Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,
dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalandi taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (Hidayat, 2006). Sedangkan
pengertian tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang
yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup
(Guyton, 1997). Tidur dikarakteristikan dengan aktivitas fisik yang minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
Tidur bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan
kesehatan. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek
terhadap sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal
dan keseimbangan diantara berbagai susunan syaraf, kedua yaitu efek pada
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan berbagai organ dalam
tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut
selama tidur. Gangguan dalam tidur bisa dialami oleh siapa saja. Gangguan
pola tidur adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
jumlah atau kualitas pola tidur dan istirahat sehubungan dengan keadaan
biologis atau kebutuhan emosi. Gangguan tidur bisa berupa insomnia,
narkolepsi, somnabolisme (tidur berjalan), enuresa (ngompol), dan delirium
(mengigau) (Alimul, 2006).

B. Etiologi
Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan gangguan pola tidur, yaitu :
a. Psikologis
1) Perubahan tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
2) Ansietas
3) Suhu tubuh
b. Lingkungan
1) Suhu, kelembaban yang berubah-ubah
2) Stimulasi yang berlebih
3) Kegaduhan
4) Pengobatan
c. Fisiologis
1) Demam
2) Hipertiodisme
3) Ulkus gastrik
4) Gangguan hati
5) Nafas pendek
6) Urgensi berkemih
7) Mual
8) Gangguan ketidaknymanan
d. Faktor Predisposisi
Menurut Potter and Perry (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur antara lain:
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang
lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit
menjadikan seseorang kurang tidur bahkan tidak dapat tidur.
2) Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Seseorang
dengan kelelahan tingkat menengah dapat tidur nyeyak, sedangkan
pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur
REM lebih pendek.
3) Sres Psikologi
Depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan oleh kondisi cemas yang meningkatkan norepirefin
darah melalui sistem saraf simpatis dan akan mengurangi tahap
REM dan NREM.
4) Obat-Obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu,
a) Diuretik
b) Antidepresan
c) Kafein
d) Betabloker
e) Narkotika
f) Amfetamin
5) Nutrisi
Makanan seperti keju, susu, daging dan ikan tuna dapat
mempercepat tidur.
6) Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang
untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan
seseorang dapat tidur nyenyak dan sebaliknya.
7) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat
menimbulkan gangguan proses tidur.
C. Patofisiologi
Tidur merupakan hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur
merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer
endokrin kardio vaskular, respirasi muskuloskeletal (Guyton, 1997).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk
tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian batang otak
atas mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kesadaran RAS
memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima
stimulus dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir.
Gangguan pola tidur dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, ansietas,
suhu tubuh, faktor lingkungan (suhu, kelembaban yang berubah-ubah,
stimulasi yang berlebih, kegaduhan, pengobatan, faktor fisiologis (demam,
hipertiodisme, ulkus gastrik, gangguan hati, nafas pendek, urgensi berkemih,
mual, gangguan ketidaknyamanan). Hal tersebut membuat kerja RAS
berlebihan menyebabkan kewaspadaan berlebih dan akhirnya mengganggu
pola tidur pasien (Potter and Perry, 2006).
a. Pathway Nyeri akut
Faktor psikologis Faktor Lingkungan Faktor Fisiologis
Cemas

Merangsang sistem limbik Merangsang sensori Merangsang kortek Gangguan


(pengatur sistem emosi) perifer untuk serebral untuk eliminasi urin
untuk meningkatkan meningkatkan meningkatkan
pengeluaran katekolamin pengeluaran serotonin pengeluaran seroton
Hipertermi

Merangsang Sistem
Aktivasi Retikuler (SAR)
untuk menurunkan
pengeluaran serotonin

Bangun 3 kali atau lebih dimalam


hari, insomnia, ketidakpuasan
MK:Gangguan Pola Tidur tidur, total waktu tidur kurang,
kebiasaan buruk saat tidur dan
keluhan verbal lainnya.
D. Klasifikasi
1. Tahap 1 NREM
Tahap NREM (Non-Rapid Eye Movement) dikenal juga dengan tidur
ayam. Istilah ini sudah tidak asing di telinga kamu. Tidur ayam adalah istilah
yang menjelaskan kondisi tidur, tetapi pikiran, mental, dan tubuh kamu
berada di tengah-tengah antara tidur terlelap dan setengah sadar. Pada fase
ini, otak merilis gelombang beta, gelombang cepat dan kecil.
Pada fase 1 NREM, kamu masih bisa dibangunkan atau terbangun
dengan mudah meski sudah terlelap. Selain itu, aktivitas otot dan pergerakan
mata ketika kamu memasuki tahap tidur ini akan lambat.
Ketika kinerja otak mulai melambat, organ penting ini juga merilis
gelombang alpha. Ini ditandai dengan munculnya sensasi aneh yang kamu
rasakan, seperti nyata tetapi kamu sedang memejamkan mata. Kamu akan
mengalami sensasi seperti terjatuh hingga tersentak kaget, atau merasakan
ada seseorang yang memanggil nama kamu. Sensasi ini disebut
dengan halusinasi  hypnagogic. Sentakan mengejutkan yang kamu rasakan
disebut sentakan mioklonik.
2. Tahap 2 NREM
Memasuki tahap 2 NREM dalam tidur, pernapasan, dan denyut
jantung semakin teratur, diikuti dengan penurunan suhu tubuh. Pada
tahapan ini, kesadaran kamu semakin menurun. Meski kamu mendengar
suara-suara, kamu tidak terlalu paham yang sedang terjadi.
Gerakan mata berhenti dan terjadi perambatan gelombang otak pada
fase ini. Tubuh bersiap tidur nyenyak dengan hadirnya spindle tidur.
Bekerjasama dengan K-complex, dua aktivitas ini  melindungi tidur
sekaligus menekan adanya respon rangsangan dari luar.
3. Tahap 3 NREM
Setelah melalui tahap kedua, di tahap ini kamu tertidur lebih nyenyak.
Otak merilis gelombang delta yang membuat kamu menjadi kurang
responsif. Pada tahap ini tidak terindikasi adanya gerakan otot atau
gerakan mata. Fase ini menjadi tahap transisi antara tidur nyaman dan
tidur terlelap.
Kamu akan sulit dibangunkan pada tahap ini. Setelah berhasil
terbangun, kamu masih harus menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar,
atau ‘mengumpulkan nyawa’ bukan tidak mungkin, terjadi aktivitas tanpa
disadari, seperti ngompol, mengigau, hingga berjalan sambil tidur. Pada
tahapan ini tubuh melakukan perbaikan atau regenerasi jaringan sekaligus
meningkatkan pasokan darah menuju ke otot, juga memperkuat imunitas
tubuh.
4. Tahap REM
Sekarang, kamu memasuki tahap akhir atau REM (Rapid Eye
Movement) alias tidur bermimpi. Berbeda dengan tahap 2 dan 3, pada
tahap ini, terjadi peningkatan aktivitas karena munculnya mimpi, seperti
napas dan detak jantung yang semakin cepat, pergerakan mata yang
cenderung agresif, gelisah, hingga tekanan darah yang mengalami
peningkatan.
Mimpi terjadi karena adanya peningkatan aktivitas pada otak, tetapi
otot justru mengalami kelumpuhan sementara. Data dari The American
Sleep Foundation menyatakan seseorang kira-kira menghabiskan 20
persen dari waktu tidur pada tahapan ini atau selama 70 hingga 90 menit.

E. Manifestasi Klinis
1) Ketidakpuasan Tidur
2) Keluhan verbal tentang kesulitan-kesulitan tidur
3) Keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik
4) Tidak dapat tidur (insomnia)
5) Total waktu tidur kurang dari usia yang normal
6) Memiliki kebiasaan buruk atau aneh saat tidur (mengorok, berhenti nafas,
menggerakan anggota keluarga)
7) Bangun 3 kali atau lebih di malam hari

F. Pemeriksaan Penunjang
Menentukan secara pasti gangguan tidur adalah pemeriksaan
polisomnografi. Polisomnografi adalah alat uji diagnostik untuk mengevaluasi
gangguan tidur. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-ukologram (EOG) sekaligus. Dengan alat
ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan
tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di
malam hari (Potter and Perry, 2006).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan
obat-obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan
efek ketergantungan.Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapatmengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantorke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi,
peningkatan spiritualdan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman.Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur
dan suasanakamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankanwaktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yangmenyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli ataudokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalammemandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan
untukmeningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa
berdaya ataumerasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur
sipenderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagisi penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam
danmelarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan sipenderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yangtidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
danalkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ketempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi FarmakologiMenurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek
samping yang ditimbulkandari obat-obatan seperti ketergantungan, maka
terapi ini hanya boleh dilakukanoleh dokter yang kompeten di bidangnya.
Obat-obatan untuk penanganangangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberianobat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam,Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebutmengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor,gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb
( Remelda, 2008)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR

A. PENGKAJIAN
a. Identitas (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, no.rm,
diagnosa medis)
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan / gejala apa yang menyebabkan pasien berobat atau
keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali,
Karakteristiknya dan waktunya
b) Riwayat penyakit sekarang
Kronologi kejadian saat ini, Pengaruh penyakit terhadap pasien
dan bagaimana sifat gejala : mendadak, perlahan-lahan, terus-
menerus, hilang timbul, lokasi gejalanya dimana dan sifatnya
bagaimana : menjalar, menyebar, berpindah-pindah, atau
menetap, bagaimana berat ringanya keluhan, lamanya keluhan
berlangsung, upaya apa saja yang telah dilakukan, apa yang
diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan.
c) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit masa kanak-kanak, Imunisasi, Alergi, pengalaman
dirawat sebelumnya dan pengobatan terakhir
d) Riwayat penyakit keluarga
Dengan siapa tinggal dan berapa jumlah anggota keluarga,
apakah ada yang menderita penyakit serupa, apakah ada yang
menderita penyakit menular dan menurun, bagaimana efek bagi
keluarga bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit
c. Pola kesehatan fungsional (Pola Gordon)
a) pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Arti sehat dan sakit bagi pasien
 Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
 Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining,
kunjungan ke pusat pelayanan ksehatan, diet, latihan dan
olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi
 Pemeriksaan diri sendiri : payudara, riwayat medis
Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah dilakukan. eluarga, pengobatan
yang sudah dilakukan.
 Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
b) pola nutrisi dan cairan
 Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
 Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
 Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang
dihabiskan, nafsu makan Kepuasan akan berat badan
 Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa
dan bau, gigi, mukosa mulut, mual asa dan bau, gigi,
mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan,
alergi makanan
 Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini
dan SMRS)
c) pola istirahat dan tidur
 Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur
dan m tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkun
bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran setelah tidur)
 Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik)
 Jadwal istirahat dan relaksasi
 Gejala gangguan pola tidur 
 Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
Data
 pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk)
d) pola aktivitas dan latihan
 Aktivitas kehidupan sehari-hari
 Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
 Aktivitas menyenangkan
 Keyakinan tenatng latihan dan olahraga
 Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi)
 Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan
 Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
 Data pemeriksaan fisik (pernapasa, Data pemeriksaan fisik
(pernapasa, kardiovaskular kardiovaskular, muskuloskeletal,
neurologi)
e) pola eliminasi
 Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK,
adanya perubahan lain
 Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB,
adanya perubahan lain
 Keyakinan budaya dan kesehatan
 Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan
diri
 Penggunaan bantuan untuk ekskresi
 Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen,
genitalia, rektum, prostat)
f) pola presepsi dan kognitif
 Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, Gambaran
tentang indra khusus (pnglihatan, penciuma penciuman,
pendengar, perasa, peraba)
 Penggunaan alat bantu indra
 Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
 Keyakinan budaya terhadap nyeri
 Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri
 Data pemeriksaan fisik yang berhubungan Data
pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis
(neurologis, ketidaknyamanan)
g) pola reproduksi dan seksual
 Masalah menstruasi
 Papsmear terakhir
 Perawatan payudara setiap bulan
 Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
 Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
h) pola presepsi dan konsep diri
 Keadaan sosial : peekrjaan, situasi Keadaan sosial :
peekrjaan, situasi keluarga, kelom keluarga, kelompok
sosial pok sosial
 Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki
 Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh
(yg disukai dan tidak)
 Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
 Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perub  Ancaman
terhadap konsep diri (sakit, perubahan per ahan peran)
 Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi
 Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,
murung, gidak mau berinteraksi)
i) pola mekanisme koping
 Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll)
 Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya
 Takut terhadap kekerasan
 Pandangan terhadap masa depan
 Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah
j) pola nilai dan kepercayaan
 Apakah klien menganut suatu agama
 Menurut agama klien bagaimana hubungan manusia dengan
penciptan-Nya
 Dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan
dalam ibadah
d. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Keadaan umum
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala
e. Wajah
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut dan tenggirikan
i. Leher
j. Thorak
k. Abdomen
l. Ekstremitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur b.d faktor fisiologi, psikologis, lingkungan
2. Nyeri akut b.d agen penecedera fisik, kimiawi
3. Gangguan pola eliminasi b.d faktor fisiologis
4. Hipertermi b.d dengan proses penyakit
5. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pola Pola tidur Dukungan Tidur
Tidur Observasi:
D.0055 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24  Identifikasi pola aktivitas dan tidur
jam diharapkan pola tidur membaik  Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
Pengertian : Kriteria Hasil: dan/atau psikologis)
Gangguan Menurun Cukup Sedan Cukup Meningk  Identifikasi makanan dan minuman yang
kualitas dan Menurun g Meningk at
kuantitas waktu at
tidur akibat 1 Keluhan sulit tidur
factor eksternal   1 2 3 4 5
2 Keluhan sering terjaga
  1 2 3 4 5
3 Keluhan tidak puas tidur
1 2 3 4 5
4 Keluhan pola tidur berubah
1 2 3 4 5
5 Keluhan istirahat tidak cukup
1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang k Memburu Membaik
berkaitan dengan k
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi
aktual atau fungsional,   1 2 3 4 5
dengan onset 2 Pola nafas
  1 2 3 4 5
mendadak atau lambat
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
dan berintensitas
Meningka Menurun
ringan hingga berat t
yang berlangsung 3 Keluhan nyeri
kurang dari 3 bulan.   1 2 3 4 5
4 Meringis
  1 2 3 4 5
5 Gelisah
1 2 3 4 5
6 Kesulitan tidur
1 2 3 4 5

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia
D.0130 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam Observasi:
diharapkan suhu tubuh tetap berada pada rentang normal  Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
Suhu tubuh meningkat di Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor suhu tubuh
atas rentang normal Meningkat Menurun
tubuh 1 Menggigil
  1 2 3 4 5
  Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
3 Suhu tubuh
  1 2 3 4 5
4 Suhu kulit
  1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi kemampuan mengambil
Kondisi emosi dan Memburu Cukup Sedang Cukup Menurun keputusan
pengalaman subjektif k Memburu Menurun
individu terhadap objek k
yang tidak jelas dan 1 Konsentrasi
spesifik akibat   1 2 3 4 5
antisipasi bahaya yang 2 Pola tidur
  1 2 3 4 5
memungkinkan individu
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
melakukan tindakan
Meningka Menurun
untuk menghadapi t
ancaman 3 Perilaku gelisah
  1 2 3 4 5
4 Verbalisasi kebingungan
  1 2 3 4 5
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
1 2 3 4 5
6 Perilaku tegang
1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. Aziz. (2006) P.engantar KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Guyton, Arthur. (1997). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
NANDA. (2011). Diagnosa Keperawatan 2011-2014. Jakarta: EGC.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2.


Jakarta: EGC.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I.
Jakarta Selatan

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I.
Jakarta Selatan

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I.
Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai