Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS METODE EMO DEMO TERHADAP PENGETAHUAN


DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)
PADA SISWA SD 79 KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH

ADE ROSITA
NIM. P05120317001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal penelitan atas :

Nama : Ade Rosita

Tempat,Tanggal Lahir : Subang, 22 Januari 1998

NIM : P05120317001

Judul Proposal Penelitian : Efektifitas metode emo demo terhadap


pengetahuan dan sikap cuci tangan pakai sabun (CTPS)
Pada siswa SD 79 Kota Bengkulu Tahun 2020

Kami setujui untuk diseminarkan pada tanggal

Bengkulu , 1 November 2020

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dahrizal, S. Kp, MPH Widia Lestari, S.Kep, M.Sc


NIP. 197109262001121002 NIP. 198105062005012004

i
BIODATA

Nama : Ade Rosita


Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 22 Januari 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 (Satu)
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Bojong Keding (2011)
2. SMP Negeri 1 Tambahkdahan (2014)
3. SMA Negeri 10 Kota Bengkulu (2017)
4. Perguruan Tinggi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu (2021)
Alamat : Jl. Bumi Ayu Raya, Rt 24, Rw 002, Kecamatan
Selebar, Kota bengkulu, Provisi Bengkulu
Email : ade_rosita@hotmail.com
Jumlah Saudara :-
Nama Saudara :-
Nama Orang Tua :
1. Ayah : Cali
2. Ibu : Hersi

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ade Rosita

Tempat,Tanggal Lahir : Subang, 22 Januari 1998

NIM : P05120317001

Judul Proposal Penelitian : Efektifitas Metode Emo Demo Terhada


Pengetahuan Dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) Dikalangan Anak SD Di
Kota Bengkulu Tahun 2020.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal penelitian ini


adalah betul-betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya
orang lain.
Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam
proposal penelitian ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggung
jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bengkulu , November 2020


Yang menyatakan,

Ade Rosita

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan proposal p enelitian
ini dengan judul Efektifitas Metode Emo Demo Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada Siswa SDN 79 Kota Bengkulu Tahun
2020. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mengadakan penelitian. Tujuan penulisan proposal penelitian ini adalah :

1. Sabagai rancangan awal yang akan menjadi gambaran dalam proses


penelitian dan penyusunan skripsi yang akan dilakukan.
2. Sebagai perizinan dari pihak kampus dalam penelitian yang akan dilakukan.

Proposal penelitian ini terwujud atas bimbingan pengarahan dan bantuan


baik materil maupun moril dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Mam Eliana, S.KM., M.PH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Mam Ns. Septiyanti, S.Kep., M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan.
3. Bapak Ns. Hermansyah, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Keperawatan.
4. Bapak Dahrizal, S. Kp, MPH selaku pembimbing 1.
5. Mam Widia Lestari, S.Kep., M.Sc selaku pembimbing 2.
Mudah-mudahan proposal ini dapat terlaksanakan penelitiannya.

Bengkulu, November 2020

Ade Rosita

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... i
BIODATA................................................................................................... ii
PERNYATAAN.......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ x
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR BAGAN...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix
LAMPIRAN................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................ 4
C. Tujuan penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat penelitian............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Cuci tangan Pakai Sabun (CTPS)....................................... 6
B. Konsep Pengetahuan........................................................................ 12
C. Konsep Sikap................................................................................... 18
D. Konsep Tumbuh Kembang Anak Sekolah....................................... 19
E. Konsep Emo Demo ......................................................................... 20
F. Pengaruh Metode Emo Demo Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) .................................................. 22
G. Kerangka Teori................................................................................ 22
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep............................................................................. 23
B. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 24

v
C. Definisi Operasional......................................................................... 25
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.............................................................................. 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 27
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 27
D. Pengumpulan Data........................................................................... 29
E. Pengolahan Data.............................................................................. 30
F. Analisis Data.................................................................................... 31
G. Alur Penelitian................................................................................. 31
H. Etika Penelitian................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 37
Lampiran .....................................................................................................

vi
NO. BAGAN JUDUL BAGAN HALAMAN

2.1 Kerangka Teori 24


3.1 Kerangka Konsep penelitian 25
4.1 Desain Penelitian 28
4.2 Alur penelitian 33

vii
NO. TABEL JUDUL TABEL HALAMAN

Perkembangan Motorik Anak Usia


2.1 12
Sekolah

viii
NO. GAMBAR JUDUL GAMBAR HALAMAN

2.1 Langkah cuci tangan 12

ix
No. lampiran JUDUL LAMPIRAN
1 Standar Operasional Prosedur (SOP)
2 Lembar Pengumpulan Data
3 Kuesioner pengetahuan dan sikap CTPS

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran, mulai dari
ujung jari hingga siku dan lengan atas dengan cara tertentu sesuai kebutuhan
(Kusyani, et al, 2012). Mencuci tangan dengan sabun dapat memutus mata
rantai kuman dan virus, karena tangan sering kali menjadi agen yang
membawa kuman dan memindahkan kuman penyakit serta patogen dari
satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak
tidak langsung. Penyebaran kuman dan virus secara tidak langsung dapat
melalui melalui benda-benda umum seperti handel pintu, uang, kendaraan
umum dan lain-lain. Kelembapan kulit tangan selalu terjaga karena adanya
lemak alami pada tangan kita, oleh karena itu kuman dan kotoran mudah
sekali menempel pada tangan. Cuci tangan harus pakai sabun karena
menjadi efektif saat tangan digosok dan bergesek dengan kotoran yang
menempel akan terlepas dan membersihkan tangan dari kotoran yang
mengandung kuman penyakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan masalah
kesehatan pada usia pendidikan sekolah dasar umumnya terkait perilaku
hidup bersih dan sehat. Badan Pusat Statistik menyatakan Proporsi Populasi
yang mempunyai kebiasaan cuci tangan yang benar di Provinsi Bengkulu
pada tahun 2018 hanya mencapai 40,2% sedangkan di Kota Bengkulu hanya
mencapai 54,2%. data ini sejalan dengan ditemukannya kasus diare di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2018 sebanyak 53.988 kasus. Dinas Kesehatan
Kota Bengkulu (2018)
Penelitian Amareta (2017). Didapatkan bahwa sebagian besar siswa
memiliki pengetahuan dan praktik cuci tangan pakai sabun yang baik dan
benar dengan pengetahuan yang kurang sebanyak 78,8 % dan memiliki
kemampuan praktik cuci tangan pakai sabun yang kurang sebanyak 85,1%.
Penelitian Aziz (2019) Hasil pre test, dari total jumlah sampel 28 orang anak,

1
ada 20 responden melakukan teknik mencuci tangan tahap 1 (telapak tangan),
dan 8 responden yang sampai tahap 2 (punggung tangan). Metode edukasi
pada anak-anak menentukan keberhasilakan demonstrasi dengan menunjukan
atau memperlihatkan suatu proses sehingga siswa melihat, menghormati,
mendengar, dan merasakan proses yang di pertunjukan oleh guru. pada saat
dilakukan metode demonstrasi, anak antusias untuk mengikuti gerakan
(Ferina, 2013).
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan langkah kecil untuk
memulai hidup sehat. Perilaku sederhana ini bisa melindungi kita dari
penyakit seperti diare dan saluran pernapasan. Selain itu, CTPS juga bisa
mencegah menyebarnya penyakit infeksi. Kemenkes (2010). Mencuci tangan
memakai sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%, sebab ketidak
patuhan mencuci tangan berdampak besar pada kesehatan menyebabkan
munculnya penyakit seperti diare yang merupakan penyakit kedua penyebab
kematian. Tindakan membersihkan tangan mampu mengurangi kuman/bakteri
yang menempel di tangan sehingga mengurangi prevalensi munculnya
penyakit (Kemenkes, 2014). Penelitian Rompas et al (2013). Sebagian besar
responden anak sekolah dasar yang memiliki perilaku baik dalam mencuci
tangan sebanyak 93,2%, Sebagian anak yang tidak terkena diare sebanyak
18,6%, Ada hubungan anatara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare pada anak. Penelitian Prawati & Haqi (2019) menyimpulkan
Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum makan dengan penyakit diare.
Promosi kesehatan merupakan bagian dari program pemerintah yang
ada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Promosi kesehatan di
sekolah menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah cukup efektif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan perilaku hidup
bersih dan sehat mengingat jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total
penduduk Indonesia dan usia sekolah sebagai masa keemasan untuk

2
menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga berpotensi
sebagai agen perubahaan, baik dilingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Kemnekes RI (2016).
Menurut Amareta & Ardianto (2017) Untuk mencapai tujuan edukasi
yang optimal pada anak usia sekolah dibutuhkan petunjuk tertulis berupa
pedoman atau booklet, demonstrasi/simulasi, dan video terkait bila
memungkinkan, dikarenakan edukasi melalui instruksi verbal berupa
penjelasan/ceramah akan sulit diserap dan diingat oleh anak usia sekolah.
Metode emo demo yang dilakukan sebagai intervensi pendekatan yang
berusaha memasukkan unsur psikologis sebagai inovasi untuk merubah
perilaku individu. Metode ini dapat mentransfer pesan perubahan perilaku
yang lebih mudah diterima sasaran karena ada unsur penggabungan ilmu
pengetahuan dan kreativitas didalamnya.
Emotional Demonstration (Emo Demo) adalah metode edukasi
masyarakat yang dikembangkan oleh Global Alliance for Improved Nutrition
(GAIN), melalui pendekatan baru yang mengacu pada teori behavior centered
design (BCD) yang dicetuskan oleh Environmental Health Group dari
London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM). BCD adalah
sebuah pendekatan baru untuk mencapai perubahan perilaku dalam bidang
kesehatan masyarakat. BCD dikembangkan berdasarkan prinsip evolusioner
dan psikologi lingkungan sekaligus juga sebagai cara untuk merencanakan
dan menguji intervensi perubahan perilaku yang bersifat imajinatif dan
provokatif. BCD menggunakan ilmu pengetahuan dan kreatifitas karena teori
ini berprinsip bahwa perilaku hanya dapat berubah sebagai respon atas
sesuatu yang baru, menantang, mengejutkan atau menarik. Jumlah anak SD
Indonesia mencapai 25. 175. 681 Juta sedangkan di bengkulu anak SD
mencapai 209.532 peserta didik, Perserta didik SD merupakan jumlah paling
banyak dibandingkan Paud SMP dan SMA.
Kecematan Selebar Kota Bengkulu merupakan daerah yang memiliki
jumlah anak SD terbanyak dibandingkan kecamatan lain, dari beberapa SD di

3
Kecamatan Selebar, SD 79 Kota Bengkulu memiliki siswa terbanyak. Selama
ini metode promosi kesehatan lebih banyak menggunakan metode ceramah, di
Kota Bengkulu sendiri terutama di SDN 79 Kota Bengkulu belum ada
penyuluhan CTPS menggunakan metode emo demo maka dari ini peneliti
tertarik untuk melakukan edukasi CTPS menggunakan metode emo demo di
SDN 79 Kota Bengkulu, populasi sampel akan diambil pada anak kelas 3A
3B 3C sebanyak 107 siswa. Penelitian ini akan dapat dilaksanakan dengan
mudah di SDN 79 Kota Bengkulu karena populasi sampel yang ada cukup
dikarenakan lokasi yang menetap yakni di sekolah dasar dan dari pihak
sekolah yang kooperatif. Penyuluhan kesehatan mengenai CTPS akan di
lakukan sesuai dengan metode Emotional Demonstration di SDN 79 Kota
Bengkulu.. Penelitian ini akan dapat dilaksanakan dengan mudah di SDN 79
Kota Bengkulu karena populasi sampel yang ada cukup dikarenakan lokasi
yang menetap yakni di sekolah dasar dan dari pihak sekolah yang kooperatif.
Penyuluhan kesehatan mengenai CTPS akan di lakukan sesuaif dengan
metode Emotional Demonstration di SDN 79 Kota Bengkulu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan metode Emo Demo
terhadap pengetahuan dan sikap praktik CTPS yang baik dan benar pada
siswa SDN 79 Kota Bengkulu.

B. Rumusan Masalah
Metode edukasi kesehatan umumnya masih disamaratakan dengan
semua kalangan dengan motode yang sama yaitu ceramah dan seminar.
Keberhasilan edukasi kesehatan juga ditentukan oleh pemilihan metode
edukasi yang sesuai dengan karakteristik audiensnya terutama pada anak usia
sekolah. Emo Demo ini merupakan metode edukasi yang imajinatif dan
provokatif ini serta berprinsip bahwa perilaku hanya dapat berubah sebagai
respon atas sesuatu yang baru, menantang, mengejutkan atau menarik, metode
Emo Demo ini dianggap cocok diterapkan pada anak usia sekolah sejalan

4
dengan tumbuh kembang anak yang bersifat selalu ingin tahu terhadap hal-hal
yang menarik.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah metode Emo Demo dapat meningkatkan pengetahuan dan
sikap CTPS pada siswa SDN 79 Kota Bengkulu?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Diketahuinya pengaruh penggunaan metode Emo Demo terhadap
pengetahuan dan sikap CTPS pada siswa SD di Kota Bengkulu.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pengaruh penggunaan metode Emo Demo terhadap
pengetahuan CTPS yang baik dan benar pada siswa SDN 79 Kota
Bengkulu.
b. Diketahuinya pengaruh metode emo demo terhadap sikap CTPS
yang baik dan benar pada siswa SDN 79 Kota Bengkulu.
c. Mengevaluasi perubahan pengetahuan dan sikap sebelum dan
setelah dilakukann promosi kesehatan mengeni CTPS pada siswa
SDN 79 Kota Bengkulu

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman
belajar dibidang ilmu keperawatan anak tentang pengguanaan metode
edukasi menggunakan metode Emo Demo terhadap perilaku praktik
cara cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar pada siswa SD di
Kota Bengkulu .
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan bagi
pelayanan kesehatan terhadap metode yang dapat meningkatkan minat
anak terhadap perilaku praktik cuci tangan pakai sabun yang baik dan

5
benar pada siswa SD di Kota Bengkulu, serta dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan tentang penggunaan
metode Emo Demo dalam pemeberian edukasi.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
kepustakaan dan sebagai referensi tentang metode edukasi
menggunakan metode Emo Demo sehingga yang nantinya akan
berguna bagi mahasiswa dan institusi.
4. Bagi Peneliti selanjutanya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi atau acuan
sumber data untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan perilaku praktik cara cuci tangan pakai sabun yang
baik dan benar.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Cuci Tangan Pakai CTPS


1. Pengertian
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran,
mulai dari ujung jari hingga siku dan lengan atas dengan cara tertentu
sesuai kebutuhan (Kusyani, et al, 2012).

2. Tujuan cuci tangan


Menurut kusyani, et al (2012) tujuan cuci tangan bersih
zcdiantaranya :
a. Mengurangi mikroorganisme pada tangan dan mencegah
kontaminasi
b. Mencegah atau mengurangi pristiwa infeksi
c. Memelihara tekstur dan integritas kulit tangan dengan tepat

3. Manfaat cuci tangan


Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikkan secara
tepat dan benar dapat mencegah berjangkitnya beberapa penyakit.
Mencuci tangan dapat mengurangi risiko penularan berbagai penyakit
termasuk flu burung, cacingan, influenza, hepatitis A, dan diare
terutama pada bayi dan balita. Anak yang mencuci tangan tanpa
menggunakan sabun beresiko 30 kali lebih besar terkena penyakit
tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau
jarang mencuci tangan menggunakan sabun, maka akan beresiko
mengalami penyakit tipoid 4 kali lebih parah daripada yang terbiasa
mencuci tangan menggunakan sabun. Selain itu, manfaat positif lain
dari mencuci tangan adalah tangan menjadi bersih dan wangi
(Kemenkes, 2016).

7
4. Waktu untuk cuci tangan pakai sabun
Menurut Kemenkes (2015), menjelaskan bahwa waktu untuk
Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya:
a. Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan.
b. Sebelum menyuapi anak.
c. Sesudah buang air besar dan kecil.
d. Setelah menceboki bayi.
e. Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari
bepergian.
f. Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.

5. Peralatan dan perlengkapan mencuci tangan pakai sabun


Menurut kusyani, et al (2012) peralatan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan adalah:
a. Bak cuci dengan air mengalir (sesuaikan dengan kondisi yang
ada)
b. Sabun atau disinfektan
c. Handuk atau tisu
d. Wadah handuk kotor

6. Prosedur pelaksanaan
Menurut kusyani, et al (2012) langkah – langkah mencuci
tangan sebagai berikut :
a. Basahi kedua telapak tangan dengan air mengalir dan tunagkan
sabun ke telapak tangan. Selanjutnya gosok kedua telapak tangan
ke arah depan dan belakang.
b. Gosok punggung tangan dan masukan jari di sela jari secara
bergantian.
c. Masukan jari kanan ke sela jari kiri untuk membersihkan sela jari.

8
d. Gosok ujung jari dengan mengatupkan jari tangan kanan dan
menggosoknya ke telapak tangan kiri. Lakukan secara bergantian.
e. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian
f. Gosokkan ujung kuku tangan kanan ke telapak tangan kiri.
Lakukan secara bergantian.
Menurut kemenkes RI (2010) Cuci tangan dengan air yang
mengalir dan gunakan sabun. Tak perlu harus sabun  khusus
antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang berbentuk cairan dan
gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.
Gambar 2.1 langkah Cuci Tangan

9
B. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Masa Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia
sekolah. Masa usia sekolah sebgaai masa kanak-kanank akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia duabelas
tahun. Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang,
diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif
dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik
(Dewi, 2015).

2. Ciri Umum Pertmbuhan Anak Sekolah


Secara umum ciri-ciri pertumbuhan anak usia tujuh tahun pada
umumnya mereka memiliki sifat antara lain :
a. Mulai bisa fokus pada perhatian tertentu.
b. Semakin peduki dan kritis pada dirinnya sendiri dan tetapi kurang
percaya diri .
c. Semakin banyak menghabisakan waktunya bersama gurunya.
d. Suka bersosialisasi dan tidak suka bermain sendirian.
Menginjak usia delapan tahun, umunya mereka akan meluap-
luap, kadang menjadi dramatis dan rasa ingin tahunya mencolok, pada
umunya mereka mempunyai sifat :
a. Memiliki sifat serba ingin tahu.
b. Semakin memahami tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
c. Lebih senang memuji.
d. Berskap kritis pada berbagai hal.
e. Mulai mau berkerja dengan orang lain.

10
Menginjak usia 9 tahun – 11 tahun. Pada usia ini umumnya
anak mengalami kekalutan dalam dirinya. Mereka sering melakukan
hal-hal antara lain :
a. Mulai mencari kemandirian.
b. Mulai bisa berempati.
c. Kurang percaya diri.
d. Ingin menjadi bagaian dari kelompok sebayanya.
e. Menginginkan aktivitas yag tinggi.

3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada priode anak usia sekolah ini
pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur. Jika pada priode
sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada priode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang
lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat
kuat, sehingga anak benar-benar pada stadium belajar. Wawan dan
dewi (2019).
Pada anak uumr 7-11 termasuk dlam tahap operasional konkret
menurut teori piaget. Pada tahap operasional konkret ini, proses
berpikir menjadi lebih rasional matang dan “seperti dewasa” atau lebih
“operasional”, anak dapat memusatkan berbagai aspek secara
simultan. Sudah mengerti sebab akibat secara rasional dan sistematis.
Proses ini paling sering berlanjut dengan baik sampai usia remaja.
Kemampuan belajar konsep meningkat, misal belajar matematika,
membaca dan kemampuan verbal juga meningkat. Anak juga dapat
melakukan pengelompokan dari spesifik menjadi umum dan
sebaliknya. Kemampuan mengingat dan berpikir secara logis
meningkat. Kepercayaan “animisme” dan berpikir
egosentriscenderung menurun selama tahap operasional konkrit,
meskipun sisa sisa cara berpikir seperti ini sering ditemukan pada
orang dewasa. Piaget mengklaim bahwa sebelum memulai tahap ini,

11
ide anak-anak tentang objek yang berbeda, dibentuk dan didominasi
oleh penampilan objek. Sebagai contoh, tampaknya ada lebih banyak
balok bila mereka menyebar, daripada ketika mereka berada pada
tumpukan kecil. Soetjiningsih & Ranuh (2013)

4. Perkembangan Psikososial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan
tugas atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia
psikososial anak menajdi semakin kompleks. Anak sudah siap utuk
meninggalkan rumah dan orang tuannya dalam waktu terbatas, yaitu
pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak
belajar untuk bersaing (kompetetif), kooperatif dengan orang lain,
saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan –
peraturan yang berlaku, dalam hal ini proses sosialisasi banyak
terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi bukan lagi
terhadap oran tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi
bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetetif sehingga
dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan
masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh
tertentu yang menarik perhatiannya.

5. Perkembangan moral
Teori kognitif piaget mengenai perkembangan moral
melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yang sama dengan
pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang
perkemmbang intelektual. Bagi piaget perkembangan moral
digambrkan melalui antaran permainan. Berdasarkan hasil
observasinya terhadap aturan-aturan permainan yang digunakan anak-
anak, piaget menyompulkan bahwa pemikian anak-anak tentang
moralitas dapat dibedakan adas dua tahap yaitu :
a. Tahap heterononous morality

12
Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia
kira-kira 6 hingga 9 tahun. Anak-anak pada masa ini yakin akan
keadilan immanenya yaitu konsep bahwa vila suastu aturan yang
dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan.
b. Tahap autonomous morality
Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia
kira-ira 9 hingga 12 tahun. Anak mulai sadar bahwa aturan-aturan
dan hukuman-hukuman merupakan ciptaan manusia dalam
penerapan suatu hukuman atau suatu tindakan harus mempertikan
maksud pelaku sebab-akibat.

6. Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah


Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih haluas dan
lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Beberapa
perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini,
antara lain :
Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah

USIA MOTORIK
a. Ketangkasan meningkat
b. Melompat tali
c. Bermain sepeda
d. Mengetahui kanan dan kiri
Usia 6 Tahun e. Mungkin bertindak menentang dan tidak
sopan
f. Mampu menguraikan objek-objek dengan
gambar

a. Mulai membaca dengan lancar


b. Cemas terhadap kegagalan
Usia 7 Tahun c. Peningkatan minat pada bidang spiritual
d. Kadang malu atau sedih

a. Kecepatan dan kehalusan aktiivtas motorik


meningkat
b. Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
c. Keterampilan lebih individual
Usia 8 – 9 Tahun d. Ingin terlibat dalam sesuatu
e. Menyukai kelompok dan mode
f. Mencari teman secara aktif
g. Mencari teman secara aktif

13
a. Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya
postur tubuh yang berhubungan dengan
pubertas mulai tamapak
b. Mampu melakukan aktivitas rumah tangga
Usia 10-12 Tahun seperti menyapu, mencuci, menjemur pakaian
sendiri, dll
c. Adanya keinginan anak untuk menyenangkan
dan membantu orang lain
d. Mulai tertarik dengan lawan jenis
C. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengertian adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjasi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, pencniuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Pada waktu pengindindraan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pehatian presepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. (Priyoto, 2019).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlah diperoleh dari pendidikan formal saja, akan
tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek
tertentu. Menurut WHO (World Health Organization), salah satu
bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri.

2. Tingkat pengetahuan

14
Menurut (Priyoto, 2019) pengetahuan yang tercangkup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengikat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Jadi tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajarinya.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

15
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok-kelompokan,
dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dari dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kreteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

3. Cara memperoleh pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan yang diktip dari (Priyoto, 2019)
adalah sebagai berikut :
1) Cara kuno utnuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Tiral and Error)
Cara ini tlah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mengkin sebelum adanya peradaban, cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinana dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinana itu tidak
berhasil maka dicoba kemungkinan lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimmpin-
pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

16
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktiksn kebenarannya baik berdasarkan fakta maupun
penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular
disebut metodologi penelitian, cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk
melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian
ilmiah.
4. Cara pengukuran pengetahuan
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang
diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan
ini meliputi :
1) Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular
( jenis penyakit, dan tanda-tandanya atau gejalanya,
penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara
mengatasi atau menangani sementara).
2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau
mempengaruhi kesehatan antara lain : gizi makanan, sarana air
bersih, pembuangan limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya.
3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang
profesional maupun yang tradisional.

17
4) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan
rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-
tempat umum.
5) Dan seterusnya.
Oleh sebab itu, utnuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti di
atas, adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis
atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya
pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau bersarnya
variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan. Misalnya,
berapa % responden atau masyarakat yang tahu tentang cara-cara
mencegah penyakit demam berdarah, atau berapa % masyarakat
atau responden yang mempunyai penegtahuan yang tinggi tentang
ASI eksklusif, dan sebagainya. Notoatmodjo (2010).
Menurut wawan dan dewi (2010), tingkat pengetahuan seseorang
dapat diintepretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik (jawaban terhadap kuesioner 76-100% benar)
b. Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75 benar)
c. Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang dibrikan seorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita cita
tertentu yang menentukan manusia unuk berbuat dab mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.
Pendidikan diperklukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Menurut (Priyoto, 2019),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi

18
utnuk ikap berperan serta dalam pembangunan (Priyoto, 2019)
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi.
2. Pekerjaan
Menurut (Priyoto, 2019), pekerjaan adalah keburukan
yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya
dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi
lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Nekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut (Priyoto, 2019), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangn dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal
ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari (Priyoto, 2019)
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan prilaku orang atau kelompok.
2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

D. Konsep Sikap

19
Konsep sikap sebenarnya pertama kali diangkat ke dalam
bahasanilmu sosial pertama kali oleh thomas pada atahun 1918. Menurut
mereka ada dua hal yang harus diperhitungkkan pada saat membahas
kehidupan dan perubahan sosial adalah sikap individu dan budaya objektif.
Melalui sikap kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan
nyata dan tidakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan
sosialnya. Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap ibjek
skapyang diapresiaasikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan
perilaku. Sebagai hasil evaluasi, sikap yang disimpulkan dari berbagai
pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif,
afektif (emosi), maupun perilaku. Respon evaluatif dalam bentuk kognitif
meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap ibjek sikap dengan
berbagai atributnya. Sikap adalah suatu presdiposisi yang mempelajari
untuk merespon secara konsisten, baik positif maupun negatif terhadap
suatu objek. Dalam pandangan ini, repson yang diberikan individu
diperoleh dari proses belajar terhadap berbagai atribut berkaitan dnegan
objek.
Proses kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh
informasi mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui
pengalaman langsung misalnya pasa saat individu melakukan suatu
kegiatan yang berdampak pada dirinbya atau dar pengalaman tidak
langsung yang diperoleh dengan cara melihat objek lain seperti iklan. Iklan
yang disaksikan akan memberikan informasi kepada individu bahwa objek
tersebut akan membawa perubahan yang menyebabkan individu bersikap
positif atau negatif.
Menurut teori self preception theory orang bersikap positif atau negatif
terhadap sesuatu objek sikap dibentuk melalui pengamatan pada perilaku
dia sendiri. Sebagai conoth orang mengatakan bahwa sikapnya sangat
positif terhadap suatu jenis makanan, setelah dia melihat dirinya memakan
begitu banyak makanan tersebut.
Dengan demikian dalam konsep sikap terdapat beberapa hal penting

20
a. Keterkaitan ide emosi yang mengawali tidakan terhadap situasi sosial
tertentu.
b. Presdisposisi yang dupelajari untuk merespon secara konsisten dengan
sesuaai atau tidak sesuai terhadap objek yang ditentukan.
c. Kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi
entitas tertentu dengan derajat suka atau tidak suka.
Definisi – definisi tersebut menunjukkan bahwa secara garis
besar sikap terdiri dari komponen kognitif, perilaku dan emosi
(menyebabkan respon-respon yang konsisten). Wawan dan Dewi
(2019).
1. Pengertian Sikap
Menurut Petty, Cocopio, Sikap adalah evaluais umum yang
dibuat manusai terhadap dirinya sendiri, ornag lain, objek atau isue.
Menurut Soekidjo Notoatmojo, Sikap merupakan reaksi atau
respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut Heri Purwanto, Sikap adalah pandangan-pandnagan
atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai
sikap objek tadi. Wawan dan Dewi (2019).

2. Komponen Sikap
a. Komponen Gognitif
Merupakan respon representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu menegnai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu
problem yan kontroversial.
b. Komponen Afektif
Merupaka perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek
emosiaonal inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

21
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen Konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisis tendensi
atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

3. Tingkatan Sikap
Menurut (Priyoto, 2019) sikap terdiri dari tingkatan yakni :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu
yang lain tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke
posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti
bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan
tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
d. Bertanggung jawab (responsible)

22
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko. Adalah memounyai sikap yang
paling tinggi. Msalnya soerang ibu menjadi akseptor KB meskipun
mendapatkantantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

4. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

5. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan
obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif
biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah
sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu
terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, Sifat iniah
yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

23
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap
obyek sikap antara lain :
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalman pribdi tersesbut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikpa
yang konformis atau searah dengan sikap seorang yag dianggap
penting kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untukberafiliasi dan keinginn untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah
yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya.
d. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif cenderung dipengaruhi terhadao sikap
konsumennya.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dair lembaga pendidikan dan
kepercyaan tidaklah mengherankan jikalau pada gilirannya konsep
tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor Emosional

24
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakanpernyataan
yang didasari emosi berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

7. Cara Pengukuran Sikap


Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikao seseorang. Pernyataan sikap adlaah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya berfsifat mendukung ayau
memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan
yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-
hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun ontrs terhadap obyek sikap. Eprnyataan seperti ini disebut
dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikapseapat
mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable atau tidak
favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan
yang disajikan tidak semua positif dan tidaks emua begatif yang
seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali
obyek sikap.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dpaat dinyatakan bagaimana pendapat?
pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidkalangsung dpat
dilakukan dengn pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan
pendapat responden melalui kuesioner.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran
sikap yaitu :
a. Keadaan objek yang diukur.
b. Situasi pengukuran.
c. Alat ukur yang digunakan.
d. Penyelenggara pengukuran.

25
e. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran.
Pengukuran sikap salah satu problem metodologi dasar dalam
psikologi ssial adalah bagaimana mengukur sikap seseornag. Beberapa
teknik pengukuran sikap antara lain :
a. Skala thurstone (Methode of equael-appearing intervals)
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada
rentang kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat
favorabel terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan
seseorang tersebutsejumlah aitem sikap yang telah ditentukan
derajad favorabelitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun
alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan
ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-
masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai
skala.
b. Skala likert (metho of summateds ratings)
Liker mengajukan metodenya sebagai alternatif yang
lebihsederhana dibandingkan dengan skala thustone. Lekirt
menggunakan tekniik konstruksi test yang lain. Masing-masing
responden diminta melakukan egreement atau disegreement-nya
untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point
(sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).
c. Unobstrusive Measure
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang
dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang
berhubungan sikapnya dlam pertanyaan.
d. Multidimensional Scaling.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila
dibandingkan dengan pengukuran sikap ynag bersifat
unidimensional. Namun demikian, pengkukuran ini kadangkala
menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensial

26
kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu,
dan lain skala aitem.
e. Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung)
1. Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dpat
dilakukan oleh responden
2. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi
oleh kerelaan responden
3. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadapt
reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan
oleh individu yang bersangkutan.
4. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari
fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi
pupil mata, detak jantung dan beberapa aspek fisiologis
lainnya.

E. Konsep Emo Demo


Emotional Demonstration (Emo Demo) adalah salah satu metode
edukasi masyarakat yang dikembangkan oleh Global Alliance for
Improved Nutrition (GAIN), melalui pendekatan baru yang mengacu pada
teori behavior centered design (BCD) yang dicetuskan oleh
Environmental Health Group dari London School of Hygiene and Tropical
Medicine (LSHTM). Teori BCD dikembangkan berdasarkan pada prinsip
evolusioner dan psikologi lingkungan, sekaligus juga sebagai cara untuk
merencanakan dan menguji intervensi perubahan perilaku yang bersifat
imajinatif dan provokatif. Prinsip dari teori BCD adalah perilaku hanya
dapat berubah sebagai respon atas sesuatu yang bersifat baru, menantang,
mengejutkan atau menarik. Metode Emo Demo ini menggunakan cara-cara
yang bersifat imajinatif dan provokatif untuk mencapai perubahan perilaku
dalam bidang kesehatan masyarakat. (Amareta & Ardianto, 2017).
Kegiatan Emo Demo merupakan kegiatan aktif berbasis pada perubahan
perilaku pada kelompok masyarakat dan menggunakan cara-cara yang

27
bersifat imajinatif dan provokatif untuk mencapai perubahan perilaku
dalam bidang kesehatan masyarakat. (Hidayati & Nugraha, 2019).
Kerangka kerja teori BCD memastikan bahwa intervensi berbasis
bukti dan memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki dampak yang
signifikan pada perilaku. BCD dibentuk secara sederhana namun dipenuhi
proses siklus dari teori perubahan ke proses kreatif yang bermanfaat untuk
penyampaian pesan-pesan kesehatan. BCD adalah pendekatan yang lebih
holistik, ini memberikan proses desain yang komprehensif, dengan
langkah-langkah dan alat untuk digunakan dalam mengembangkan desain
studi, membuat, menerapkan dan mengevaluasi program perubahan
perilaku. Ada lima langkah utama dalam pengembangan teori BCD :
1. Menilai
disini perancang program mulai dengan mengumpulkan apa yang
diketahui tentang target perilaku, target audiens, konteks dan
parameter intervensi.
2. Membangun
Ditargetkan secara cermat dengan sampel target audiens untuk
mengetahui hal-hal yang tidak diketahui dan mengeksplorasi hipotesis
tentang kemungkinan pendorong perubahan. BCD menggunakan
berbagai metode inovatif seperti pemetaan motivasi, peringkat atribut
produk, skrip, dan etnografi video dengan cepat Menyelam lebih
dalam' dengan target audiens.
3. Membuat
Merancang intervensi dan mengujinya dalam skala kecil. Intervensi
harus cukup menarik dan memotivasi untuk menonjol dalam
kehidupan yang ditargetkan oleh program.
4. Penyampaian
paket intervensi kemudian diimplementasikan melalui serangkaian
kegiatan yang direncanakan yang mungkin melibatkan kontak
langsung dan tidak langsung melalui berbagai saluran seperti pekerja
komunitas,acara, massa dan / atau media digital yang sesuai untuk

28
penonton dan dampak yang diinginkan. Proses ini dipantau untuk
memastikan bahwa pembelajaran dari pengalaman ini dapat
berlangsung.
5. Evaluasi
Idealnya dalam uji coba lapangan pada skala yang memungkinkan
beberapa penilaian definitif apakah proses yang diharapkan oleh Teori
Perubahan program telah terjadi.
Kumpulan motif manusia dapat dianggap mencerminkan
serangkaian tugas penting evolusioner yang harus diselesaikan manusia
secara berurutan untuk bertahan hidup. Ada 3 kategori motif manusia
menurut teori BCD yaitu: 1. Dorongan 2. Emosi 3. Minat. Emo demo
menggabungkan beberapa motif manusia kealam suatu rancangan yang
melibatkan motif manusia salah satunya dorongan motif menjijikkan.
Manusia perlu menghindari ancaman yang akan melukainya dari dalam.
Motif ini menyebabkan prilaku menghindari cairan tubuh dan kuman yang
dianggap dapat melukai diri dari dalam. Aunger & Curtis (2008).
Metode demonstrasi merupakan metode yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas atau pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta lain. Miftahul (2013).
Metode pembelajaran demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran
dengan meragakan dan memeprtunjukkan suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun
dalam bentuk tiruan yang yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber
belajar lain di depan seluruh siswa. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan peserta terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna,
peserta dapat mengamati fasilitator selama proses pebelajaran berlangsung.
Metode Emo Demo Dalam prakteknya, dianggap efektif karena
mampu membuat orang yang diajak berkomunikasi terpengaruh.
Mengubah perilaku membutuhkan metode yang lebih dramatis daripada
sekedar memberikan penyuluhan atau mengajar. Awalnya metode ini

29
ditujukan kepada kemenkes untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam berbagai kegiatan posyandu untuk mengubah mindset seseorang
agar lebih semangat berpartisipasi pada kegiatan posyandu dengan
memberikan mereka beraneka ragam permainan yang dapat dengan mudah
mereka praktekkan dan mereka ingat makna pesan kesehatan dibalik
permainan tersebut. Metode emo demo membuat materi dapat disampaikan
lebih interaktif, komunikatif dan partisipatif, peserta dikejutkan atau diajak
untuk berpikir sehingga dapat meningkatkan dan mengubah emosi
terhadap perilaku seseorang.
Emotional Demonstration sangat berguna dalam mempengaruhi
orang terhadap apa yang mereka lihat, apa yang mereka lakukan, dan apa
yang orang lain lakukan. Lebih lengkap, untuk mampu mengubah apa
yang orang pikirkan, intervensi tersebut haruslah memuat:
1. Mengejutkan, sehingga mendapat perhatian dari orang-orang
2. Menyebabkan seseorang mengevaluasi kembali perilakunya
3. Mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru.
Adapun, emosi kunci pada perubahan perilaku kesehatan melalui
metode Emo Demo meliputi kasih sayang, status, afiliasi (rasa percaya),
kenyamanan, menjijikkan serta cinta dan ketertarikan. Dinkes Bondowoso
(2019).

F. Pengaruh Metode Emo Demo terhadap pengetahuan dan sikap CTPS


siswa SD
Metode Emo Demo ini menggunakan cara-cara yang bersifat
imajinatif dan provokatif untuk mencapai perubahan perilaku dalam
bidang kesehatan masyarakat. Perilaku hanya dapat berubah sebagai
respon atas sesuatu yang bersifat baru, menantang, mengejutkan atau
menarik. Sejalan dengan tumbuh kebang anak yang serba ingin tahu.
Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang,
diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan

30
bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. pada umunya
mereka mempunyai sifat :
a. Memiliki sifat serba ingin tahu.
b. Semakin memahami tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
c. Lebih senang memuji.
d. Berskap kritis pada berbagai hal.
e. Mulai mau berkerja dengan orang lain.
Perkemangan kognitif pada priode ini daya pikir anak sudah
berkembang. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-
benar pada stadium belajar. Perkembangan psikososial anak pada fase ini
mempunyai jiwa kompetetif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi
dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan
identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.
Tumbuh kembang anak pada fase ini sudah mampu menerima
materi dan nilai-nilai mengenai CTPS, sehingga materi yang diajarkan
nanti bukan hanya sekedar menegtahui konsep CTPS namun mampu
tertanam nilai mengenai CTPS yang akan berpengatuh terhadap prilaku
kesehatan dan lingkungannya, dimana anak SD ini merupakan agen of
change bagi lingkungannya.
Penelitian Dahlia, 2017 menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan pada pengetahuan responden setelah diberikan intervensi p
value = 0,000 dengan α = 0,05. Artinya penyuluhan kesehatan dengan
metode Emo Demo berhasil meningkatkan pengatahuan siswa -siswi MI Al
Badri secara signifikan. Begitu pula pada praktik responden yang
menunjukkan adanya perbedaan setelah diberikan intervensi (p value =
0,000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penyuluhan CTPS dengan
metode Emo Demo berhasil meningkatkan pengetahuan dan praktik CTPS
pada siswa -siswi MI Al Badri. Demikian juga hasil 36 penelitian Viranita,
2018 berdasarkan uji statistic Wilcoxon diperoleh nilai p = 0,000 (p).

31
G. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Kurangnya pengetahuan dan sikap CTPS

Edukasi CTPS dengan metode Emo Demo

Visual aids Audio aids Motorik

Peningkatan perhatian

Mendapatkan pengetahuan
Peningkatan sikap positif
melalui Trial and Error

Peningkatan Pengetahauan CTPS Sikap Positif CTPS


32
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 4.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penyuluhan Pengetahuan sikap

Keterangan :
: Diteliti

Dengan penyuluhan diharapkan ada perubahan pengetahuan yang


lebih baik. Adanya pengetahuan yang lebih baik akan mempengaruhi sikap
yang positif. Tingkat pengetahuan cuci tangan seseorang berpengaruh
terhadap sikap dalam prilaku PHBS yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada keadaan PHBS individu yang bersangkutan.

B. Variabel
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : penyuluhan tentang cuci tangan pakai sabun dengan
metode emo demo
b. Variabel terikat : pengetahuan dan sikap tentang cuci tangan pakai
sabun

C. Hipotesis

33
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji.
Pengujian itu bertujuan untuk memberikan apakah hipotesis diterima atau
ditolak. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ha:
1. Ada pengaruh penggunaan metode Emo Demo terhadap
pengetahuan CTPS yang baik dan benar pada siswa SDN 79 Kota
Bengkulu.
2. pengaruh penggunaan metode Emo Demo terhadap sikap CTPS
yang baik dan benar pada siswa SDN 79 Kota Bengkulu.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur variabel.

Tabel 1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Penyuluhan Pemberian Pegamatan Kuesioner Sesuai SAP Rasio
tentang cuci informasi kepada
tangan pakai sasaran untuk
sabun meningkatkan
dengan pengetahuan dan
metode emo sikap tentang cuci
demo tangan pakai
sabun dengan
metode emo demo.

Pengetahuan Segala sesuatu Memberikan Kuesioner Skor Rasio


tentang cuci yang diketahui pernyataan pengetahuan pengetahuan
tangan pakai tentang cuci tentang cuci CTPS
sabun tangan pakai tangan pakai sebanyak 20
sabun khususnya sabun dan soal
tentang 6 langkah memberi skor sumber
cuci tangan, 1 pada
momen cuci jawaban benar
tagan, dan skor 0

34
untuk jawaban
salah.
Sikap tentang Tanggapan Memberikan Kuesinor Skor sikap Ordina
cuci tangan tentang cuci pernyataan sikap dengan Baik ≥ 80% l
pakai sabun tangan pakai tentang cuci pertanyaan Cukup = 60
sabun tangan pakai sebanyak 20 – 79%
sabun dengan soal Kurang
memberi skor
pada setiap
tanggapan.

35
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimental semu dengan rancangan
penelitian one group pre-test – post-test design, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan
yang melibatkan satu kelompok masyarakat yang diberikan secara sengaja
dan melakukan pengukuran sebelum dan setelah diberi perlakuan.

Bagan 4.1 Desain Penelitian

P1 P2
X
S1 S2

Keterangan :

X : Penyuluhan dengan metode emo demo

P1 : pengetahuan sebelum penyuluhan

S1 : sikap sebelum penyuluhan

P2 : pengetahuan setelah penyuluhan

S2 : sikap setelah penyuluhan

Pada rancangan penelitian diatas, pengukuran awal yang dilakukan yaitu


pengukuran pengetahuan dan sikap pada subjek yang diteliti, kemudian diberikan
perlakuan yaitu penyuluhan tentang cuci tangan pakai sabun dengan metode emo

36
demo. Setelah itu pengukuran pengetahuan dan sikap dilakukan lagi untuk kedua
kalinya setelah penyuluhan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 79 Kota Bengkulu,
Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu. SD Negeri 79 Kota Bnegkulu
berlokasi di Jalan Sungai Rupat No.18, Kecamatan Selebar, Kota
Bengkulu. Alasan pemilihan lokasi adalah:
a. SDN 79 Kota Bengkulu Merupakan SD dengan jumlah siswa
terbanyak di Kecamatan Selebar
b. Kemudahan dalam mengakakses lokasi penelitian.
c. Adanya sampel penyuluhan.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Maret tahun 2020.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian Populasi target adalah siswa SDN 79 Kota
Bengkulu pada kelas III A III B III C yang berjumlah sebanyak 107
siswa.
2. Sampel penelitian
a. Besar sampel Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan
rumus solvin :
n= N
1+N (d)²
keterangan
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan (5%)

37
diperoleh jumlah sampel sebanyak 84 responden. Sampel yang
digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi:
Kriteria inklusi merupakan subyek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Sedangkan
kriteria ekslusi merupakan subyek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:
1. Anak usia 6-12 tahun.
2. Responden mampu mendengar, melihat, dan tidak memiliki
keterbatasan gerak, serta mampu menulis.
3. Bersedia menjadi sampel penelitian.
4. Respon sadar dan dapat diajak komunikasi.
Kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah:
1. Responden yang mengalami tunarungu, tunanetra, tunagrahita,
tunadaksa.
2. Responden yang mengundurkan diri pada saat penelitian
dilaksanakan.
b. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive
sampling yaitu menunjuk 3 kelas III berdasarkan pertimbangan :
1) Rekomendasi Kepala Sekolah SDN 79 Kota Bengkulu.
2) Mendapatkan izin dari kepala sekolah SDN 79 Kota Bengkulu.
3) Tidak mengganggu pembelajaran.
4) Menurut piaget (2001) Anak usia 7-11 tahun dan emosi mampu
menerima materi penyuluhan cuci tangan pakai sabun dengan
metode emo demo

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis data yang dikumpulkan

38
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu identitas sampel meliputi nama sampel,
jenis kelamin, kelas, data pengetahuan, dan data penegtahuan dan sikap
tentang CTPS. Data sekunder meliputi luas wilayah sekolah dan
jumlah seluruh siswa.
2. Cara pengumpulan data
Metode pengumpulan data identitas, pengetahuan dan sikap
dikumpulkan dengan cara sampel mengisi sendiri angket yang telah
disiapkan. Data sekunder yang meliputi luas wilayah sekolah dan
jumlah seluruh siswa dikumpulkan dengan cara mencatat dan
mendokumentasikan dokumen-dokumen yang ada.
3. Instumen Pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu kuesioner yang meliputi identitas, pengetahuan, dan sikap tentang
cuci tangan pakai sabun. Alat pengumpulan data yaitu alat tulis, kamera,
laptop, pengeras suara, cairan penanda kuman, lampu UV, Kartu Peraga A,
kartu peraga B, kartu momen cuci tangan, kartu langkah-langkah cuci
tangan, ember, sabun, botol air bersih, makanan ringan, stiker pengingat
cuci tangan dan lembar observasi.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data
a. Data identitas dan karakteristik sampel
Data identitas diolah membuat persentase kemudian
memasukkan kedalam tabel univariat.
b. Data pengetahuan
Data pegetahuan diolah dengan cara memberi skor 1 untuk
jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah, sedang. Kemudian
jumlah skor dibagi dengan skor maksimal dan dikalikan 100%.
Data akan diolah berbentuk rasio dan selanjutnya hasil akan
disimpulkan dengan pengkategorian menjadi 3 yaitu :

39
a) Baik (jawaban terhadap kuesioner 76-100% benar)
b) Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75 benar)
c) Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar)
c. Data sikap
Data sikap diolah dengan memberi skor pada setiap
pernyataan sikap tentang cuci tangan pakai sabun kemudian
dikategorikan menjadi:
1) Pernyataan positif (+) yaitu setuju (S) diberi skor 1, tidak setuju
(TS) diberi skor 0.
2) Pernyataan negatif (-) yaitu setuju (S) diberi skor 0, tidak setuju
(TS) diberi skor 1.
Kemudian skor sikap dijumlahkan, dibagi skor maksimal dan
dikalikan 100. Data akan diolah berbentuk rasio dan
selanjutnya akan disimpulkan dengan pengkategorian hasil
menjadi 3 yaitu :
a) Baik (jawaban terhadap kuesioner 76-100% benar)
b) Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75 benar)
c) Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar)

2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan
karakteristik usia dan jenis kelamin pada pengetahuan dan sikap
CTPS. Karkteristik usia, menggunakan numerik dengan uji mean,
median, standar deviasi,min, max, CI for mean 95% dan
karakteristik jenis kelamin menggunakan kategorik dengan
distribusi frekuensi dan proporsi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan setelah uji kenormalan data.
Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan untuk
membuktikan hipotesis penelitian yaitu mengetahui pengaruh

40
penggunaan metode Emo Demo terhadap pengetahuan dan sikap
CTPS yang baik dan benar pada siswa SDN 79 Kota Bengkulu.
Pertama dilakukan uji kesetaraan sebelum melakukan penelitian.
Setelah itu untuk melakukan pengukuran pre dan post berulang
pada subjek yang sama untuk masing-masing perlakuan
menggunakan uji paired-samples T Test dan apabila data tidak
berdistribusi normal maka menggunakan uji wilcoxon.

F. Alur penelitian
Dilakukan pengambilan dan penelitian, peneliti melakukan tahapan
penelitian yang dimulai dari seleksi sampling untuk menetukan sampel
sesuai dengan kriteria penelitian. Untuk dilakukan metode edukasi emo
demo terhdapa siswa SDN 79 Kota Bengkulu dapat dilihat dari bagan
berikut:

Bagan 4.2 Alur penelitian

Siswa SDN 79 Kota Bengkulu rentang umur 6-12 Tahun

Prngumpulan data

Informed consent

Pre Tes Pengetahuan CTPS

Edukasi CTPS dengan metode Emo Demo

Post test pengetahuan dan sikap CTPS siswa SDN 79

41
G. Tata Cara Penyuluhan dengan Metode Emo Demo
1. Sampel dikumpulkan dalam satu kelas, kemudian fasilitator
mengarahkan jalannya emo demo.
2. Penyuluhan dilaksanakan sesuai SAP yang telah dibuat.
3. Media yang digunakan pada saat pelaksanaan emo demo yaitu poster
cuci tangan pakai sabun, poster momen cuci tangan, contoh tangan
yang terkontaminasi mikroorganisme.
4. Sampel diberikan kesempatan untuk bertanya.
5. Setiap sampel diberi kesempatan untuk mempraktekkan cuci tangan
pakai sabun.
6. Sampel lainnya diminta untuk mengevaluasi hasil praktek cuci tangan
pakai sabun.
7. Demikian secara bergiliran.
8. Fasilitator memberikan koreksi dan pengarahan kepada peserta emo
demo. Bila ada sampel yang salah dibenarkan oleh sampel lainnya
dengan dipertegas oleh fasilitator.

H. Etika Penelitian
Secara umum prinsip dalam penelitian/pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai
hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Peneliti menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan penderitaan baru atau masalah kesehatan baru.
b. Bebas dari eksploitasi

42
Peneliti ini dilakukan dengan sebenar-benarnya dan peneliti tidak
mengambil keuntungan ataupun memanfaatkan sesuatu terkait
penelitian ini.
c. Risiko (benefits ratio)
Peneliti menjelaskan bahwa peneliti ini akan membantu cara yang
lebih efektif untuk edukasi terutama untuk anak usia sekolah.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self
determination)
Responden atau yang tidak mewakili berhak memutuskan untuk
ikut berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini. Jika responden
memutuskan ingin ikut berpartisipasi, maka responden atau yang
mewakili dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)
Setiap responden mendapatkan jaminan jika terjadi hal yang tidak
diinginkan saat penelitian berlangsung. Peneliti meninggalkan no
handphone peneliti dan surat izin penelitian dari institusi
pendidikan sebagai jaminan jika terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan saat penelitian berlangsung.
c. Informed consent
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menjelaskan tentang
penelitian ini terlebih dahulu baik secara lisan dan tertulis dalam
bentuk lembaran Informed consent. Pada Informed consent juga
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan
untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment).

43
Responden pada penelitian ini diberikan tindakan secara adil yaitu
pemberian edukasi CTPS dengan metode emo demo selama 20
menit.
b. Hak dijaga kerahasiaanya (right to privacy)
Identitas atau semua informasi responden dirahasiakan oleh
peneliti dalam bentuk apapun dan semua data informasi disimpan
aman dengan hanya peneliti yang tahu serta akan disimpan selama
masa waktu yang diperlukan peneliti.
c. Tanpa nama/anonimity
Setiap responden pada penelitian ini tidak dicantumkan nama
lengkap baik pada lembar persetujuan maupun lembar
observasi/pengumpulan data, identitas responden hanya
menggunakan inisial nama.

44
Daftar Pustaka

Kusyani et al. 2012. Keterampilan Dan Prosedur Lalboratorium


Keperwatan Dasar. Edisi Kedua. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Dinas Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu 2018.

Amareta. 2017. Peningkatan Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun pada


Anak Usia Sekolah dengan Metoda Emo Demo.9(2): 88-93.

Aziz. 2019. Metode EMO Demo Dan Metode Bermain Puzzle


Terhadap
Cara Mencuci Tangan Pada Anak Prasekolah.

Ferina, F, 2013, Efektifitas Demonstrasi dan Bernyayi Lagu Cuci


Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pada Anak
Prasekolah di TK PGRI 38 Semarang.

Kementerian kesehatan RI. . Cuci Tangan Pakai Sabun,


Perilaku Sederhana Berdampak Luar Biasa. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20101015/4517132/cuci-tangan-pakai-sabun-
perilaku-sederhana-berdampak-luar-biasa/ - Diakses
tanggal 27 Oktober 2020

Kementerian kesehatan RI. 2014. Perilaku Mencuci Tangan Pakai


Sabun Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kemneterian
Kesehatan RI. Jakarta Selatan.

45
Rompas M.,J, Tuda., J dan Ponidjan., I. 2013. Hubungan Antara
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya Diare
Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Gmim Dua Kecamatantareran.
1(1): 1-8.

Prawati., D., D dan Haqi., D., N. 2019. Faktor Yang Mempengaruhi


Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.7(1): 34-45.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2019. Neraca


Pendidikan Daerah 2019 . Pusat Analisis dan Sinkronisasi
Kebijakan (PASKA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
RI. Jakarta Pusat.

Kementerian Kesehatan RI. Promosi Kesehatan. Jakarta. 2016.


https://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan - Diakses pada
15 Oktober 2020.

Aunger, R., dan Curtis, V., 2008. A Guide to Behavior Centre Design.
London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Notoatmodjo soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.


Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku Dalam Kesehatan. Nuha


Medika. Yogyakarta.

Dewi Rizki Cintya., Oktiawati Anisa, dan Saputri Lintang Dewi. 2015.
Teori & Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Anak dan
Usia
Remaja. Nuha Medika. Yogyakarta.

Wawan A & M Dewi. 2019. Pengetahuan, Sikap dan Prilaku


Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.

Hidayati,. G., S dan Nugraha., Y. 2017. Implementasi Emotional


Demonstration ( Emodemo ) Meningkatkan Pemahaman Ibu
Tentang Nutrisi Anak dalam 1000 HPK. 246-250

Huda Miftahul. 2013. Model -model Pengajaran dan Pembelajaran.


Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. Diseminasi Teori BCD


libatkan MOT. 2019.
https://dinkes.bondowosokab.go.id/diseminasi-teori-bcd-libatkan-
mot/ - Diakses pada 15 November 2020.

46
47
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
EFEKTIFITAS METODE EMO DEMO TERHADAP PENGETAHUAN
DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)
PADA SISWA SD 79 KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

Pengetahuan Sikap
No Nama Umur JK Paraf
Pre Post Pre Post
FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ade Rosita

NIM : P05120317001

Mahasiswa DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang


akan melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah
satu persyaratan dalam menempuh ujian sidang skripsi, yang berjudul
“Efektifitas Metode Emo Demo Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada siswa SDN 79 Kota Bengkulu Tahun
2020”. Untuk kelancaran penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi
adik untuk menjadi responden penelitian serta menjawab beberapa
pertanyaan (terlampir). Saya akan menjamin kerahasiaan keadaan
dan identitas adik. Apabila adik bersedia untuk menjadi responden,
maka saya persilahkan adik untuk menandatangani Lembar Persetujuan
Penelitian.
Atas kerjasama dan kesediaan adik untuk menjadi responden,
saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Ade Rosita
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Dengan hormat, anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tujuan
penelitian ini untuk Menganalisis “Efektifitas Metode Emo Demo Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada siswa SDN 79 Kota Bengkulu Tahun
2020”. Peneliti (saya) akan memberikan lembar persetujuan ini dan menjelaskan bahwa
keterlibatan anda dalam penelitian ini atas dasar sukarela.
Nama saya adalah Ade Rosita Mahasiswa Jurusan Keperawatan di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu yang beralamat Di Jalan Bumi Ayu Raya. Saya dapat di hubungi
nomor Hp 089603288485. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan tugas akhir karya
tulis ilmiah ( skripsi) .
Penelitian ini melibatkan anak-anak umur 6-12 Tahun yang dapat membaca dan
menulis. Keputusan anda untuk ikut ataupun tidak dalam penelitian ini, tidak berpengaruh
pada fasilitas pelayanan kesehatan anda. Apabila anda memutuskan untuk ikut serta, anda
juga bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian. Sekitar 78 anak-anak uur 6-12 Tahun
akan terlibat dalam penelitian ini.
Kuesioner yang akan diberikan berisi tentang gambaran pengetahuan dan sikap cuci
tangan pakai sabun.
Saya akan menjaga kerahasian anda dalam penelitian ini. Nama anda tidak akan
dicatat dimanapun. Semua kuisoner yang telah berisi nanya akan diberikan nomor kode yang
tidak adapat mengidentifikasi identitas anda. Keterlibatan anda dalam penelitian ini, sejauh
yang saya ketahui, tidak ada menyebabkan resiko yang besar. Keterlibatan dalam penelitian
ini dapat memberikan keuntungan langsung pada anda, hasil penelitian ini dapat bermanfaat
untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap cuci tangan pakai sabun. Apabila setelah terlibat
dalam penelitian ini, anda masih punya pertanyaan, anda dapat menghubungi saya pada
nomor telepon diatas.
Setelah membaca informasi dan memahami tujuan penelitian dan peran yang
diharapkan dalam penelitian ini, saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Bengkulu, Januari 2021


Responden

(Nama jelas )
LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH EFEKTIFITAS METODE EMO DEMO TERHADAP


PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN
(CTPS) PADA SISWA SDN 79 KOTA BENGKULU TAHUN 2020

Kode Responden :

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur : ………. Tahun
2. Jenis Kelamin : ………..
3. Kelas : ..............

B. HASIL PENGUKURAN

Waktu Kegiatan Hasil


Pengukuran Pengukuran
Pre Test

Post Test
KUESIONER PENGARUH METODE EMO DEMO TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN
(CTPS) PADA SISWA SDN 79 KOTA BENGKULU TAHUN 2020

No. :

Nama :

Kelas :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kuesioner Pengetahuan anak terhadap CTPS Tanyakan dan beri tanda (X)
untuk jawaban yang benar menurut anak

1. Apakah adik tahu kepanjangan CTPS?


a. Cuci tangan pakai sabun
b. Cuci tangan
c. Cuci tangan tanpa sabun

2. Saat mencuci tangan sebaiknya tangan kita di cuci menggunakan apa,


dik?
a. Sabun dan air mengalir
b. Air saja
c. Sabun saja

3. Selain menggunakan sabun, sebaiknya kita mencuci tangan


menggunakan?
a. Air mengalir
b. Air di bak mandi
c. Air tergenang

4. Untuk mencuci tangan air yang kita gunakan harus?


a. Bersih
b. Air yang telah di masak
c. Air yang kotor
5. Untuk apa kita mencuci tangan pakai sabun,dik ?
a. Membunuh kuman dan bakteri yang ada di tangan
b. Membersihkan tangan
c. Supaya tangan kita wangi

6. Mencuci tangan dapat menghindarkan kita dari penyakit apa saja, dik?
a. Mencret/ diare
b. Gatal-gatal
c. Sakit kepala/pusing

7. Cacingan bisa kita cegah dengan cara apa saja, dik?


a. Cuci tangan
b. Cuci tangan pakai sabun
c. Tidak main koto

8. Kapan saja kita harus cuci tangan pakai sabun?


a. Sebelum tidur
b. Sebelum bersalaman
c. Setelah buang air besar

9. Apa yang sebaiknya kita lakukan sebelum makan?


a. Mencuci tangan dengan sabun
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
c. Mencuci tangan dengan air

10. Selain sebelum makan, kapan lagi kita sebaiknya cuci tangan dengan
sabun?
a. Setelah memegang bungkus makanan
b. Sebelum bersalaman
c. Setelah bermain

11. Setelah bersin atau batuk yang mana yang paling baik untuk
dilakukan?
a. Mengelap tangan dengan tisu
b. Mencuci tangan dengan sabun
c. Mengelap tangan ke baju
12. Selain sesudah buang air kecil, kapan lagi kita harus mencuci tangan?
a. Setelah memegang adik
b. Setelah belajar
c. Setelah bermain

13. Setelah memegang binatang kita sebaiknya melakukan?


a. Cuci tangan
b. Mengelap tangan dengan tisu
c. Cuci tangan pakai sabun

14. Bagian yang mana yang harus digosok pertama kali saat mencuci
tangan?
a. Sela-sela jari
b. Mengelap tangan
c. Telapak tangan

15. Apa yang harus kita gosok setelah telapak tangan dalam CTPS?
a. Menggosok ibu jari
b. Menggosok sela-sela jari
c. Membasuh tangan dengan air

16. Setelah kita menggosok sela-sela jari, bagian mana lagi yang
selanjutnya kita gosok?
a. Meletakan sabun di telapak tangan
b. Menggosok buku-buku jari
c. Menggosok ujung jari secara mengunci membentuk huruf C

17. Setelah menggosok ujung jari, bagian mana selanjutnya yang harus
kita gosok?
a. Menggosok kuku jari
b. Mengelap tangan
c. Menggosok ibu jari

18. Setelah menggosok ibu jari secara bergantian, bagian mana lagi yang
harus kita gosok saat mencuci tangan?
a. Mengelap tangan
b. Menggosok telapak tangan
c. Menggosok kuku-kuku jari
19. Bagian mana lagi yang penting kita gosok dengan sabun saat cuci
tangan?
a. Siku tangan
b. Lengan tangan
c. Pergelangan tangan

20. Setelah menggosok seluruh permukaan tangan dengan sabun,


selanjutnya apa yang harus kita lakukan, dik?
a. Menggosok sela-sela jari bergantian
b. Membilas tangan dengan air bersih mengalir dan
mengeringkannya
c. Mengelap tangan dengan tisu
KUESIONER SIKAP ANAK TERHADAP CTPS

Tanyakan dan beri tanda (X) sesuai jawaban yang diberikan anak

No Pernyataan S TS
.
1. Menurut adik mencuci tangan pakai sabun itu hal yang
penting.
2. Jika adik ingin makan, adik harus mencuci tangan dengan
sabun terlebih dahulu.
3. Jika adik sudah selesai bermain, adik harus mencuci tangan
adik dengan sabun.
4. Menurut adik jika mencuci tangan dapat mencegah adik
terkena mencret.
5. Menurut adik jika mencuci tangan dapat menjaga kesehatan
adik.
6. Menurut adik jika mencuci tangan cukup hanya dengan
sabun.
7. Menurut adik orang dewasa pun perlu cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir.
8. Adik bisa terkena cacingan apabila malas mencuci tangan
dengan bersih.
9. Jika mencuci tangan, sela-sela jari tidak perlu dicuci saat
mencuci tangan.
10. Jika adik mencuci tangan, telapak tangan perlu disabun dan
dibasuh air mengalir saat mencuci tangan.
11. Menurut adik perlu tempat cuci tangan di sekolah

12. Menurut adik cuci tangan dengan bersih tidak bisa


mencegah kita terkena penyakit.
13. Setelah adik memegang binatang tidak perlu cuci tangan
dengan sabun.
14. Jika adik sedang berada disekolah tidak perlu cuci tangan.

15. Jika tangan tidak kotor maka tidak perlu melakukan 7


langkah cuci tangan.
16. Jika sudah selesai makan maka tidak perlu mencuci tangan

17. Jika melakukan cuci tangan maka tidak perlu mencuci


tangan sesuai langkah-langkahnya.
18. Jika kita akan mencuci tangan cukup dengan sabun saja.

19. Jika adik sudah selesai buang air besar tidak perlu cuci
tangan.
20. Seandainya kita sudah cuci tangan dengan sabun maka
tangan kita tidak akan bebas kuman.

Keterangan :

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

KISI-KISI KUESIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP


PENGARUH METODE EMO DEMO TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN
(CTPS) PADA SISWA SDN 79 KOTA BENGKULU TAHUN 2020

A. Kuesioner Pengetahuan

1. A 11. B
2. A 12. C
3. A 13. C
4. A 14. C
5. A 15. B
6. A 16. C
7. B 17. C
8. B 18. C
9. B 19. C
10. C 20. B

B. Kuesioner Sikap

1. S 11. S
2. S 12. S
3. S 13. TS
4. S 14. TS
5. S 15. TS
6. S 16. S
7. S 17. TS
8. S 18. TS
9. TS 19. TS
10. S 20. TS
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Metode Emo Demo Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) Pada Siswa SDN 79 Kota
Bengkulu Tahun 2020

Fasilitator akan memberikan pengarahan dan gambaran mengenai apa saja


yang akan dibahas kemudian mendemonstrasikan kegiatan dan permainan yang
terkait dengan pembahasan-pembahasan CTPS. Setelah itu fasilitator akan
meminta anak untuk mengulang beberapa hal penting dan diminta partisipasinya
untuk mau menyebutkan dan mendemonstrasikan apa saja hal yang mampu
diingatnya.
Adapun tujuan menggunakan metode emo demo ini adalah :
1. Memaksimalkan penerimaan pesan yang disampaikan pada anak.
2. Memaksimalkan pemahaman dan ingatan anak dengan gambar dan suara serta
gerakan yang didemonstrasikan.
3. Merangsang munculnya keaktifan dan partisipasi anak.
4. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Proses Pelaksanaan Pembelajaran CTPS dengan Metode Emo Demo


A. Persiapan Umum
Dalam pelaksanaan pembelajaran CTPS dengan metode Emo Demo ada
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Penguasaan fasilitator terhadap materi.
b. Kemampuan fasilitator dalam menyampaikan materi.
c. Menyediakan perlengkapan Emo Demo sebagai alat bantu untuk
mendemonstrasikan CTPS kepada anak.
d. Memahami isi materi CTPS yang akan didemonstrasikan.

B. Materi
Adapun materi yang akan disampaikan pada Demonstrasi berisi tentang:
a. Pengertian CTPS
b. Tujuan CTPS
c. Waktu yang tepat untuk CTPS
d. Akibat tidak cuci tangan dengan sabun
e. 7 langkah mencuci tangan

C. Alat Bantu
Dalam pelaksanaan ini peniliti memerlukan alat bantu berupa : cairan
penanda kuman, lampu UV, kartu peraga A, kartu peraga B, kartu moment
cuci tangan, kartu langkah cuci tangan, ember, sabun cuci tangan, air bersih,
makanan ringan.
Hari/tanggal :-
Waktu : 65 menit
Tempat : Ruangan SDN 79 Kota Bengkulu

D. Pelaksanaan Pembelajaran CTPS dengan Metode Emo Demo


Adapun mekanisme pelaksanaannya adalah :
1. Fasilitator memperkenalkan diri, maksud dan tujuannya (5 menit).
2. Dilakukan pretest dengan menanyakan langsung pertanyaan yang terdapat
didalam kuesioner dilakukan oleh tim fasilitator (20 menit).
3. Pemberian pengarahan mengenai materi yang akan dibahas dan pemberian
emotional demonstration mengenai CTPS, Fasilitator akan menggulang
kembali materi yang telah diberikan saat demonstrasi kemudian beberapa
anak akan diminta untuk menyebutkan dan mendemonstrasikan hal-hal
yang mampu diingatnya berdasarkan materi yang telah mereka saksikan
(20 menit).
4. Melakukan posttest kepada anak dengan kuesioner dan penutup (20 menit).

E. Evaluasi
Evaluasi perlakuan ini akan digunakan hasil kuesioner yang telah diberikan
sebelumnya (pretest).
Materi Emo Demo

Tujuan :
1. Memaksimalkan penerimaan pesan yang disampaikan pada anak.
2. Memaksimalkan pemahaman dan ingatan anak dengan demonstrasi CTPS.
3. Merangsang munculnya keaktifan dan partisipasi anak.
4. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Demonstrasi yang akan dilakukan teerdiri dari beberapa bagian yang


materinya telah disesuaikan dengan materi CTPS.

Demonstrasi Bagian 1
Demonstrasi 1 merupakan demonstrasi gambaran dari contoh tangan kotor
yang tidak dicuci dengan sabun dengan ringkasan demonstrasi sebagai berikut :
1. Fasilitator menyambut anak (mereka tidak boleh mengatakan apa yang akan
terjadi selanjutnya).
2. Seorang anak akan diminta untuk memegang benda-benda umum atau kotor
di depan kelompok yang telah dioles dengan cairan penanda kuman dan tidak
mencuci tangan setelahnya.
3. Sang anak mengeluarkan sebungkus biskuit dan menawarkannya kepada
kelompok.
4. Fasilitator menanyakan alasannya kepada peserta yang tidak menerima
biskuit.
5. Fasilitator bertanya kepada anak yang telah memegang benda umum atau
kotor apa yang dapat dilakukannya untuk mengatasi hal tersebut, dan tentang
praktik mencuci tangan pakai sabun.
6. Fasilitator mendemonstrasikan contoh tangan kotor yang disinari
menggunakan lampu UV
7. Fasilitator menjelaskan kepada kelompok penyakit apa saja yang dapat
mereka derita, terutama anak balita, jika tidak mencuci tangan dengan benar.
Hal ini akan menimbulkan perasaan jijik dan malu pada anak jika tidak
mencuci tangannya. Perasaan ini dimanfaatkan untuk mendorong perilaku cuci
tangan pakai sabun, dengan adanya rasa jijik dan malu terhadap kotoran dan
kontaminasi merupakan salah satu pendorong yang kuat untuk menerapkan
praktik mencuci tangan pakai sabun.

Demonstrasi bagian 2
Demonstrasi 2 berisi mengenai demonstrasi 7 langkah cuci tangan yang
baik dan benar, waktu yang tepat untuk CTPS dan akibat jika tidak cuci tangan
dengan sabun. Anak akan lebih banyak berpartisipasi pada demonstrasi, langkah
cuci tangan akan didemonstrasikan dengan nyayian dan mengurutkan kartu-kartu
permainan yang berisikan langkah dan momen cuci tangan yang telah disediakan.
Fasilitator akan mengulangi urutan kartu yang benar, langkah demonstrasi sebagai
berikut :
1. Fasilitator akan meminta kelompok untuk mengurutkan kartu 7 langkah cuci
tangan yang telah disediakan.
2. Fasilitator mengulangi demonstrasi 7 langkah cuci tangan menggunakan lagu
cuci tangan dan mengurutkan ulang kartu 7 langkah cuci tangan yang benar.
3. Fasilitator akan meminta kelompok untuk mengurutkan kartu 5 waktu kritis
untuk mencuci tangan pakai sabun yang telah disediakan.
4. Fasilitator mengurutkan kembali lima waktu kritis yang benar.
5. Penutup.

Anda mungkin juga menyukai