Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif.
Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun
fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang
disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah.
Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan
lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari
hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves.
Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000
orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia
20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak
terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat
menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari
kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik
merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih
kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000
wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika
terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan
bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus
hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan pada penyakit hipertiroid?
2. Bagimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertiroid?
3. Apa saja intervensi yang diberikan pada pasien hipertiroid?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Adalah untuk mengetahui penyakit Hipertiroid dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyakit Hipertiroid
b. Mengetahui penyebab Hipertiroid
c. Mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
d. Mengetahui pathway/WOC Hipertiroid
e. Mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada Hipertiroid
g. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
h. Mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid

2
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP PENYAKIT HIPERTIROID


A. PENGERTIAN

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan


produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang
digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh
distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka
kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1
dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu
sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang
disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia,
genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya
adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit
akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

B. ETIOLOGI

Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya


adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak
yodium dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang
disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel
tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat

3
hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya
hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus
(mata yang melotot).

3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan
pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah
hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum,
dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran
kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa
bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa
bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya
dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering
mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh.
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien
tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar.
Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan
kelebihan jumlah hormon tiroid.

C. KLASIFIKASI
 Hipertiroid primer : terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar
tiroid itu sendiri, contohnya :
- Penyakit grave
- Functioning adenoma
4
- Toxic multinodular goiter
- Tiroiditis
 Hipertiroid sekunder : jika penyebab hipertiroid berasal dari luar
kelenjar tiroid, contohnya :
- Tumor hipofisis
- Pemberian hormonc tiroid dalam jumlah besar
- Pemasukan iodium berlebihan

Klasifikasi struma
Pembesaran kelenjar tiroid(kecuali keganasan) menurut american suciety for
goiter membagi :
1. Struma non toxic diffusa
2. Struma non toxic nodusa
3. Struma toxic diffusa
4. Struma toxic nodus
Struma toksik dapat dibedakan menjadi dua yaitu struma diffusa toksik dan
stroma nodusa toksik. Istilah diffusa dan modusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana strauma diffusa toksik akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan(
strauma multinoduler toksik).
Strauma diffusa toksik(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlbihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit grave(gondok ekoftalmik/exophatalamic
goiter), bentuk tiroktosiskosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidism lainnya.
Strauma non toksik sama halnya degan strauma toksik yang dibagi menjadi
strauma diffusa non toksik dan strauma nodusa non toksik. Strauma non
toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Stauma ini disebut
sebagai simle goiter, strauma endemik, atau goiter koloid yang sering
ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekalimengandungyodium
dan goitrogen yang menghambat sintesis hormon oleh zat kimia.
5
D. PATOFISIOLOGI
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid
yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat
dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid
menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi
panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan
toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan
berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini
menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga
cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta
adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output,
stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik lainnya.
Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad,
sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan
dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan
libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).

6
E. WOC

Adenoma hipofisis,penyakit MK:


graves,modul
Kelenjar tiroid
tiroid,tiroiditis,yodium membesar 2-3 kali dari
Gangguan Citra
berlebihan,pengobatan hipotiroid normal Tubuh

hipertiroid
Peningkatan Produksi MK: hipertermia
Sekresi hormon panas tubuh
tiroid berlebihan dan
peningkatan (kardiovaskuler) reseptor
metabolisme rate beta adrenergik
Peningkatan
metabolik

Denyut nadi cepat,peningkatan


output,stroke volume,aliran darah
Degradasi simpanan perifer dan respon adrenergik
karbohidrat,lemak,protein,cadan lainnya
gan protein otot berkurang

MK: Defisit nutrisi


MK: resiko gangguan
sirkulasi spontan

MK:
keletihan

Hematomi atau Edema MK:


tiroidektomi bersihan
cedera pada saraf glotis,memb
laringeus uat sulit jalan napas
bernapas tidak efektif
pada saraf lari
MK: Luka insisi MK: Nyeri
ansietas anveksi akut

MK: Koping
tidak efektif

7
F. MANIFESTASI KLINIS
Hipertiroid memunculkan sekelompok tanda dan gejala yang khas :

 Kecemasan (Hipereksitabilitas emosional), iritabilitas, ketakutan,


ketidakmampuan untuk duduk diam; palpitasi nadi cepat saat danketika
mengeluarkan tenaga.
 Toleransi buruk thdp panas; berkeringat berlebihan; kulitvyang
memerah dengan warna salmon yang khas, dan cendrung menjadi
hangat, lunak, dan lambab.
 Kulit kering dan pruritus menyebar.
 Tremor halus pada tangan.
 Eksoftalmos (mata menonjol) pada bbrp pasien.
 Nadi berkisar antara 90 dan 160 kali per menit; tekanan darah sistolik
(terapi buakn diastolik) meningkat (meningkatkan tekanan nadi).
 Osteopororisi dan fraktur.
 Efek jantung dapat mencakup takikardia sinus atau distritmia.

G. PENCEGAHAN

Pada intinya, menjaga pola makan dan hidup sehat merupakan kunci
utama mencegah kondisi ini terjadi. Selain pola makan dan pengaturan
makan yang dijaga, diperlukan juga untuk aksi mengurangi berat badan, atau
yang kedua fokus untuk menjaga fungsi kelenjar ini agar bisa menghasilkan
hormon yang sesuai dengan kebutuhan.

8
Penelitian telah menemukan adanya hubungan antara kekurangan
vitamin D dengan penyakit tiroid autoimun, tiroiditis Hashimoto, dan
penyakit Graves.

Kekurangan vitamin D juga lebih sering ditemukan pada pasien


dengan penyakit tiroid dibandingkan dengan orang yang sehat dan tidak
menderita penyakit autoimun.

Suatu penelitian dalam jurnal Nutrition & Metabolism tahun


2014 melaporkan bahwa orang yang mengalami hipotiroid sebaiknya
mengonsumsi lebih banyak protein. Asupan protein yang tinggi ternyata bisa
mempercepat metabolisme dalam tubuh. Selain mengatur jumlah protein
yang dimakan, perhatikan juga zat gizi lainnya seperti:

1. Yodium

Yodium adalah mineral yang sangat penting dalam tubuh untuk


membuat hormon tiroid. Jika seseorang kekurangan yodium maka risiko
mengalami hipotiroidisme akan semakin tinggi.

Jika hipotirodisme Anda akibat mengalami kekurangan yodium,


tambahkan garam meja beryodium ke makanan Anda atau makan lebih
banyak makanan yang mengandung yodium tinggi, seperti ikan, susu, dan
telur.

2. Selenium

Selenium yang selanjutnya akan membantu tubuh mengaktifkan


hormon ini sehingga bisa digunakan dengan optimal dalam tubuh. Mineral
selenium ini juga memiliki manfaat antioksidan, yang berarti mineral ini bisa
melindungi kelenjar tiroid dari radikal bebas.

Tambahkanlah dalam makanan Anda ekstra selenium. Selenium bisa


didapatkan dari kacang-kacangan, ikan tuna,dan ikan sarden. Suplemen

9
selenium hanya boleh diminum sesuai dengan anjuran dokter, sebaiknya
tidak menggunakannya secara mandiri.

3. Zink

Bekerja sama dengan selenium, zink yang akan membantu tubuh


mengaktifkan hormon tiroid. Suatu penelitian juga ada yang menunjukkan
bahwa zink bisa membantu mengontrol TSH. TSH adalah hormon yang
memberitahu kelenjar untuk mengeluarkan hormon tiroid. Zink banyak
ditemukan dalam kerang-kerangan, daging sapi, daging dan hati ayam.

4. Kalsium

Kondisi hipertiroidisme dapat menyebabkan kalsium sulit diserap


dalam tubuh. Bila tidak ada kalsium, tulang jadi rentan rapuh dan berisiko
osteoporosis bisa menyebabkan tulang rapuh dan osteoporosis.

Makan makanan tinggi kalsium dapat membantu tubuh agar


mendapatkan lebih banyak kalsium yang diserap. Maka itu, sebaiknya Anda
mengonsumsi:

 Brokoli
 Kacang almond
 Ikan
 Okra

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI
unit)
b) Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI
unit)
c) In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)

10
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi
peningkatan pada penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan
mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24
jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid
apakah massa atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya
takhikardia,atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)

I. PENATALAKSANAAN
Terapi ditunjukan untukmengurangi hiperaktivitas tiroid guna
meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Tiga bentuk terapi yang tersedia
:
a. Terapi iodin radioaktif untuk efek destruktif pada kelenjar tiroid
Diberikan untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang hiperaktif(terapi
yang palinng sering dilakukan pada pasien lansia),
dikontraindikasikan pada ibu hamil hamil dan ibu menyusui karena
radioiodin melintasi plasenta dan diseksresi ke dalam ASI
b. Medikasi antitiroid
Obat antitiroid
 Sasaran farmakoterapi adalah untuk menghambat sintesis hormon
atau pelepasan dan pengurangan jumlah jaringan troid.

11
 Medikasi yang paling sering digunakan adalah propiltiourasil
(propacil,PTU) dan metimazol(lapazol) sampai fase mencapai
status eutiroid.

c. Pebedahaan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid


 Intervensi bedah (dipersiapkan untuk keadaan kusus) mengangkat
sekitar lima per enam jaringan tiroid.
 Pembedahan untuk mengatasi hipertiroid dilakukan setelah fungsi
tiroid kembali ke normal (empat sampai enam minggu).
 Sebelum pembedahan, pasien diberikan propiltiourasil sampai
tanda tanda hipertiroid hilang
d. Terapi pelengkap
 Kalium iodida, larutan lugol, dan larutan kalium iodida jenuh
dapat ditambahkan.
 Agens beta-adrenergik dapat digunakan untuk mengontrol efek
sistem saraf yang terjadi pada pasien hipertiroid misalnya
propanolol digunakan untuk mengatasi kecemasan, takikardia,
tremor, ansietas, dan intoleransi terhadap panas

J. KOMPLIKASI

Menurut Tarwoto,dkk (2012)

1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol


keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga
orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan
penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami
demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas
ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga
penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan
dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan

12
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan
stromatiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid,
menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon
terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk
menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded
intravena, glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral.
Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf
simpatik dan takikardia.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTIROID

A. PENGKAJIAN
Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada
konsep yang dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :

1. Aktivitas atau istirahat


a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan
koordinasi, Kelelahan berat
b. Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.
Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis)
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri /
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang,
nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (
dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi

13
hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )

4. Integritas / Ego
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
b. Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti
diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus,
penggunaan diuretik ( tiazid )
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid (
peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula
darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton)
6. Neurosensori
a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap
lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks
tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap
lanjut dari DKA)
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah
meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
b. Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen
(infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

14
b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi,
menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau
paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam )
10. Seksualitas
a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent
pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita
b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton
plasma :
c. positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan
kolosterol meningkat.
B. Diagnosa (bruner&suddarth)
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebtuhan
metabolisme
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk
fisik
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,peningkatan
laju metabolisme
4. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan ketdakcukupan
persiapan untuk menghadapi stresor
5. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,fisik
7. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
infeksi
8. Keletihan/kelelahan berhubungan dengan kondisi fisiologis
9. Resiko gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan
perubahan irama jantung

15
C. intervensi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA HASIL RASIONAL
NO INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
(NOC) (NIC)

1 Defisit Nutrisi Setelah diberikan intervensi NIC :manajemen nutrisi 1. untuk memberikan nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama ...... jam, 1. tentukan status gizi pasien dan pada pasien dengan cukup
peningkatan kebtuhan diharapkan pasien mampu kemampuan pasien untuk dan seimbang sesuai dengan
metabolisme menunjukkan : memenuhi kebutuhan gizi kebutuhan pasien
NOC: status nutrisi 2. tentukan jumlah kalori dan jenis 2. memenuhi kebutuhan nutrisi
nutrisi yang dibutuhkan untuk pada pasien dengan
Dipertahankan pada : .....
memenuhi persyaratan gizi disesuaikan pada akebutuhan
Ditingkatkan pada : ......
3. tawarkan makanan ringan yang pasien
1= sangat menyimpang dari
padat gizi 3. memberikan nutrisi
rentang normal
4. monitor asupan kalori dan nutrisi tambahan untuk memenuhi
2= banyak menyimpang dari
rentang normal atau gizi pada pasien nutrisi pasien
5. anjurkan klien untuk memantau 4. mengevaluasi perkembangan
3= cukup menyimpang dari
rentang normal kalori dan intake makanan nutrisi pada pasien,terpenuhi

4= sedikit menyimpang dari 6. bantu pasien untuk mengakses atau tidaknya.


rentang normal program program gizi komunitas. 5. Mencegah klien dengan

16
5= tidak menyimpang dari rentang turun nya kalori secara
normal drastis.
Dengan kriteria hasil : 6. Program program komunitas

Asupan gizi cukup sangat mambantu refrensi

Asupan makan cukup

Asupan cairan terpenuhi untuk kebutuhan gizi klien.

Energi terpenuhi
2 Gangguan citra tubuh Setelah diberikan intervensi NIC : Peningkatan citra tubuh 1. Tahapan perkembangan
berhubungan dengan keperawatan selama ...... jam, 1. Tentukan harapan citra diri pasien dibutuhkan untuk
perubahan fisik diharapkan pasien mampu didasarkan pada tahap perkembangan menentukan tingkat
,riwayat penolakan menunjukkan : 2. Bantu pasien untuk emosional pasien.
NOC: Citra Tubuh mendiskusikan perubahan- 2. Biarkan pasien untuk
perubahan (bagian tubuh) berbicara untuk melegakan
Dipertahankan pada : .....
disebabkan adanya penyakit atau apa yang dirasakan.
Ditingkatkan pada : ......
pembedahan, dengan cara yang 3. Penyebab dari luka atau
1. Tidak pernah positif
tepat. peubahan fisik lain
2. Jarang positif
3. Tentukan perubahan fisik saat ini mungkinpenyebab dari
3. Kadang kadang positif
apakah berkontribusi pada citra terganggunya citra tubuh
4. Sering positif
diri pasien. 4. Tindakan motivasi akan
5. Konsisten positif
4. Bantu pasien untuk memisahkan mengurangi tingkan

Dengan kriteria hasil penampilan fisik dari perasaan keluhan klien

17
 Gambaran internal diri berharga secara pribadi, dengan 5. Penentuan peer grup
 Kesesuaian antara realitas cara yang tepat mungkin dapat mencari
tubuh dan ideal tubuh 5. Bantu pasien untuk menentukan solusi yang efisien
dengan penampilan tubuh pengaruh dari peer grup terhadap 6. Jika frekuen mengeluh
 Deskripsi bagian tubuh persepsi pasien mengenai citra sering pertanda bahwa
yang terkena (dampak) tubuh. tidakan belum berhasil.
 Penyesuaian terhadap 6. Monitor frekuensi dari 7. Jika pasien sering berbicara
perubahan tamoilan fisik pernyataan mengkritis diri. tentang tubuh yang
 Penyesuaian terhadap 7. Monitor pernyataan yang mengalami perubahan
perubahan fungsi tubuh mengidentifikasi citra tubuh pertanada pasien belum
mengenai ukuran dan berat badan siap untuk menerima.

3 Hipertermia Setelah diberikan intervensi NIC : Pengaturan suhu. 1. Perubahan suhu tubuh dapat
berhubungan keperawatan selama ...... jam, 1. Monitor suhu setidaknya setiap 2 terjadi secara spontan
dengan proses diharapkan pasien mampu jam, sesuai kebuthan 2. Potensi untuk suhu diatas
penyakit,peningkat menunjukkan : 2. Monitor suhu sampai stabil. normal
an laju NOC: Citra Tubuh 3. Pasang alat monitor suhu inti 3. Pemasangan berguna untuk
metabolisme secara kontinu pemonitor yang maksimal
Dipertahankan pada : .....
4. Monitor tekanan darah, nadi dan 4. Perubahan ttv dapat terjadi
Ditingkatkan pada : ......
respirasi secara spontan ke arah yang
1. Sangat terganggu
18
2. Banyak terganggu 5. Monitor suhu dan warna kulit tidak norml
3. Cukup terganggu 6. Monitor dan laporkan adanya 5. Jika warna kulit kemerahan
4. Sedikit terganggu tanda tanda dan gejala dari dicurigai suhu tubuh klien
5. Tidak terganggu hipotermia dan hiper termia panas
7. Tingkatkan intake cairan dan 6. Jika tanda hipotermi
Dengan kriteria hasil :
nutrisi adekuat /hipertermi sudah muncul
 Merasa merinding saat dingin 8. Berikan pengobatan anti piretik. maka lakukan segera
 Berkeringat saat panas tindakan
 Menggigil saat dingin 7. Mengganti cairan yang
 Denyut jantug apikal hilang sadar maupun tak
 Denyut nadi radial sadar.
 Tingkat pernapasan 8. Jika suhu tidak terkontrol
 Melaporkan kenyamanan

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian singkat hipertiroid diatas dapat disimpulkan beberapa poin yaitu
:
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi
dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh.
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium
dan pengobatan hipotiroid.
Pada intinya, menjaga pola makan dan hidup sehat merupakan kunci utama
mencegah kondisi ini terjadi. Selain pola makan dan pengaturan makan yang
dijaga, diperlukan juga untuk aksi mengurangi berat badan, atau yang kedua
fokus untuk menjaga fungsi kelenjar ini agar bisa menghasilkan hormon yang
sesuai dengan kebutuhan.
Klasifikasi hipertiroid
 Hipertiroid primer : terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar
tiroid itu sendiri, contohnya : Penyakit grave, Functioning adenoma,
Toxic multinodular goiter, Tiroiditis.
 Hipertiroid sekunder : jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar
tiroid, contohnya : Tumor hipofisis, Pemberian hormonc tiroid dalam
jumlah besar, Pemasukan iodium berlebihan.
B. saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit
meningitis dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipetiroid. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature
yang layak digunakan untuk mahasiswa dan dapat bermanfaat dalam
menambah ilmu agar bisa diterapkan kepada pasien ataupun klien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi
8, Penerbit RGC, Jakarta.

A.D THOMAS R.E. COTTON catatan kuliah patologi edisi III

Standar diagnosisi keperawatan indonesia(sdki) definisi dan indikator diagnosisi


edisi 1 persatuan perawat nasional indonesia(ppni)

Nursing outcomes classification(noc) pengukuran outcomes kesehatan


edisibahasa indonesia sue moorhead,marion johnson,meridean
l.maas,elizabeth swanson.

Nursing intervention classification(nic) edisi bahasa indonesia gloria


m.bulechek,howard k. Butcher,joanne m.dochterman,cheryl m.wagner

21

Anda mungkin juga menyukai