HIPERTIROID
Kelompok 2
JURUSAN FARMASI
2018
TIROID
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui definisi penyakit gangguan tiroid
2. Mengetahui klasifikasi penyakit gangguan tiroid
3. Mengetahui patofisiologi penyakit gangguan tiroid
4. Mengetahui tatalaksana penyakit gangguan tiroid (Farmakologi & Non-Farmakologi)
5. Dapat menyelesaikan kasus terkait penyakit gangguan tiroid secara mandiri dengan
menggunakan metode SOAP
B. DASAR TEORI
1. Definisi
Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia yang
terletak di leher bagian depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan dan lobus kiri).
Panjang kedua lobus masing-masing 5 cm dan menyatu di garis tengah, berbentuk
seperti kupu-kupu. Penyakit atau gangguan tiroid adalah salah satu kondisi kelainan
pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk
kelenjar maupun perubahan fungsi (berlebihan, berkurang atau normal).
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Pembentukan hormon tiroid dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik yang
melibatkan hormone Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Bila produksi hormon tiroid
meningkat maka produksi TSH menurun dan sebaliknya jika produksi hormon tiroid
tidak mencukupi kebutuhan maka produksi TSH meningkat.
Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme
(metabolisme protein, karbohidrat, lemak) dan aktifitas fisiologik pada hampir semua
system organ tubuh manusia, kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid akan
mengganggu berbagai proses metabolisme dan aktifitas fisiologi serta mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk sistem saraf dan otak
(Kemenkes, 2015).
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
2. Epidemiologi
Kelainan pada kelenjar tiroid merupakan kelainan endokrin terbanyak kedua di
dunia setelah diabetes. Sekitar 300 juta orang di dunia dilaporkan menderita kelainan
tiroid, namun lebih dari setengahnya tidak menyadarinya. India merupakan negara
dengan penderita kelainan tiroid paling banyak, yaitu sekitar 42 juta orang. Kelainan
kelenjar tiroid juga menjadi masalah kesehatan utama di Nepal dengan prevalensi
mendekati 30% dari populasi. Di Pakistan, 8 juta orang penduduk mengalami kelainan
tiroid akibat kekurangan yodium. Kelainan tersebut juga banyak terjadi di negara-
negara seperti Bangladesh, Bhutan, Burma, Sri Lanka, dan Thailand. Di Amerika
Serikat dengan jumlah penduduk lebih dari 275 juta, diperkirakan sekitar 20 juta orang
mengalami berbagai kelainan tiroid dan paling banyak terjadi pada perempuan.
Kelainan pada tiroid mencakup kondisi yang berkaitan baik dengan pengeluaran
berlebihan hormon tiroid maupun yang berkaitan dengan defisiensi hormon tiroid, serta
lesi massa tiroid. Di Indonesia, data statistik mengenai kelainan tiroid masih sangat
kurang. Berdasarkan hasil survei di seluruh Indonesia mengenai struma menunjukkan
peningkatan prevalensi Total Goitre Rate (TGR) dari 9,8% pada tahun 1998 menjadi
sebesar 11,1% pada tahun 2003. Angka TGR di Indonesia tersebut masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena WHO memberi batas maksimal 5% (Crosby dkk,
2016).
3. Klasifikasi
3.1 Menurut kelainan bentuknya, gangguan tiroid dapat dibedakan dalam 2 bentuk :
a) Difus
Pembesaran kelenjar yang merata, bagian kanan dan kiri kelenjar sama-sama
membesar dan disebut struma difusa (tiroid difus)
b) Nodul
Terdapat benjolan seperti bola, bisa tunggal (mononodosa) atau banyak
(multinodosa), bisa padat atau berisi cairan (kista) dan bisa berupa tumor
jinak/ganas.
3.2 Menurut kelainan fungsinya, gangguan tiroid dibedakan dalam 3 jenis :
a) Hipotiroid
Hipotiroidisme merupakan sindroma klinis dan biokimia yang timbul akibat
dari berkurangnya produksi hormon tiroid. Hormon tiroid penting untuk
pertumbuhan normal dan perkembangan selama masa embrionik. Kekurangan
hormon tiroid selama masa perkembangan fetal dan neonatal akan menyebabkan
retardasi mental dan atau kretinisme. Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme
mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu pada disfungsi
kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan
kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme primer) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis
disebut hipotiroidisme sekunder.
Hipotiroid Primer
Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis,
defisiensi iodium
Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian iodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron.
Hipotiroid Sekunder
Kegagalan hipotalamus (penurunan TRH, TSH yang berubah ubah, penurunan
T4 bebas) atau kegagalan pituitari (penurunan TSH, penurunan T4 bebas).
b) Hipertiroid
Hipertiroid adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar T4, T3 atau
keduanya di dalam jaringan. Menurut National Health and Nutrition
Examination Survey III, 0,2% pasien yang tidak mendapat terapi tiroid dan tidak
memiliki riwayat penyakit tiroid, menderita “subclinical hyperthyroidism” (TSH
< 0,1 mUI/L dan T4 normal), dan 0,2% menderita “clinically significant”
hipertiroid (TSH < 0,1 mUI/L dan T4 > 13,2 mcg/dL). Prevalensi penekanan
TSH memuncak pada usia 20-39 tahun, kemudian menurun pada usia 40-79
tahun, dan meningkat lagi pada usia 80 tahun ke atas. Peningkatan dan
penekanan kadar TSH lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
c) Eutiroid
Keadaan tiroid yang berbentuk tidak normal tapi fungsinya normal.
(Kemenkes 2015 dan Penuntun Farmakoterapi IV
2018).
5.2 Hipertiroid
Kelebihan hormon tiroid menyebabkan proses metabolik dalam tubuh
berlangsung cepat. Gejala dan tanda hipertiroid adalah sebagai berikut :
8.2 Farmakologi
a) Hipotiroid
b) Hipertiroid
Tabel 4. Pengobatan Hipertiroid Akibat Grave’s Disease
Tabel 5. Terapi Farmakologi untuk Hipertiroid
D. STUDI KASUS
1. Hipotiroid
Nyonya RW, 45 tahun, seorang ibu rumah tangga, berkunjung ke poliklinik karena
mengalami peningkatan berat badan sebesar 10 kg dalam setahun terakhir ini. Pasien
lemah, mengalami penurunan daya ingat, bicaranya lamban dan berat, konstipasi,
kulitnya menebal dan intoleransi dingin. Tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid.
Hasil Pemeriksaan Fisik
BB : 60 kg
Tinggi badan : 155cm
BMI : 24,97
TD : 125/75 mmHg
HR : 58 kali permenit
RR : 16 kali per menit
Suhu : 36,50C
Hasil Laboratorium
TSH serum : 11 mIU/L
T4 bebas : 0,4 ng/dL
Total T4 : 3 mcg/dL
Total T3 : 110 ng/dL
CBC : Hb 11 mg/dL
Total kolesterol serum : 210 mg/dL
LDL : 150 mg/dL
HDL : 60 mg/dL
TG : 135 mg/dL
BUN : 20 mg/dL
SCr : 0,8 mg/dL
Tidak ada alergi obat sebelumnya
Riwayat Pengobatan
Mulax 1 sachet 2 kali sehari selama 2-3 hari, efektif jika pasien konstipasi.
Diagnosis Dokter : hipotiroidisme , Hashimoto’s disease.
2. Hipertiroid
Ny. AK, 30 tahun mengeluh nerveous, lemah dan palpitasi yang semakin bertambah
sejak 6 bulan terakhir ini. Pada saat ini Ny AK merasakan sering mengeluarkan keringat
yang berlebihan dan tidak tahan menggunakan selimut pada saat tidur. Periode
menstruasi tetap teratur, tetapi kuantitasnya menurun. Tiroid Ny AK tidak terlihat
membesar dan tidak terlihat proptosis pada matanya.
Riwayat Pemeriksaan dan Data Lab
TB : 160 cm
BB : 50 kg
HR : 120 kali/menit
TD : 127/80 mmHg
TSH : 0,2 mIU/L
T4 total : 20 ug/dL
T3 : 400 ng/dL
T4 bebas : 3 ng/dL
Uptake resin T3 : 40%
Index tiroksin bebas : 5
WBC count : 6000
Riwayat Penyakit
Fungsi organ vital pasien dalam keadaan normal dan pasien belum pernah mengalami
sakit berat maupun kronis dan tidak punya riwayat alergi obat.
Diagnose : Hipertiroid
E. HASIL PRAKTIKUM
1. FORM SOAP
PHARMACEUTICAL CARE
PATIENT PROFILE
Ny AK
Presenting Complaint
mengeluh nerveous, lemah dan palpitasi yang semakin bertambah sejak 6 bulan terakhir ini.
merasakan sering mengeluarkan keringat yang berlebihan dan tidak tahan menggunakan
selimut pada saat tidur. Periode menstruasi tetap teratur, tetapi kuantitasnya menurun.
Drug Allergies:
Tidak Ada alergi obat
Data Laboratorium
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 160 cm
TD 127/80 mmHg
HR 120 kali/menit
Hasil Laboratorium
TSH serum 0,2 mIU/L
T4 bebas 3 ng/dL
Total T4 20 ug/dL
T3 400 ng/dL
Uptake resin T3 40 %
Index tiroksin bebas 5
WBC count 6000
OBJECTIVE(signs)
Hasil pemeriksaan fisik
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 160 cm
TD 127/80 mmHg
HR 120 kali/menit
Hasil Laboratorium
TSH serum 0,2 mIU/L
T4 bebas 3 ng/dL
Total T4 20 ug/dL
T3 400 ng/dL
Uptake resin T3 40 %
Index tiroksin bebas 5
WBC count 6000
ASSESMENT
Pada kasus ini, pasien didiagnosa hipertiroid oleh dokter dan didukung
oleh hasil pemeriksaan laboratorium, dimana terjadi peningkatan kadar T3 dan T4
masing-masing menjadi 400 ng/dL dan 20 ug/dL dengan kadar TSH 0,2 mIU/L.
Saat ini pasien belum mendapatkan terapi untuk hipertiroid yang dialaminya
sehingga dapat dikategorikan mengalami DRP. Setelah dilakukan FIR, diketahui
pasien dalam keadaan hamil, sehingga kami merekomendasikan Methimazole.
Sesuai dengan guideline, methimazole (obat antitiroid) yang digunakan untuk ibu
hamil trimester kedua.
Pada kasus ini pasien sedang hamil trimester 2 sehingga methimazole aman
digunakan pada pasien ini. Jika dilihat dari aspek farmakokinetika obat,
methimazole lebih unggul dari PTU karena waktu paruh methimazole lebih
panjang dari PTU sehingga frekuensi konsumsi obat pada pasien ini lebih sedikit
dan hal tersebut juga akan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan.
Selain itu, berikut merupakan beberapa kelebihan methimazole jika dibandingkan
dengan PTU( Cooper S David, 2003):
Prognosis
Prognosis GD direfleksikan dengan baik dengan tingkat remisi dan relaps.
Tingkat remisi di kalangan orang dewasa lebih tinggi daripada anak-anak. ATD
dapat menyebabkan remisi permanen dalam 30-50% kasus. Jika kambuh terjadi
pada pasien GD yang diobati dengan ATD, maka terapi destruktif lebih mungkin
menjadi pilihan yang lebih tepat. Setelah 12-18 bulan pemberian ATD, sekitar
lebih dari 50% pasien akan mengalami kekambuhan. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa tingkat TSH-R Ab yang tinggi sebelum penghentian terapi
diduga terkait dengan tingkat relaps yang tinggi. Perbandingan T3 / T4 lebih dari
20 terkait dengan lebih dari 80% risiko kambuh. Tingkat TSH rendah 4 minggu
setelah penghentian ATD telah berkorelasi dengan kejadian kekambuhan pada
70% kasus. Ada korelasi antara volume tiroid dan aliran darah, di mana temuan
ini memperkuat korelasi yang diketahui sebelumnya antara struma besar dan
risiko tinggi untuk kambuh (The Indonesian Society of Endocrinology, 2012).
Kehamilan
Pasien dengan GD memerlukan pengobatan yang cepat dengan ATD dan
harus menjalani pemantauan sering untuk tanda-tanda hiper dan hipotiroidisme
janin dan ibu. ATD sekarang dianggap sebagai terapi utama untuk hipertiroid
selama kehamilan untuk membantu mencegah komplikasi perinatal.
Propylthiouracyl dan methimazole harus digunakan untuk hipertiroidisme
karena GD yang membutuhkan perawatan selama kehamilan. Propylthiouracil
harus digunakan ketika terapi obat antithyroid dimulai selama trimester pertama.
Methimazole harus digunakan ketika terapi obat antitiroid dimulai setelah
trimester pertama. Dosis awal PTU yang dianjurkan adalah 100 hingga 450 mg
setiap hari, tergantung pada gejala dan hasil tes fungsi tiroid. Total dosis dibagi
menjadi 3 dosis harian. Methimazole dapat dimulai pada 10 hingga 20 mg setiap
hari dalam 1 dosis. Dosis ATD harus dijaga serendah mungkin. Terapi
penggantian blok yang terdiri dari ATD plus levothyroxine tidak boleh digunakan
dalam kehamilan. Jika seorang wanita yang menerima terapi tersebut menjadi
hamil, terapi harus diubah menjadi ATD saja. Adrenergik blocker, seperti
propranolol, 10 hingga 40 mg setiap 4 hingga 6 jam, atau atenolol, 25 hingga 50
mg setiap hari, juga direkomendasikan untuk pengobatan gejala hiperadrenergik
hadir di hipertiroidisme, tetapi harus dihentikan setelah gejala membaik atau
dalam beberapa minggu pertama pengobatan.
TSH terdeteksi adalah indikasi untuk mengurangi dosis obat antitiroid.
Pasien yang mencapai euthyroidism dengan dosis minimal ATD dan memiliki
durasi singkat dari gejala, titer TRAb yang tidak terdeteksi atau rendah, dan
gondok kecil mungkin dapat menghentikan ATD selama 4 hingga 8 minggu
kehamilan. Menghentikan pengobatan sebelum usia kehamilan 32 minggu tidak
dianjurkan karena kemungkinan hipertiroid dapat kambuh.
Menyusui
Pemberian ASI dengan mengkonsumsi PTU dan Methimazole keduanya
muncul dalam ASI dalam konsentrasi kecil. Namun, karena potensi untuk
berkembang menjadi nekrosis hati baik ibu atau anak, penggunaan PTU pada ibu
adalah ATD yang lebih disukai pada ibu menyusui.
Radioaktif
Terapi dengan iodium-radioaktif dikontraindikasikan selama kehamilan.
Propiltiourasil dan karbimazol dapat diberikan tetapi tidak boleh
memberikan blocking-replacement regiment. Propiltiourasil dan karbimazol dapat
melewati sawar plasenta dan pada dosis tinggi dapat menyebabkan goiter pada
janin dan hipotiroidisme. Dengan demikian dipakai dosis terkecil yang dapat
digunakan untuk mengontrol hipertiroid (pada Grave’s disease kebutuhan obat
cenderung menurun selama kehamilan). Meskipun jarang karbimazol jarang
dikaitkan dengan kejadian aplasia cutis pada neonatus. Karbimazol dan
propiltiourasil masuk dalam ASI tetapi hal ini tidak menghalangi pemberian ASI
selama tumbuh kembang bayi dimonitor secara ketat dan digunakan dosis obat
paling rendah yang efektif (Pionas, 2015).
PLANNING
Farmakologi
Nama Obat Indikasi Dosis
Disarankan menggunakan
Methimazole Hipertiroid Methimazole 2 kali sehari 10
mg.
Monitoring
a. Efektifitas
Methimazole: evaluasi status tiroid pada pasien yang memakai ATD, dan penting
bahwa pasien memahami pentingnya. Penilaian T4 serum bebas harus diperoleh
minimal 4 minggu setelah memulai terapi, dan dosis pengobatan disesuaikan.
Serum T3 mungkin juga dimonitoring. Sesuai interval pemantauan setiap 4-8
minggu sampai tingkat euthyroid dicapai dengan dosis terapeutik yang minimal.
Setelah pasien mengalami eutiroid, uji biokimia dan evaluasi klinis dapat
dilakukan dengan interval 2–3 bulan. Pengukuran kadar T4 bebas dan kadar TSH
juga diperlukan sebelum memulai terapi emnggunakan ATD.
b. Efek samping
Methimazole: efek samping yang paling sering dilaporkan untuk penggunaan
ATD seperti methimazole adalah rash atau kemerahan pada kulit serta resiko
toksisitas pada organ hati.
2. Form Medication Record
Nama Pasien Tanggal Diberikan Waktu Nama Obat Dosis Obat Alergi Obat dan Tanda
Obat Pemberian Obat Reaksi Alergi Tangan
Apoteker
Ny. AK Seterusnya Setiap 12 jam Methimazole 10 mg Tidak ada
3. Form Medication Reminder
Abraham, P., Avenell, A., Park, C.M., Watson, W.A. dan Bevan, J.S., 2005, A
Systematic Review of Drug Therapy for Graves’ Hyperthyroidism,
European Journal of Endocrinology 153, 489–498.
Carney RM, Rich MW, Freedland KE, Saini J, Tevelde A, Simeone C, et al, 2014
Major depressive disorder predicts cardiac events in patients with coronary
artery disease. Psychosom Med 1988 Nov-Dec; 50: 627-633
Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw
Hill Companies.
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. ISSN
2442-7659