki. Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvostek’s dan
trousseau’s positif papil edema, labilitas emosional, peka rangsang,
ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang
d) B4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
e) B5(Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
f) B6(Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan
kuku buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering.
Amati apakah ada kelainan bentuk tulang.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
 Kalsium serum rendah.
 Fosfat anorganik dalam serum tinggi.
 Fosfatase alkali normal atau rendah.
b. Diagnostik
 Foto Rontgen
 Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion
basalis di tengkorak.
 Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan
pleksus koroid.
 Density dari tulang bisa bertambah.
 EKG: biasanya QT-interval lebih panjang.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang
diakibatkan oleh hipokalsemia.
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme laring akibat
aktivitas kejang.
3) Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.

C. Intevensi

Anda mungkin juga menyukai