Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN


KUANTITAS TIDUR PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PONTAP
KOTA PALOPO
TAHUN 2022

PUTRI WULAN DARI


K.18.01.021

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERSUNIVERSITAS MEGA
BUANA PALOPO

i
2022
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN
KUANTITAS TIDUR PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PONTAP
KOTA PALOPO
TAHUN 2022

PUTRI WULAN DARI


K.18.01.021

Proposal telah disetujui oleh tim pembimbing untuk dapat diujikan dihadapan tim
penguji proposal

Palopo, juni 2022

Tim pembimbing

Pembimbing utama Pembimbing pendamping

Lindriani, S.kep., Ns., M.Kes Hertiana, S.kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0914048204 NIDN. 8898190018

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan

(Hartati, S.Kep., Ns)

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan rahmat serta ridha-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul “
Pengaruh Senam Lansia terhadap kuantitas tidur pada Lansia diwilayah kerja
Puskesmas Pontap Kota Palopo 2022 “
Penulis mengucapkan terima kasih yang tek terhingga kepada kedua
orang tua untuk dukungan moril dan materil yang diberikan. Penulis menyadari
bahwa penyusunan proposal ini jauh dari kesempurnaan disebabkan terbatasnya
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis olehnya itu dengan rendah hati
mengharapkan sarandan kritik. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada
pembimbing pertama Ibu Lindriani, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan pembimbing
pendamping Ibu Hertiana, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak H. Rahim Munir Said, SP.,MM selaku Pembina Yayasan
Pendidikan Universitas Mega Buana Palopo.
2. Ibu Dr. Hj. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes selaku Ketua Universitas Mega
Buana Palopo.
3. Ibu Hartati S.Kep.,Ns selaku Ketua Prodi Keperawatan Universitas Mega
Buana Palopo.
4. Kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberi semangat dan
motivasi.
5. Kepada teman kelas saya yang juga memberikan semangat motivasi dan
memberi banyak canda dan tawa agar saya tetap semangat dalam
menjalani Pendidikan saya selama ini.
Yang tidak lupa untuk saudara, teman-teman, serta seluruh keluarga
yang sedang membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan proposal ini.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan
rahmat, berkat dan karunianya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang

iii
setimpal atas semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis serta senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dan menjadikan kita sebagai hambanya yang selalu bersyukur.

Palopo, 14 juni 2022


Penulis

Putri Wulan Dari

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat penelitian ................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8
A. Lanjut Usia .......................................................................................... 8
B. Tidur .................................................................................................... 15
C. Kualitas Tidur....................................................................................... 18
D. Senam Lansia ...................................................................................... 27
E. Kerangka Konsep ................................................................................. 38
F. Variabel Penelitian ............................................................................... 38
G. Definisi Operasional............................................................................. 39
H. Hipotesis............................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 43
A. Desain Penelitian .................................................................................. 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 43
C. Populasin Dan Sampel ......................................................................... 43
D. Teknik Analisa Data............................................................................. 45
E. Identifikasi Variabel ............................................................................. 46
F. Prosedur Penelitian............................................................................... 46

v
G. Instrument Penelitian ........................................................................... 47
H. Analisa Deskriptif ................................................................................ 47
I. Analisa Data ......................................................................................... 48
J. Etika Penelitian .................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Gambar Judul Halaman

2.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 40

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1 Kerangka Konsep 38

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin pengambilan data awal

Lampiran 2 Informed concent

Lampiran 3 Instrumen Peneitian (kuesioner/lembar observasi)

ix
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

NSF : National Sleep Foundation

Lansia : Lanjut Usia

AGEs : Advance Glycation End Products

ROS : Reactive Oxygen Species

DNA : Deoxyribonucleic acid

RNS : Reactive Nitrogen Species

NREM : Non Rapid Eye Movement

EGG : Electroencephalography

REM : Rapid Eye Movement

OSA : Obstructive sleep apnea

DLL : Dan lain-lain

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index

BCAA : Branched chain amini acid

CRP : C-reaktive protein

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kedokteran

ikut adil dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata

usia harapan hidup bangsa Indonesia makin meningkat. Keadaan ini menyebabkan

jumlah populasi lanjut usia semakin besar, bahkan cenderung semakin cepat dan

pesat. Meningkatnya usia harapan hidup dipengaruhi oleh, yaitu : Majunya

pelayanan kesehatan, Menurunnya angka kematian bayi dan anak, Adanya

perbaikan gizi dan sanitasi, dan adanya pengawasan diri terhadap penyakit

menular Lanjut usia merupakan suatu anugrah. Menjadi tua, dengan segenap

keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila panjang umur. Di

Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan

yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada pula lanjut usia

(Noorkasiani , 2009).

Menurut Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial

Lanjut Usia, ketetapan seseorang dianggap lanjut usia sangat bervariasi, karena

setiap Negara memiliki kriteria dan standar yang berbeda. Di Indonesia, seseorang

diikatakan lanjut usia bila ia telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih.

Menurut Nugroho (2009), dalam perjalanan hidup manusia, proses menua

merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai

umur panjang. Hanya lambat atau cepatnya proses tersebut bergantung pada setiap

individu yang bersangkutan. Meningkatnya jumlah lanjut usia sebenarnya adalah

1
2

indikator yang menunjukkan semakin sehatnya penduduk Indonesia karena usia

harapan hidupnya meningkat, meskipun disisi lain produktivitas mereka menurun.

Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai asper kehidupan,

baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin

bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor

alamiah maupun karena penyakit. Kualitas hidup penduduk lanjut usia yang

umumnya masih rendah dapat terlihat daripendidikan tertinggi yang itamatkan dan

angka buta huruf lanjut usia (Nugroho, 2005).

Data proporsi Lanjut usia di dunia diperkirakan mencapai 22 % dari

penduduk dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80 % Lanjut usia

hidup di Negara berkembang. Jumlah penduduk di 11 negara anggota World

Health Organization (WHO) kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60

tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3

kali lipat ditahun 2050. Sedangkan jumlah Lanjut usia di seluruh dunia dapat

mencapai jumlah 1 miliar orang dalam kurun 10 tahun mendatang ( Data

Kependudukan PBB, 2013).

Di Indonesia proporsi penduduk Lanjut usia terus membesar. Di

Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia

terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun 2010 dan 9,6 % dari

jumlam penduduk (Sensus Penduduk, 2010). Penduduk lansia ini diproyeksikan

menjadi 28,8 juta jiwa (11,34 %) dari total penduduk Indonesia pada tahun

2020,atau menurun proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun akan

menjadi dua kali lipat (36 juta) pada tahun 2025. Selama 40 tahun, pertambahan
3

jumlah lansia 10 kali lipat, sedangkan jumlah penduduk hanya bertambah 2 kali

lipat (Depsos, 2008).

Seiring perubahan usia, tanpamdisadari juga pada orang lansia akan

mengalami perubahan-perubahan fisik, psokososial dan spiritual. Salah satu

perubahan tersebut adalah perubahan kualitas tidur. Menurut National Sleep

Foundatioon (NSF) sekitar 67 % dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun

keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3 % lansia

mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia

(Breus, 2005).

Pengkajian pola tidur dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses

penuaan yang terjadi pada pengkajian pola tidur. Hal ini mencakup perubahan

siklus tidur seiring penuaan. Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya

berbagai konsekuensi fungsional berupa : susah tidur pulas, sering terbangun,

serta kualitas tidur yang rendah (Noorkasiani, 2009).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu

menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun (Khasanah, 2012).

Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi

tidur serta aspek subjektif dari tidur.

Gangguan tidur dapat menyebabkan gangguan pada aktifitas sehingga

turunnya produktifitas yang sering kali mengganggu kegiatannya. Tubuh manusia

diciptakan yang secara alamiah telah diatur sebuah metabolisme fisik yang akan

mempengaruhi kesehatan. Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat

keteraturan antara terjaga dan tidur. Tidur juga berfungsi terhadap penataan
4

kembali keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan terjadi keletihan

kerja. Tubuh lelah akibat tidak tidur semalaman membuat penderita gangguan

tidur mudah terusik. Halhal yang kecil dapat menimbulkan kemarahan karena

penderita gangguan tidur menjadi pribadi yang sensitif. Jika dikaitkan dengan

berbagai macam penyakit yang bisa ditimbulkan dari gangguan tidur, seperti

berisiko terserang hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan lain-lain

(Mukhlidah, 2011).

Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain,

penyakit, depresi, lingkungan, gaya hidup, dan gangguan tidur (Saryono, 2010).

Upaya-upaya untuk mempertahankan kesehatan lansia baik yang bersifat

perawatan, pengobatan, pola hidup sehat, diantaranya senam lansia (Widianti,

2010). Senam Lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak

memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga ini akan

membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam lansia ini

mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan

membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh

(Suhardo, 2007).

Dari hasil penelitian terdahulu oleh Kartiko Heri Cahyono yang meneliti

tentang Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia di Desa

Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, menunjukkan adanya

pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia. Kelompok intervensi

kategori rata-rata kualitas tidur sebelum diberikan senam lansia sebesar 2,000, dan

kategori rata-rata kualitas tidur setelah diberikan senam lansia sebesar 1,5882.
5

Berdasarkan dengan uji t-test dependent menunjukkan pula bahwa nilai t hitung

sebesar 3,347 dan nilai p-value sebesar 0,040 (α=0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah

diberikan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti ingin meneliti tentang

pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia, dilokasi penelitian dan

tahun penelitian yang berbeda.

Dari data yang didapatkan oleh peneliti, di Pekanbaru Riau hanya terdapat

satu tempat pelayanan social bagi lanjut usia yaitu pelayanan sosial Tresna

Werdha Khusnul Khotimah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti di Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Jl. Kharudin

Nasution Kecamatan Bukit Raya Kelurahan Simpang Tiga, terdapat 77 Lansia.

Hasil wawancara 10 orang lansia, sering terbangun 3 sampai 5 kali pada malam

hari ada 8 orang (80%) dan 2 orang (20%) lansia lain tidak mengeluh tentang

gangguan tidur.

Berdasarkan pengambilan data awal dan yang diperoleh dari puskesmas

pontap selama 3 tahun terakhir 2019 januari sampai desember didapatkan hasil

bahwa puskesmas memiliki jumlah lansia sebanyak 1.901 orang dan yang rajin

mengikuti senam sebanyak 115 orang. Pada tahun 2020 puskesmas tidak

mengadakan senam lansia karena tingginya angka kejadian Covid-19. Pada tahun

2021 jumlah lansia sebanyak 1.507 orang dan yang rajin mengikuti senam tetap

115 orang.
6

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, disusun permasalahan

penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan kualitas tidur antara

kelompok lansia yang rutin melakukan latihan senam lansia dan kelompok lansia

yang tidak rutin melakukan latihan senam lansia.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan

Kuantitas Tidur Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pontap Kota Palopo

Tahun 2022.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu : “ Adakah Pengaruh senam Lansia terhadap peningkatan

kuantitas tidur pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Pontap Kota Palopo tahun

2022 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh senam Lansia terhadap peningkatan kuantitas

tidur pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Pontap Kota Palopo Tahun

2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui keikutsertaan lansia terhadap senam lansia di wilayah

kerja puskesmas pontap tahun 2022 ?

b. Untuk mengetahui kuantitas tidur lansia setelah mengikuti senam lansia di

wilayah kerja puskesmas pontap tahun 2022 ?


7

c. Untuk mengetahui Pengaruh senam Lansia terhadap peningkatan kuantitas

tidur pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Pontap Kota Palopo Tahun

2022 ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Mendapatkan pengalaman yang berharga dan menambah

pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama

perkuliahan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi yang dapat

digunakan untuk keperluan penelitian lebih lanjut dengan perbaikan dari

metode-metode yang digunakan.

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan bermanfaat sebagai masukan, sehingga dapat

memberikan informasi bagi ilmu keperawatan.

4. Bagi peneliti

Sebagai tahap pembelajaran untuk melakukan penelitian dan

penambahan wawasan serta pengetahuan mengenai Pengaruh senam

Lansia terhadap kuantitas tidur pada Lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut usia ( lansia )

1. Definisi

Sesuai yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (lansia), definisi lansia

adalah orang-orang yang telah berumur 60 tahun atau lebih.

2. Proses Penuaan

Pembahasan mengenai proses penuaan mulai sering muncul seiring

dengan pertambahan jumlah populasi lansia di dunia. Proses penuaan amat

dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

Proses penuaan merupakan proses normal yang terjadi sejak masa

maturitas dan berakhir dengan kematian. Namun demikian, efek penuaan

tersebut umumnya lebih terlihat setelah umur 40 tahun. Dengan adanya

proses penuaan, kapasitas fungsional pada tingkat seluler maupun organ

menurun, akibatnya orang berusia lanjut umumnya tidak berepons

terhadap berbagai rangsangan, baik internal maupun eksternal seefektif

sebelumnya saat masih muda. Selain itu, dengan adanya penurunan

kapasitas fungsional orang lanjut usia lebih sulit untuk menjaga kestabilan

status fisikawi maupun kimiawi dalam tubuh atau memelihara homeostasis

tubuh. Gangguan homeostasis tersebut menyebabkan disfungsi berbagai

sistem organ lebih mungkin terjadi dan toleransi terhadap obat-obatan

menurun.

8
9

Berikut adalah beberapa teori tentang proses penuaan:

a. Teori Glikosilasi

Teori ini menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang

menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai

advanced glycation end products (AGEs) dapat menyebabkan

penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi

sehingga menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang

mengalami penuaan. Protein glikasi menunjukkan perubahan

fungsional, meliputi menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya

degradasi protein abnormal. Ketika manusia mengalami penuaan,

AGEs terakumulasi di berbagi jaringan, termasuk kolagen,

hemoglobin, dan lensa mata. Hal itu menyebabkan jaringan ikat

menjadi kurang elastis dan lebih kaku. Hal itu dapat berbahaya jika

pembuluh darah berkurang elastisitasnya. AGEs diduga juga

berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin menganggu

kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.

b. Teori DNA Repair

Teori ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan pola laju

perbaikan (repair) kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar UV

(ultraviolet) pada berbagai fibroblas yang dikultur. Teori ini

sebenarnya lebih tepat untuk disebut mitochondrial DNA repair. Teori

ini erat hubungannya dengan teori radikal bebas. Sebagian besar

radikal bebas (terutama ROS atau Reactive Oxygen Species) dihasilkan


10

melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi di mitokondria. Mutasi DNA

mitokondria (mtDNA) dan pembentukan ROS di mitokondria saling

memengaruhi satu sama lain membentuk vicious cycle yang secara

eksponensial memperbanyak kerusakan oksidatif dan disfungsi selular

yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Mutasi mtDNA di

manusia terutama tejadi setelah umur pertengahan dekade ketiga dan

terakumulasi seiring pertambahan umur. Akumulasi ini jarang

melebihi 1%. Hal ini dikarenakan proses DNA repair yang terjadi di

tingkat mitokondria.

c. Teori Biologi

Teori biologi ini mencakup teori genetik dan mutasi, teori stres,

teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

1. Teori genetic dan mutasi

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena telah terprogram

secara genetic pada spesies-spesies tertentu. Setiap spesies di

dalam inti selnya memiliki jam genetik atau jam biologisnya

sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda yang

telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga jam ini akan

berhenti berputar jika organisme ini mati. Manusia yang memiliki

rentang kehidupan 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya

mampu membelah sekitar 50 kali setelah itu mengamalami

deteriorasi.19 Penuaan terjadi akibat perubahan- perubahan


11

biokimia yang telah diprogram oleh molekul-molekul DNA dan

setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2. Wear and tear theory

Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan terjadi akibat

kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi

lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya.

3. Teori akumulasi dari produk sisa

Teori ini beranggapan bahwa terjadi pengumpulan pigmen

atau lemak dalam tubuh. Sebagai contoh, adanya pigmen lipofu

sindi sel otot jantung ataupun susunan saraf pusat yang

mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu sendiri.

4. Teori stress

Penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres, yang

menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

5. Teori rantai silang

Reaksi kimia sel-sel yang telah tua menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Hal ini menyebabkan

kurangnya elastisitas dan hilangnya fungsi sel.

6. Teori radikal bebas

Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan normal

merupakan akibat kerusakan jaringan akibat dari radikal bebas.


12

Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak

berpasangan yang terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai

proses seluler atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen.

Sebagai contoh adalah ROS (Reactive Oxygen Species) dan RNS

(Reactive Nitrogen Species). Radikal bebas ini dapat bereaksi

dengan berbagai komponen penting seluler, seperti protein, DNA,

dan lipid, dll. Sebagai contoh, radikal bebas dapat berikatan dengan

lemak yang terdapat dalam membran sel. Akibatnya, membran sel

tersebut mengalami perubahan struktur dan menjadi lebih

permeable terhadap beberapa substansi sehingga memungkinkan

substansi tersebut melewati membran secara bebas. Radikal bebas

yang berinteraksi dengan DNA dapat menyebabkan mutasi

kromosom. Teori radikal bebas juga menyatakan bahwa secara

bertahadap radikal bebas akan diakumulasi, dan bila kadarnya

melebihi ambang batas konsentrasi maka akan menyebabkan

perubahan-perubahan yang sering kali dikaitkan dengan penuaan.

7. Teori interaksi seluler

Sel-sel ditubuh satu sama lain saling berinteraksi dan

memengaruhi. Keadaan tubuh baik-baik saja saat sel-sel masih

berfungsi dalam suatu harmoni. Tetapi, bila keharmonisan itu tidak

lagi terjaga akan terjadi kegagalan mekanisme umpan balik dimana

lama kelamaan sel-sel akan mengalami degenerasi.


13

8. Teori error catastrophe

Eror akan terjadi pada DNA, RNA, dan sintesis protein.

Masing masing eror akan saling menambah eror lainnya yang pada

akhirnya akan berkulminasi dalam error yang bersifat katastrop.

9. Teori Neuro-endokrin

Proses penuaan berkaitan dengan hormon yang ada dalam

tubuh. Hormon ini diatur dalam proses biokimiawi yang kompleks.

Pada proses penuaan, produksi hormon berkurang sehingga

kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri menjadi menurun.

10. Teori Imunologis

Proses penuaan akan menurunkan fungsi sistem kekebalan

tubuh. Akibatnya, terjadi penurunan kadar immunoglobulin,

penurunan fungsi limfosit, dll sehingga orang tua lebih rentan

menderita infeksi dan penyakit autoimun. Tidak satupun teori yang

telah disebutkan di atas dapat menjelaskan proses penuaan secara

keseluruhan. Teori-teori tersebut saling melengkapi, mengisi, dan

menjelaskan satu sama lain. Dengan adanya proses penuaan yang

telah dijelaskan oleh beberapa teori di atas, bertambahnya usia

menyebabkan terjadinya perubahan fungsi tubuh secara fisiologis

baik dari segi fisik maupun mental. Namun, perlu diketahui bahwa

setiap individu mengalami perubahan tersebut secara berbeda

terutama mengenai laju perubahannya.


14

d. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Berbagai Sistem Tubuh pada

Proses Penuaan

1. Endokrin

Toleransi glukosa terganggu sehingga gula darah cenderung

meningkat, Penurunan testosteron bebas dan hormone ovarium,

ovarian failure, penurunan hormon T3, dan penurunan hormon-

hormon lainnya.

2. Kardiovaskular

Berkurangnya pengisian ventrikel kiri, menurunnya curah

jantung maksimal, kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah

lama, lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat,

peningkatan resistensi vaskular perifer, Tetapi tidak ada perubahan

frekuensi jantung saat istirahat, tidak ada peningkatan tekanan

darah sistolik maupun diastolic.

3. Respirasi

Penurunan FEV1 dan FVC, meningkatkan volume residual,

berkurangnya efektivitas batuk, kekakuan dinding dada.

4. Sistem urogenital

Menurunnya clearance creatinin dan GFR, menurunnya

aktivasi vitamin D, menurunnya ekskresi dan konservasi natrium

dan kalium, kemampuan ginjal dalam mengonsentrasikan urin

menurun.
15

5. Sitem reproduksi

Perempuan akan mengalami menopause, menurunnya

jumlah lubrikasi vagina menyebabkan hubungan seksual menjadi

nyeri dan tidak nyaman, pada pria motilitas sperma dan jumlah

serta konsentrasi cairan semen akan mengalami penurunan.

6. Sistem muskoleskeletal

Massa otot berkurang secara bermakna, peningkatan

fatigabilitas, melambatnya penyembuhan fraktur, berkurangnya

formasi osteoblast.

7. System saraf

Degenerasi sel saraf dan oligodendrosit sehingga

menyebabkan menurunnya fungsi otak.

8. System indra

Pengeruhan pada lensa, penurunan penglihatan perifer21

deteksi penghidu berkurang 50%, berkurangnya jumlah rambut di

organ corti, terganggunya adaptasi gelap, berkurangnya lakrimasi,

kesulitan membedakan sumber bunyi.

B. Tidur

1. Definisi

Tidur merupakan suatu proses aktif, bukan sekadar

hilangnya keadaan terjaga dalam keadaan bawah sadar dimana

orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang

sensorik dan rangsang lainnya.Yang dimaksud dengan proses aktif


16

adalah tingkat aktivitas otak secara keseluruhan tidak berkurang

selama tidur. Bahkan pada tahap-tahap tertentu saat tidur,

penyerapan O2 meningkat hingga melebihi tingkat normal sewaktu

terjaga.

Siklus bangun tidur adalah suatu variasi siklik normal

dalam kesadaran akan lingkungan. Berbeda dengan keadaan

terjaga, orang tidur secara tidak sadar mengetahui dunia eksternal,

tetapi mereka memiliki pengalaman dunia internal, seperti mimpi.

Selain itu, mereka dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang,

misalnya suara alarm. Hal inilah yang membedakan tidur dengan

koma. Koma adalah kehilangan total responsivitas seseorang yang

hidup terhadap rangsang luar, disebabkan oleh kerusakan batang

otak atau oleh depresi luas korteks serebri, misalnya setelah terjadi

hipoksia berat.

Bila dilihat dari pola EEG, terdapat 2 (dua) jenis tidur :

a. Tidur gelombang lambat atau Non Rapid Eye Movement

(NREM) Tidur gelombang lambat terjadi dalam 4 (empat) tahap

yang masingmasing memperlihatkan gelombang EEG yang

semakin pelan dengan amplitude lebih besar.

b. Stadium 1 : seluruh otot lemas, kelopak mata menutupi mata,

kedua bola mata bergerak pelan, EEG menunjukkan gelombang

campuran alfa, beta, dan kadang gelombang theta dengan


17

amplitudo rendah. Tidak terdapat gelombang sleep spindle dan

kompleks K.

c. Stadium 2: kedua bola mata berhenti bergerak, tonus otot tetap

terpelihara. Pada EEG terlihat gelombang theta simetris,

Terdapat gelombang sleep spindle, gelombang verteks tajam,

dan kompleks K.

d. Stadium 3: fase tidur lebih dalam, tonus otot rendah. Pada

gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris

antara 25-50% serta tampak gelombang sleep spindle.

e. Stadium 4 : tonus otot rendah,sukar dibangunkan. Bila orang

dibangunkan pada fase ini atau faseNREM-3, maka akan

mengalami disorientasi. Gambaran EEG didominasi oleh

gelombang delta sampai 50%, tampak gelombang sleep spindle.

Pada permulaan tidur, setiap orang berpindah dari tidur ringan

(stadium 1) menjadi tidur dalam (stadium 4) dalam waktu 30 sampai

45 menit, kemudian berbalik melalui stadium-stadium yang sama

dalam periode waktu yang sama.

2. Tidur paradoksal atau Rapid Eye Movement (REM) Pada akhir

masing-masing siklus tidur NREM terdapat episode tidur REM

selama 10-15 menit. Secara paradoks, pola EEG selama periode ini

mendadak berubah seperti dalam keadaan terjaga meskipun masih

dalam keadaan tidur lelap. Setelah episode paradoks tersebut,

stadium-stadium tidur gelombang lambat kembali berulang.


18

C. Kualitas Tidur

Yang dimaksud dengan kualitas tidur adalah kepuasan seseorang

terhadap pengalaman tidurnya yang meliputi aspek inisiasi tidur,

menjaga tidur, kuantitas tidur, dan kesegaran saat bangun. Kualitas

tidur meliputi aspek kuantitatif tidur, seperti durasi tidur, waktu yang

diperlukan untuk dapat tertidur, dan frekuensi terbangun, dan aspek

subjektif seperti kedalaman tidur dan kepulasan tidur. Kualitas tidur

penting untuk diperhatikan karena tingginya angka prevalensi

gangguan tidur dan insomnia dan pengaruhnya terhadap fungsi

kesehatan yang optimal. Kualitas tidur yang baik penting untuk lansia

karena berhubungan dengan risiko terjadinya kecelakaan atau jatuh,

penurunan stamina, dan penurunan produktivitas seseorang.

Kecelakaan atau jatuh pada lansia termasuk dalam ‘Geriatric Giants’

atau hal-hal yang paling sering terjadi dalam lansia.Kecelakaan atau

jatuh berhubungan erat dengan tingginya kejadian osteoporosis pada

lansia. Apabila seorang lansia yang telah menderita osteoporosis

mengalami kecelakaan atau terjatuh akan meningkatkan risiko fraktur

yang sulit untuk disembuhkan. Akibatnya, lansia tidak bisa menjadi

mandiri dan sangat perlu bantuan orang lain dalam menjalani

hidupnya. Kualitas tidur yang buruk juga akan meningkatkan faktor

risiko terjadinya penyakit-penyakit metabolik pada lansia.


19

1. Perubahan pola dan kualitas tidur pada lansia

Pada usia lanjut, waktu tidur dalam (NREM stadium 4 dan

stadium REM) berkurang. Hal ini bahkan mulai terjadi sekitar usia

akhir 40an dan awal usia 50an. Proporsi waktu yang dihabiskan

untuk tidur yang lebih ringan (stadium 1 dan 2 NREM) meningkat

seiring dengan berjalannya waktu. Pada penelitian iketahui bahwa

ada hubungan antara penurunan jumlah waktu tidur dalam dengan

penurunan pada hormon pertumbuhan. Efisiensi tidur (rasio waktu

tertidur dibandingkan dengan waktu total berbaring di tempat tidur)

dan waktu tidur total juga diketahui menurun seiring dengan

pertambahan usia. Kualitas tidur seiring dengan bertambahnya usia

secara progresif akan menurun karena penurunan kapasitas untuk

menginisiasi dan menjaga tidur. Hal ini menyebabkan seringnya

lansia terbangun di malam hari. Selain itu, penurunan dari aktivitas

serotonin sentral dalam penuaan diperkirakan terlibat dalam

gangguan tidur pada lansia. Dalam penelitian yang melibatkan

1000 lansia di Perancis menyatakan bahwa rerata waktu tidur yang

dibutuhkan oleh lansia adalah sekitar 7 jam setiap malam, dengan

jumlah waktu tidur pada lelaki sedikit lebih tinggi dari pada

wanita. Hal ini sedikit berbeda dengan kebutuhan tidur pada

dewasa muda yang membutuhkan waktu tidur 6-9 jam untuk

menjaga kesehatan yang optimal.


20

Hal-hal di ataslah yang menyebabkan masalah tidur yang

sering dikeluhkan pada lansia. Masalah tidur yang sering dialami

oleh lansia diantaranya adalah gangguan pola tidur spesifik seperti

insomnia (gangguan untuk memulai dan mempertahankan tidur),

gangguan somnolen yang berlebihan, seperti obstructive sleep

apnea (OSA), gangguan pola tidur bangun, dan lain sebagainya.

Keluhan yang biasanya diungkapkan adalah menggunakan waktu

di tempat tidur lebih lama tetapi tidak tertidur, sering bangun pada

malam hari, sulit untuk memulai tidur kembali, berkurangnya

waktu tidur malam, semakin panjangnya waktu yang diperlukan

untuk jatuh tertidur (sleep latency), tidur sekejap (naps) di siang

hari, berulang, tidak disadari, dan sering memalukan. Keluhan

keluhan tersebut membuat mereka sering merasa lelah di siang hari

ataupun tidak segar sehingga kinerja motorik, perasaan malaise,

malas dan kognitif mereka pun sering mengalami gangguan.

2. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia

Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas tidur pada lansia

di antaranya adalah, terbagi dalam 2 kategori yaitu faktor internal

dan eksternal. Faktor internal meliputi usia, kondisi psikologik,

respon terhadap penyakit, dll. Faktor eksternal seperti lingkungan,

gaya hidup :
21

a. Usia

Seiring bertambahnya usia, periode tidur berkurang.

Terdapat perubahan pada pola dan kualitas tidur pada lansia

sehingga lansia lebih sering mudah terbangun di malam hari

dan total waktu yang dibutuhkan untuk tidur berkurang.

b. Stres psikologis

Individu dari segala usia yang mengalami stres, kecemasan,

dan depresi cenderung merasa lebih sulit untuk tertidur, tidur

cenderung ringan, lebih banyak fase REM, atau kurangnya fase

tidur dalam. Hal ini mungkin karena tubuh kita diprogram

untuk merespon situasi stres dan berpotensi berbahaya dengan

terjaga. Stres, bahkan yang disebabkan oleh kekhawatiran

sehari-hari, dapat merangsang respon arousal ini dan membuat

tidur nyenyak lebih sulit untuk dicapai .

c. Obat-obatan

Bahan kimia yang umum mempengaruhi kuantitas dan

kualitas tidur diantaranya adalah kafein, alkohol, nikotin, dan

antihistamin, serta obat resep termasuk beta blockers, alpha

blockers, dan antidepresan. Kafein, stimulant yang paling

banyak digunakan di dunia, bekerja dengan menghalangi

sementara reseptor adenosin di bagian-bagian tertentu dari

otak. Karena selsel saraf ini tidak dapat merasakan adenosin di

hadapan kafein, mereka mempertahankan aktivitas mereka dan


22

kita dapat tetap terjaga. Kafein umumnya menurunkan

kuantitas tidur gelombang lambat dan REM dan cenderung

meningkatkan jumlah terbangun. Beta blockers dan alpha

blockersering menyebabkan penurunan jumlah REM dan tidur

gelombang lambat, dan juga terkait dengan peningkatan kantuk

di siang hari.Antidepresan, yang dapat mengurangi durasi

periode tidur REM, memiliki efek jangka panjang yang tidak

diketahui pada tidur secara keseluruhan. Beberapa

antidepresan, dari kelas obat yang dikenal sebagai SSRI, telah

ditemukan untuk mendorong insomnia pada beberapa individu.

d. Penyakit

Setiap penyakit yang mengakibatkan nyeri,

ketidaknyamanan fisik (seperti kesulitan bernafas). Penyakit

pernafasan seringkali mempengaruhi tidur. Klien yang

berpenyakit paru kronik seperti emfisema dengan nafas pendek

dan seringkali tidak dapat tidurtanpa dua atau tiga bantal untuk

meninggikan kepala mereka. Asma, bronkhitis, dan rinitis

alergi mengubah irama pernafasan mereka dan hal itu

mengganggu tidur. Seorang yang pilek mengalami kongesti

nasal, drainase sinus, dan sakit tenggorokan, yang mengganggu

pernafasan dan kemampuan beristirahat.Penyakit jantung

koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada

yang tibatibadan denyut jantung yang tidak teratur. Klien yang


23

berpenyakit ini seringkali mengalami frekuensi terbangun yang

sering dan perubahan tahapan selama tidur (misalnya sering

berpindah dari tahap 3 dan 4 ke tahap tidur 2 yang

dangkal).Hipertensi sering menyebabkan terbangun pada pagi

hari dan kelemahan. Nokturia (berkemih pada malam hari)

mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini umum pada

lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau orang yang

memiliki penyakit jantung, diabetes, uretritis atau penyakit

prostat. Setelah seseorang berulangkali terbangun untuk

berkemih, menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi

sulit. Seseorang yang berpenyakit tukak peptik seringkali

terbangun pada tengah malam. Kadar asam lambung mencapai

puncak sekitar pukul 1 sampai 3 dini hari, menyebabkan nyeri

lambung.

e. Aktivitas fisik

Penurunan aktivitas serotonin sentral dalam proses penuaan

diperkirakan berkaitan dengan gangguan yang berhubungan

dengan tidur di umur yang lebih lanjut. Selain itu, olahraga

juga akan memperlancar aliran darah ke otak dan menurunkan

aktivitas inflamasi.
24

f. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk Menilai Kualitas

Tidur

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuesioner

yang menilai kualitas tidur dan gangguan tidur selama interval

1 bulan. PSQI mendiferensiasi tidur yang “baik” dan yang

“buruk” dengan mengukur 7 (tujuh) domain. Tujuh komponen

tersebut adalah :

1) Kualitas tidur subjektif

Secara umum, subjek penelitian diminta untuk menilai

sendiri kualitas tidurnya secara keseluruhan dalam waktu 1

bulan terakhir ini dengan nilai “sangat baik”, “cukup baik”,

“cukup buruk”, dan “sangat buruk”.

a) Latensi tidur (waktu yang diperlukan untuk menanti

hingga jatuh tertidur di malam hari).

b) Durasi tidur (waktu yang diperlukan untuk tidur yang

sesungguhnya).

c) Efisiensi tidur sehari-hari (perbandingan waktu tidur

yang sesungguhnya dan waktu yang dihabiskan di

tempat tidur).

d) Gangguan tidur (keluhan-keluhan yang biasa

disampaikan saat tertidur di malam hari).

e) Penggunaan obat tidur (riwayat penggunaan obat tidur

baik yang diresepkan atau dibeli secara pribadi).


25

f) Disfungsi aktivitas siang hari (seberapa sering tertidur

saat melakukan aktivitas di siang hari dalam waktu 1

bulan terakhir).

Masing-masing komponen memiliki kisaran nilai 0-3

dengan 0 menunjukkan tidak ada kesulitan tidur dan 3

menunjukkan kesulitan tidur yang berat. Skor dari 7

komponen tersebut dijumlahkan menjadi 1 skor global

dengan kisaran 0-21. Skor 0 mengindikasikan tidak adanya

kesulitan tidur dan skor 21 mengindikasikan adanya

kesulitan tidur yang berat di berbagai area. Total skor yang

menunjukkan hasil kurang dari atau sama dengan 5

menandakan kualitas tidur yang baik, sedangkan total skor

PSQI yang menunjukkan hasil lebih dari 5 menandakan

kualitas tidur yang buruk.

3. Pengaruh Olahraga terhadap Peningkatan Kualitas Tidur

Gangguan tidur pada lansia terjadi akibat penurunan

aktivitas serotonin (5- HT) sentral, sedangkan telah terbukti pula

dalam penelitian hewan dan manusia, aktivitas serotonin dapat

ditingkatkan melalui olahraga. Diyakini bahwa sintesis 5- HT saat

olahraga sebagian besar disebabkan oleh stimulasi lipolisis yang

dimediasi oleh adrenergik yang meningkatkan kadar asam lemak

bebas plasma. Sintesis juga dipengaruhi oleh level branched-chain

amino acid (BCAA) ketika berolahraga yang telah banyak


26

dilaporkan menurun saat kondisi yang melelahkan dan cukup

lama seperti lari marathon atau latihan militer. Peningkatan

konsentrasi asam lemak bebas dalam plasmasecara langsung

berkontribusi untuk meningkatkan konten triptofan bebas ke dalam

darah karena asam lemak bebas berkompetisi dengan

triptofan untuk berikatan dengan albumin di binding sites yang

tersedia.

Pada orang dewasa, rendahnya kebugaran juga

berhubungan dengan marker inflamasi spesifik seperti IL-6

(interleukin-6), C-reactive protein (CRP), dan fibrinogen. Dengan

berolahraga, aktivitas inflamasi akan menurun sehingga marker

inflamasi tersebut juga akan menurun.

Teknik pernapasan yang sering digunakan pada senam

lansia juga dapat memperlancar aliran darah. Selain itu, senam

lansia merangsang peningkatan aktivitas parasimpatis yang

menyebabkan penurunan hormon, katekolamin, adrenalin, dan

norepinefrin sehingga membantu memperlancar relaksasi. Sekresi

melatonin menjadi optimal sehingga dapat membantu peningkatan

kualitas tidur pada lansia.


27

D. Senam Lansia

1. Definisi

Senam Lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang

memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik

manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar.Senam atau

latihan fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang

meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan

intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari usaha menjaga

kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan

sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah

menderita (Depkes RI,2014).Senam adalah serangkaian gerak nada

yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara

tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan

kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut

(Santosa, 2014).Lansia adalah seseorang individu laki-laki maupun

perempuan yang berumur antara 60-69 tahun (Nugroho 2013). Jadi

senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan

terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang

dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional

raga untuk mencapai tujuan tersebut.Senam lansia merupakan

bagian dari latihan fisik. Latihan fisik adalah segala upaya yang

dilaksanakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi

fisik lansia (Surini, 2013).


28

2. Tujuan Senam Lansia

Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk

membina dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran kesegaran

jasmani dan rokhani. Tujuan lain adalah (Widianti, et al, (2010) :

a. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme.

b. Membangun kekuatan dan daya tahan.

c. Menurunkan lemak.

d. Meningkatkan kondisi otot dan sendi.

3. Komponen Senam Lansia

Beberapa komponen aktivitas dan kebugaran menurut

Darmojo (2014) terdiri dari :

a. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah suatu istilah

untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam

melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini

seorang usia lanjuT mempunyai keberanian dalam melakukan

aktivitas.

b. Keuntungan fungsional atas latihan bertahanan (resistence

training) berhubungan dengan hasil yang di dapat atas jenis

latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak

sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis

kekuatan yang dihasilkannya.

c. Daya Tahan (endurance) dan keuntungannya. Daya tahan

(endurance) atau kebugaran yang ditunjukkan dengan volume


29

oksigen (VO2) maksimal akan menurun dengan lanjutnya usia,

dimana penurunan akan 2x lebih cepat pada orang inatlit

dibanding atlit. Kebugaran ini menurun sebagian karena

penurunan massa otot skeletal, sebagian akibat hilangnya otot

skeletal dan sebagian lagi akibat penurunan laju jantung

maksimal, penurunan isi jantung sekuncup maksimal dan

penurunan oksigen yang dapat di ekstraksi oleh otot-otot yang

terlatih. Latihan kebugaran dapat memperbaiki semua faktor

tersebut kecuali laju jantung maksimal (Darmojo, R, et.al.,

2010).

d. Kelenturan (flexibility). Latihan kelenturan sendi merupakan

komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia

untuk mencegah kekakuan otot.

e. Keseimbangan. Latihan keseimbangan yang meliputi motorik,

sensorik,dan kekuatan otot akan menurunkan insiden jatuh pada

lansia sebanyak 17%. Latihan yang dilaksanakan berupa

gerakan menyandar (leaning), berbalik (turning) dan

mengangkat (lifting). Latihan keseimbangan tersebut harus

diupayakan berkesinambungan dengan latihan jenis lain seperti

yang telah disebutkan di atas, untuk juga dapat memberikan

manfaat bagi penguatan otot penyangga keseimbangan tubuh

(Darmojo, R, et.al., 2010).


30

4. Waktu Pelaksanaan Senam Lansia

Senam Lansia dapat dilaksanakan di posbindu, dimana

pelaksanaan posbindu dilakukan sebulan sekali, namun bagi lansia

yang melakukan senam lansia dirumah atau secara mandiri dapat

melakukan senam lansia minimal 1 kali dalam seminggu,

dilakukan dengan rutin dan sesuai prinsip senam lansia. Lama

pelaksanaan minimal 15-45 menit kontinyu ( Depkes RI, 2012 ).

a. Lamanya senam akan bermanfaat untuk meningkatkan

kesegaran jasmani jika dilakukan dalam zona dalam zona

latihan paling sedikit 15 menit. Ataupun latihan fisik ( senam )

lansia sebaiknya dilakukan dalam periode waktu 20-30 menit

(Maryam, R. S, Etal., 2013 ).

b. Frekuensi senam untuk memperbaiki dan mempertahankan

kesegaran jasmani, maka senam lansia harus dilakukan

minimal 1 bulan sekali, dapat dilakukan 2 kali dalam

seminggu. Waktu yang tepat untuk melakukan senam lansia

sebaiknya pada pagi hari, yaitu saat menjelang matahari terbit

karena udara masih bersih dan segar. Senam pada waktu sore

hari juga diperbolehkan asalkan ditempat/lapangan yang

nyaman ( Murray, & Zentner, 2013 ).


31

5. Manfaat Senam Lansia ( Widianti, et al, 2010 )

a. Sebagai Pencegahan

Pada usia 40 tahun keatas senam sangat baik untuk

mengatasi proses-proses degenerasi tubuh. Setelah umur 40

tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance sangat baik

untuk mengatasi proses degenerasi tubuh, sehingga orang akan

kelihatan lebih muda. Kekurangan gerak juga menyebabkan

otot dan tulang tidak tumbuh dengan baik, otot lemah akan

menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan

menjadi kelainan tulang.

b. Sebagai Pengobatan ( Kuratif )

Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan

senam lansia adalah kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM,

kelainan infrak jantung, kelainan insufisiensi coroner, kalainan

pembuluh darah tepi, thrombopbitis dan osteoporosis.

c. Sebagai Rehabilisasi

Dengan senam yang baik akan akan mempengaruhi hal-hal

sebagai berikut :

1) Memperkuat degenerasi kerna telah mengalami perubahan

usia.

2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani

dalam kehidupan.
32

3) Fungsi melindungi memperbaiki tenaga cadangan dalam

bertambahnya tuntutan ( Sakit ).

4) Mengasah daya ingat, mencegah kepikunan.

6. Prinsip-prinsip oleh olahraga pada lansia

Komponen kesegaran jasmani yang esensial dilatih adalah :

a. Ketahanan kardio-pulmonal.

b. Kelenturan (fleksibilitas)

c. Kekuatan otot

d. Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan)

e. Selalu memperhatikan keselamatan

f. Latihan teratur dan tidak terlalu berat.

g. Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan

h. Latihan teratur dan tidak terlalu berat

i. Hindari kompetisi

j. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang.

k. Perhatikan kontra indikasi latihan

l. Adanya penyakit infeksi

m. Hipertensi sistolik lebih dari 180 mmhg dan 120 mmhg

diastolic.

n. Berpenyakit berat dan dilarang dokter.

Latihan fisik untuk usia lanjut diarahkan pada beberapa

tujuan yaitu :
33

a. Membantu tubuh agar tetap dapat bergerak.

b. Secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik.

c. Memberi kontak psikologis lebih luasn agar tidak terisolir dari

rangsang.

d. Mencegah ccedera.

Oleh karena itu sesuai perubahan-perubahan fisik yg ada

lebih diarahkan pada :

a. Perbaikan kekuatan otot.

b. Perbaikan stamina ( aerobic capacity ).

c. Perbaikan fleksibilitas.

d. Perbaikan komposisi tubuh yang rasional ditambah dengan

mempertahankan postur yang baik.

e. Pedoman program latihan fisik ( Senam ) bagi Lansia

Pedoman senam bagi lansia sebagai berikut (Maryam, R. S,

Et.al., 2013)

a. Pemeriksaan fisik harus dipertanggung jawabkan untuk

mengkaji kondisi kesehatan sebelum memulai program latihan

fisik ( Senam ).

b. Memulai suatu latihan ( senam ) harus disesuaikan dengan

kebutuhan dasar setiap individu mengenai penilaian kekuatan,

kelemahan, dan minat.

c. Kesesuaian program latihan menggunakan senam aerobic akan

memenuhi kebutuhan setiap individu.


34

d. Aktivitas latihan ( senam ) harus dimulai dengan pemanasan

untuk mempersiapkan sendi dan otot. Pemanasan mencakup

beberapa gerakan dan peregangan.

e. Mulailah melakukan gerakan dari yang paling mudah ke yang

paling sukar.

f. Sebelum melakukan latihan cek dahulu frekuensi jantung dan

denyut nadi dan evaluasi selama melakukan latihan dan

pastikan frekuensi dalam keadaan aman.

g. Nasehat sangat penting dalam melakukan latihan untuk

mewaspadai terjadinya kehilangan kekuatan sendi.

h. Langkah terakhir dalam aktivitas latihan yaitu melakukan

pendinginan, dimana otot-otot direlaksasikan kembali.

i. Sebelum melakukan senam, minum terlebih dahulu untuk

menggantikan keringat yang hilang. Bila memungkinkan,

minumlah air sebelum, selama, dan sesudah senam.

j. Senam dialukan minimal dua jam setelah makan agar tidak

menggangu pencernaan. Kalau senam dilakukan pagi hari tidak

perlu makan sebelumnya.

k. Senam harus diawasi oleh pelatih/instruktur agar tidak terjadi

cedera

l. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan

tipis serta jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup

badan.
35

m. Waktu latihan sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang

hari bila dilakukan senam diluar ruangan.

7. Partisipasi pada senam lansia

Partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan atau

keikutsertaan lansia dalam pemanfaatan program kesehatan lansia.

Selanjunya menurut Talizidhuhu ( 2017 ) menyatakan bahwa

masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika :

a. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal

atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang

bersangkutan

b. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada

masyarakat yang bersangkutan

c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi

kepentingan masyarakat itu sendiri.

d. Terjamin adanya kontrol yang diinginkan masyarakat

Lansia yang sudah ikut serta dalam kelompok senam lansia

Diharapkan dengan semakin banyaknya kesadaran khususnya

lansia di Posyandu lansia, menjadi penting nya kesadaran untuk

berpartisipasi lansia di dalam senam lansia.Banyaknya partisipasi

lansia dapat membantu kader- kader Posyandu lansia maupun

Pemerintah untuk mencapai tujuan yang inginn dicapai. Partisipasi

lanjut usia sangat penting untuk meningkatkan kesadaran lansia

untuk meng ikuti kegiatan-kegiatan, dan dengan adanya kegiatan


36

dapat berdaya guna dan menghilangkan rasa kesepian bagi lansia.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan dengan kelompok

lansia melalui senam lansia (Ismawati, 2010).

Partisipasi lansia dalam senam lansia di Posbindu

merupakan salah satubentuk perilaku. Perilaku adalah respon

seseorang terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat

diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik

disadari maupun tidak. Perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar, apakah dilakukan atau tidak

lakukannya aktifitas tersebut (Widayatun, 2010).

Keaktifan lansia dalam mengikuti senam di posbindu dapat

dinilai dari jumlah kehadiran selama 1 tahun sebanyak 12 kali

pertemuan. Lansia dinyatakan aktif apabila mengikuti kegiatan

minimal 6 kali, semenara lansia yang dinyatakan tidak aktif apabila

mengikuti kegaiatan posbindu kurang dari 6 kali kegiatan di

posbindu (Latifah, 2013).

Pengukuran tindakan seseorang dapat dilakukan secara

tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-

kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang

lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung.yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden (Notoatmodjo, 2010). Cara menilai tindakan jawaban


37

yang sesuai dengan tindakan Ya diberi kode 1 dan yang tidak

sesuai dengan yang tidak dilakukan diberi skor 0 (Arikunto, 2010).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan lansia dapat

tergerak dalam berpartisipasi meliputi sudah saling kenal,

memberikan manfaat secara langsung, dapat memenuhi

kepentingan masyarakat serta terjamin kontrol yang diinginkan

masyarakat.Dengan adanya lansia yang tergerak dalam kegiatan

senam lansia dapat berdampak pada lansia yang mengikutinya.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi senam Lansia

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

penting dalam membentuk tindakan seseorang. Semakin tinggi

pengetahuan yang diperoleh maka akan semakin timbul

motivasi lansia untuk datang ke Posbindu sebagai sarana untuk

mengecek kondisi kesehatan (Ariyani, 2011 ).


38

E. Karangka konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang

digunakan untuk menjelaskan hubungan atau kaitan antara variable

yang akan diteliti ( Notoatmodjo, 2018 ). Kerangka konsep dalam

penelitian ini meneliti pengaruh senam lansia terhadap peningkatan

kuantitas tidur pada lansia di wilayah kerja puskesmas pontap kota

palopo.

Variable independen Variabel dependen

Senam Lansia Kuantitas


tidur lansia

Keterangan :

:Variabel Independen

: Variabel dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Penelitian ini memperlihatkan hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen ( Sugiyono, 2013: 38).

1. Variabel independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut


39

sebagai variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat). (Sugiyono, 2013: 39).

2. Variabel dependen

Variabel ini sering disebut variabel auotput, kriteria, dan

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2013:

39).

Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan senam lansia

sebagai variabel terikat yang di pengaruhi oleh variabel bebas

(Senam Lansia ).

G. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah penjelasan tentang

bagaimana suatu variabel akan diukur serta alat ukur yang digunakan

untuk mengukurnya. Definisi operasional variabel bukanlah define

teoritis. Tidak semua variabel perlu diberikan definisi operasional,

hanya hanya variabel yang mempunyai lebih dari satu cara

pengukuran, atau variabel yang pengukurannya spesifik, atau variabel

yang belum dimiliki alat ukur standar dan perlu dikemabangkan alat

ukur oleh peneliti ( Rosjdi & Liawati, 2013: 81 ). Berikut definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


40

Tabel 2.1

Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari masing-masing

variabel:

No Variabel Definisi Alat Cara Kriteria Skala

operasional ukur ukur objektif ukur

Variabel independen

1 Senam Serangkaian Wawan Lembar 1. Sempurn Nomina

Lansia gerak nada cara observa a (2) jika l

yang teratur dan si responde

dan terarah observa n

serta terencana si mampun

yang diikuti mengiku

oleh orang ti 80%

lanjut usia dari

diwilayah serangka

kerja ian

puskesmas senam

pontap yang

diberika

2. Tidak

sempurn

a (1)
41

jika,

responde

n hanya

mampu

melakuk

an

gerakan

senam

yang

diberika

n.

Varibel dependen

2 Kuantitas tidur Kumpulan kuesion Memba 1. Mengal Ordinal


lansia gejala yang er gikan ami
diketahui kuesion ganggu
dengan er pada an pola
adanya lansia tidur
gangguan jika
kuantitas, skor
kualitas dan nilai >
durasi tidur. 50
2. Tidak
mengal
42

ami
ganggu
an pola
tidur
jika
skor
nilai ≤
50

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Biasanya hipotesis dapat dirumuskan dalam bentuk

hubungan dan variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010).

Ha : Ada hubungan antara pengaruh senam Lansia terhadap kuantitas

tidur pada Lansia

Ho : Tidak ada hubungan antara pengaruh senam Lansia terhadap

kuantitas tidur pada Lansia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk mejawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian

merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan

pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat

untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2010).

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy experiment dangan

rancangan penelitian pre and post without control design. Untuk mengetahui

Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan Kuantitas Tidur Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pontap Kota Palopo Tahun 2022.

Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pontap Kota

Palopo.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni-juli 2022

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristis tertentu yang ditetapkan oleh

43
44

peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2004 : Hidayat, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang rutin mengikuti senam

sebanyak 115 lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pontap kota palopo.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010).

Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang aktif mengikuti senam

pada tahun 2021 sebanyak 53 orang. Pemilihan sampling pada penelitian ini

yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Berdasarkan Rumus :

n= 1+N (d)2

keterangan:

n= Besar Sampel

N= Besar Perkiraan Populasi

d= Tingkat Ketelitian 10% (0,1)

115

n= 1+115 (0,1)2

n= 53

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti ( Nursalam, 2008 ).


45

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Lansia yang bersedia menjadi responden

2) Lansia yang aktif mengikuti senam lansia

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang menganggu,

hambatan etis dan subjek menolak berpartisipasi ( Nursalam, 2008 ).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Lansia yang tidak besedia menjadi responden

2) Lansia yang tidak aktif mengikuti senam

C. Teknik analisa data

Pengelolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Menurut Azwar ( 2010 ), ada

tahapan pengelolahan data yang harus dilalui, yaitu :

1. Editing

Yaitu memerikasa kelengkapan data, kesinambungan data, dan

keseragaman data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak.

Hal ini dimaksudkan untuk menilai kelengkapan, kesinambungan, keserasian,

dan kejelasan data yang diperoleh dari responden agar seluruh data yang

diterima dapat diolah dan dianalisa dengan baik dan mudah.

Peneliti memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan

melalui kuesioner, hal ini untuk mengecek kembali apakah kuesioner sudah
46

diisi dan bila ada ketidakcocokan meminta kembali mengisi yang masih

kosong.

2. Coding

Yaitu kegiatan pemberian kode numeric ( angka ) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori ( Hidayat, 2009 ).

3. Scoring

Yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang

berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

bobot pada masing-masing jawaban, sehingga mempermudah perhitungan (

Nazir, 2011 ).

4. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan yang memasukkan data kedalam table-tabel,

dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam

berbagai kategori ( Nazir, 2011 ).

D. Identifikasi variable

1. Variable dependen : Kuantitas tidur

2. Variable independen : Pengaruh senam Lansia terhadap kuantitas tidur

E. Prosedur penelitian

1. Persiapan

2. Persiapan penelitian diawali dengan pengajuan judul penelitian, kemudian

persetujuan pembimbing.

3. Mengurus surat izin permohonan penelitian

4. Pelaksanaan
47

a. Mengunjungi Puskesmas Pontap.

b. Menjelaskan maksud dan tujuan kepada kepala Puskesmas pontap

c. Diarahkan keruangan untuk pengambilan data awal

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulan data ( Notoatmodjo, 2010 ). Dalam penelitian ini menggunakan

satu kuesioner dan satu lembar observasi yaitu kuesioner gangguan tidur dengan

menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh sleep quality index) dan lembar

observasi senam lansia.

G. Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau

grafik ( Nursalam, 2008 ).

1. Data Umum

Untuk proses data umum meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan

kemudian dikelompokkan sesuai jawaban yang diisi pada lembar observasi.

a. Perhitungan tendesi sentral

Perhitungan tendesi sentral adalah ukuran pemusatan

sebuah distribusi data. Untuk data usia responden di analisa dengan

tendensi sentral.
48

b. Distribusi frekuensi

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan,

pekerjaan, jenis kelamin dan status pernikahan dalam bentuk

distribusi frekuensi.

2. Data khusus

a. Variabel Independen

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu

dilakukan pengolahan data.

H. Analisa Data

Dalam pengolaham analisis data ini mencakup tabulasi data dan

perhitung-hitungan statistik, bila diperlukan uji statistik. Dalam melakukan

analisa data dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut (

Notoatmodjo, 2012 ).

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

Analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numeric

yang digunakan data mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

responden dan persentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi

frekuensi responden berdasarkan umur, jenis kelami dan sebagainya.


49

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis data yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi.

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dan independen menggunakan tes uji chi-square.

I. Etika penelitian

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia

Peneliti memberikan kebebasan kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi. Penelitian

harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi hakikat dan martabak

manusia. Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek (

informed concent ).

2. Menghormati Privasi dan Kerahasian Subjek

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan

hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi.

3. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna

bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati, dan

dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadilan

mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan

beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.


50

4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

Penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada

khusunya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak

yanmg merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian

harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera,

stress, maupun kematian subjek penelitian ( Notoatmodjo, 2012 ).


DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Situasi dan lisis Lanjut Usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2014. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Triple
Burden Ancam Lansia: 2013 (updated 10 Oktober 2013; cited 2015 17
November 2015).
2. Badan Pusat Statistik. Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk Menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, Kabupaten/Kota. In: Statistik
BP, editor. 2010.
3. Boedhi Darmojo. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009. 3-13 p.
4. Wahyunita VD, Fitrah. Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta: CV.
Trans Info Media; 2010.
5. Abrams WB, Berkow R. The Merck Manual Geriatric, Jilid Satu.
Tangerang
Selatan: BINARUPA AKSARA Publisher; 2013. 164 p.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menyongsong Lanjut Usia
Tetap Sehat dan Berguna 2010 (19 November 2015). Available from:
www.depkes.go.id.
7. World Health Oganization. Global Recommendations on Physical Activity
for Health 65 Years and Above 2011 (20 November 2015). Available from:
8. Toruan PL, Koswara RA, Iswanto H, Kristianto H. Fat-loss Not Weight-
loss; Gemuk tapi Ramping: TransMedia; 2007.
9. Rusilanti, Ari D, Michael S. Kolesterol Tinggi Bukan Untuk Ditakuti:
FMedia; 2014.
10. Melancon MO, Lorrain. D, Dionne. IJ. Exercise and sleep in aging:
Emphasis on serotonin. Pathologoie Biologie 2014;62:276-83.
11. Cahyono KH. Pengaruh Senam Lansia terhadap Kualitas Tidur pada
Lansia di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten
Semarang. 2014.
12. Utama ED. Hubungan Senam Lansia terhadap Kualitas Tidur pada Lansia
Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta. 2014.
13. Chen M-C, Liu H-E, Huang H-Y, Chiou A-F. The Effect of A Simple
Traditional Exercise Programme (Baduanjin Exercise) on sleep quality of
older adults: A randomized controlled trials. International Journal of
Nursing Studies. 2011;49(265-73).
14. Sutantri E. Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Perubahan Kualitas
Tidur pada Lansia di Padukuhan Bonosoro Bumirejo Lendah Kulonprogo
2014.
15. Siti S, Kuntjoro H, Arya GR. Proses Menua dan Implikasi Klinisnya. In:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
16. Notoatmodjo, S (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
17. Maryam, Siti, et al. 2010. Asuhan keperawatan lansia. Jak-Tim :, 2010.
18. UU No. 13 tahun 1998 tentang lanju usia
19. Maryam, Siti dkk. (2010). Asuhan Kperawatan Lansia. Jakarta : Trans
Info. Medika.
20. Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
21. Dempsey dkk. (2002). Riset keperawatan: buku ajar dan latihan edisi 4.
Jakarta: EGC
22. Efrida, A. (2011). Metode penelitian keperawatan. Semaraang: toha putra.
23. Erliana, E. (2008). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Dan
Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif Di PSTW Ciparay Bandung.
STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
24. Kartiko Heri Cahyono. (2013) pengaruh senam lansia pada kualitas tidur
pada lansia didesa leyangan kecematan unggaran timur kabupaten
semarang. Jurnal sains kesehatan 2013.
Lampiran 1

Surat Pengambilan Data Awal


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORM CONCENT)
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan Kuantitas Tidur Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pontap Kota PalopoTahun 2022
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Mega Buana palopo,
penelitian ini di laksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
tugas akhir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui. Pengaruh Senam Lansia
Terhadap Peningkatan Kuantitas Tidur Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pontap Kota PalopoTahun 2022. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan
kesedihan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi
saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden atau
menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia menjadi responden,
silahkan saudara/i mengisi formulir ini dan saya memohon kesediaan saudara
untuk di lakukannya pengukuran kadar kolesterol sebelum dan setelah Lansia
senam
Nama Responden :
Usia :
Saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang di
laksanakan oleh saudari :
Nama : Putri Wulan Dari
NIM : K.18.01.021
Kerahasiaan informasi dan identitas saudara/i di jamin oleh peneliti dan tidak
akan di sebarluaskan baik melalui media sosial massa ataupun elektronik.

Palopo, 14 juni 2022


Penulis

Putri Wulan Dari


LAMPIRAN 3

KUESIONER KUANTITAS TIDUR

Pittburgh Sleep Quality Index ( PSQI )

1. Pukul berapa biasa anda mulai tidur malam ?

2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam ?

3. Pukul berapa anda biasanya mulai bangun pagi ?

4. Berapa lama anda tidur dimalam hari ?

5 Seberapa sering Tidak 1x 2x ≥ 3x seminggu

masalah-masalah pernah seminmgg seminggu (3)

dibawah ini dalam u (1) (2)

menganggu tidur anda sebulan

? terakhir (0)

a. Tidak mampu tertidur

selama 30 menit sejak

baring

b. Terbangun tengah

malam atau dini hari

c. Terbangun untuk

kekamar mandi

d. Sulit bernafas dengan

baik

e. Batuk atau mengorok

f. Kedinginan dimalam
hari

g. Kepanasan dimalam

hari

h. Mimpi buruk

i. Terasa nyeri

j. Alasan lain

6. Selama sebulan

terakhir, seberapa

sering anda

menggunakan obat

tidur

7. Selama sebulan

terakhir, seberapa

sering anda mengantuk

ketika melakukan

aktivitas di siang hari

Tidak Kecil Sedang Besar

antusias
8. Selama 1 bualn
terakhir, berapa banyak
masalah yang anda
dapatkan dan sebarapa
antusias anda selesai
permasalahan tersebut
?
Sangat cukup (1) Cukup Sangat buruk

baik (0) buruk (2) (3)

9. Selama bulan terakhir,

bagaimana anda

menilai kepuasan tidur

anda
LEMBAR OBSERVASI

Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan Kuantitas Tidur Pada


Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pontap Kota PalopoTahun 2022
No. INISIAL UMUR JENIS ALAMAT PENINGKATAN

KELAMIN KUANTITAS TIDUR

SEBELUM SESUDAH

10

11

12

13

14

15

16

17

Anda mungkin juga menyukai